:: LAMPUNG POST:: Senin, 7 Maret 2016

Page 1

facebook.com/ lampungpost @lampostonline @buraslampost

I

24 Hlm. senin 7 MARET 2016

l TAHUN XLl Terbit Sejak 1974 l Rp3.000 No. 13740

TERUJI TEPERCAYA

www.lampost.co

Musim Kuliah Tiba, Waspadai Kemacetan Lanjutan MAHASISWA mayoritas perguruan tinggi di Lampung hari ini (7/3) mulai aktif kuliah. Masuknya mereka ke kampus masing-masing diprediksi akan menambah kemacetan. Kemacetan parah ini perlu diwaspadai. Sebab, sejak pengalihan arus lalu lintas Jalan Teuku Umar—Jalan RA Kartini, kemacetan pada jam sibuk sudah sangat parah. Jika ditambah dengan mahasiswa yang berangkat ke kampus, kemacetan akan bertambah mengingat jumlah mahasiswa tidaklah sedikit, baik yang menggu-

nakan mobil pribadi maupun sepeda motor. “UBL mulai aktif kuliah besok (hari ini). Saya harus berangkat pagi-pagi agar tidak terkena macet,” kata Basir, mahasiswa UBL, kemarin. Selain UBL, IAIN Raden Intan Lampung, Darmajaya, dan perguruan tinggi di Lampung lainnya juga mulai aktif kuliah hari ini. “Memang sudah sejak Senin lalu harusnya masuk, tapi kebanyakan baru nyelesain KRS. Aktifnya baru besok (hari ini). Saya bawa mobil,” kata Ahmad, mahasiswa IAIN, kemarin.

Salah satu pedagang Pasar Pa s i rg i nt u n g , Ta n j u n g karang Pusat, Sobri, menge­ luhkan kondisi macet dan arus lalu lintas yang tidak beraturan karena kebijakan pengalihan arus. Menurut Sobri, perubah­ an arus lalu lintas di depan Hotel Ria tidak efektif, terlebih di persimpangan jalan menuju Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM). “Sekarang ini macet ­terus, apalagi kalau sore. Di jalan dekat RSUDAM itu juga ditutup, terus lampu me­

rahnya juga sekarang enggak ada. Kalau ada lampu merah di situ, sebenarnya sedikit membantu mengurai kemacetan. Menurut saya, arus lalu lintasnya lebih baik seperti dulu,” kata pedagang buah itu. Hal senada dikatakan Kiki. Dia mengharapkan Pemkot Bandar Lampung

mengubah arus lalu lintas seperti semula. Sebab, baik pagi maupun sore macet selalu tidak bisa dihindari. “Kalau pagi, itu macetnya numpuk di depan Ramayana dan Jalan Pangkal Pinang. Kalau sore, macet di Jalan Kartini bisa sampai RSUDAM. Kalau bisa, seperti semula saja,” ujar Kiki. (*12/K2)

Layanan Kritik dan Solusi Bagi masyarakat yang merasa terganggu atas kemacetan yang terjadi terkait kebijakan pengalihan arus lalu lintas di pusat Kota Bandar Lampung, silakan memberi masukan dengan SMS ke 08154059000. Terima kasih.

Normalisasi 10 Sungai tanpa Bekas Hampir setiap hujan, warga yang tinggal di pinggir sungai mengkhawatirkan luapan air sungai akibat pendangkalan. FEBI HERUMANIKA

P

ROGRAM normalisasi sungai oleh Peme ­ rintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung tidak berbekas. Pasalnya, program yang terakhir dianggarkan pada APBD 2015 untuk 10 sungai ini tidak mampu membuat sungai menampung air saat hujan. Normalisasi yang tidak berjalan menjadikan Kelurah­an Kalibalau Kencana, Kecamatan Keda­ maian, menjadi langganan banjir akibat luapan air Way Balau. Bahkan, dalam dua hari terakhir (5—6/3), tiap sore hingga malam warga ha­ rus bersiap menumpang

Terakhir sungai dikeruk sekitar lima sampai tahun yang lalu oleh pemerintah. Setelah itu, enggak pernah lagi. di lokasi yang lebih tinggi. “Di sini sudah langganan, hujan sebentar saja sudah banjir dan selalu terjadi di daerah kami,” ujar Apriyadi, warga Kalibalau Kencana, saat ditemui di lokasi banjir, kemarin (6/3). Warga lainnya, Mian (41), mengatakan banjir yang terjadi karena pendangkalan sungai. “Terakhir sungai dikeruk sekitar lima sampai enam tahun yang lalu oleh pemerintah. Setelah itu, enggak pernah lagi.” Selain Way Balau, Way Lunik pun mengalami nasib yang sama. Selain kondisi­ nya dangkal, di sungai ini terdapat banyak sampah. Akibatnya, setiap hujan deras, Kelurahan Way Lunik dan Ketapangkuala selau menjadi langganan banjir. M e n u r u t wa r g a Way Lunik, Ikhtar, hampir seluruh sungai di Bandar Lampung mengalami pedangkalan. Contohnya, sungai di Kecamatan Way Lunik, Bumiwaras, dan Telukbetung Selatan dangkal semua. “Tidak usah menelusuri sampai ke hilir. Setiap ke-

