:: LAMPUNG POST :: Jumat, 16 Agustus 2013

Page 38

CMYK

JUMAT, 16 AGUSTUS 2013 LAMPUNG POST

38

 INSPIRASI

CMYK

Lampung Makmur UNTUNG SAPARUDIN

Mengembalikan Kejayaan Lada di Lampura

Penemu MOL dari Kekayaan Alam

BERANGKAT dari keinginannya untuk berbagi, Untung Saparudin tidak segan menyampaikan ilmu yang didapat. Dengan berbekal pengalaman bercocok tanam, dia sering dipanggil kelompok tani untuk mengajarkan cara budi daya tanaman pertanian maupun perkebunan seperti lada. Dia juga melatih cara pembuatan pupuk organik padat maupun cair bagi mereka yang ingin belajar. Dengan ini, dia hanya berharap ilmu yang diperoleh dapat memberi manfaat bagi petani di sekitarnya. Karena aktivitasnya sebagai penyuluh, pada 2009 Untung masuk sebagai penyuluh swadaya di Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian dan Kehutanan (BP4K) Lampung Utara. Sebagai penyuluh swadaya ini, Untung memiliki harapan besar mengembalikan kejayaan lada yang dari tahun ke tahun luas arealnya terus tergerus oleh budi daya tanaman lain. Baginya, pengembalian kejayaan lada yang menjadi simbol Provinsi Lampung mesti dilakukan. Bila tidak, tanaman lada yang pernah mengangkat nama Lampung Utara tinggal kenangan. Dia beranggapan selain keseriusan peran pihak pemerintah dalam mendorong peremajaan dan budi daya lada, petani juga harus menguasai tata cara budi daya lada yang benar, salah satunya pemanfaatan limbah pertanian yang banyak tersedia di sekitar areal perkebunan, seperti rumput maupun kotoran ternak, sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik. Sebab, pemakaian pupuk organik pada tanaman lada telah terbukti mampu meningkatkan daya tahan tanaman pada penyakit busuk pangkal batang yang selama ini banyak ditakuti para petani. (YUDI HARDIYANTO/S2)

MENGINJAK usia sepuluh tahun pada 1965, putra kedua dari empat bersaudara pasangan Parjo dan Wasiyem, warga Dusun Umbaran, Kecamatan Susunan, Salatiga, Jawa Tengah, itu harus mengubur mimpinya melanjutkan sekolah.

K

eterbatasan ekonomi keluarga memaksa kedua orang tua Untung Saparudin memboyong anak-anaknya ke Lampung, tepatnya di Kabupaten Lampung Utara. Saat itu Untung masih duduk di bangku kelas II SD. Di tempat tinggalnya yang baru, Desa Ulakrengas, Kecamatan Abungtinggi, mereka sekeluarga menyambung hidup sebagai petani. Kesehariannya, Untung kecil hanya diisi dengan kesibukan bercocok tanam dan bekerja layaknya petani pada umumnya. Keterbatasan pendidikan tidak menjadikan Untung saat itu patah semangat. Dia tetap belajar dengan membaca buku apa saja dan mengamati alam di sekelilingnya. Pada 1998, saat krisis ekonomi melanda Indonesia, semua harga barang melonjak tajam, termasuk harga pupuk yang merupakan kebutuhan vital bagi petani. Kondisi ini memaksa Untung berpikir memanfaatkan limbah pertanian yang banyak tersedia di desanya, seperti kotoran kambing, kulit kopi, serbuk gergaji, karbon (bubuk arang), dan rerumputan. Rencananya, dari limbah pertanian itu akan dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik guna memenuhi kebutuhan pupuk di ladangnya dan hal itu mesti dia lakukan. Sebab, bila tanaman yang diusahakannya tidak segera dipupuk tepat waktu, hasil panen ke depan dapat dipastikan akan anjlok. Permasalahan lain timbul saat memanfaatkan limbah pertanian karena bahan-bahan organik tersebut tidak mudah terurai dalam waktu cepat. Padahal, kebutuhan pupuk tepat waktu dan cukup jumlah bagi tanam-

an mendesak dilakukan. Kondisi ini memaksa Untung kembali berpikir. Melalui pengamatan di alam dan logika berdasar referensi yang didapat, dia membayangkan penggunaan campuran bahan lain guna mempercepat penguraian limbah pertanian ini. Salah satu bahan pengurai yang terbayang saat itu adalah buah nanas dengan logikanya ya n g s e d e r h a n a . Nanas yang mampu meluruhkan janin ya n g d i k a n d u n g berarti memiliki zat yang mampu meluruhkan atau melarutkan bahan organik pada tanaman. Kedua, tetes tebu dan air nira. Sebab, kedua tanaman itu mengandung zat yang memberi tenaga bagi orang yang mengonsumsinya. Ketiga, air kelapa sebagai bahan perangsang alami guna mempercepat pertumbuhan akar pada tanaman. Terakhir, air cucian beras yang mengandung sari pati tepung sebagai zat tenaga. Keempat bahan itu yang dicampur semua dalam satu wadah dan diendapkan sekitar sebulan. Ternyata, air dari hasil percobaannya setelah disiramkan pada limbah pertanian menjadikan proses fermentasi bahan organik menjadi lebih cepat sekitar dua bulan jika dibanding pembuatan pupuk organik secara manual melalui penumpukan atau penimbunan dengan tanah yang memakan waktu rata-rata sekitar tiga bulan.

