Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan

Page 1

Jurnal Teknologi Pendidikan Vol: 06/02 Desember 2018. Online ISSN: 2622-4283, Print ISSN: 2338-9184

http://dx.doi.org/10.31800/jtp.kw.v6n2.p107--121

EVALUASI PEMANFAATAN MEDIA AUDIO “ABC” (AKU BACA DALAM CERITA) UNTUK MENGENALKAN HURUF PADA PAUD Evaluation of Audio Media Using "ABC" (Aku Baca dalam Cerita) to Introduce The Letters in Early Childhood Education Innayah Balai Pengembangan Media Radio Pendidikan dan Kebudayaan, Pustekkom, Kemdikbud Jl. Sorowajan Baru No. 367 Banguntapan Yogyakarta Pos-el: innamtj@gmail.com

INFORMASI ARTIKEL Riwayat Artikel: Diterima : 29 Juli 2018 Direvisi : 31 Oktober 2018 Disetujui : 9 November 2018

Keywords: evaluation, audio media, letters, early childhood education Kata kunci: evaluasi, media audio, huruf, paud

ABSTRACT: Audio media “ABC” (Aku Baca dalam Cerita) a learning media that introduces letters through stories for Early Childhood Education aged 5-6 years. To find out the success of the media, it is necessary to evaluate: Is ABC audio media can help introduce alphabet on early childhood learners? How the level of development of the language aspects of students after learning with ABC audio media? Evaluation of the use of audio media ABC aims to know the audio media ABC in introducing letters to students in early childhood and to determine the development of language students with learning ABC audio media. This research was conducted for 10 days on 1-14 August 2017 in ABA Gamping TK, Sleman, Yogyakarta. The population of this research is all of ABA Gamping TK students with the sample of 40 PAUD students. The results of this study obtained data that the level of developmental achievement of students aged 5-6 years in recognizing the letter pattern was good. Thus it can be seen that ABC learning audio media can help in introducing letters to students in early childhood. At the level of achievement of language development, it is shown that most students can achieve the predetermined indicators. This shows that ABC audio media can improve language development in early childhood education. However, there is still a need for variations in the presentation format in ABC learning

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

107


audio media programs to stimulate the imagination of students in early childhood and the need for supporting materials that can stimulate the students' creativity. ABSTRAK Media Audio “ABC� (Aku Baca dalam Cerita) merupakan media audio pembelajaran yang memperkenalkan huruf melalui cerita untuk Pendidikan Anak Usia Dini usia 5-6 tahun. Untuk mengetahui keberhasilan media tersebut perlu dilakukan evaluasi tentang: Apakah media audio ABC dapat membantu mengenalkan huruf pada peserta didik PAUD? Bagaimana tingkat perkembangan aspek bahasa peserta didik setelah belajar dengan media audio ABC? Tujuan evaluasi pemanfaatan media audio ABC ini yaitu untuk mengetahui media audio ABC dalam mengenalkan huruf pada peserta didik PAUD dan untuk mengetahui perkembangan bahasa peserta didik dengan belajar media audio ABC. Penelitian ini dilaksanakan selama 10 hari pada tanggal 1-14 Agustus 2017 di TK ABA Gamping, Sleman, Yogyakarta. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa TK ABA Gamping dengan sampel 40 siswa PAUD. Hasil dari penelitian ini diperoleh data bahwa tingkat pencapaian perkembangan peserta didik usia 5-6 tahun dalam mengenal pola huruf sudah baik. Dengan demikian dapat diketahui bahwa media audio pembelajaran ABC dapat membantu dalam mengenalkan huruf pada peserta didik PAUD. Pada tingkat pencapaian perkembangan bahasa ditunjukkan bahwa peserta didik sebagian besar dapat mencapai indikator yang telah ditentukan. Hal ini menunjukkan bahwa media audio ABC dapat meningkatkan perkembangan bahasa pada pendidikan anak usia dini. Saran, perlunya variasi format sajian dalam program media audio pembelajaran ABC untuk merangsang imajinasi peserta didik pada PAUD dan perlunya bahan penunjang yang dapat merangsang keratifitas peserta didik.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

108


PENDAHULUAN

Hasil penelitian lain menunjukkan dini

kemampuan membaca dari 22 siswa,

karena

yaitu 8 siswa kategori sangat kurang,

pendidikan anak usia dini memiliki

8 siswa kategori kurang, 3 siswa

fungsi utama mengembangkan semua

kategori cukup, dan 3 siswa kategori

aspek perkembangan anak, meliputi

baik

perkembangan kognitif, bahasa, fisik

penelitian

(motorik kasar dan halus), sosial, dan

bahwa terdapat 15% yaitu 3 anak dari

emosional. Hal ini dibuktikan dengan

21

hasil penelitian Rahmawati bahwa

membaca dan menulis permulaan,

pendidikan anak usia dini dapat

kesulitan

mempengaruhi perkembangan anak

mereka dengar (auditori), kesulitan

pada aspek: gerak halus, gerak kasar,

mengerti benda yang mereka lihat

bicara dan bahasa, sosialisasi dan

(visual),

dan

kemandirian pada anak usia 4-5

menulis

huruf

tahun sebanyak 21 anak (65,6%)

(Fajarwati, 2011). Dari hasil penelitian

(Rahmawati,

Permasalahan

tersebut dapat disampaikan bahwa

membaca dan menulis pada PAUD

anak pada PAUD masih kesulitan

selalu

belajar membaca maupun menulis.

Pendidikan pada anak usia sangat

penting

dilakukan

2015).

diperbincangkan

karena

(Wahyuningsih, berikut

anak

2015).

Hasil

menyebutkan

mengalami mengerti

kesulitan

benda

kesulitan dari

yang

meniru

papan

tulis

diketahui sering kurang memenuhi

Media Aku Baca dalam Cerita

prinsip pembelajaran pada PAUD

(ABC) adalah media audio yang

yaitu belajar sambil bermain atau

memperkenalkan huruf melalui cerita

bermain sambil belajar.

untuk PAUD usia 5-6 tahun. Media dari

ini mengajarkan tentang bagaimana

hasil penelitian yang menunjukkan

anak memahami pola dan bentuk

bahwa kesulitan belajar anak usia 5-6

huruf. Tahapan sajian pengenalan

tahun meliputi: (1) Kesulitan belajar

huruf meliputi mendengarkan lagu

membaca yang meliputi menyebut-

huruf dengan tampilan gambar huruf,

kan bunyi huruf, menyusun huruf

mendengarkan

menjadi

mengenal

dengan tema huruf, dan berlatih serta

gambar dengan angka, mengenal

diberi gambaran pola huruf dengan

huruf besar dan huruf kecil, dan

petunjuk audio dan permainan pola

proses membaca, (2) Kesulitan belajar

huruf dengan memanfaatkan benda

menulis

huruf

sekitar (BPMRPK, 2017). Media audio

menjadi kata dan menyusun kata

pembelajaran ABC untuk PAUD ini

menjadi

dikembangkan

Sebagaimana

sebuah

seperti kalimat

diketahui

kata,

menyusun (Marwati,

2017).

cerita

oleh

bergambar

Balai

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

109


Pengembangan

Media

Pendidikan

dan

Radio

didik setelah belajar dengan media

Kebudayan

audio ABC? Sedangkan tujuan dari

(BPMRPK) Kemdikbud melalui siklus

penelitian

model

mengetahui peran media audio ABC

ADDIE

development,

(analysis,

design,

implementation,

and

ini

adalah

untuk

dalam

mengenalkan

evaluation) (Michael Molenda dan

peserta

didik

Alan Januszewski, 2008). Evaluasi

mengetahui perkembangan bahasa

merupakan bagian dari pengembang-

peserta didik setelah belajar dengan

an yang berfungsi melihat sejauh

media audio ABC. Manfaat penelitian

mana program tersebut telah berhasil

ini secara praktis untuk membantu

mencapai

tujuan

meningkatkan kemampuan mengenal

ditetapkan.

Evaluasi

yang

telah

keberhasilan

pola

huruf

PAUD

dan

huruf

pada

dan

untuk

berbahasa

pada

media

audio

dan

sebagai

media audio pembelajaran untuk

PAUD

PAUD sebelumnya pernah dilakukan

pembelajaran

pada

Audio

referensi bagi penelitian selanjutnya

Dini

yang berkaitan dengan metode belajar

model

Pendidikan

(Model

Anak

(MAPAUD) penelitian

Usia

nyanyian.

Hasil

menunjukkan

bahwa

melalui ABC

membaca untuk PAUD. Proses belajar mengajar secara

tingkat penguasaan siswa terhadap

konvensional

program MAPAUD nyanyian, siswa

karena banyak tersedianya sumber

mampu memahami nyanyian sesuai

belajar yang dapat mendukung atau

dengan

membantu dalam belajar. Salah satu

tujuan

pengembangan

kini

program (Innayah, 2013). Selain itu

sumber

evaluasi media audio untuk PAUD

dimanfaatkan oleh pendidik adalah

model permainan anak nusantara

media

(Permata Nusantara), menunjukkan

pembelajaran

bahwa dengan Permata Nusantara

sesuatu yang dapat menyampaikan

dapat

atau menyalurkan pesan dari suatu

meningkatkan

kemampuan

sosial emosional (Jayanto, 2017). Berpijak dari hal tersebut maka

belajar

ditinggalkan

yang

pembelajaran. merupakan

sering Media segala

sumber secara terencana, sehingga terjadi

lingkungan

belajar

yang

media audio ABC perlu dilakukan

kondusif dimana penerimanya dapat

evaluasi yaitu: a) Apakah media

melakukan

audio

efisien dan efektif (Asyhar, 2012).

