WAWASAN 17 Desember 2013

Page 24

Selasa Kliwon, 17 Desember 2013

Tampil Trendy dalam Balutan Hijab Korea Style WONODRI - Trend ala Korea ternyata tidak hanya melanda di kalangan pecinta musik hingga penggemar makeup. Penampilan artisartis Korea yang terlihat segar dan energik pun merambat ke dunia fashion. Tidak terkecuali dikalangan hijabers. Permainan tabrak warna hingga pemilihan materi busana yang berani beda, membuat penggemar hijab ala Korea ini terlihat menarik. Salah satunya yang ditampilkan New Sisterz Butik (NSB), butik yang terletak di Jalan Sriwijaya Semarang ini mencoba menghadirkan rancangan yang unik. “Jika selama ini orang memandang dengan berjilbab kita tidak bisa tampil gaul dan mengikuti trend itu jelas salah, dengan hijab ala Korea ini kita bisa tampil trendy,” papar salah satu pemilik NSB, Ika Pramesti. Hijab ala Korea ini didomi-

nasi oleh warna-warna cerah seperti merah, kuning, hijau hingga oranye, kemudian dipadupadankan dengan berbagai busana sesuai selera. Seperti salah satu rancangannya, hijab merah dikombinasikan dengan batu bermotif polkadot hijau serta celana merah. “Bahan yang kita gunakan cukup simpel, pada dasarnya berupa jilbab paris yang kita modifikasi, lalu turban yang kita beri tambahan aplikasi,” imbuh Astrid Oktiana, pemilik NSB lainnya. Serunya, jilbab ala Korea tersebut sangat mudah dikenakan. Istilah kerennya tinggal plug-in. “Tidak sampai dua menit untuk memakainya.

Tinggal dipakai saja. Jadi tidak banyak jarum pentul yang digunakan,” imbuh Astrid. ■ Komunitas

Disisi lain, Ika dan Astrid juga mengajak para penggemar jilbab untuk bergabung dalam komunitas Khasanah Hijab Community (KHC). “Keanggotaan kami terbuka untuk siapa saja yang tertarik. Ada banyak kegiatan yang kami lakukan mulai dari cooking class, pengajian, fashion jilbab, hingga yoga,” papar Ika. Anggota KHC saat ini tercatat sudah mencapai 150 orang. “Kita tidak membedakan kalangan, silahkan datang dalam kegiatan yang kami lakukan,” imbuh Astrid. Untuk bergabung dan mengetahui segala rencana dan kegiatan yang berlangsung bisa follow mereka di akun twitter @khasanah_hijab atau facebook akun khasanah.hijabcomunity. WARNA-WARNI: Permainan tabrak warna menjadi ciri khas hijab ala Korea. Pemilihan bahan busana ■ yang dipadupadankan dengan gaya sehari-hari mampu memberikan penampilan yang berbeda.■ rix-rth Foto: arixc-rth

■ Reklame Kios PADA era Kolonial Belanda, penempelan kertas promosi, iklan hingga pengumuman diatur sedemikian rupa. Pemerintah sadar jika tidak ada aturan yang jelas, maka seluruh kota akan ditemukan banyak kertas tempel yang akan merusak pemandangan. Untuk menampung keinginan masyarakat dalam mempromosikan produk mereka, Belanda membuat reklame kios. Bentuknya berupa tugu tabung dengan segi enam dibagian atasnya. Penempatan reklame kios tersebut biasanya di tempat-tempat strategis yang banyak dikunjungi masyarakat seperti pasar,pusat keramaian atau pun stasiun. Nantinya kertas-kertas reklame akan ditempelkan disana dalam jangka waktu tertentu, tergantung dengan biaya yang dikenakan. Seiring waktu keberadaan reklame kios tersebut menghilang satu persatu, meski ada beberapa yang ma-

Iklan dan Pengumuman Era Belanda sih tetap terjaga.salah satunya terletak di daerah Pecinan. Kios reklame tersebut terlihat mencolok dengan warna merah yang menyelimuti seluruh bagiannya.