Hasil temuannya ini sempat menarik kalangan akademisi di bidang pertanian bertandang ke kediamannya untuk belajar. Akhirnya, campuran dari empat bahan hasil percobaannya yang mampu mempercepat penguraian limbah pertanian menjadi pupuk organik dalam rentan waktu sebulan ini dikenal masyarakat luas dengan nama mikroorganisme lokal (MOL). Ilmu terapan sederhana pembuatan MOL menyebar luas. Bahkan, saat ini telah bermunculan beberapa turunan pembuatan MOL dengan memanfaatkan berbagai jenis bahan organik yang lain. Baginya, itu berkah, sebab dengan pendidikan terbatas, dia hanya berprinsip. “Ilmu yang didapat dari alam mesti kembali ke masyarakat,” kata dia. (YUDI HARDIYANTO/S3)

BIODATA Nama : Untung Saparudin Lahir : Salatiga, Jawa Tengah, 27 November 1955 Alamat : Dusun IV, Desa Ulakrengas, Kecamatan Abungtinggi, Lampung Utara Pendidikan : Kelas II SD Pekerjaan : Tani Istri : Suripah Anak : - Handayani - Murtiah - Muslimah - Evi Rahman - Parti Penghargaan : - Juara II lomba teknologi tepat guna (TTG) tentang pembuatan pupuk organik, MOL, dan pupuk organik cair (POC) tingkat kabupaten (2010) - Juara I lomba teknologi tepat guna (TTG) tentang pembuatan pupuk organik, MOL, dan pupuk organik cair (POC) tingkat kabupaten (2011) - Juara II penghargaan tingkat nasional wirausaha mikrodaerah tertinggal kategori nonpertanian pembuatan pupuk organik dari Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) (2011) - Juara I teknologi tepat guna (TTG) pembuatan pupuk organik, MOL, dan pupuk organik cair (POC) tingkat kabupaten (2012)

Pupuk Organik Mengharumkan Nama Daerah

FOTO-FOTO: LAMPUNG POST/YUDI HARDIYANTO

PEMANFAATAN mikro-organisme lokal (MOL) yang dia ciptakan untuk mempercepat proses produksi pupuk organik dalam jumlah lebih banyak dan waktu yang relatif lebih cepat tidak serta-merta menjadikan pupuk buatannya ini langsung diterima masyarakat setempat. Saat itu ada anggapan pemakaian pupuk organik, khususnya yang berasal dari kotoran hewan ternak, akan merusak tanaman sehingga masyarakat enggan menggunakannya. Mereka masih sangat percaya pemakaian pupuk kimia lebih baik untuk menyuburkan tanaman miliknya. Peristiwa yang dialami pada 1998 ini tidak lantas membuat Untung Saparudin patah semangat. Dia tetap memproduksi pupuk organik walaupun sebatas digunakan untuk memupuk tanaman yang dia usahakan sendiri, khususnya tanaman lada. Karena kecintaannya di dunia pertanian, pada 2003 Untung menggabungkan diri menjadi anggota Kelompok Tani Seganti untuk mengikuti Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) yang diselenggarakan instansi setempat. Sekitar 2006, dia keluar dari keanggotaan kelompok tani itu dan bergabung dalam anggota Kelompok Tani Sarirejo yang ada di desanya. Prestasinya yang menonjol di bidang pertanian ialah pada 2007 dia dipercaya menjadi ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sejahtera yang membawahi 10 kelompok tani: Sarirejo I, Sarirejo II, Sidorukun, Binarukun, Sepakat, Karya Bersama, Tani Seganti, Karyamulya, Sekundang, dan Al-Barokah. Selama rentan waktu 2007 itu, Untung aktif mengikuti berbagai kegiatan pertanian yang diselenggarakan instansi setem-

pat, seperti pameran Pekan Pembangunan Nasional di Musi Banyuasin, Palembang, serta pameran yang sama di Kabupaten Pekatar, Sulawesi, dan Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Pada tahun yang sama, dia juga mengikuti Jambore Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) di Doroyudan, Boyolali, Jawa Tengah, dilanjutkan Jambore Nasional di Metro, Lampung. Pada 2008, dia masuk nominasi petani berprestasi di Provinsi Lampung dan mendapat piagam penghargaan dari Dinas Pertanian Lampung. Pada 2010, Untung mengikuti lomba teknologi tepat guna (TTG) tingkat Kabupaten Lampung Utara dengan menampilkan produk unggulan pembuatan pupuk organik, MOL, pupuk organik cair (POC). Saat itu dia berhasil meraih juara II. Pada 2011, Untung kembali mengikuti lomba TTG tingkat kabupaten dengan menampilkan produk yang sama dan menyabet juara I. Pada tahun yang sama, Untung

terpilih menjadi salah satu wakil Lampung di ajang lomba nasional yang diselenggarakan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT). Saat itu, Untung menampilkan produk pupuk organik buatan kelompok taninya. Produknya yang ditampilkannya ini berhasil menarik minat juri lomba dan dia mendapat juara II penghargaan wirausaha mikrodaerah tertinggal dengan kategori lomba produk nonpertanian. Dari sini, Untung menjadi salah satu wakil Lampung untuk dikirim mengikuti Pekan Teknologi Nasional di Kepulauan Batam yang diselenggarakan KPDT. Berbagai prestasi yang ditorehkan ini telah membuktikan bahwa bekal pendidikan akademis yang kurang bukanlah penghalang untuk maju. Dengan karya nyata, Untung menjadi sosok inspirasi petani sukses di wilayahnya dan telah mengharumkan nama Kabupaten Lampung Utara di tingkat nasional. (YUDI HARDIYANTO/S2)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.