temu jembatan, tengok saja ke bawah, pasti kelihatan pasirnya. Itu tandanya ­sungai dangkal,” katanya, kemarin. Pa daha l , s e be l umnya Kepala Dinas PU Kota Bandar Lampung Tirta ­mengaku Pemkot telah menganggarkan Rp9,59 miliar pada 2015 untuk melakukan normali­ sasi 10 sungai. Namun, dia tidak bisa menjelaskannya secara detail. “Ada 10 sungai yang dinormalisasi. Namun, saya tidak hafal lokasinya di mana saja,” kata Tirta, saat dihubungi beberapa waktu lalu.

Anggaran Kemana? Terkait pendangkalan ­sungai itu, LSM Lingkung­ an Mitra Bentala pun ambil suara. Direktur Mitra Bentala Mashabi mengatakan selama 2015 pihaknya tidak menemukan ada sungai yang dinormalisasi. Mashabi menjelaskan ada sekitar 23 ­sungai yang melintasi Bandar Lampung, di antaranya Way Awi, Way Penengahan, Way Simpur, Way Kuala, dan Way Kuripan (selengkapnya lihat tabel). “Kami belum pernah menemukan ada normalisasi. Kalau memang sudah dinormalisasi, di mana saja?” kata dia, saat dihubungi kemarin. Sebab, lanjut Mashabi, banjir selalu terjadi bahkan bertambah parah, terutama di sekitar aliran sungai. ­D engan anggaran yang besar untuk normalisasi sungai itu, harusnya ada pengurangan banjir. “Tapi ini kan enggak ada pengurangan. Jadi, dikemanakan anggarannya?” (R6) febi@lampungpost.co.id

Polda Perikasa Empat Pejabat... Hlm. 5

n LAMPUNG POST/M UMARUDINSYAH MOKOAGOW

RAWAN BANJIR. Pengendara sepeda motor melewati jembatan tepat di atas Way Balau, yang menjadi salah satu titik perhatian. Sebab, apabila hujan lebat, sering terjadi banjir akibat debit air yang besar, seperti di Jalan Ridwan Rais, Gang Ainan, Bandar Lampung, Minggu (6/3).

Sejumlah Sungai di Bandar Lampung 1. Way Awi

13. Way Halim

2. Way Penengahan

14. Way Langkapura

3. Way Simpur

15. Way Sukamaju

4. Way Kuala

16. Way Keteguhan

5. Way Galih

17. Way Simpang Kanan

6. Way Kupang

18. Way Simpang Kiri

Way Kuala 7. Way Lunik Kanan Way Kuripan 8. Way Kunyit

GARIS SUNGAI JALAN

19. Way Betung 20. Way Kandis

9. Way Kuripan

21. Way Balau

10. Way Kedamaian

22. Way Srengsem

11. Way Lunik Kiri

23. Way Bakung

12. Way Kemiling

24. Way Pidada Sumber: Data Pemberitaan

kolom pakar

Peduli Perlindungan Anak, Dari Kita untuk Kita MESKIPUN tindak kekerasan pada anak sudah terjadi sejak dulu, mudahnya akses informasi dari media massa dan media sosial semakin membukakan mata kita akan banyaknya tindak kekerasan yang terjadi pada anak tersebut. Yang semakin membuat miris bagi masyarakat adalah fakta bahwa pelaku tindak kekerasan tersebut adalah orang-orang dari keluarga anak, bahkan juga orang tua yang seharusnya atau diharapkan dapat melindungi anak tersebut. Kasus kekerasan yang biasa terjadi pada anak pun beragam jenisnya. Yang sering mudah terdeteksi adalah jenis tindak kekerasan fisik, seperti

n LAMPUNG POST/DOK.

Ratna Widiastuti Psikolog, Kepala Laboratorium Bimbingan Konseling FKIP Unila memukul, mencubit, atau membakar. Kita harus mencurigai adanya penganiayaan pada anak di sekitar kita yang mengalami luka atau lebam berulang di bagian tubuhnya atau justru patah tulang di bagian tubuh yang tidak biasa, seperti hidung, atau adanya tanda

kebakaran dengan bentuk tertentu, seperti luka bakar dengan lubang yang berhubungan dengan sundutan rokok atau luka berbentuk setrika. Penganiayaan pada anak juga mencakup tindak ke­ kerasan seksual. Anak yang terlihat lusuh atau tidak terawat juga menunjukkan adanya pengabaian pada dirinya. Yang tidak mudah terdeteksi adalah penganiayaan dalam bentuk psikologis, seperti adanya ancaman dan larangan yang tidak sesuai dengan situasi kondisi, pelecehan, makian, dan melihat atau mende­ngar kekerasan dalam rumah tangga, seperti ayah yang menganiaya ibu si anak.