perubahan zaman banyak kios reklame yang dihancurkan dan diubah fungsinya. “Dulu ada di depan Hotel Dibya Puri atau pun di kawasan Kota Lama,”

jelasnya. Disisi lain, keberadaan kios reklame tersebut seharusnya bisa menjadi cermin bagi Pemerintah Kota Semarang, ten-

tang bagaimana mengatur keberadaan kertas reklame atau kerta iklan yang sekarang ini banyak ditempel secara semerawut dan mengotori tempat

umum. “Dulu disetiap ke- lurahan ada petugas yang mengontrol kondisi lingkungan sekitar. Pekerjaannya mencatat apa-apa saja yang kesemerawutan yang ada. Ada jalan rusak dicatat, tempel iklan sembarangan dicatat. Nantinya dilaporkan ke pemerintah kota untuk ditindak lanjuti,“ imbuh Jongkie. ■ Rix-rth

■ Perhatian Pemerintah

Uniknya banyak masyarakat sekitar yang tidak tahu fungsi dari bangunan tersebut. Banyak yang menilai bangunan setinggi kurang lebih 2,5 meter tersebut merupakan tugu peringatan atau monumen. “Itu bukan sebuah monumen , tapi reklame kios . Dahulu digunakan orang-orang untuk menempelkan iklan atau pengumunan, sehingga tidak ditempel secara acak dan semaunya. Misalnya di dinding bangunan atau di tiang listrik,” papar pengamat sejarah Semarang, Jongkie Tio. Jongkie juga menyebutkan dulu ada banyak kios reklame yang dipasang namun karena

DULU : Keberadaan kios reklame didekat Hotel Dibya Puri Jl Pemuda Semarang di tahun 1929. Terlihat beberapa kertas reklame masih tertempel. ■ Foto: dok skycrapercity

KINI : Salah satu kios reklame yang masih tersisa dikawasan Pecinan Semarang. Kondisinya masih terawat dengan baik. ■ Foto: arixc ardana-rth

Ratusan Wanita Cantik Ikuti Audisi PPI

AUDISI PPI: Sejumlah gadis cantik melakukan tes kesehatan dan menunjukkan bakat serta keahlian mereka saat mengikuti audisi Pemilihan Puteri Indonesia (PPI) Jateng, Senin (16/12). ■ Foto: Nurul Wakhid-rth

KAUMAN- Ratusan wanita cantik mengikuti proses audisi Pemilihan Puteri Indonesia Provinsi Jawa Tengah (PPI Jateng) 2014 di Pasaraya Sri Ratu Jalan Pemuda, Senin (16/12). Menurut Ketua Panitia PPI Jateng Iqbal M Ardiwinata, audisi ini nantinya akan mengambil 30 finalis yang akan berlaga di malam grand final, 20 Desember besok. Adapun kriteria yang dibutuhkan adalah penilaian dari sisi intelegensi, dapat berkomunikasi dalam bahasa asing, sikap yang santun, memiliki keberanian, dan yang terpenting memiliki wawasan

khusus soal Jawa Tengah. “Audisi menjadi pintu masuk peserta untuk menjadi finalis. Setelah terpilih 30 finalis, maka panitia akan menghelat karantina,” terangnya. Dijelaskan, pada proses karantina, sejumlah pendidikan dan pembelajaran akan didapat peserta. Mulai dari pelatihan public speaking, beauty class, hingga pembekalan mengenai bagaimana menjadi seorang puteri. “Selain itu, kami membuat empat klasifikasi yang setidaknya menjadi pegangan para peserta untuk berangkat menjadi finalis yakni Brain, Beauty,

Behavior, dan Brave,” ujarnya. ■ Finalis

Dijelaskan, empat klasifikasi itu menjadi modal utama para peserta dalam memenuhi kriteria-kriteria yang harus dimiliki para peserta untuk bisa lolos menjadi finalis. Adapun tema yang diusung adalah “Ngertos Jawa Tengah Ngertos Indonesia”. Tema tersebut imbuhnya, menjadi penunjuk bahwa apaapa yang ada di Jateng, juga mewakili apa yang ada di Indonesia. Selain itu, tema tersebut juga menjadi bukti bahwa kebudayaan yang ada di Jateng

menjadi representasi kebudayaan Indonesia. “Kami berharap para peserta dapat menunjukkan sikap orisinil dan asli Jateng. Sikap yang harus ditunjukkan peserta adalah sikap yang mencerminkan Jateng, bukan sikap yang meniru budaya luar,” kata Iqbal. Menurutnya, pelatihan tersebut akan membuat para finalis terbiasa bersikap selayaknya seorang puteri. Hal tersebut, tentunya akan membantu Puteri Jateng dalam mengikuti ajang Pemilihan Puteri Indonesia nantinya yang diharapkan dapat ikut berlaga di ajang Miss Universe. ■ Hid-rth


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.