WAWASAN 17 April 2014

Page 4

Kamis Legi, 17 April 2014

Misteri di Balik Penderitaan

A

Merindukan PSIS Berkiprah di ISL KOMPETISI Divisi Utama 2014 mulai digelar serempak Selasa (15/4) lalu. Kompetisi kasta kedua di jagad persepakbolaan Indonesia ini, tidak kalah kualitasnya dengan Indonesia Super League (ISL), yang disebut-sebut sebagai kompetisi tertinggi di Tanah Air. Penilaian tersebut tidak salah, karena 63 tim yang menjadi partisipan di Divisi Utama musim kompetisi tahun ini, beberapa di antaranya juga memiliki rekam jejak prestasi yang tidak kalah mentereng dengan tim-tim ISL. Sebut saja PSIS (Semarang), PSMS (Medan), Deltas Sidoarjo, PSPS (Pekanbaru) dan beberapa tim lainnya. Empat tim contoh tersebut juga pernah malang melintang di ISL. Bahkan, pada tahun 2006 lampau, saat kompetisi Liga Indonesia XIII PSIS tampil sebagai runner up.

Paulus Mujiran

PSIS (Semarang) sendiri telah melakoni laga perdananya, Selasa (15/4), menjamu Persipur (Purwodadi) di Stadion Jatidiri Semarang. Pada pertandingan tersebut, tim asuhan Eko Riyadi memenangi pertandingan dengan skor 3-1. Tiga gol kemenangan dicetak oleh Julio Alcorse, Harry Nur Yulianto, dan M Yunus. Sedangkan satu-satunya gol Persipur disumbangkan Nur Hamid. Hasil pertandingan tersebut awal yang manis bagi anak-anak Semarang, mengingat dalam laga perdana biasanya sebuah tim akan terbebani memenangi pertandingan (apalagi jika menjadi tuan rumah). Faktor tersebut menjadikan para pemain seringkali nervous, sehingga skill yang selama training terlihat menjadi hilang. PSIS di kompetisi tahun ini bergabung di Grup 4, bersama tujuh tim asal Jawa Tengah lainnya PSIR (Rembang), Persiku (Kudus), Persipur (Purwodadi), Persis (Solo), PPSM Sakti Magelang, Persitema (Temanggung), dan Persip (Pekalongan). Melihat tujuh lawan yang akan dihadapi Harry Nur dkk dalam laga berformat home anda away, seharusnya anak-anak Semarang memiliki keunggulan dibandingkan lawan-lawannya. Selain nama besar yang disandang, dari sisi materi pemain dan manajemen tim, PSIS bisa dibilang lebih baik. Faktor-faktor tersebut bisa menjadi modal bagi PSIS untuk bisa lolos dari Grup 4. Laga perdana dengan kemenangan telak atas Persipur, menjadi langkah awal lolos dari penyisihan grup. Dengan materi pemain yang dimiliki saat ini, dukungan suporter yang luar biasa dan manajemen yang menunjang serta nama besar tim, tentu ini menjadi modal kuat bagi PSIS untuk berprestasi di musim kompetisi Divisi Utama tahun 2014. Modal tersebut harus bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh seluruh komponen tim, sehingga PSIS tidak saja layak lolos dari Divisi Utama, tetapi juga masuk kasta tertinggi persepakbolaan Indonesia. Pecinta PSIS sangat merindukan timnya berkiprah di ISL seperti tim asal Jateng lainnya, Persijap yang menjadi satu-satunya wakil dari provinsi ini. Pertanyaan yang ada sekarang, sanggupkah hal tersebut direalisasi? Semoga.■

Jokowi Tak Janjikan Jatah Menteri Perlu dicontoh, tapi apa mungkin? *** Rapat Paripurna Nyaris Gagal Ingat, tugas belum selesai!