ABC

mengenalkan

dapat huruf

membantu pada

proses

belajar

secara

peserta

Pendapat lain mengartikan media

didik PAUD? b) Bagaimana tingkat

pembelajaran sebagai segala sesuatu

perkembangan aspek bahasa peserta

yang

dapat

menyampaikan

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

dan

110


menyalurkan

pesan

dari

sumber

Secara

fisik,

media

audio

secara terencana sehingga tercipta

pembelajaran merupakan program

lingkungan belajar yang kondusif

pembelajaran yang dikemas dalam

dimana

penerimanya

dapat

MP3 dan disajikan dalam MP3 player

melakukan

proses

secara

dan VCD audio dengan alat pemutar,

efisien dan efektif (Munadi, 2013).

mini speaker, tape recorder, VCD player,

Dengan adanya media pembelajaran

komputer, atau laptop. Media audio

akan

ini mempunyai karakteristik yang

sangat

dalam

belajar

membantu

pendidik

menyampaikan

materi

pembelajaran karena

pada

peserta

media

khas,

yaitu

hanya

mengandalkan

didik

suara (indera pendengaran), personal,

pembelajaran

cenderung satu arah, dan mampu

bermanfaat menjadikan pembelajaran

menggugah

akan lebih menarik perhatian siswa

2010). Adapun kelebihan-kelebihan

sehingga

menumbuhkan

media audio antara lain, mampu

motivasi belajar, bahan pembelajaran

mengatasi keterbatasan ruang dan

akan lebih jelas maknanya sehingga

waktu, memungkinkan menjangkau

dapat lebih dipahami oleh para siswa

sasaran

yang

luas,

mampu

dan memungkinkan siswa menguasai

mengembangkan

daya

imajinasi

tujuan

pendengar,

dapat

pembelajaran

lebih

baik,

imaginasi

mampu

(Raharjo,

memusatkan

metode mengajar akan lebih variasi,

perhatian siswa, sangat tepat untuk

dan

mengajarkan

siswa-siswa

lebih

banyak

musik

dan

bahasa,

melakukan kegiatan belajar (Sudjana

mampu mempengaruhi suasana dan

dan Rivai, 2013).

perilaku siswa, dapat menyajikan

Jenis media pembelajaran sangat

program pendalaman,

dan dapat

beragam diantaranya media audio,

mengerjakan hal-hal tertentu yang

media visual, media audio visual, dan

sulit dikerjakan oleh guru (Munadi,

multimedia. Media audio merupakan

2013).

media yang penyampaiannya hanya

Khusus untuk PAUD, media

melalui pendengaran. Audio adalah

audio sangat dibutuhkan dan lebih

media audio (media dengar) yang isi

tepat

pesannya hanya diterima melalui

pembelajaran dibanding media visual

indera pendengaran. Dengan kata

(Herawati,

lain, media jenis ini hanya melibatkan

dengan

indera dengar dan memanipulasi

PAUD yang menyebutkan bahwa

unsur

belajar

bunyi

(Munadi, 2008).

atau

suara

semata

digunakan 2017). prinsip

sebagai Hal

ini

sesuai

penyelenggaraan

melalui

menggunakan

media

berbagai

bermain, media

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

111


edukatif

dan

sumber

belajar,

dilakukan

oleh

berorientasi pada kebutuhan anak,

memanfaatkan

menggunakan

pembelajaran

lingkungan

yang

guru

dalam

media “Aku

radio

Baca

Dalam

kondusif, menggunakan pembelajar-

Cerita� dengan judul Telur yang

an terpadu, dan mengembangkan

Menetas.

berbagai

peneliti

Barnawi, tersebut

kecakapan 2014). dapat

(Wiyani

Dari

dan

pendapat

dipahami

Selama dan

pembelajaran

guru

pendamping

melakukan pengamatan dan mencatat

bahwa

terhadap pencapaian perkembangan

pembelajaran pada PAUD diperlukan

peserta didik sesuai indikator yang

media audio pembelajaran sebagai

akan dicapai.

sumber belajar dalam merangsang pertumbuhan

dan

perkembangan

Populasi dalam penelitian ini adalah

peserta

didik

TK

anak usia dini. Manfaat media audio

Patukan

untuk anak usia dini ini ialah dapat

Yogyakarta. Sampel penelitian ini

merangsang perkembangan imajinasi

adalah semua peserta didik kelas B1

dan

dan B2 yang berjumlah 40 anak yang

perkembangan

bahasanya

(Fadlillah, 2014).

hadir

Gamping,

ABA

saat

Adapun teknik

METODE PENELITIAN Metode

yang

penelitian

penelitian

sampel purposive

dilakukan.

diambil random

dengan sampling,

dalam

yaitu sampel diambil secara acak

pemanfaatan

pada populasi dengan tujuan tertentu

digunakan

evaluasi

Sleman,

media audio ABC adalah survey.

(Sugiyono, 2014).

Penelitian ini dilaksanakan selama 10

Teknik pengumpulan data dan

hari pada tanggal 1-14 Agustus 2017

informasi yang digunakan adalah

di

TK

Patukan

Gamping,

melalui angket dan observasi. Angket

Yogyakarta.

Alasan

responden berupa angket unjuk kerja.

ABA

Sleman,

dilakukannya

penelitian

di

TK

Angket ini digunakan oleh pendidik

tersebut karena para pendidik di TK

dan

ABA

Patukan

mendapatkan pemanfaatan

peneliti

untuk

Gamping

sudah

kemampuan

bimbingan

teknis

melakukan perintah/perbuatan sesuai

media

audio

pem-

program

peserta media

didik

menilai

audio

dalam yang

belajaran dan telah memanfaatkan

didengarkan. Sedangkan observasi

beberapa media pembelajaran yang

dilakukan untuk mengamati peserta

telah dikembangkan oleh BPMRPK.

didik dalam melakukan pembelajaran

Penelitian

dengan

sesuai capaian perkembangan pada

mengamati proses pembelajaran yang

PAUD. Observasi atau pengamatan

ini

dilakukan

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

112


ialah

suatu

teknik

yang

dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN

dilakukan guru untuk mendapatkan

Media Audio Pembelajaran ABC

berbagai

sebagai Media Pengenalan Huruf

informasi

perkembangan Melalui

dan

atau

permasalahan.

pengamatan,

mengetahui

tentang

guru

bagaimana

dapat

pada PAUD Media

audio

pembelajaran

ABC

perubahan

merupakan audio bergambar dalam

yang terjadi pada anak dalam satu

memperkenalkan huruf melalui cerita

waktu

dan

untuk PAUD usia 5-6. Keunggulan

Agustin, 2011). Pada pelaksanaan

dari media ini yaitu praktis karena

evaluasi pemanfaatan media audio

memudahkan anak dalam memahami

ABC ini, pendidik inti melakukan

bentuk huruf dengan kemasan materi

pembelajaran dengan menggunakan

yang

media audio ABC dan pendidik

berdasarkan

pendamping memberikan penilaian

Pemanfaatan media ini sederhana

terhadap unjuk kerja peserta didik

tidak

yang

sesuai

karena aplikasi bersifat linier. Setting

perintah yang ada dalam program.

pemanfaatan melalui pembelajaran

Sedangkan

melakukan

dengan pendekatan saintifik. Seperti

pengamatan terhadap respon peserta

diketahui hasil penelitian dengan

didik selama mengikuti pembelajaran

pendekatan saintifik menggunakan

dengan menggunakan media audio

kartu gambar dapat meningkatan

pembelajaran ABC.

hasil pemahaman kosakata siswa dan

tertentu

(Wahyudin

melakukan

tindakan

peneliti

Data dan informasi yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif

dengan

menggunakan

sederhana satu

dan huruf

membutuhkan

menyebabkan

fokus tertentu.

interaktifitas

pelaksanaan

pendekatan saintifik menggunakan kartu

gambar

efektif

dalam

pemahaman kosakata (Astuti dkk,

distribusi frekuensi, yaitu dengan

2016). Pada kurikulum 2013 PAUD

persentase (%) pada setiap indikator

dijelaskan,

tingkat perkembangan pada PAUD. Langkah

saintifik

adalah proses pembelajaran yang dirancang

sedemikian

rupa

agar

adalah

peserta didik secara aktif membangun

menganalisa dan mengolah data yang

kompetensi sikap, pengetahuan, dan

untuk

selanjutnya

pendekatan

dicocokan

dengan

standar

penilaian pencapaian perkembangan pada PAUD.

keterampilan

melalui

tahapan

mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi,

menalar,

dan

mengomunikasikan. Peran TIK dalam

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

113


implementasi kurikulum 2013, juga

untuk

telah memberikan berbagai contoh

membentuk huruf T (menulis huruf

nyata

di udara).

untuk

model

pembelajaran

dan

inovasi

dalam

proses

pembelajaran di kelas (Anwas, 2013). Berkaitan

Setelah

gerakan

program

selesai

diputar, pendidik meminta peserta

dengan

didik untuk menyebutkan kata yang

pelaksanaan Kurikulum 2013 (K-13)

diawali huruf T dari cerita yang

diperlukan dukungan pemanfaatan

didengarkan.

teknologi informasi dan komunikasi.

pemanfaatan media audio tersebut

Media audio ABC merupakan salah

dapat diketahui dengan kemampuan

satu

yang

peserta didik dalam menulis pola

dikembangkan sesuai K-13. Untuk

huruf dan menyebutkan kata dalam

mengukur keberhasilan peserta didik

cerita yang diawali dengan huruf T

dalam

melalui

(Innayah, 2017). Dengan pendekatan

ABC

pembelajaran saintifik ini diharapkan

dapat dilakukan dengan unjuk kerja

anak mudah mengenal huruf melalui

yaitu

yang

pemanfaatan media audio ABC. Hasil

bentuk

penelitian pemanfaatan media audio

media

dengan

melakukan

berbasis

mengenal

pemanfaatan

huruf

media

teknik

TIK

audio

penilaian

melibatkan

anak

dalam

pelaksanaan

suatu

aktivitas

yang

Keberhasilan

pembelajaran

ABC

dalam

dengan

judul

dapat diamati (PAUD Jateng, 2015).

Telur yang Menetas yang dilakukan

Penelitian pemanfaatan media audio

di

pembelajaran

Yogyakarta,

Telur

ABC

yang

melakukan

dengan

judul

TK

ABA

Patukan

Gamping,

menunjukkan

Menetas,

pendidik

tingkat

pencapaian

penilaian

dengan

peserta

didik

data

perkembangan

dalam

menirukan

mengamati bagaimana peserta didik

gerakan huruf seperti dapat dilihat

mengikuti

pada tabel 1.

pembelajaran

dengan

mendengarkan cerita dan mengikuti perintah program dengan menuliskan

Tabel 1 : Tingkat pencapaian perkembangan fisik motorik. Indikator Tingkat

pola huruf T di udara. Adapun

Perkembangan

indikator yang akan dicapai adalah

Fisik Motorik

perkembangan

Menirukan

motorik halus yaitu

suatu keterampilan

menggerakkan

otot dan fungsinya (Mansur, 2009).

gerakan huruf

Skor Pencapaian Perkembangan

BSB

BSH

MB

BB

40%

55%

5%

0

Hasil penilaian menunjukkan

Dalam pembelajaran ini peserta didik

bahwa

diperintahkan

perkembangan peserta didik usia 5-6

untuk

mengangkat

tingkat

pencapaian

tangan dan menjulurkan jari telunjuk

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

114


tahun dalam mengenal pola huruf

huruf memberikan kemudahan bagi

sudah baik (95%), dengan kriteria

anak untuk mengenal bentuk dan

(55%)

berkembang sesuai harapan

bunyi huruf (Sari, 2013). Dengan

(BSH) yang artinya peserta didik

beberapa hasil penelitian tersebut

sudah dapat melakukannya secara

dapat diketahui bahwa dengan media

mandiri dan konsisten tanpa harus

anak dapat mengenal huruf dengan

diingatkan atau dicontohkan oleh

mudah. Diantara hasil penelitian dan

pendidik dan (44%) peserta didik

media

yang

sudah berkembang sangat baik (BSB)

dalam

mengenalkan

artinya

sebatas media berupa benda. Oleh

peserta

didik

sudah

dikembangkan huruf

karena

sudah dapat membantu temannya

dirancang sebagai media berbasis TIK

yang belum mencapai kemampuan

pembelajaran yang dapat membantu

sesuai indikator yang diharapkan,

peserta didik dalam mengenal pola

meskipun

huruf.

peserta

didik

berkembang

(MB).

