EDISI 579 - 24 JANUARI 2010

Page 17

KORAN JAKARTA

Venue

®

MINGGU 24 JANUARI 2010

17

FOTO-FOTO: KORAN JAKARTA/WACHYU AP

Menikmati Maroush, Merasakan Maroko Sebuah restoran Timur Tengah dengan konsep fine dinning komplet. Maka meski Anda misalnya tidak pernah mengunjungi Maroko, Maroush mungkin bisa menjawab rasa keingintahuan Anda tentang negeri yang sering dijuluki sebagai Al Maghribi itu. Domba empuk, Sheesha, tarian perut…

D

i Restoran Maroush, negara Maroko itu dihadirkan dalam wajahnya yang penuh: warna-warna bangunan yang redup, ornamen dan kerajinan khas, aneka makanan dan minuman juga sheesa yang menggoda. Pikiran seolah melayang entah ke mana, terjebak dengan tarian perut yang misterius. Lalu aroma magis itu sudah terasa, ketika Tangan Fatimah (Hands of Fatimah), yang dipercaya membawa berkah dan perlindungan bagi manusia dari segala yang jahat, menyambut semua yang datang di pintu masuk. Warnanya hijau. Tergeletak di lantai. Pintunya berukir dengan warna kuning emas. Melangkah ke dalam, ke lorong restoran, musik khas Timur Tengah terdengar seperti mendayudayu. Tiga batang pohon di kiri-kanan lorong dengan daun-daun menjutai, terasa seperti barisan prajurit menyambut rombongan seorang raja. Masuk agak ke dalam dua obor (yang nyala apinya diganti dengan cahaya bohlam), tertancap di dinding sebuah ruangan. Sejumlah pedang khas Maroko terbingkai di sana. Juga busana tunik hijau dengan bordir.

Itulah Sheesha Corner, ruangan yang disediakan bagi mereka yang berminat mengisap rokok khas Arab. Ada beberapa rasa Sheesha yang ditawarkan: Apel, anggur, strawabery dan capucino. Sheesha paling favorit adalah rasa double apple dan anggur. “Setidaknya ada sepuluh pipa sheesa yang siap melayani pengunjung restoran ini,” kata Supriyadi, Asisten Manager Restoran Maroush, di Hotel Crown, Jakarta. Di sebelahnya ada Champagne Corner, sebuah lounge yang menyajikan aneka minuman keras. Latarnya dihias dengan kaca bermotif tadalakt-treated wall, ragam hias yang lazim ditemukan di Maroko. Benar, Maroush di Hotel Crown itu, memang sebuah restoran Maroko dengan konsep fine dinning yang komplet. Semua perabot dan ornamen hiasan yang ada di dalamnya konon pula diimpor langsung dari Maroko. Ruang makannya terbagi menjadi empat bagian: smoking area, non-smoking area, Red Room, dan Green Room. Ruang makan smoking area terletak bersebelahan dengan Sheesha Corner. Ruang berdinding warna merah menyala ini berhias ukiran kayu bergaya khas Maroko yang didominasi warna cokelat. Kursi-kursi makan berlapis beludru merah berderet di ruang ini. Bagian belakang setiap kursi makan dihias dengan bentuk Tangan Fatima. Di ruangan ini para pengunjung juga bisa melihat dua alat musik petik khas Maroko. Nuansa dindingnya berwarna ungu. Mereka yang tidak merokok, bisa memilih ruangan bebas merokok. Terdapat setidaknya 30 tempat duduk di ruangan itu.

« Setidaknya ada

sepuluh pipa sheesa yang siap melayani pengunjung restoran ini.

»

“Ruangan ini biasanya digunakan oleh rombongan yang ingin menggelar acara ulang tahun,” tegas Supri. Kalau jumlah orangnya lebih ba-

nyak kata Supri, ruangan itu bisa diperluas dengan cara melepas tirai yang menjadi pembatas antara dining room dengan ruangan sheesa. Kalau sudah begitu, 150-an orang bisa tertampung di sana. Atau kalau mengadakan standing party, ruangan itu bisa menampung hingga 300 orang. Di ruangan ini ada lukisan seorang pria Maroko yang sedang berbaring santai. Bergaya bak seorang raja, dia seolah sedang mempersilakan para tamu untuk segera menikmati setiap jamuan yang dia persiapkan. Kesan ini akan membawa pengunjung seolah-olah mereka sedang menikmati jamuan di sebuah istana raja. Betis Domba Namanya juga restoran Timur Tengah, menu-menu makanan di Maroush tentu saja juga khas Timur Tengah. Untuk makanan pembuka misalnya, ada zeytinyagli hummus (biji kacang buncis panjang yang dilumat dengan minyak zaitun), chakchouka (salad paprika, tomat dan minyak zaitun), dan khobz kassr (roti tradisional