Kang Waswas

PENDIRI PEMIMPIN UMUM PEMIMPIN REDAKSI/PENANGGUNG JAWAB PEMIMPIN PERUSAHAAN WAKIL PEMIMPIN PERUSAHAAN

: Ir H Budi Santoso : Irianto Joko Moelyono : Agus Toto Widyatmoko : Sarsa Winiarsih Santoso : Djoko Sutedjo

REDAKTUR SENIOR: Sosiawan. REDAKTUR PELAKSANA: Budi Sutomo, Achmad Ris Ediyanto. KOORDINATOR LIPUTAN: Heri Suyanto. SEKRETARIS REDAKSI: Samsudin Bakrie. REDAKTUR: Eddy Tuhu PW, Adlan Heriyudi, Sosro Margono, Sucito, Kusmiyanto, Didik Saptiyono, Aman Ariyanto, Yunan Hidayat, Soetjipto, Wisnu Setiaji, Yanuar Dwi Sarjono, Sunarto, Siti Khajarwati, Rita Hidayati. Reporter: Unggul Subagyo, Sugeng Ariatmojo, Sapto Sari Jati, Felek Wahyu, Jaka Nuswantara, Nurul Wahid, Rusmanto Budi, Ernawaty, Agus Umar, Sunardi, Fitria Rahmawati, Arix Ardana. Fotografer : Weynes Furqon S. Koresponden Kedu: Tri Budi Hartoyo (Koordinator), Widyas Cahyono, Ali Subechi. Banyumas: Joko Santoso (Koordinator), Hermiana Englaningtyas, Ady Purwadi. Pekalongan : Janti Artati (Koordinator), Eko Saputro, Hadi Waluyo, Probo Wirasto. Pati : Wahono (Koordinator), Budi Santoso, Ali Bustomi. Surakarta: Tulus Premana (Koordinator), Bagus Atas Adji W, Sutyatmoko W, Suti Hapsoro. MANAJER IKLAN/PROMOSI: Heru Djatmiko. MANAJER PEMASARAN: Teguh Slamet Widodo. MANAJER TU: Yetti Ismiyati. MANAJER PENGEMBANGAN SDM: Widiyartono R KABAG KEUANGAN: Siti Aisyah. KABAG AKUNTANSI: Dwi Suparno. ALAMAT IKLAN - REDAKSI - PEMASARAN : Jl. Pandanaran II/10 Semarang-50241, Telp. (024) 8413528 Faks (024) 8413001 - 8313717 iklan@koranwawasan.com redaksi@koranwawasan.com pemasaran@koranwawasan.com ALAMAT TATA USAHA Kompleks Pertokoan Simpang Lima Blok A/10 Semarang Telp.: (024) 8314170 Faks. (024) 8317113 REKENING BANK : PT Sarana Pariwara Semarang BII 2.018.031468 - BANK JATENG 1.034.07578.9 CIMB NIAGA 453.0100081.00.0 PENERBIT : PT Sarana Pariwara Semarang/Anggota SPS. IZIN TERBIT : SK Menpen RI No. 027/ SK/Menpen/SIUPP/A7 Tanggal 23 Januari 1986. TERBIT PERDANA : Tanggal 17 Maret 1986 DICETAK OLEH : PT TEMPRINA MEDIA GRAFIKA SEMARANG

Karena itu peristiwa Jumat Agung sesungguhnya amat inspiratif di tengah penatnya persoalanpersoalan hidup yang kita alami. Ini menjadi bukti bahwa Allah mau campur tangan dalam beragam penderitaan dan kesakitan yang kita alami sebagai manusia. Dengan demikian terang kebangkitan layak dinantikan oleh mereka yang berani menderita dan mati untuk-Nya.