menunjukkan

masih

ada

yang

masih

Hal

tersebut

bahwa

media

Media

audio

baru

melakukannya secara mandiri dan

demikian

itu

telah

ini

di

ABC

samping

mengajak anak untuk berimajinasi juga

menstimulus

perkembangan

media

fisik motoriknya. Hasil penelitian

merupakan sarana yang tepat untuk

menunjukkan bahwa peserta didik

meningkatkan peserta didik dalam

mampu dan memahami pola huruf

mengenal huruf. Penelitian sejenis

yang

menunjukkan

Kemudahan

kemampuan

anak

dipelajari ini

melalui

audio.

disebabkan

pada

mengenal huruf melalui media pohon

metode mengajarkan huruf melalui

juga mengalami peningkatan dari

media tersebut, karena anak diajak

siklus

untuk

I

menjadi

memperoleh 92,9%

pada

nilai

≼75%

siklus

II

(Marlinda, 2014). Selanjutnya dalam penelitian

tentang

menirukan,

mendengar, dan

melihat,

mempraktekkan

sambil bermain.

peningkatan

kemampuan anak mengenal huruf

Pencapaian Tingkat Perkembangan

melalui

Bahasa Anak Dalam Pemanfaatan

media

menunjukkan

tutup

botol

kemampuan

hias anak

Media ABC

mengenal huruf melalui media tutup

Cerita erat kaitannya dengan dunia

botol hias pada siklus II meningkat

anak. Hal ini disebabkan sebagian

sangat tinggi sebesar 93% (Muflikha,

besar anak-anak menyukai cerita,

2013). Hasil penelitian berikutnya

kisah atau dongeng (Fadlillah, 2014).

menunjukkan bahwa media kartu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

115


penggunaan

metode

bercerita

mengasuh, dan memberikan bermain

terhadap peningkatan berbahasa anak

yang bermakna, aman, nyaman, dan

sangat

menyenangkan

memberikan

terhadap

hasil

pengaruh

tahap

anak

perkembangan anak (PAUD Jateng,

(Permatasari, 2016). Sejalan dengan

2016). Dengan cara atau metode

pendapat

tersebut

tersebut,

pembelajaran untuk

belajar

sesuai

ABC

media

audio

dikembangkan

mengenalkan

aksara

atau

pengenalan

huruf

pada

PAUD akan mudah dimengerti oleh peserta

didik,

seperti

halnya

huruf pada PAUD melalui cerita yang

ditunjukkan pada hasil pemanfaatan

didengarkan. Media ini dirancang

media

audio

dengan mengenalkan bentuk huruf

dalam

mengenalkan

yang dicetak dalam ukuran besar

melalui

yang dikenalkan kepada peserta didik

dengan judul Telur yang Menetas

ketika

pada table 2.

pembelajaran

berlangsung,

selanjutnya peserta didik diminta menirukan

bentuk

huruf

sesuai

perintah dalam media audio serta diminta menyebutkan huruf depan dari kata yang ada dalam cerita yang diperdengarkan. dengan

Hal

ini

Peraturan

Pendidikan Republik

Menteri

dan Indonesia

selaras

Kebudayaan Nomor

137

Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, pasal 10 yang

menyebutkan

bahwa

keaksaraan, mencakup pemahaman terhadap hubungan bentuk dan bunyi huruf, meniru bentuk huruf, serta

cerita

pembelajaran pola

yang

ABC huruf

didengarkan

Tabel 2 : Tingkat pencapaian perkembangan bahasa anak Indikator Tingkat Perkembangan Bahasa Menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal. Mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada disekitarnya melalui lagu. Anak dapat menceritakan kembali apa yang sudah didengarnya. Anak dapat mengucapkan kata yang sering diulang-ulang dalam cerita

Skor Pencapaian Perkembangan BSB

BSH

MB

BB

35%

57%

8%

0

20%

67%

13%

0

30%

57%

13%

0

25%

57%

18%

0

memahami kata dan cerita (Anggun PAUD

Kemdikbud,

2016).

Guna

Aspek perkembangan bahasa

mendukung pembelajaran keaksaraan

dalam

pada pendidikan anak usia dini

ABC

sebaiknya

prakeaksaraan

didik sebagian besar dapat mencapai

dengan

indikator yang telah ditentukan yaitu

harus

metode

diupayakan

menstimulasi,

cara

pemanfaatan

media

audio

menunjukkan bahwa peserta

membimbing,

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

116


dapat

menyebutkan

simbol-simbol

lain

tentang

hal

yang

(92%), mengenal suara huruf awal

disebutkan

(87%), menceritakan kembali (87%),

membaca menggunakan telinganya.

dan mengucapkan kata-kata yang

Semakin

banyak

buku

yang

sering diulang-ulang dalam cerita

dibacakan

kepada

balita,

maka

(82%).

tentang

semakin banyak kosa kata yang dapat

adanya

ia kuasai (Hasan, 2012). Media ABC

peningkatan anak melalui permainan

tidak hanya mengajak anak untuk

pola suku kata dengan media kartu

mendengarkan cerita saja. Lebih dari

huruf secara signifikan dibuktikan

itu, media ABC mampu mengenalkan

dengan

52,17%

peserta didik dalam mengenal simbol,

meningkat menjadi 88,25% (Amini,

huruf awal, menceritakan kembali,

2016).

dapat

dan mengucapkan kata-kata yang

ber-

sering diulang-ulang dalam cerita.

bahasa anak usia dini. Ini terbukti

Dengan hasil penelitian yang telah

dengan meningkatnya hasil perhi-

dilakukan menunjukkan media ABC

tungan

setiap

yang disajikan dengan metode cerita

pertemuan dari siklus 1 dengan siklus

terbukti dapat meningkatkan tingkat

2, kemampuan menyimak meningkat

perkembangan bahasa pada anak.

Penelitian

keaksaraan

lain

menunjukkan

data

hasil

Metode

meningkatkan

awal

bercerita kemampuan

setiap

aspek

di

bahwa

sama

balita

belajar

43%, berbicara 43%, dan kemampuan membaca 43% (Sari, 2014). Hasil

SIMPULAN

penelitian

Media

metode

menunjukkan

bercerita

berulang-ulang konsentrasi

bahwa

yang

dilakukan

dapat

melatih

anak

dalam

audio

pembelajaran

diketahui

dapat

mengenalkan

huruf

didik

PAUD.

ABC

membantu pada

peserta

Hal

tersebut

meningkatkan keterampilan berba-

ditunjukkan

dengan

tingkat

hasa

pencapaian

perkembangan

peserta

melalui

menyimak

dan

bahasa

pada

didik dalam mengenal pola huruf

Malahayati

sudah baik yaitu berkembang sesuai

mengungkapkan kelompok

A,

TK

Neuheun

(Rusniah,

penelitian

lainnya

Hasil

harapan (BSH), artinya peserta didik

menunjukkan

mampu melakukan sendiri menulis

bahwa kemampuan mengenal kata

pola huruf dan konsisten tanpa harus

anak

dibantu

dapat

2017).

meningkat

melalui

pendidik.

Sedangkan

metode bercerita dengan media visual

sebagian besar peserta didik sudah

dengan kriteria berkembang sangat

berkembang

baik (BSB) (Wulan, 2017). Pendapat

artinya

sangat

peserta

baik

didik

(BSB), mampu

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

117


melakukan huruf

sendiri

dan

temannya

menulis

mampu

yang

kemampuan.

membantu

belum

mencapai

Pada

tingkat

pencapaian

perkembangan

ditunjukkan

bahwa

sebagian

besar

pola

bahasa

peserta didik

dapat

mencapai

indikator yang telah ditentukan yaitu dapat menyebutkan simbol-simbol, mengenal

suara

menceritakan

huruf

awal,

kembali,

dan

mengucapkan kata-kata yang sering diulang-ulang dalam cerita. Ucapan Terima Kasih Kami

mengucapkan

terima

kasih

kepada Kepala BPMRPK Kemdikbud yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian ini secara mandiri. Begitu juga kepada Kepala Sekolah dan Guru TK ABA Gamping, Sleman,

Yogyakarta

mengijinkan dan

yang

telah

membantu dalam

pengumpulan data pada evaluasi pemanfaatan media audio ABC untuk mengenalkan huruf pada PAUD dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan

satu

per

satu

yang

membantu penelitian ini. PUSTAKA ACUAN Anwas, Oos M. 2013. “Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Implementasi Kurikulum 2013”. Jurnal Teknodik,

Vol. 17 No. 1, Maret 2013, Jakarta: Pustekkom Kemdikbud. Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi. Anggun Paud, Kemdikbud. 2016. Keaksaraan Awal. diunduh 2 Juni 2018.http://anggunpaud.kemdikb ud. go.id/ index.php/berita/index/ 20161207084308/KeaksaraanAwal Amini. 2016. “Meningkatkan Kemampuan Keaksaraan Reseptif Anak Melalui Permainan Pola Suku Kata di TK Negeri Pembina Yogyakarta”, Jurnal Pendidikan Anak, Vol. 5, Edisi 1, Juni 2016. Hal 673-683. diunduh 7 Mei 2018. https://journal.uny. ac. id/index. php/jpa/article/download/12362/8 932 Astuti, Yosi Rahayu Puji., Rif’at Mohamad, dan Putri, Prihadini Rizky Oktora Eka. 2016. “Penerapan Pendekatan Saintifik Menggunakan Kartu Huruf dan Kartu Gambar Terhadap Pemahaman Kosakata pada Anak Usia Dini di Kelas 0 Besar Tk”, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 4 No. 1. Juni 2016. hal 1-13. diunduh 26 Juli 2018. http://jurnalstkip melawi.ac.id/index.php/JPD/articl e/view/96 BPMRPK. 2017. Rancangan Model Media Audio “ABC”. Yogyakarta: BPMRPK Kemdikbud. Fadlillah, Muhammad. 2014. Desain Pembelajaran PAUD: Tinjauan, Teoritik dan Praktik. Yogyakarta Ar-Ruzz Media.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

118


Fajarwati. 2011. Analisis Kesulitan Belajar Membaca dan Menulis Permulaan Pada Anak Usia Dini di BA Aisyiyah I Grogol. Skripsi, UMS Surakarta. http://eprints. ums.ac.id/14125/ Fauziddin, Moh. 2017. “Upaya peningkatan kemampuan Bahasa Anak Usia 4-5 Tahun melalui Kegiatan Menceritakan Kembali Isi Cerita di Kelompok Bermain Aisyiyah Gobah Kecamatan Tambang”. Jurnal Obsesi. volume 1 nomor 1 hal. 42-51. https:// obsesi.or.id/index.php/obsesi/issu e/view/5 Hasan, Maimunah. 2012. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Diva Press Herawati, Netty. 2017. Media Audio Pembelajaran Untuk Pendidikan Anak Usia Dini. Makalah, disajikan pada kegiatan studi kelayakan untuk daerah 3T di Hotel New Saphir Yogyakarta tanggal 21-23 Maret 2018 Innayah. 2013. “Pemanfaatan Media Audio Pendidikan Anak Usia Dini (Mapaud) Nyanyian dalam Pembelajaran”, Jurnal Kwangsan, Vol.1. No.1. Juni 2013, hal. 57-69 Innayah. 2017. Laporan Pemanfaatan Media Audio Pembelajaran “ABC”. Yogyakarta: BPMRPKKemdikbud. Jayanto, Arif Dwi. 2017. Pemanfaatan Media Audio Pembelajaran Permainan Tradisional Anak Nusantara (Permata Nusantara) untuk Meningkatkan Sosial