BERSAMBUNG KE HLM.12

TAJUK

Macet di Jalan, Keruh di Sungai PERSOALAN macet dan banjir telah menjadi keluhan warga Bandar Lampung. Kepentingan publik yang amat kental itu sepatutnya menjadi perhatian penuh Pemerintah Kota. Karena jelas, keduanya amat merepotkan bahkan merugikan warga Kota Tapis Berseri. Terhadap macet, Pemkot sejatinya tidak tinggal diam. Berbagai siasat telah dilakukan guna menaklukkan macet. Mulai dari pembangunan jalan layang, pelebaran jalan kota, hingga memperbaiki jalan jalan berlubang. Tujuannya jelas, agar macet dapat teratasi. Sayang, upaya Pemkot mengatasi macet belumlah maksimal. Upaya rekayasa lalu lintas dan pengalihan trayek angkot pada 23 Februari lalu bahkan justru menjadi bumerang. Alih-alih mengurai macet, kesemrawutan jalan kian parah. Kebijakan itu bak menutup lubang dengan menciptakan lubang baru. Warga kota lantas menjadi gerah. Ratusan keluhan warga itu telah terhimpun melalui rubrik interaktif harian ini. Harapannya sederhana, berharap penguasa Kota Seribu Tapis menyimak dan peduli akan keluhan warganya. Jangan sampai kepentingan publik terabaikan lantaran kebijakan sesat. Lantas bagaimana dengan mengatasi banjir? Pemkot di tahun 2015 punya iktikad serius mengatasi banjir. Caranya dengan melakukan normalisasi 10 sungai yang kian sempit dan dangkal. Anggaran yang digelontorkan tidak main-main, mencapai Rp9,59 miliar, melalui Dinas Pekerjaan Umum. Namun, kala hujan mengguyur, banjir tetap terjadi. Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Lampung lantas menilai proyek normalisasi sungai di kota pimpinan Herman HN terbilang bermasalah. Faktanya, besaran dana yang dianggarkan tak sebanding dengan bencana banjir dan kerukan lumpur. Ini pintu masuk aparat menyelidikinya. Persoalan normalisasi tersebut makin serius tatkala Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandar Lampung akan melaporkan Pemkot ke kepolisian dan kejaksaan terkait ketidakjelasan penggunaan dana normalisasi sungai di tahun anggaran 2015 tersebut. LBH meminta Pemkot menjelaskan secara transparan penggunaan anggaran normalisasi sungai. LBH pun menuntut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengaudit proyek tersebut. Kita sepatutnya mendukung sikap itu. Kare­na jelas, anggaran yang digunakan berasal dari rakyat. Kemacetan dan banjir merupakan dua petaka yang bertalian erat. Ketika banjir melanda dan merendam berbagai titik jalan kota, kemacetan kian bertambah parah. Hal itu terjadi, maka ada banyak kepentingan warga tertunda, terkendala, bahkan gugur lantaran banjir dan macet. Iktikad Wali Kota untuk mengatasi banjir dan macet tentu tak terbantahkan. Iktikad saja tidaklah cukup. Perangkat birokrasi di bawah Wali Kota harus mampu menerjemahkannya menjadi kebijakan jitu, bukan sebaliknya. Apalagi, jika sampai menyelewengkan anggaran, pejabat terkait tak boleh dilindungi, tetapi harus dihukum. Contohnya proyek normalisasi sungai kota tadi sudah masuk ke ranah hukum. Kita tunggu kesigapan aparat penegak hukum membongkarnya. n

oasis

Yoghurt dan Tekanan Darah Tinggi SEBUAH penelitian yang dipresentasikan dalam sebuah Konferensi American Heart Association belum lama ini memperlihatkan konsumsi Yoghurt secara teratur, rata-rata lima kali dalam seminggu, mampu mengurangi risiko terkena tekanan darah tinggi. Hasil studi yang dilakukan Justin Buendia, seorang kandidat doktor di Boston University School of Medicine, menyebutkan hasil studi ini memperlihatkan kerja bakteri dalam Yoghurt mampu membantu menurunkan kolesterol, yang menjadi pemicu munculnya tekanan darah tinggi. Bakteri tersebut juga mampu mengontrol gula dalam darah dan mengurangi risiko osteoporosis. Penelitian yang didanai National Dairy Council di Ameri­ ka Serikat ini mengambil sampel pada 240 ribu orang, terutama perempuan, berusia 25—55, dan studi kedua pada pria pekerja profesional berusia 45—75 tahun. (MI/R6)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.