Majalah HIMMAH No. 01/Thn. L/2017 – Buruh Lemah Semakin Dilemahkan

Page 85

| LA PORA N K H USUS |

rus LPM UII sempat melakukan audiensi dengan Rektorat. Pada kesempatan itu juga Prabuningrat berpesan kepada Muhibbah: “Saya bangga bahwa Muhibbah kini banyak digemari mayarakat, Muhibbah silahkan melontarkan kritik kepada ­si-apapun, jangan takut, asal obyektif dan tidak terlalu kasar. Kami juga siap untuk dikritik oleh Muhibbah, sebab kami juga manusia biasa yang tak luput dari kekurangan-kekurangan,” halaman 10, Muhibbah nomor 11 Th. XVI/1982. AE membandingkan kepemimpinan Ace yang berbeda dengan Prabuningrat. Menurut AE, Prabuningrat adalah sosok rektor yang sangat mengayomi dan melindungi mahasiswanya. “Zaman pak Ace itu, kan dia penakut. Dia ditelpon aja marah-marahnya ke kami. Pak Prabu itu sangat memback up mahasiswanya. Contohnya, setiap sidang Maqdir dia datang ke pengadilan,” kata AE. Maqdir Ismail merupakan salah satu akivis UII yang ditangkap oleh pemerintah karena ikut menghadiri perkumpulan Dewan Mahasiswa di Bandung. Selain AE, Iman juga termasuk pengurus yang di-blacklist dan pernah mendapat ancaman. “Saya beberapa kali diancam mau dipecat oleh dekan dan rektor,” kata Iman. “Saya pernah mengungkap jual beli kursi untuk masuk FH.” Iman menuturkan bahwa terakhir kali mendapat ancaman, ia dibela oleh Artijo Alkostar, dosen di FH UII kala itu. “Artijo bilang: dia dipecat, saya berhenti,” kenang Iman. Sebelumnya Iman sudah memperhitungkan peringatan, kalau majalah yang terakhir keluar akan diberedel. Menurutnya, itu sudah wajar dalam pers mahasiswa. “Yang akan dilakukan

adalah bagaimana terbit lagi dan bukan dengan cara berkompromi dengan rektor. Kalau dibredel lagi, ya sudah kita terbit lagi. Selama ini begitu pers mahasiswa itu,” kata Iman. Pascapemberedelan dan terbitnya Himmah, AE dan Iman direposisi dari bidang redaksi ke bidang studi Himmah sebagaimana tertera dalam boks redaksi Himmah. Iman menyangkal aktif di Himmah karena pada saat yang bersamaan juga menjabat sebagai PU Keadilan. Begitu pula AE. “Saya tidak aktif setelah (pemberedelan-red) itu. Saya keluar kampus,” ucap AE. Setelah Muhibbah dibredel, AE lebih aktif berkegiatan di luar kampus dan menyangkal aktif lagi di LPM UII. *** Kami melanjukan pertanyaan pada Iman tentang pemberedelan sampai terbitnya Himmah, juga latar belakang tulisan yang ia beri judul “Muhibbah Menolak Jalan Melingkar” pada buku Api Putih di Kampus Hijau. “Orang kan enggak tahu saya menulis dalam keadaan apa, saya harus menghitung itu juga,” kata Iman. “Makanya saya tulis seperti itu, dan menurut saya, cukup dingin ya saya menulisnya, walaupun substansinya persis seperti yang saya omongin ini.” “Anda bacalah itu. Judulnya saja sudah jelas. Teknis tulisan itu straight to the point,” tegas Iman. Iman juga mengomentari perubahan struktur yang tidak diketahui oleh beberapa pengurus yang lain. “Jadi salah satu syaratnya itu, saudara AE Priyono harus didepak. Saya juga begitu. Siapa satu lagi ya, lupa saya. Kayaknya ada lagi deh,” kata Iman. “Lihat saja di boks redaksinya. Bahkan kita sebagai anggota Lembaga Pers MahaHIMMAH Edisi 01/Thn.L /MEI 2017

siswa, itu enggak tahu Muhibbah jadi Himmah.” Iman mengatakan sampai saat ini ia masih bersahabat dengan teman-teman pengurus Muhibbah, termasuk Mahfud. Ia pernah saling bertemu di Universitas Gadjah Mada. Kala itu sedang dihelat pernikahan putra kawannya sesama alumni UII. Mereka juga masih saling berhubungan melalui media elektronik. Namun, tentang Muhibbah Iman tetap bersikukuh: Himmah adalah hasil pengkhianatan. “Jadi bagi saya Himmah itu monumen penghianatan dari aktivis pers mahasiswa. Yang kalian lestarikan itu ya hasil penghianatan,” ucap Iman sambil tertawa kecil namun yakin. Kami sedikit terperanjat mendengarnya. Sikap Iman terkait majalah pers mahasiswa UII tergambar dalam paragraf terakhir tulisan di buku yang terbit pada tahun 2013 itu. “Jika benar pemberedelan Muhibbah ketika itu hanyalah disebabkan kebrutalan rezim Soeharto, maka akal sehat kita akan mengatakan...setelah rezim Soeharto itu runtuh, tentu Muhibbah akan segera terbit kembali,” halaman 221. Tulisan Iman sebenarnya menjadi salah satu alasan diangkatnya laporan ini. Sekaligus mengambil perspektif lain peristiwa sejarah yang sebelumnya diangkat dalam majalah Himmah edisi 20 tahun. Kami ingin merekam bagian penting peristiwa dari yang pernah terjadi pada masa Muhibbah-Himmah yang sekarang sudah berumur setengah abad di tahun ini.q

Reportase bersama: Sirojul Khafid, Novita Dwi K., Dian Indriyani, Wean Guspa U. 83


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.