Emosional Anak Usia Dini di TK Negeri 2 Yogyakarta. Skripsi, Yogyakarta: UNY Molenda, Michael and Januszeski, Alan. 2008. Educational Technology. New York: Lawrence Erlbaum Associates. Marlinda, Dona. 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui Media Pohon Huruf. Skripsi, Universitas Bengkulu, diunduh 26 Juli 2018. http://repository.unib.ac.id/ 8643/ 1/I%2CII%2CIII%2CII-14-don.FK. pdf Mansur. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Marwati, Sri. 2017. Kesulitan Belajar Anak Usia 5-6 Tahun di TK Lab Model Muhammadiyah Pontianak Kota. Artikel penelitian, Universitas Tanjungpura Pontianak, diunduh 4 Juni 2018 https://media.neliti.com/media/pu blications/216068-none.pdf Muflikha. 2013. ”Peningkatan Kemampuan Anak Mengenal Huruf Melalui Media Tutup Botol Hias Di Paud Kenanga I Kabupaten Pesisir Selatan”, Jurnal Spektrum PLS Vol. 1, No. 1.2013. Hal 1- 16. diunduh 6 Juli 2018.http://ejournal.unp.ac.id/ind ex.php/pnfi/article/view/1450 Munadi, Yudhi. 2013. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Ciputat: Gaung Persada Press PAUD Jateng. 2015. Cara Evaluasi/ Penilaian PAUD (TK KB TPA SPS).

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

119


diunduh 7 Mei 2018 https://www.paud.id/2015/09/con toh-format-penilaian-paudk13.html _________, 2016. Metode Pra Keaksaraan untuk Anak Usia Dini (PAUD). diunduh 8 Mei 2018 https://www.paud.id/2016/02/met ode-pra-keaksaraan-anak-usiadini.html Permatasari, Devi., Supriatna, Encep dan Ch Ni’mah Ima. 2016. ”Pengaruh Penerapan Metode Bercerita Terhadap Peningkatan Keterampilan Berbahasa Anak Usia Dini”,Jurnal Infantia, Vol 4. No. 2 Agustus 2016. hal 1-9 http://antologi.upi.edu/file/Devi_ Permatasari.pdf Rahmawati, Aini Nur. 2015. “Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini dengan Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun di Desa Tawanrejo Bareng Klaten”, Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 5. No. 10. Juni 2015. Hal 24-29. http://ejournal. stikesmukla.ac.id/ index.php/involusi/article/downl oad/196/194 Rusniah. 2017. “Meningkatkan Perkembangan Bahasa Indonesia Anak Usia Dini Melalui Penggunaan Metode Bercerita pada Kelompok A di TK Malahayati Neuhen Tahun Pelajaran 2015/2016”, Jurnal Edukasi, Vol. 3. No. 1. Hal. 114130. https://jurnal.arraniry.ac.id/ index. Raharjo, Puji. 2010. Modul Pembuatan Media Audio

Pembelajaran. Jakarta: PustekkomKemdiknas. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.Bandung: CV. Alfabeta. Sudjana, Nana & Rivai, Ahmad. 2013. Media Pengajaran penggunaaan dan pembuatannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sari, Nunung Sinta. 2013. Analisis Penggunaan Media Kartu Huruf dalam Pembelajaran Pengenalan Huruf Abjad TK Pertiwi II Pontianal. Skripsi, Untan Pontianak, diunduh 27 Juli 2018. http://jurnal.untan.ac.id/index.ph p/jpdpb/article/viewFile/1739/pdf Sari, Meta Novtrya. 2014. Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Melalui Metode Bercerita di Kelompok B TK Yasporbi Kota Bengkulu. Skripsi. Universitas Bengkulu. diunduh 27 Juli 2018. http://repository.unib.ac.id Wahyudin, Uyu dan Agustin, Mubiar. 2011. Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: Refika Aditama Wiyani & Barnawi. 2014. Format PAUD: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Wulan, Novro Windu. 2017. Upaya Mengembangkan Kemampuan Bahasa pada Meningkatkan Kemampuan Mengenal Kata Melalui Metode Bercerita dengan Media Visual di TK Perintis Tunas Bangsa Way Tebu Lampung Barat. Skripsi. Uin Raden Intan. diunduh 25

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

120


Oktober 2018. http://repository. radenintan.ac.id Wahyuningsih, Sri. 2015. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Usia Dini melalui Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Bermain pada Siswa TK Pertiwi Larikrejo Kudus. Skripsi, Universitas Muria Kudus. diunduh 28 Juli 2018. http://eprints.umk.ac.id.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

121


Jurnal Teknologi Pendidikan Vol: 06/02 Desember 2018. Online ISSN: 2622-4283, Print ISSN: 2338-9184

http://dx.doi.org/10.31800/jtp.kw.v6n2.p122--136

DAMPAK PEMANFAATAN APLIKASI ANDROID DALAM PEMBELAJARAN BANGUN RUANG The Impact of The Utilization of Android Application in Learning Space Elisabeth Wiwik Sri Mulyani SMP Negeri 1 Sragen Jalan Raya Sukowati 162 Sragen Jawa Tengah 5721 Pos-el: elisabeth_wsm@yahoo.com INFORMASI ARTIKEL Riwayat Artikel: Diterima : 28 Juni 2018 Direvisi : 13 November 2018 Disetujui : 19 November 2018

Keywords: 3D object, learning media, android apps Kata kunci: bangun ruang, media pembelajaran, aplikasi android

ABSTRACT: The purpose of this study was to know the impact of the utilization of android applications in learning mathematics in SMPN-1 Sragen. This classroom action research was conducted in two cycles,each cycle beginned with planning, action, observation, and reflection. The data in this study was the assessment of the learning process obtained from learners in the activity and assessment at the end of the cycle. Then, the data was analyzed to know whether the utilization of android application in teaching space has been successful or not. There was an increase in students' learning achievement in understanding mathematics after having utilized the android applications. Before the action, only 18 students (56.25%) completed their learning and increased to be 22 students (68.75%) on the first cycle. In the second cycle, the number of students completed their learning was 31 students (96.87%). The use of android application for class IX students B SMPN-1 Sragen had improved the students’ learning achievement. Before the action, the average knowledge of students was 75.16 and their average skill was 70.63. In the first cycle, the average knowledge of students is 78.59 and their average skills is 72.5. In the second cycle, of average knowledge 88.13 average skills 86.88. The conclusion, the utilization of android application in teaching the space learning content improved the students learning achievement. Teachers are suggested to utililize the android application or other appropriate media in learning-teaching activities.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

122


ABSTRAK Fokus masalah yang menjadi pembahasan di dalam tulisan ini adalah dampak dari pemanfaatan aplikasi android dalam pembelajaran matematika tentang bangun ruang sisi lengkung di SMPN-1 Sragen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari pemanfaatan aplikasi android dalam pembelajaran matematika tentang bangun ruang sisi lengkung di SMPN-1 Sragen. Metode penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan dua siklus, di mana setiap siklus diawali dengan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Data dalam penelitian ini berupa penilaian proses yang diperoleh dari peserta didik dalam beraktivitas dan penilaian pada akhir siklus. Kemudian, data dianalisis untuk memperoleh gambaran tentang berhasil-tidaknya pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan hasil belajar peserta didik dalam memahami bangun ruang sisi lengkung setelah belajar menggunakan aplikasi android. Sebelum tindakan, yang tuntas 18 peserta didik (56,25%), pada siklus pertama 22 peserta didik (68,75%). Pada siklus kedua, peserta didik yang tuntas belajarnya 31 orang (96,87%). Penggunaan aplikasi android pada peserta didik kelas IX B SMPN 1 Sragen terbukti dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Sebelum tindakan, rata-rata pengetahuan 75,16 dan rata-rata keterampilan 70,63. Pada siklus pertama, rata-rata pengetahuan meningkat menjadi 78,59 dan rata-rata keterampilan 72,5. Kemudian, pada siklus kedua, rata-rata pengetahuan meningkat menjadi 88,13 dan rata-rata keterampilan meningkat menjadi 86,88. Simpulan dari penelitian ini adalah bahwa pemanfaatan aplikasi android pada materi bangun ruang meningkatkan hasil belajar peserta didik. Disarankan agar guru menggunakan aplikasi android atau media lain yang tepat dalam pembelajaran.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

123


PENDAHULUAN

berkualitas. Menciptakan pembelajar-

Latar belakang dari tulisan ini adalah

an inovatif bisa dilakukan dengan

pembelajaran

cara

matematika

sebagai

di

antaranya

memanfaatkan

salah satu mata pelajaran di SMP

aplikasi android pada materi bangun

yang memiliki peran penting dalam

ruang bagi kelas IX SMP. Artinya,

memenuhi kebutuhan hidup peserta

mengukur daya serap/kemampuan

didik (Batubara, 2017: 13). Strategi

serap ilmu masing-masing peserta

pembelajaran dengan memanfaatkan

didik. Contoh, sebagian peserta didik

teknologi sangat diperlukan dalam

ada

menunjang

menyerap ilmu dengan mengguna-

terwujudnya

seluruh

yang

berkemampuan

kompetensi yang dimuat di dalam

kan

Kurikulum

kemampuan

2013.

