:: LAMPUNG POST :: Sabtu, 9 November 2013

Page 15

±

±

CMYK

Sabtu, 9 november 2013 LAMPUNG POST

CMYK

±

Ponita Dewi

INSPIRASI

Untuk target awal saya berencana membentuk Pusat Informasi dan Konseling (PIK) di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Way Kanan. Dengan terbentuknya PIK, saya berharap generasi muda Way Kanan menjadi generasi yang berkualitas.

15

Keyakinan Mengantarkan Ponita Jadi Duta Genre SETIAP orang mempunyai kekurangan dan keterbatasan, tetapi keyakinan Ponita Dewi akan kelebihan di balik keterbatasan yang ia miliki mengantarkan dirinya menjadi Duta Generasi Berencana (Genre) Nasional 2013. Semua yang diraihnya adalah berkat keyakinan akan kemampuan yang dimiliki dan atas kuasa Tuhan. Rudiyansyah

Pesan Generasi Muda

M

ewakili Lampung dalam ajang pemilih­ an Duta Genre tingkat nasional hingga mendapat anugerah Duta Genre 2013 hampir tak terbayangkan oleh Ponita. Gadis kelahir­ an Blambang­an Umpu, Way Kanan, 4 Juni 1991, ini mengungguli duta dari 33 provinsi lain dengan segala kelebihan dan kemampuan yang mereka miliki. Perjalanan Ponita tidaklah pendek hingga dirinya didapuk menjadi duta Genre yang diselenggarakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat. Dengan gelar duta yang disandang Ponita, kini dia mengemban tugas mulia untuk dapat menjadi contoh bagi generasi muda bangsa Indonesia. Selain itu, Popo, begitu sapaan akrab gadis yang kini tengah menempuh pendidikan S1 Ilmu Komu­ nikasi di Universitas Muhammadiyah Lampung itu, juga memiliki tugas menyosialisasikan pesan Genre yang berisi pentingnya menempuh pendidik­ an secara berencana, merencanakan kehidupan berkeluarga yang sehat dengan menghindari seks bebas, penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang hingga menghindari tertularnya HIV/AIDS di kalangan generasi muda. Sebelum mengikuti pemilihan duta Genre yang akhirnya mewakili Lampung di tingkat nasional pada 7—14 Juni 2013, Ponita telah berjuang de­ ngan segala usaha dan kemampuannya. Di tingkat provinsi, Ponita dipertemukan dengan duta dari setiap kabupaten dan kota yang ada di Lampung. Mewakili kabupaten yang terkenal dengan slogan mulang tiyuh-nya ini, Ponita terpilih menjadi duta Genre Lampung dan berkesempatan melaju ke tingkat nasional. Ponita mengungkapkan saat dirinya mewakili Sai Bumi Ruwa Jurai dan dipertemukan dengan para duta Genre se-Indonesia, nyalinya hampir ciut. Bu­ kan karena apa-apa, Ponita menganggap kecantikan dan postur tubuh dirinya sangat jauh jika dibanding duta dari provinsi lain. “Aku sempet minder karena duta dari daerah lain cantik-cantik banget,” ujar Ponita saat diwawan­ carai Lampung Post di Hotel Sheraton, Lampung, kemarin.

Ponita juga menceritakan saat kegiatan berlang­ sung, kamera media sangat jarang menyorot dirinya, tetapi lebih sering menyorot duta dari Pulau Jawa yang memang Ponita anggap lebih cantik dari dirinya. Akan tetapi, semangat Ponita kembali muncul ketika seluruh peserta mulai memasuki forum materi. Saat itu materi disampaikan Keke Harun, salah seorang artis nasional. Ponita yang memang berpostur lebih pendek dari duta-duta lain mengaku kurang mendapat kesempatan untuk bertanya. Bah­ kan dirinya harus berdiri ketika ingin mengajukan diri untuk bertanya. Hingga dirinya mendapatkan kesempatan untuk bertanya kepada Keke Harun tentang tips untuk dapat berbicara dan menyampaikan materi dengan baik di hadapan audiens.

I

a memiliki tugas turut serta menyosialisasikan pesan Genre yang berisi tentang pentingnya menempuh pendidikan secara berencana, merencanakan kehidupan berkeluarga yang sehat dengan menghindari seks bebas, penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang, hingga menghindari tertularnya HIV/AIDS di kalangan generasi muda.