da tradisi dalam masyarakat kita tidak menghargai apapun yang sudah mati. Binatang, tumbuh-tumbuhan, bahkan manusia yang sudah mati tidak lagi berguna. Seekor binatang mati maka buru-buru kita akan dikuburkan. Begitu pun jika sebuah pohon meranggas dan menunjukkan tanda-tanda kematian kita akan segera memotongnya untuk dijadikan kayu bakar. Demikian pun ketika ada kematian manusia maka segera dibuat upacara untuk menguburkan yang telah mati itu. Kematian selalu identik dengan keterasingan, penyingkiran, penguburan dan pembuangan. Mereka yang disebut sebagai mati pasti ditempatkan terpisah dari komunitas yang hidup. Ini menunjuk pada tidak berharganya kematian. Kematian adalah kegagalan. Ada tahapan yang berhenti. Ada semangat yang tiba-tiba hilang. Ada tahapan yang serasa hilang meski harapan untuk melanjutkan kembali masih terbuka lebar. Kematian juga menjanjikan kegelapan, kepengapan dan hilang. Kematian orang dekat apalagi. Kematian itu serasa memisahkan. Membutakan hati nurani dan memekatkan rasa. Kematian selalu tidak enak dipandang. Ada sesuatu yang semula penuh harapan, tiba-tiba menjadi musnah. Kisah itu hendak menggambarkan bahwa segala sesuatu yang sudah mati tidak ada gunanya bagi orang lain. Pohon yang demikian perkasa tempat bersarang ribuan burung ketika sudah mati kelak hanya akan menjadi kayu bakar. Binatang yang mati akan disebut bangkai dikerubungi banyak lalat dan menjadi santapan binatang buas. Manusia yang mati akan disebut mayat dan tempatnya di keranda, ambulan dan kuburan. Begitu pun manusia yang perkasa dengan banyak jabatan, terkemuka dalam masyarakat, disegani banyak orang ketika mati hanya akan menjadi mayat. Di makam juga sendirian tidak dengan segala fasilitas yang melekat padanya. Mereka yang semasa hidup mengendarai kendaraan supermewah seperti Lambhorgini ketika mati juga hanya akan naik ambulan merek mobil murah. Kekayaan, fasilitas dan jabatan yang selama ini melekat padanya dilepaskan. Tak ada status sosial dalam kematian. Yang ketika hidup dikerubungi banyak oramg karena jabatan, kekayaan dan kekuasaan begitu masuk liang kubur akan merasakan sepinya kubur. Hanya keluarga dan orang-orang dekat yang masih setia datang ke kubur. Yang dikirim ke kubur pun hanya doa dan harapan. Tidak ada barang-barang mewah yang dibutuhkan dalam alam kubur. Kisah Jumat Agung (Jumat 18/4) yang diperingati umat kristiani sejatinya adalah kisah kematian Yesus yang memulai sengsaranya di rumah Pontius Pilatus dan mengakhiri-Nua dalam kematian memilukan di puncak

Klarifikasi SKM Amanat SEHUBUNGAN dengan pemberitaan Koran Wawasan edisi Kamis 10 April 2014 berjudul “KBMW Tuntut SKM Amanat Dibubarkan”, kami merasa dirugikan. Wartawan tanpa konfirmasi dengan pihak SKM Amanat. Isi berita terkesan menghakimi, seakan membenarkan SKM Amanat bersalah. Audiensi pada Selasa 8 April 2014 di Auditorium 1 IAIN Walisongo Semarang membahas isi tabloid Amanat edisi 122 yang berjudul “Organisasi Ekstra Mbonceng Resitasi”. Kami perlu meluruskan sejumlah hal: 1. Dalam tabloid Amanat edisi 122 yang berjudul “Organisasi Ekstra Mbonceng Resitasi” tidak pernah menjelek-jelekkan kampus. Isi berita berupa kritik terhadap penyelewengan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) 2012 dan 2013 yang dilakukan panitia pelaksana. Di antara penyelewengan tersebut meliputi pengelolaan resitasi berupa buku, beras dan mie instan serta pembagian honorarium panitia. 2. Dana non-SPP (kemahasiswaan) yang dibayarkan mahasiswa per-semester sejumlah Rp 6.500. Dana tersebut bukan hanya untuk percetakan tabloid amanat, namun untuk keseluruhan kegiatan organisasi dan perlengkapan keredaksiaan Amanat. Sehingga tabloid yang dicetak tidak sejumlah mahasiswa IAIN Walisongo. Karena jumlah dana tidak mencukupi untuk mencetak tabloid sesuai