Dalam

hal

ini,

visual

atau

dalam

mengandalkan

penglihatan,

auditori

matematika merupakan salah satu

atau kemampuan mendengar, dan

ilmu yang memiliki peranan yang

kinestetik.

cukup besar dalam perkembangan

disesuaikan

suatu bangsa khususnya perkem-

penyeimbangan fungsi otak kiri dan

bangan

dan

otak kanan yang akan mengakibatkan

teknologi. Dengan alasan tersebut

proses renovasi mental, di antaranya

perlu

membangun rasa percaya diri peserta

ilmu

pengetahuan

adanya

mengantisipasi

upaya

untuk

tantangan

masa

satunya

adalah

peningkatan

perhatian

pendidikan

dan

dengan

pula

tersebut

harus

dengan

upaya

didik.

depan yang lebih rumit dan komplek, salah

Hal

Salah

satu

menyebabkan

faktor

rendahnya

yang kualitas

terhadap

pembelajaran adalah belum diman-

pembelajaran

faatkannya berbagai sumber belajar

matematika, sehingga mampu mem-

secara maksimal, baik oleh guru

bekali peserta didik dalam penerapan

maupun peserta didik. Pada kenya-

matematika

taannya, guru jarang memanfaatkan

dan

keterampilan

matematika untuk menjawab perma-

android

salahan yang ada (Dewi, 2014: 2).

mereka memahami bahwa strategi

Ilmu pengetahuan dan teknologi

walaupun

pembelajaran

seperti

ini

sangat

berkembang sangat pesat termasuk

membantu

dalam perancangan sebuah bahan

peserta

belajar bagi peserta didik SMPN-1

pelajaran. Android merupakan salah

Sragen sehingga menuntut adanya

satu

suatu perkembangan dan pening-

digunakan

katan

sumber

belajar

tingkat

sebenarnya

didik

sistem

penguasaan

terhadap operasi

pada

materi

yang

media

bisa

nirkabel.

yang

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

124


Dalam hal ini media yang digunakan

melakukan aktivitas

adalah handphone (Ependi, 2015: 110).

maka terjadi dua aktivitas, yaitu

Dewasa dengan

ini,

android

pembelajaran sudah

banyak

aktivitas

mengajar

belajar.

pembelajaran, dan

Aktivitas

aktivitas mengajar

digunakan seperti halnya penelitian

menyangkut peranan seorang guru

Juraman (2014: 1) yang menyimpul-

dalam konteks mengupayakan ter-

kan bahwa penggunaan

aplikasi

ciptanya jalinan komunikasi harmonis

android oleh peserta didik sangat

antara mengajar itu sendiri dengan

bermanfaat dalam pembelajaran dan

pembelajar.

cukup

menyangkut aktivitas peserta didik

efektif

untuk

mengakses

Aktivitas

belajar

informasi edukasi. Oleh karena itu,

untuk

memperoleh

hasil

belajar

pemanfaatan

berupa

perpaduan

antara

aspek

diharapkan

aplikasi akan

android

mempermudah

kognitif,

afektif,

dan

psikomotor

peserta didik menerima dan mema-

secara proporsional. Aktivitas siswa

hami materi pelajaran di satu sisi,

yang

serta di sisi lain juga mempermudah

mengerjakan tugas, berdiskusi, dan

guru

mengumpulkan data (Widodo, 2013:

menyampaikan

materi

pelajaran.

dapat

diamati

misalnya

32).

Tujuan pembelajaran akan lebih

Rumusan masalah yang menjadi

mudah dicapai dan diharapkan juga

fokus pembahasan di dalam tulisan

akan dapat meningkatkan prestasi

ini adalah, bagaimana dampak dari

belajar peserta didik. Pemanfaatan

pemanfaatan aplikasi android dalam

android ini juga menarik perhatian

pembelajaran

peserta didik untuk belajar. Peman-

bangun ruang

faatan aplikasi android di kelas dapat

SMPN-1 Sragen? Tujuan penelitian ini

membantu peserta didik yang kesulit-

adalah untuk mengetahui dampak

an memahami materi pelajaran yang

dari pemanfaatan aplikasi android

dinilai sulit selama ini (Marlinda,

dalam

2015: 396).

tentang bangun ruang sisi lengkung

Kemudahan belajar diberikan melalui kombinasi antara pembelajaran

individual

personal

dengan

matematika

tentang

sisi lengkung di

pembelajaran

matematika

di SMPN-1 Sragen. Android adalah sebuah sistem operasi

untuk

perangkat

mobile

pengalaman (Sulaeman, 2015: 74).

berbasis Linux yang dirancang untuk

Seorang guru harus mengenal sifat-

perangkat

sifat

media

seperti telepon pintar dan komputer

guru

tablet (Murtiwiyati, 2013: 2). Melalui

khas

pembelajaran.

dari Bila

setiap seorang

bergerak layar

sentuh

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

125


mobile-learning peserta didik dapat

penyiapan

mengakses materi pembelajaran dan

(Mamentu, 2013: 58).

informasi dari mana saja dan kapan

Perangkat

saja.

Peserta

menunggu

didik

waktu

media

pembelajaran pembelajaran

tidak

perlu

disahkan

oleh

tertentu

untuk

dimonitor

dan

kepala

sekolah,

dievaluasi

belajar atau pergi ke tempat tertentu

wujud

untuk

standar ketuntasan minimal peserta

belajar.

Mereka

dapat

pelaksanaanya

untuk

menggunakan

teknologi

mobile-

didik

wireless

keperluan

belajar

kelulusan

untuk

mereka,

baik

standar

serta

kompetensi

untuk

perbaikan

maupun

pengembangan proses pembelajaran

informal. Jumlah perangkat mobile

berkelanjutan (Mamentu, 2013: 58).

lebih

Personal

Perencanaan pembelajaran dirancang

Computer (PC). Perangkat mobile lebih

dalam bentuk Rencana Pelaksanaan

mudah dioperasikan daripada PC.

Pembelajaran (RPP) yang mengacu

Perangkat mobile dapat digunakan

pada

sebagai media belajar (Yuntoto, 2015:

pembelajaran meliputi penyusunan

8).

dan

rencana pelaksanaan pembelajaran

mobile

dan penyiapan media dan sumber

banyak

formal

dan

berdasarkan

daripada

Masyarakat yang memiliki

menggunakan

perangkat

standar

isi.

Perencanaan

semakin banyak. Hal ini membuka

belajar,

perangkat

peluang

penggunaan

perangkat

pembelajaran, dan skenario pembe-

teknologi

bergerak

dalam dunia

lajaran. Penyusunan RPP disesuaikan

pendidikan. Penggunaan perangkat

dengan

bergerak

yang digunakan, misalnya menginte-

(mobile-device)

dalam

proses pembelajaran kemudian dike-

grasikan

nal

lajaran.

sebagai

mobile-learning (Amin,

pendekatan

penilaian

android

pembelajaran

dalam

Penyusunan

pembeprogram

2015: 13). Pengguna internet dan juga

pembelajaran

gadget-mobile

pelaksanaan pengajaran berjalan lebih

kalangan

didominasi

usia

muda,

oleh sehingga

bertujuan

agar

lancar dan hasilnya lebih baik.

memungkinkan untuk memanfaatan

Penelitian sebelumnya pernah

piranti mobile untuk pembelajaran

dilakukan oleh Juraman (2014: 14)

(Sulisworo, 2014: 57). Sebelum guru

yang

melaksanakan kegiatan pembelajaran

pemanfaatan smartphone android oleh

dengan android tentu memerlukan

peserta

persiapan. Pada tahap perencanaan

informasi

adalah

sebagian besar peserta didik sudah

penyusunan

RPP,

pengembangan bahan belajar, dan

menyatakan didik

dalam

edukasi

memanfaatkan

bahwa mengakses

efektif

android

karena untuk

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

126


mengakses informasi edukasi dan

dipakai untuk mengatasi masalah

banyak mendukung aktivitas peserta

pembelajaran adalah dengan aplikasi

didik

dalam

yang

(2016:

58)

pembelajaran.

juga

telah

Irfan

melakukan

dipasang

pada

smartphone

android (Prasetia, 2017: 219).

penelitian tentang manfaat gadget gadget dalam belajar oleh peserta

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan

didik sudah efektif dalam mencari

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

bahan pembelajaran, latihan-latihan

merupakan

soal dan pembahasan.

bersifat reflektif oleh pelaku tindakan.

dalam

pembelajaran.

Pemanfaatan

Kehadiran mobile-learning yang

bentuk

kajian

yang

Penelitian ini memakai penelitian

elektronik

tindakan karena penelitian tindakan

telepon pintar ini ditujukan sebagai

kelas merupakan penelitian yang

suplemen pembelajaran yang ada dan

lebih sesuai dengan tugas pokok dan

memberikan

kepada

fungsi guru, meningkatkan kualitas

peserta didik untuk belajar sendiri

pembelajaran, meningkatkan kualitas

mengenai

peserta didik, serta mencapai tujuan

menggunakan

media

kesempatan materi

yang

kurang

dikuasai di mana pun dan kapan pun.

pembelajaran atau pendidikan.

Hal ini tentu dapat memberikan

Subyek penelitian ini adalah

pengalaman yang berbeda dalam

peserta didik kelas IX B semester 1

proses pembelajaran bagi peserta

SMPN-1

didik (Iqbal, 2016: 21). Di masa yang

2017/2018. Jumlah peserta didik yang

akan datang, pengguna android akan

berperanserta dalam PTK ini 32 orang

semakin

terdiri dari 20 perempuan dan 12 laki-

bertambah

cepat

setiap

Kalangan pengajar dan peserta dengan

semakin cepat

butuh untuk

tahun

laki. Obyek penelitian

harinya di seluruh dunia. didik

Sragen

informasi menunjang

peningkatan

pelajaran

ini

adalah

kualitas pembelajaran

matematika dengan topik bangun ruang

sisi

lengkung

dengan

proses belajar mengajar di sekolah

menggunakan model pembelajaran

maupun di kampus. Kini peserta

aplikasi

didik tidak lagi hanya mendengar

dilaksanakan

informasi yang

Agustus 2017.

disampaikan dari

android.

Penelitian

pada

bulan

ini Juli-

Instrumen pengumpulan data

gurunya, tetapi peserta didik dapat dengan mudah mendapatkan infor-

yang

digunakan

masi hasil penelitian terbaru. Salah

pengamatan,

satu media pembelajaran yang sering

lapangan. Yang perlu dikemukakan

tes,

adalah

lembar

dan catatan

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

127


adalah uraian tentang bagaimana

didik

pelaksanaan atau implementasi dari

kegiatan pembelajaran.

masing-masing jenis instrumen yang

selama Teknik

berlangsungnya

analisis

data

yang

ditentukan. Dalam observasi, peneliti

digunakan adalah analisis deskriptif

lebih banyak menggunakan salah

komparatif, penyajian data, penarikan

satu dari panca inderanya yaitu

simpulan, serta verifikasi refleksi.

indera

Analisis

penglihatan.

observasi

akan

informasi

Instrumen

lebih

yang

efektif

hendak

jika

diambil

deskriptif

komparatif

digunakan karena

hasil penilaian

prestasi

peserta

belajar

didik

berupa kondisi atau fakta alami,

dibandingkan antara kondisi awal,

tingkah

siklus pertama, dan siklus kedua.

laku

responden

dalam

Sebaliknya,

hasil situasi

instrumen

mempunyai menggali

dan

alami.

Setelah

dibandingkan,

dapatlah

observasi

diketahui seberapa besar kenaikan

dalam

atau penurunan hasil belajar peserta

keterbatasan

informasi

kerja

yang

berupa

didik.

pendapat atau persepsi dari subyek yang diteliti.

Penyajian data setelah direduksi dan dikelompokkan dalam berbagai

Instrumen

tes

menggunakan

pola dideskripsikan dalam bentuk

yang sudah ada dan baku dengan

kata-kata untuk melihat gambaran

tujuan

mengetahui

keseluruhan atau bagian tertentu.

kemampuan peserta didik sehingga

Penyajian data ini ditulis dalam

peneliti

paparan data.

untuk dapat

merencanakan

tindakan yang akan diambil dalam

Adapun tes hasil belajar peserta

memperbaiki proses pembelajaran.

didik

Pemberian

ketuntasan

tindakan

dilakukan

diolah

untuk

dengan

mengukur

menggunakan

melalui dua siklus dan evaluasi

rumus ketuntasan belajar. Kegiatan

dilakukan di akhir

pembelajaran

siklus untuk

dikatakan

mengetahui hasil belajar peserta didik

apabila

pada setiap siklus. Tes adalah suatu

individual telah memperolah nilai 75

alat pengumpul informasi, bersifat

atau

lebih resmi karena penuh dengan

dikatakan tuntas belajar jika lebih dari

batasan-batasan.