Tanpa disangka, ternyata Keke Harun malah me­ nyuruh dirinya untuk maju dan langsung praktik di depan para duta Genre lain dan media. Dengan penuh percaya diri, Ponita menyampaikan materi tentang pesan Genre yang memang selama ini su­ dah dia pelajari dengan tekun. Alhasil, Ponita tak kekurangan materi dalam menyampaikan presen­ tasinya tersebut. Di akhir presentasi itu, Ponita kaget karena se­ luruh mata terpaku pada dirinya dan Keke Harun tanpa disangka memberikan respons yang luar biasa dengan mengacungkan jempol tanda presentasi Ponita luar biasa. Sejak saat itulah Ponita merasa semakin percaya

diri untuk tampil dalam setiap kesempatan dan agenda yang selalu diberi penilaian. “Dari situ saya semakin yakin setiap orang memiliki kelebihan yang belum tentu orang lain miliki,” ujar Ponita. Ponita pun mengaku mengikuti setiap agenda dengan sungguh-sungguh, saat diminta mengenal­ kan kebudayaan Lampung, Ponita menampilkan tari bedana dan memainkan alat musik gamolan. Bukan tanpa perjuangan Ponita dapat melakukan­ nya, karena dirinya yang memang tidak memiliki dasar menari harus latihan ekstrakeras. Sampai malam sebelum dirinya tampil, Ponita mengaku masih tetap latihan di depan cermin kamar hotel tempatnya menginap. Hingga tanpa disangka dalam malam final dirinya selalu masuk dalam penyaringan yang dilakukan oleh dewan juri yang berasal dari para mentri dan deputi BKKBN Pusat. Dengan kuasa Tuhan, Ponita yang berasal dari kabupaten terpencil di Lampung ini terpilih sebagai Duta Genre Nasional 2013. “Semua yang saya peroleh adalah kuasa Tuhan, karena saya hanya dapat berusaha semaksimal ke­ mampuan saya,” ujar Ponita yang mengaku sangat bangga dapat meraih prestasi tersebut. Awal keterlibatan Ponita dalam program yang tengah dikembangkan oleh BKKBN ini adalah ketika dirinya masih di bangku SMA. Menempuh pendidikan di SMAN 1 Blambangan Umpu, Ponita diminta mewakili Way Kanan untuk mengikuti pembekalan yang diadakan BKKBN Provinsi pada September 2008. Setelah mengikuti pembekalan, Ponita berinisiatif membentuk Pusat Informasi dan Konseling Kesehat­ an Reproduksi Berencana (PIK-KRR) di Kabupaten Way Kanan. Dia menamai PIK yang gagasannya tersebut PIK-KRR Asoy Geboy. Ponita memang terkenal aktif berorganisasi ini juga tak ketinggalan membentuk komunitas yang sama di sekolahnya. Keaktifan dalam menyosiali­sa­ sikan pesan kepada generasi muda semasa sekolah ini membuat Ponita pernah ditegur langsung oleh kepala sekolahnya yang ketakutan aktivitasnya tersebut mengganggu sekolahnya. Namun, dengan kemampuan yang dimiliki serta konsistensi dirinya, akhirnya Ponita semakin dipercaya di sekolah. Kini dengan Duta Genre yang telah dirinya san­ dang, Ponita ingin terus mengembangkan komuni­ tas serupa hingga ke pelosok negeri. Untuk target awal, dia berencana membentuk PIK di setiap ke­ camatan yang ada di kabupaten tempat tinggalnya. Misinya sangatlah mulia karena Ponita bersama rekan-rekannya selalu mengimbau generasi muda Indonesia untuk menjadi generasi muda yang berkualitas. (S1) rudiyansyah@lampungpost.co.id

Berprestasi di Tengah Keterbatasan

n DOKUMENTASI PRIBADI

MENGENAKAN PAKAIAN ADAT LAMPUNG. Ponita Dewi mengenakan pakaian adat Lampung bersama peserta Pemilihan Duta Genre Nasional 2013. TERLAHIR sebagai anak keempat dari tu­juh bersaudara, Ponita Dewi meng­ aku bang­ga dengan kedua orang tua dan ke­luarga besarnya. Meski berasal dari ke­luarga yang kurang mampu,

Ponita meng­aku kedua orang tuanya selalu mem­berikan kesempatan anakanaknya untuk mendapatkan pendidi­ kan yang baik. Ayahnya berprofesi sebagai petani

dan sang ibu hanya ibu rumah tangga yang juga buruh harian lepas. Ponita mengaku sempat merasakan masa-masa paling sulit dalam kehidupannya. Ketika itu dirinya baru berusia 5 tahun, sang ayah jatuh sakit hingga ekonomi keluarga pada saat itu sangat kekurangan. Jangankan untuk membe­ likan barang-barang kebutuhan seko­ lah kakak-kakaknya, untuk makan saja pada saat itu Ponita mengaku mereka sekeluarga harus merasa cukup dengan makan sehari sekali. “Saat itu sepertinya keluarga kami adalah keluarga yang sangat rendah di mata masyarakat,” ujar Ponita dengan terisak mengingat masa lalu keluarga­ nya tersebut. Hingga ketika Ponita memasuki SD keadaan keluarganya belum juga berubah. Sang ibulah yang saat itu menjadi tulang punggung keluarga. Menjadi buruh cuci setiap hari dilakukan Ermawati, ibunda Ponita. Tugas Ponita pada saat itu adalah mengambil dan mengantar cucian sebe­ lum dan sepulang sekolah. Menginjak dewasa, Ponita juga sering membantu sang ibu menjadi buruh cuci.