Kalvari. Sebagai peristiwa, kematian Yesus terasa manusiawi. Kematian seorang yang dihadapkan pada pengadilan yang tidak adil dengan tuduhan menghasut rakyat melawan penguasa alias pemberontak. Wajib hukumnya bagi seorang pemberontak pada masa itu disalibkan di atas bukit Kalvari. Telah beribu-ribu orang mati dengan cara seperti itu. Pengadilan yang kurang adil pun terus terjadi sepan- jang zaman hingga kini. Yesus pun menjalani semua itu sebagai pesakitan dan penjahat. Tidak ada pembelaan. Yesus datang tanpa pengacara yang bisa membantu mematahkan dalildalil pasal-pasal hukuman. Tidak ada perlawanan. Bahkan pada saat-saat yang demikian genting para murid mengkhianati dengan meninggalkan Yesus. Meski kelihatannya kalah namun Yesus tidak kalah. Setelah menderita hebat yang berujung pada kematian-Nya, dan berbaring di pemakaman manusia pada hari ketiga Yesus pun dibangkitkan Bapa-Nya. Ini menjadi bukti bahwa Allah mengasihi Yesus yang telah taat secara radikal kepada kehendak-Nya. Artinya penderitaan hebat itu memang dikehendaki oleh Allah BapaNya. Terdapat misteri yang tidak terselami dalam kisah kematian Yesus ini. Penderitaan hebat itu adalah bukri kesetiaan dan ketaatan Yesus kepada Bapa-Nya. Oleh karena itu, permenungan kematian Yesus tidak boleh berhenti pada kematian-Nya. Karena setia dan taat kematian mempunyai arti. Puncak perayaan Paskah bukan pada Jumat Agung ketika Yesus mati, melainkan saat Yesus dibangkitkan Bapa-Nya. Makna Paskah tidak pertamatama terletak pada kematian melainkan pada kebangkitan-Nya. Dengan kebangkitan Yesus mewartakan berita keselamatan kepada bangsa-bangsa. Luis M Bermejo dalam buku Makam Kosong (2001) dua alasan kuat menghargai tubuh manusia yakni fakta bahwa tubuh adalah Bait Roh Kudus yang memenuhi seluruh tubuh tanpa ada yang dikecualikan. Karena itu kebangkitan tubuh tidak akan bermakna bagi orangorang yang tidak menghargai pentingnya tubuh. Makna kebangkitan Yesus tidak boleh dipersempit menunjuk saat tepat ketika Yesus mengambil Yesus dari alam maut. Kebangkitan menjadi tanda iman yang berbeda dari kehidupan pada masa itu. Ini juga menandai perjanjian baru karena belum pernah ada dalam sejarah orang mati dibangkitkan. Kalau orang hanya berhenti pada kematian saja maka segala harapan akan cepat sirna dan pudar. Orang harus mampu menangkap pesan di balik semua peristiwa kematian. Apa artinya bagi kita semua? Kita pun dihadapkan pada kematian-kematian kecil di tengah keluarga, masyarakat, pekerjaan, bertetangga

atau persaudaraan dengan kerabat. Dalam peristiwa Jumat Agung dan Paskah kita diajak menyelami misteri di balik derita dan kematian. Kematian dan penderitaan adalah bagian dari penyempurnaan iman. Kematian-kematian kecil itu bisa berupa sakit, kesulitan ekonomi atau cobaan lain dalam taraf yang ringan atau berat. Kematian dan salib itu terus dialami manusia sepanjang zaman. Kematian juga berupa pemutusan hubungan kerja. Perceraian. Bisa juga kekerasan. Bisa juga berupa kesulitan mendapatkan pasangan. Atau mungkin juga terjadi konflik dan ketidakcocokan dengan orang lain. Belajar dari Yesus pada kematian ada kebangkitan. Dalam salib ada kemuliaan. Begitu pun dalam setiap kematian yang kita alami pasti ada jalan keluar yang memberi harapan. Kematian-kematian kecil selalu menjadi alat memurnikan motivasi. Kematian adalah sarana memulai kehidupan baru. Emas selalu diuji dengan api demikian pun kesulitan dan tantangan adalah ujian mencapai kesempurnaan. Yang diperlukan adalah proses menunggu dengan setia. Hidup akan selalu bernuansa silih berganti antara pengalaman pedih dan pengalaman menyenangkan. Yesus mengajak kita untuk tidak menyerah pada salib dan kematian. Karena Yeus pun mengalami sendiri penderitaan kayu salib dan kebangkitan. Kematian memang pedih, tetapi bagi orang beriman menjadi sarana penyelamatan. Yesus mendorong kita untuk berhenti dan mati di kayu salib. Kalau hanya berhenti pada salib hidup tidak ada artinya. Rasul Paulus mengatakan sia-sialah iman kita andai Yesus tidak dibangkitkan. Derita dan kematian yang kita alami hanyalah salah satu cara Allah mendidik kita mencapai kesempurnaan rkebangkitan dan kemuliaan. Dalam Kristus ada kematian. Namun kematian dalam Yesus adalah kematian yang bermakna. Kematian yang memberikan keselamatan. Pada masa lalu salib adalah kekonyolan dan hukuman, namun bagi kita di masa sekarang Yesus salib adalah cinta, sumber pengharapan dan kekuatan. Karena itu peristiwa Jumat Agung sesungguhnya amat inspiratif di tengah penatnya persoalan-persoalan hidup yang kita alami. Ini menjadi bukti bahwa Allah mau campur tangan dalam beragam penderitaan dan kesakitan yang kita alami sebagai manusia. Dengan demikian terang kebangkitan layak dinantikan oleh mereka yang berani menderita dan mati untuk-Nya.■ Penulis, Paulus Mujiran, Ketua Pelaksana Yayasan Kesejahteraan Keluarga Soegijapranata Semarang.