80% peserta didik mendapat nilai di

Catatan untuk

lapangan

digunakan

mendokumentasikan

peserta

lebih,

dan

didik

berhasil

secara

secara klasikal

atas 75. Di samping itu, dilakukan

secara

juga metode analisis deskriptif yang

keseluruhan kualitas pembelajaran,

merupakan pemaparan dari hasil

aktivitas guru, dan aktivitas peserta

penerapan

pembelajaran

dengan

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

128


aplikasi android. Rumus rata-rata

kegiatan tindakan ini akan diuraikan

digunakan

lebih lanjut pada bagian berikut ini.

untuk

perkembangan

dan

mengetahui peningkatan

Pendahuluan. Kegiatan-kegiatan

pemahaman peserta didik terhadap

yang akan dilakukan pada bagian

materi bangun ruang sisi lengkung

pendahuluan

antara siklus satu dengan siklus

menyiapkan

lainnya.

psikis dan fisik untuk mengikuti

adalah: peserta

(1)

guru

didik

secara

Menyimpulkan dan memverifi-

keseluruhan proses pembelajaran, (2)

kasi. Dari kegiatan reduksi dilakukan

melalui kegiatan tanya jawab, peserta

penyimpulan akhir yang selanjutnya

didik

diikuti dengan kegiatan verifikasi

kembali oleh guru tentang contoh-

atau

contoh bangun ruang sisi lengkung

pengujian

terhadap

temuan

ilmiah.

diingatkan

dalam

Indikator kinerja dalam peneliti-

peserta

kehidupan didik

atau

dijelaskan

sehari-hari,

mengamati

(3)

contoh

an tindakan kelas ini ditetapkan oleh

gambar diagram lingkaran, (4) guru

SMPN-1 Sragen, yaitu: (1) kualitas

mengajukan pertanyaan, “Dapatkah

pembelajaran mencapai kriteria baik,

kalian menyebutkan contoh bangun

(2)

ruang sisi lengkung dalam kehidupan

nilai rata-rata pengetahuan dan

keterampilan 75, dan (3) persentase ketuntasan belajar

80%.

sehari-hari?�. Kegiatan

berikutnya

yang

Penelitian ini dilandasi prinsip

dilakukan adalah (5) peserta didik

kolaboratif dan kooperatif sehingga

diberi permasalahan yang berkaitan

penyiapan

dipandang

dengan bangun ruang sisi lengkung

perlu dilakukan pada kegiatan awal.

dalam kehidupan sehari-hari yang

Melakukan diskusi dengan teman

terkait dengan materi pelajaran yang

sejawat guru matematika tentang

sedang

desain atau strategi pembelajaran

kamu berapa luas selimut tabung?�,

pada

sisi

(6) guru menegaskan tujuan yang

dengan

akan dipelajari hari ini, dan (7) guru

partisipan

materi

lengkung

bangun

yang

ruang

diikuti

penyusunan rencana kegiatan. Serangkaian kegiatan tindakan

dibahas,

yaitu:

�Tahukah

menyampaikan cakupan materi. Kegiatan Inti.

Tahap pertama

yang akan dilakukan dapat dikelom-

yang dilaksanakan pada kegiatan inti

pokkan ke dalam: (1) Pendahuluan,

adalah mengamati yaitu peserta didik

(2)

mengamati contoh bangun ruang sisi

Kegiatan Inti, dan (3) Penutup.

Selanjutnya,

ketiga

rangkaian

lengkung dalam kehidupan seharihari yang ditampilkan guru.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

129


Tahap kedua adalah menanya di

peserta didik tentang materi yang

mana guru memberikan pertanyaan

dipelajari,

pancingan, sebagai contoh: �Setelah

mengerjakan latihan soal pada buku

mengamati

teks.

bangun

ruang

yang

disajikan, berapakah luas selimut tabung,

dan

Pada

peserta

tahap

didik

kelima

yaitu

langkah-

mengkomunikasikan. Salah seorang

langkah menentukan luas selimut

peserta didik mempresentasikan hasil

tabung?�. Peserta didik merumuskan

diskusi/pekerjaan

pertanyaan terkait dengan perma-

didik

salahan yang diajukan guru dan cara

tanggapan

apa saja yang bisa digunakan untuk

disajikan,

menghitung luas selimut tabung.

melakukan konfirmasi atau klarifikasi

Tahap

bagaimana

maka

adalah

lainnya atas

baik

Peserta

memberikan

presentasi dalam

yang

bertanya,

tahap

maupun

melengkapi

informasi

mengumpulkan data dan informasi

ataupun

tanggapan

lainnya;

untuk menjawab semua pertanyaan

sedangkan guru memberi umpan

yang diajukan. Peserta didik diminta

balik atau konfirmasi.

untuk

ketiga

yang

mereka.

mengumpulkan

informasi

dengan

data

dan

menggunakan

Kegiatan

penutup

dilakukan

dengan cara peserta didik bersama-

bantuan buku peserta didik yang

sama

diunduh dari Portal Rumah Belajar

kesimpulan

melalui fitur Buku Sekolah Elektronik

langkah menyajikan data ke dalam

di laman https://belajar.kemdikbud.

bentuk diagram lingkaran. Setiap

go.id serta aplikasi android bangun

kelompok

datar dan ruang. Peserta didik secara

penghargaan

berkelompok

aktivitas kelompok. Untuk menge-

saling

bertukar

dengan

guru

membuat

mengenai

langkah-

diberikan

perolehan

berkaitan

pendapat tentang alternatif penye-

tahui

lesaian permasalahan yang ada.

secara individu guru memberikan

Tahap keempat adalah tahap mengasosiasi/menganalisis data atau

pemahaman

peserta

dengan didik

tugas mandiri (PR) yang berkaitan dengan materi yang baru dipelajari.

informasi di mana peserta didik menyimpulkan

langkah-langkah

HASIL DAN PEMBAHASAN

untuk menentukan cara mencari luas

Hasil dan pembahasan penelitian

selimut bangun ruang sisi lengkung,

yang dilakukan pada tiap langkah

dan

hasil

(sebelum tindakan, siklus pertama,

penyelesaian permasalahan. Untuk

dan siklus kedua) dapat dikemuka-

mengetahui

kan berikut ini.

kemudian

menuliskan

tingkat

pemahaman

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

130


Sebelum Tindakan

Siklus Pertama

Sebelum tindakan, guru membentuk

kelompok

yang

bersifat

Pada

siklus

pembelajaran

heterogen. Peserta didik melakukan

melakukan

diskusi.

menggunakan

Hasil

refleksi

sebelum

pertama,

diawali

dengan

motivasi

dengan

aplikasi

android.

dilakukan tindakan, selama kegiatan

Penjelasan

pembelajaran berlangsung, sebagian

bantuan papan tulis dan dilanjutkan

besar peserta didik cenderung kurang

dengan

berminat

pembelajaran. Pada siklus kedua,

menyelesaiakan

soal-soal

disampaikan

dengan

pengamatan

kualitas

latihan. Oleh karena itu, guru harus

pembelajaran

selalu mengingatkan peserta didik

melakukan motivasi dengan menggu-

agar mereka mengerjakan soal-soal

nakan aplikasi android, penjelasan

latihan. Di samping kurang berminat

dilakukan

mengerjakan soal-soal latihan, peserta

powerpoint, dan dilanjutkan dengan

didik juga kurang memperhatikan

pengamatan kualitas pembelajaran.

penjelasan guru, kurang bersemangat

diawali

dengan

dengan

Hasil

bantuan

observasi

pascasiklus

dan cenderung pasif, tidak aktif

pertama, tampaklah bahwa peserta

dalam mengemukakan pendapat atau

didik sudah mulai tampak

bertanya dalam mengikuti proses

dalam

pembelajaran. Minat untuk bertanya

walaupun belum seluruhnya. Peserta

juga kurang karena peserta didik

didik lebih aktif dalam bertanya

cenderung pasif pada waktu guru

apabila mereka merasa tidak bisa

memberikan pertanyaan atau saat

mengerjakan soal latihan. Peserta

guru memberikan tugas.

didik lebih aktif dalam menyelesaikan

Minat

belajar

dan

bertanya

kegiatan

aktif

pembelajaran

soal-soal tentang bilangan berpang-

peserta didik dalam pembelajaran

kat.

kurang, ditandai dengan banyaknya

cenderung memperlihatkan pening-

peserta didik yang cenderung pasif

katan

dan kurang berminat untuk

antusias

segera

Peserta

didik

kinerjanya.

yang Mereka

menyelesaikan

malas lebih

soal-soal

menyelesaikan masalah sewaktu guru

tentang bangun ruang sisi lengkung.

memberikan pertanyaan atau tugas

Selama kegiatan pembelajaran, mulai

selama

dari

pembelajaran

berlangsung.

awal

sampai

dengan

akhir

Hasil belajar rata-rata pengetahuan

kegiatan, peserta didik tampak aktif

peserta didik adalah 75,16. Rata-rata

dan komunikatif.

keterampilan adalah 70,63. Persentase

Hasil

ketuntasan 18 peserta didik (56,25%).

refleksi

pada

pertama dapat diketahui

siklus bahwa

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

131


kelompok peserta didik masih sama

Sebagian besar peserta didik sangat

dengan sebelum dilakukan tindakan.

memahami apa yang harus mereka

Dalam kegiatan pembelajaran, peserta

lakukan. Peserta didik berani meng-

didik sudah mulai tampak aktif

ungkapkan pendapat dan bertanya.

walaupun belum seluruhnya. Guru menjelaskan

Hasil refleksi pada siklus kedua

tugas

yang

harus

dapat diketahui bahwa kelompok

dikerjakan

peserta

didik

secara

peserta

kelompok,

yaitu

menanya,

mengamati,

mengumpulkan

data,

didik

masih

sama

yaitu

kelompok yang bersifat heterogen. Selama kegiatan pembelajaran, mulai

mengeksplorasi, mengasosiasi, dan

dari

berdiskusi menentukan materi, serta

kegiatan, peserta didik tampak aktif

melaporkan hasil diskusi. Peserta

dan

didik

peserta didik telah memahami apa

lebih

lesaikan

aktif dalam

soal-soal

menye-

latihan.

awal

sampai

komunikatif

dengan karena

akhir setiap

Ada

yang harus dikerjakan dalam model

kecenderungan peningkatan kinerja

pembelajaran aplikasi android. Untuk

di kalangan peserta didik yang malas.

memperoleh

kesimpulan

terhadap

Hasil belajar rata-rata penge-

materi pembelajaran yang dibahas,

tahuan 78,59 dan keterampilan 72,5.

peserta didik berdiskusi menentukan

Persentase

materi notasi ilmiah dan bentuk akar,

ketuntasan

22

didik (68,75%). Kenaikan

peserta rata-rata

pengetahuan dari siklus awal ke

serta melaporkan hasil diskusi. Hasil

belajar

rata-rata

siklus pertama adalah 3,43 di mana

pengetahuan 88,13 dan keterampilan

rata-rata keterampilan naik 1,87 dan

86,88 dengan persentase ketuntasan

ketuntasan naik 12,5%.