Namun, di tengah keterbatasan terse­ but, Ponita mengaku mendapatkan pembelajaran luar biasa karena kedua orang tuanya selalu memberikan mo­ tivasi untuk anak-anaknya agar tidak mengeluh dan tetap berusaha meski di tengah keterbatasan. Ponita pun mengaku semakin sema­ ngat untuk terus berusaha meningkat­ kan derajat keluarganya. Hingga Ponita pun tumbuh menjadi gadis yang kuat, meski harus mengenakan seragam turun-temurun dari kakak-kakaknya dan selalu meminjam buku pelajaran teman, Ponita memiliki prestasi. Di sekolah ia selalu menjadi juara kelas dan sering memenangi lomba sejak SD. Prestasinya tersebut berlanjut hingga SMA. Ponita dengan mata berkaca men­ ceritakan dirinya yang hampir putus sekolah karena biaya. Saat akan masuk SMP, orang tuanya benar-benar tidak memiliki biaya. Namun, jalan selalu ada. Sang kakak yang sudah mulai bek­ erja akhirnya menemui kepala sekolah dan bersedia mencicil biaya sekolah sang adik. (S1) n Rudiyansyah

Ingin Berkontribusi Lebih Besar MENGIKUTI ajang pemili­ han Duta Generasi Remaja (Genre) hingga tingkat na­ sional adalah sebuah pe ­ n g a l a m a n b e r h a rg a b a g i Ponita Dewi. Perempuan yang mengaku dulunya tomboi itu kini berubah menjadi gadis cantik dan cerdas. Ponita mengaku banyak medapatkan pengalaman luar

±

biasa dari apa yang pernah dirinya ikuti selama ini. Mulai dari naik pesawat perdana ke­ tika akan mengikuti pemilihan duta Genre di Jakarta hingga bertemu dengan wakil Presi­ den Boediono beserta istri saat dirinya mengikuti peringatan hari Keluarga Nasional XX di Kendari. Saat bertemu dengan Wakil

CMYK

Presiden, Ponita masih tak percaya dirinya bisa menda­ pat­kan kesempatan luar biasa tersebut. Seorang anak dari daerah yang terpencil bisa hadir dan duduk bersama para pejabat negara. Namun, Ponita mengaku selalu ter­ inspirasi untuk dapat men­ jadi orang-orang besar seperti mereka.

Kini, gadis yang juga aktif di Lembaga Perlindungan Anak Provinsi Lampung ini bercitacita kelak bisa menjadi menteri negara pemberdayaan perem­ puan dan perlindungan anak Republik Indonesia. “Karena semakin tingginya jabatan ses­ eorang akan semakin banyak yang dapat dilakukan sebagai kontribusi untuk orang lain,”

±

ujar Ponita. Ponita juga mengaku akan selalu optimistis dengan citacitanya karena dirinya selalu berprinsip kunci kesuksesan adalah fokus dalam mengejar sesuatu dan konsisten. Selain itu, dirinya juga akan menggu­ nakan dengan sebaik mungkin kesempatan yang selalu Tuhan berikan. (S1) n Rudiyansyah

n LAMPUNG POST/RUDIYANSYAH

B I O DATA Nama: Ponita Dewi Kelahiran: Blambanganumpu, 4 Juni 1991 Alamat: Jalan Jenderal Sudirman No. 138, Blmbanganumpu, Way Kanan Ayah: W.M. Hasyim Ibu: Ermawati Pendidikan: • SDN 1 Blambanganumpu • SMPN 1 Blambanganumpu • SMAN 1 Blambanganumpu • Tengah menempuh pendidikan S-1 Ilmu Komunikasi di Universitas Muhammadiyah Lampung Organisasi: • Jambore Pemuda Indonesia di Samarinda 2013 • Raimuna Nasional IX Cibubur Jakarta Timur 2008 • Pramuka (Pradani) • OSIS SMAN 1 Blambanganumpu (Sekertaris) • Pendiri PIK Remaja Asoy Geboy • Sekertaris Umum Lembaga Perlindungan Anak Prov. Lampung 2009 • Anggota PPMI Prestasi: • Juara I lomba baca puisi tingkat SD 2000 • Juara I cerdas cermat tingkat SD 2000 • Juara I Olimpiade Bahasa Indonesia tingkat Provinsi Lampung 2004 • Juara I lomba pidato bahasa Lampung tingkat Provinsi Lampung • Juara I lomba cipta dan karya puisi lingkungan hidup • Juara I Duta Mahasiswa Genre BKKBN Nasional 2013

CMYK

±


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.