Alamat pengiriman tulisan opini dan surat pembaca: opini@koranwawasan.com Artikel opini maksimal 5.000 karakter dan disertai foto penulis.

dengan jumlah mahasiswa. 3. Distribusi tabloid Amanat sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sejak dulu distribusi tabloid dilakukan dengan menitipkan di berbagai tempat yang strategis untuk mahasiswa, di antaranya perpustakaan fakultas dan institut, kantor fakultas dan institut dan beberapa tempat lain.■ Arif Khoirudin (Pemimpin Redaksi SKM Amanat)

Kerpedulian Kodam Mengolah Sampah BEBERAPA hari yang lalu, saya membaca koran bahwa Kodam IV/Diponegoro akan mengolah sampah. Sampah-sampah itu akan dipisahkan antara yang organik dan anorganik, selanjutnya dilakukan daur ulang. Sehingga barang yang selama ini tidak berguna nantinya bisa menjadi barang yang bermanfaat lagi. Kegiatan pencanangan pengolahan sampah ini telah dilakukan oleh Pangdam IV/Diponegoro, Mayjen TNI Sunindyo bersama Gubernur Jawa Tengah H. Ganjar Pranowo SH, Kapolda Jateng Irjen Pol Dwi Prayitno, pengusaha pengolah sampah dan pejabat lainnya di Batalyon Arhanudse 15 Semarang, beberapa hari lalu. Pada kesempatan sebelumnya, saat melakukan olahraga bersama masyarakat di Simpanglima Semarang, orang pertama di jajaran Kodam IV/Diponegoro ini juga pernah menyampaikan rencana pengolahan sampah ini. Pada saat itu, jenderal bintang dua yang murah senyum ini menga- takan pengolahan sampah oleh Kodam IV/ Diponegoro nantinya akan menyertakan masyarakat, Kodam akan membeli sampahsampah di RT dan RW.

Dwi, Pekalongan : FMIPA dipandang perlu memiliki Program S2 INVENTARISASI EKOLOGI SUMBER DAYA MANUSIA DAN SUMBER DAYA ALAM (MIE) 6285742842299 Sebagai ibu rumah tangga yang setiap hari selalu berhubungan dengan sampah, saya sangat senang dan menyambut dengan penuh antusias rencana tersebut. Bagaimana tidak? Masalah penanganan sampah di perumahan yang selama ini sering menjadi bahasan di RT atau RW akan mendapatkan solusi yang menguntungkan. Jika selama ini warga harus membayar bu- lanan untuk mengurus sampah maka ke depan malah kita bisa mendapatkan uang dari sampah yang kita buang. Ibaratnya, sampah tersebut masih bisa bermanfaat. Maka saya pun membayangkan dan berandai-andai, seandainya sampah tersebut benar-benar dapat dikelola oleh Kodam, dan sampah tersebut dibeli dari RT dan RW, wah... betapa untungnya, kita sudah tidak pusing memikirkan sampah, tetapi malah di sini masih dapat uang, jadi bisa ditabung untuk keperluan lain. Kita menyambut baik, berharap, dan berdoa semoga rencana yang sudah mulai direalisasikan ini tidak ada kendala, dapat berjalan sesuai rencana sehingga benarbenar bermanfaat bagi masyarakat. TNI, dapat berperan sesuai slogannya membantu kesulitan rakyat. Kita tunggu kelanjutannya.■ Mulyani Susilowati Jl. Puri VI/F 5 BC Padangsari, Banyumanik, Semarang.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.