31 siswa (96,88%). Kenaikan rata-rata

Siklus Kedua

pengetahuan dari siklus pertama ke

Pada siklus kedua, tiap peserta

siklus

kedua

9,54.

Rata-rata

didik telah memahami apa yang

keterampilan juga naik sebesar 14,38

harus

dan ketuntasan naik sebesar 28,13%.

dikerjakan

dalam

model

pembelajaran aplikasi android. Hasil

Berdasarkan pengamatan, maka

kedua

dapat dibuat diagram rata-rata hasil

diperoleh gambaran suasana kelas

belajar peserta didik dari siklus awal

observasi

pada

siklus

yang terkendali. Pada saat kegiatan pembelajaran, melakukan

peserta

kegiatan

menggunakan

didik

aktif

pembelajaran

aplikasi

sampai dengan siklus kedua pada gambar 1.

android.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

132


tuntas 18 peserta didik (56,25%). Pada

Hasil Belajar 88.13

100 80

75.16

78.59 70.63

siklus pertama, peserta didik yang 86.88

72.5

tuntas sebanyak 22 peserta didik

60

(68,75%), dan pada siklus kedua

40

peserta didik yang tuntas sebanyak 31

20

peserta didik (96,875%). Dilihat dari

0 sebelum tindakan

siklus pertama siklus kedua

ketuntasan belajar dari siklus pertama sampai dengan siklus kedua terdapat

pengetahuan

peningkatan.

keterampilan

Kualitas pembelajaran mening-

Gambar 1: Rata-Rata Hasil Belajar

kat dari siklus awal hingga siklus Sebelum

dapat

kedua ditandai dengan: (1) keteram-

bahwa rata-rata penge-

pilan peserta didik bertanya sudah

tahuan 75,16 dan keterampilan 70,63.

baik, (2) guru baik dalam memberi

Pada siklus pertama dapat diketahui

penguatan, (3) guru baik

rata-rata

dan

mengadakan variasi, (4) guru mampu

keterampilan 72,5. Pada siklus kedua,

menjelaskan, (5) guru baik dalam

rata-rata

membuka dan menutup pelajaran, (6)

diketahui

tindakan

pengetahuan pengetahuan

78,59 88,13

dan

dalam

keterampilan 86,88. Dari siklus awal

guru

ke siklus pertama ada kenaikan rata-

diskusi kelompok kecil, dan (7) guru

rata pengetahuan sebesar 3,43

baik dalam mengelola kelas, baik

dan

baik

dalam

keterampilan sebesar 1,87. Dari siklus

dalam

pertama ke siklus kedua,

maupun perorangan.

kenaikan

mengajar

membimbing

kelompok

kecil

rata-rata pengetahuan sebesar 9,54 SIMPULAN

dan keterampilan 14,38.

Ketuntasan Belajar 100 80 60 40 20 0

96.875 56.25

68.75

Penggunaan aplikasi android terbukti dapat memberikan dampak positif dalam pembelajaran yaitu meningkatkan

kualitas

pembelajaran

mata

pelajaran matematika tentang topik sebelum tindakan

siklus Pertama Siklus Kedua

Gambar 2: Persentase Ketuntasan Belajar

Dilihat dari persentase ketuntasan belajar, sebelum tindakan yang

bangun ruang sisi lengkung di kelas IXB SMPN-1 Sragen. Dilihat dari ketuntasan belajar sebelum tindakan peserta didik yang tuntas belajarnya sebanyak 18 anak (56,25%),

pada

siklus pertama, peserta didik yang

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

133


tuntas belajarnya sebanyak 31 anak

pertama, rata-rata capaian nilai yang

(96,875%). Dilihat dari ketuntasan

berupa pengetahuan 78,59 dan rata-

belajar dari sebelum tindakan sampai

rata

dengan

keterampilan 72,5. Kemudian, pada

siklus

kedua

terdapat

peningkatan. Dari

capaian

nilai

yang

berupa

siklus kedua, rata-rata capaian nilai

siklus

awal

ke

siklus

yang berupa pengetahuan 88,13 dan

pertama, ada kenaikan ketuntasan

rata-rata capaian nilai yang berupa

belajar

keterampilan 86,88.

sebesar 12,50%. Demikian

juga halnya dari siklus pertama ke siklus

kedua,

ada

kenaikan

Dari pertama

siklus ada

awal

ke

kenaikan

rata-rata

ketuntasan belajar sebesar 28,13%.

pengetahuan

Kualitas pembelajaran meningkat dari

kenaikan

sebelum tindakan sampai dengan

sebesar 1,87. Dari siklus pertama ke

siklus kedua yang ditandai dengan;

siklus kedua ada kenaikan rata-rata

(1)

didik

pengetahuan

guru

kenaikan

keterampilan

bertanya

sudah

peserta baik,

(2)

memberi penguatan sudah baik, (3) guru

sudah

cukup

baik

dalam

sebesar

siklus

3,43

rata-rata

dan

keterampilan

sebesar

9,54

rata-rata

dan

keterampilan

sebesar 14,38. Saran-saran yang dapat diajukan

mengadakan variasi pembelajaran, (4)

adalah

guru mampu menjelaskan, (5) guru

diharapkan dapat: (1) mengembang-

sudah cukup baik dalam membuka

kan kemampuan bernalar melalui

dan menutup pelajaran, (6) guru

pemanfaatan

aplikasi

sudah

melakukan

eksplorasi

cukup

baik

dalam

bahwa

peserta

didik

android, dan

membimbing diskusi kelompok kecil,

eksperimen sebagai alat pemecahan

(7) guru sudah cukup baik dalam

masalah melalui pola pikir dan model

mengelola kelas, baik dalam mengajar

matematika,

kelompok kecil maupun perorangan.

komunikasi melalui simbol, tabel,

Penggunaan

aplikasi

android

serta

sebagai

alat

grafik, diagram dalam menjelaskan

pada peserta didik kelas IX B SMPN-1

gagasan,

Sragen, terbukti dapat meningkatkan

penalaran

hasil belajar peserta didik. Sebelum

melakukan manipulasi matematika

tindakan dapat diketahui rata-rata

dalam

capaian

nilai

pengetahuan capaian

keterampilan

(2)

pada

menggunakan

pola,

membuat

sifat

atau

generalisasi,

yang

berupa

menyusun bukti, atau menjelaskan

dan

rata-rata

gagasan dan pernyataan matematika

yang

berupa

75,16

nilai

dan

70,63.

Pada

siklus

berdasarkan

pengalaman

belajar

memanfaatkan aplikasi android.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

134


Di samping saran kepada peserta didik, para guru juga diharapkan dapat: (1) menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,

secara

luwes,

akurat,

efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah

melalui

memanfaatkan

android, dan (2) merencanakan dan memanfaatkan dalam

aplikasi

kegiatan

android

belajar-mengajar

secara teratur sehingga peserta didik mendapatkan dari

pengalaman

sumber

belajar

belajar yang

berhubungan dengan materi di luar guru. Kepala sekolah atau pengelola sekolah diharapkan dapat memfasilitasi pemanfaatan aplikasi android untuk pembelajaran dan memberikan kesempatan

kepada

guru

untuk

mengikuti pelatihan memanfaatkan aplikasi android agar mereka dapat memanfaatkannya di dalam kegiatan pembelajaran. Pustaka Acuan Amin, AK. 2015. Pengembangan Media Pembelajaran Berbentuk Aplikasi Android Berbasis Weblog Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Pendidikan Matematika IKIP PGRI Bojonegoro, (Penelitian dilakukan pada Mata Kuliah Metode Statistika Tahun Ajaran 2014/2015). Jurnal Magistra

No. 94 Th. XXVII Desember 2015 ISSN 0215-9511. Batubara, HH. 2017. Pengembangan Media Pembelajaran Matematika berbasis Android untuk Peserta didik SD/MI. Jurnal Muallimuna. Vol. 3, No. 1, Oktober 2017. Dewi, NWDP. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Scientific Berorientasi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Penalaran Peserta didik, e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Matematika. Vol. 3 Tahun 2014 Ependi. 2015. Pemanfaatan Teknologi Berbasis Android sebagai Media Belajar Matematika Anak Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Matrik Vol. 17 No. 2, Agustus 2015, hal. 109 -122. Iqbal. 2016. Perancangan Media Pembelajaran Aplikasi Fisika pada Pokok Bahasan Fluida Statis untuk Peserta didik SMA Berbasiss Android. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 04, No. 02, tahun 2016 hlm. 2024, http://jurnal.unsyiah. ac.id/jpsi Irfan, M. 2016. Pemanfaatan Gadget dalam Pembelajaran Matematika serta Pengaruhnya pada Mahasiswa yang Mengalami Math Anxiety di Universitas Sarjana Wiyata Taman Siswa pada Mata Kuliah Persamaan Diferensial. Jurnal Pembelajaran Matematika. Vol. III No. 1, Januari 2016. Juraman, SR. 2014. Pemanfaatan Smartphone Android oleh

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

135


Mahapeserta didik Ilmu Komunikasi dalam Mengakses Informasi Edukatif (Studi pada Mahapeserta didik Ilmu Komunikasi Fispol Unsrat). Journal Unsrat. Vol. III. No. 1. Tahun 2014. Mamentu. 2013. Manajemen Pendidikan dan Pengajar Pada SMA Negeri Remboken Kabupaten Minahasa. IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME) Vol. 3, Issue 5. Nov–Dec. 2013, PP 58-66, e-ISSN: 2320–7388, p-ISSN: 2320–737X. Marlinda, Linda. 2015. Pengaruh CD Education dan Animasi Berbasis Android Sebagai Alat Bantu Pembelajaran untuk Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik SMU IPA. Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015) tgl. 8 dan 9 Juni 2015, Bandung, Indonesia. Murtiwiyati. 2013. Rancang Bangun Aplikasi Pembelajaran Budaya Indonesia untuk Anak Sekolah Dasar Berbasis Android. Jurnal Ilmiah Komputasi. Vol. 12, No. 2, Desember 2013, ISSN: 1412-9434. Prasetia, Eko Jhon Veri. 2017. Perancangan dan Pembuatan Aplikasi Media Pembelajaran Perakitan Komputer Berbasis Android. Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi. Vol. 4, No. 2, Oktober 2017, Hal. 219-229. ISSN ng: LPPM UPI YPTK Padang. Sulaeman. 2015. Pengemabngan Kurikulum 2013 dalam Paradigma Pembelajaran Kontemporer. Jurnal Islamadina, Vol. XIV, No. 1, Maret 2015. Hal. 71-95.