Maroko). Hidangan utamanya, yang menurut Supri juga menjadi favorit— adalah lamb shank. Itu betis domba, yang dibakar dengan derajat panas tertentu dalam waktu yang tertentu pula. Jangan heran karena itu, kalau daging domba ini sangat empuk, bahkan kalau itu hanya disentuh dengan garpu. Sama sekali juga tidak ada aroma atau bau domba, seperti lazimnya masakan kambing yang banyak dijumpai di Indonesia. Pilihan lain bagi mereka yang tak menyukai daging domba, adalah sea food dan chicken tagine with lemon and oil. Untuk hidangan laut itu misalnya, ada pilihan ikan utuh yang diasinkan. Namanya baharatli balik izgara. Lalu ayam tagine itu dimasak dengan lemon dan buah zaitun. Semuanya diolah, dimasak dan disajikan dengan khas orang Maroko. Sebagai penutup, ditawarkan pistachio baklava (jajanan dengan isian kacang walnut, pistachio dan almond yang dibalut dengan gula dan renyah). Ada juga chocolate

mouse yang terbuat dari kuning telur, cokelat dan whipped cream. Maroush memang khas Maroko dan Maroko seperti kebanyakan negara Timur Tengah lainnya, tidaklah lengkap kalau tidak ada tari perutnya. Maroush juga menyuguhkan tarian itu, tapi tidak setiap hari melainkan di akhir pekan. Kata Supri yang manajer itu, adanya pada jam 20.30 WIB dua lagu dan 21.30 WIB. Maka meski Anda misalnya tidak pernah mengunjungi Maroko, Maroush mungkin bisa menjawab rasa keingintahuan Anda tentang negeri yang sering dijuluki sebagai Al Maghribi itu. Domba empuk, sheesa, tarian perut… agus triyono

Rapat Sambil Melepas Penat Sofa-sofa empuk berwarna merah itu…

S

elain tempat nyaman untuk bisa menyantap hidangan, Maroush juga menyediakan ruangan khusus bagi para pebisnis untuk menggelar pertemuan atau meeting dengan relasi kerja mereka. Ada dua jenis ruangan yang ditawarkan; VIP Green Room dan Red Room. Untuk yang VIP Green Room, yang terletak persis di sisi sebelah kiri area bebas rokok, daya tampung pengunjungnya mencapai enam sampai delapan orang dengan susunan meja bundar (round table). Di ruangan berukuran tidak lebih dari 3x3 meter bernuansa hijau teduh ini, selain bisa membicarakan urusan bisnis, pengunjung juga bisa menikmati hidangan secara langsung dari chief restoran.

“Price yang dikenakan kepada setiap orangnya adalah tujuh ratus ribu rupiah karena makanannya langsung dari chief-nya, chief-nya langsung yang melayani mereka” tegas Surpri. Bagi kalangan pebisnis yang ingin menggelar pertemuan dengan jumlah orang yang lebih banyak, fasilitas ruangan Red Room juga bisa menjadi satu pilihan menarik untuk dicoba. Tepat berada di seberang Green Room, ruangan ini mencoba memberikan sesuatu yang berbeda dibandingkan dengan semua ruangan yang berada di restoran ini. Dua buah guci besar berwarna kuning keemasan yang semuanya didatangkan khusus dari Maroko dan tidak ditemui di ruangan sebelumnya, akan

membawa pengunjung seolah mereka akan memasuki ruangan rapat kantor di Maroko. Masuk ke dalam ruangan pun pengunjung juga akan dibuat berdecak kagum dengan semua hiasan, meja serta kursi yang akan mereka gunakan untuk menggelar pertemuan. Sebelum kaki satu langkah masuk ke dalam ruangan ini misalnya, pengunjung sudah akan dibuat terpana dengan jajaran telapak tangan indah bertato ala Timur Tengah yang menempel indah tanpa goyah di dinding bercat merah. Semua kursi dan meja pertemuan yang berdaya tampung 16 peserta rapat semuanya berukir logam. Berpadu dengan ornamen berupa tulang unta terasah halus yang menempel kuat di

beberapa sisi sandaran kursi semakin menambah indah dan dijamin pengunjung akan semakin betah menikmati suasana rapat yang akan mereka lakukan. “Dan, itu kesemuanya didatangkan khusus dari Maroko,” kata Supri. Pengunjung juga tidak perlu khawatir dengan kejenuhan dan kepenatan karena suasana rapat. Deretan sofa panjang lengkap dengan sandaran bantalnya yang membentang di sepanjang sisi ruangan rapat siap dijadikan tempat pelampiasan melepas penat dan kejenuhan. “Untuk yang di sini, setiap orang biasanya dikenakan harga sekitar lima ratus ribuan dan berbeda dengan yang di Green Room,” kata Supri. ayo

KORAN JAKARTA/WACHYU AP


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.