Sulisworo, D. 2014. Pengembangan Sistem Manajemen Pembelajaran Kooperatif Secara Mobile Berbasis Sistem Operasi Android. Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies (IJCETS). Vol. 3, No.1, Thn 2014. Hal. 56-63 Widodo. 2013. Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Problem Based Learning pada Siswa Kelas VIIA MTS Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Fisika Indonesia. Vol XVII. No: 49, Edisi April 2013. ISSN : 1410-2994. Yuntoto, Singgih. 2015. Pengembangan Aplikasi Android Sebagai Media Pembelajaran Kompetensi Pengoperasian Sistem Pengendali Elektronik Pada Peserta Didik Kelas XI SMKN 2 Pengasih. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

136


Jurnal Teknologi Pendidikan Vol: 06/02 Desember 2018. Online ISSN: 2622-4283, Print ISSN: 2338-9184

http://dx.doi.org/10.31800/jtp.kw.v6n2.p137--155

ADAPTASI TEKNOLOGI QR CODE AUDIO PADA TORSO BIOLOGI UNTUK SISWA TUNANETRA The Adaptation of QR Code Audio Technology on Torso in Biology Learning for Visual Impaired Students Faiza Indriastuti*, Wawan Tri Saksono Balai Pengembangan Media Radio Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Sorowajan Baru, No. 367, Banguntapan, Yogyakarta Pos-el: faiza.indriastuti@kemdikbud.go.id, wawan.saksono@kemdikbud.go.id INFORMASI ARTIKEL Riwayat Artikel: Diterima : 30 Juni 2018 Direvisi : 20 November 2018 Disetujui : 21 November 2018

Keywords: QR Code, Torso, Instructional Audio, Visually Impairment Learning. Kata kunci: QR Code, Torso, Media audio, Pembelajaran Tunanetra.

ABSTRACT: Studying Biology for students with visual impairment and other visual impairments has been a difficult task, especially when it comes to living things. During this time, biology lessons related to the system on the human body done one of them through torso learning media and it became a problem for visual impairment learners. This paper aims to conduct studies and development of the use of QR Code audio for the visually impaired. The study focused on adaptation of QR Code and audio on Torso, and implementation of Torso Audio in Biology lessons for the visually impaired and other visual disorders. The study results revealed that the Audio Torso was designed by adapting the QR Code audio which was then pinned to the intended torso. By adapting learning technology through QR Code audio, it can minimize the Biology learning gap for blind students and other visual impairments. The use of Torso Audio is done in a classical and independent manner. Classically it is used integrated with Biology learning as teaching materials. Independent use is carried out by students outside of learning hours as an enrichment material. Through the Audio Torso, educators and students get benefits and fulfilled the need for more auditive learning media.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

137


ABSTRAK: Mempelajari biologi bagi siswa tunanetra dan gangguan penglihatan lainnya, merupakan kesulitan tersendiri, apalagi jika menyangkut dengan kehidupan makhluk hidup. Selama ini, pelajaran biologi yang menyangkut dengan sistem pada tubuh manusia dilakukan salah satunya melalui media pembelajaran torso dan itu menjadi permasalahan tersendiri bagi peserta didik tunanetra. Tulisan ini bertujuan untuk melakukan kajian dan pengembangan terhadap pemanfaatan QR Code audio bagi tunanetra. Kajian difokuskan pada adaptasi QR Code dan audio pada Torso, dan pemanfaatan Torso Audio pada pelajaran Biologi bagi tunanetra. Hasil kajian diketahui bahwa Torso audio dirancang dengan mengadaptasi QR Code audio yang selanjutnya disematkan pada torso yang dimaksud. Dengan melakukan adaptasi teknologi pembelajaran melalui QR Code audio, dapat meminimalisir kesenjangan pembelajaran Biologi bagi siswa tunanetra dan gangguan penglihatan lainnya. Pemanfaatan Torso Audio dilakukan secara klasikal dan mandiri. Secara klasikal dimanfaatkan terintegrasi dengan pembelajaran Biologi sebagai bahan ajar. Pemanfaatan secara mandiri dilakukan oleh peserta didik diluar jam pembelajaran sebagai bahan pengayaan. Melalui Torso Audio tersebut, pendidik dan peserta didik mendapatkan manfaat dan terpenuhi kebutuhan media pembelajaran yang lebih auditif.

PENDAHULUAN

Kurang

Strategi pembelajaran anak tunanetra

indera

pada dasarnya sama dengan anak

tunanetra

awas (normal), hanya saja dalam

orientasi dan mobilitas yang dapat

pelaksanaannya memerlukan adap-

mempengaruhi

tasi dan modifikasi sehingga pesan

proses belajar mengajar. Keterbatasan

atau

indera

materi

pelajaran

disampaikan dapat tunanetra lainnya

melalui yang

yang

diterima oleh indera-indera

masih

berfungsi.

atau

tidak

visual

mengakibatkan

memiliki

keterbatasan

interaksi

penglihatan

tunanetra

berfungsinya

dalam

menyebabkan

mengalami

hambatan

dalam memperoleh informasi pada proses pembelajaran terutama yang

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

138


menggunakan pengamatan menjadi

Anak tunanetra dalam proses belajar

terganggu (Wicaksono, 2016: 2). Ada

akan

tiga prinsip lingkungan yang harus

pendengaran

diperhatikan

pembelajaran

(taktual), dan indera lain yang masih

tunanetra, yaitu lingkungan visual,

berfungsi (Hadi, 2007, Wijaya,2012).

suara,

Ketiga

Dari beberapa pertimbangan tersebut,

lingkungan tersebut harus kondusif

maka perlu dilakukannya penelitian

saat

berlangsung.

dan pengembangan untuk mengha-

Karena pembelajaran siswa tunanetra

silkan produk bahan ajar yang dapat

lebih

indera

membantu pendidik dalam menyam-

pendengaran dan perabaan. Indera

paikan materi dengan adaptasi alat

pendengaran dapat dimaksimalkan

peraga (torso).

dalam

dan

perabaan.

pembelajaran

melalui perabaan

mengandalkan

audio,

sedangkan

dapat

indera

dimaksimalkan

bergantung

Fenomena phone

dalam

kepada

(auditif),

hand-

pembelajaran

bagi

tunanetra

tergolong

pembelajaran tiruan.

Perangkat

mobile

membutuhkan

masih

saat

ini

baru. telah

menjadi salah satu sumber teknologi

konsepsi

belajar bagi siswa tunanetra, baik itu

visual adalah pelajaran sains (Fisika,

handphone/smartphone, tablet, notebook/

Biologi,

Matematika).

netbook yang telah familiar juga untuk

Pada mata pelajaran tersebut, lebih

mereka gunakan. Berdasarkan peng-

banyak

kegiatan

amatan di lapangan, para siswa

pengamatan dalam bentuk penge-

tunanetra yang memiliki smartphone

tahuan dan konsep-konsep tertentu.

tidak semata-mata menggunakannya

Melihat

sebagai

Kimia,

banyak

perabaan

pemanfaatan

melalui benda konkrit atau media Salah satu materi pelajaran yang

indera

dan

diperlukan

kenyataan

ini,

maka

alat

komunikasi

saja

diperlukan adanya adaptasi teknologi

(panggilan dan pesan) namun lebih

yang dapat membantu siswa tuna-

jauh lagi, telah memanfaatkannya

netra pada saat mempelajari berbagai

untuk mengecek email, mengakses

macam bagian-bagian tubuh beserta

sosial media, dan berselancar di dunia

dengan

mempelajari

maya. Mengingat tingginya tingkat

konsep bangun ruang dan bagaimana

kepemilikan smartphone di kalangan

menghitungnya. Materi-materi ter-

siswa tunanetra tersebut, maka kita

sebut, selama ini disampaikan oleh

dapat

pendidik melalui tatap muka dan

perangkat

praktek melalui perabaan alat peraga

memfasilitasi pembelajaran. Sebagai-

yang ada.

mana

fungsinya,

memanfaatkan mobile

yang

kepemilikan

tersebut

dilakukan

untuk

beberapa

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

139


penelitian sebelumnya. Pemanfaatan

terbantu dengan beberapa aplikasi

teknologi

yang

handphone

yang

masih

khusus

disediakan

bagi

menggunakan keypad atau tombol

tunanetra melalui smartphone. Salah

dapat digunakan untuk mempelajari

satunya adalah voice-map. Aplikasi ini

huruf braille bagi tunanetra pemula

merupakan aplikasi penunjuk arah

(Widiyaningtyas, 2012). Pada peman-

untuk membantu tunanetra meman-

faatan smartphone, selain menggu-

faatkan

nakan screen reader atau aplikasi

(Putra dan Maulana, 2017).

pembaca layar yang memudahkan tunanetra

berinteraksi

teknologi

Dari

voice-recognition

beberapa

penelitian

dengan

sebelumnya tersebut, peneliti ber-

smartphone-nya, aplikasi tersebut juga

usaha untuk mengadaptasi teknologi

dapat digunakan untuk membaca file-

pembelajaran bagi anak tunanetra

file seperti materi pembelajaran, buku

melalui pemanfaatan smartphone yang

cerita, dan novel yang tersedia dalam

belum pernah dilakukan sebelumnya.

bentuk pdf. Namun demikian, karena

Melalui kolaborasi antara QR Code,

audio yang diperdengarkan berasal

audio, dan torso, adaptasi media

dari

pembelajaran ini diharapkan dapat

mesin,

maka

suara

yang

dihasilkanpun tidak begitu memuas-

menjembatani

kan karena bernada datar. Berbeda

pembelajaran auditif pada Biologi

dengan audio-novel yang merupakan

dan mengoptimalkan indera tuna-

novel dalam bentuk sesungguhnya,

netra yang masih berfungsi, yaitu

namun dapat dinikmati dalam bentuk

indera pendengaran dan perabaan.

audio. Novel ini dapat membantu

Pada penerapan torso audio dalam

peserta didik tunanetra mempelajari

mempelajari

sastra

lainnya

dalam

Bahasa

Indonesia

kekurangan

struktur

diharapkan

media

tubuh

dan

peserta didik

(Pratama, et.al, 2016). Selain kesulitan

tunanetra menjadi lebih mandiri dan

dalam pemenuhan media pembela-

mampu

jaran,

kehilangan

puan yang dimilikinya serta memu-

visualisasi membuat mereka kesulitan

dahkan mereka memahami konsep-

juga

konsep pada materi biologi terkait

tunanetra dalam

yang

beraktivitas

terkait

orientasi medan (OM). Sebagian besar

mengembangkan

kemam-

dengan penggunaan torso.

mereka akan kesulitan berpindah

Berdasar latar belakang yang

atau melakukan perjalanan menuju ke

telah disebutkan tadi, permasalahan

suatu tempat bahkan antar kelas.

yang

Namun, seiring dengan perkembang-

pembelajaran bagi tunanetra adalah

an zaman, akhirnya tunanetra dapat

belum

terkait

dengan

tersedianya

torso

media untuk

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

140


mempelajari Biologi yang dilengkapi

tunanetra diperoleh dari survei dan

audio,

hasil

sehingga

tunanetra

dapat

mempelajari materi dengan mudah.

wawancara

ketersediaan

penulis

media

tentang

pembelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk

torso di SLB A Karya Murni Medan,

melakukan adaptasi pada alat bantu

SLB Negeri Pembina Bandung, SLB A

pembelajaran Biologi berupa torso

Swadaya Kendal, dan SLB Yaketunis

bagi

Yogyakarta. Responden pada tahap

peserta

didik

tunanetra.

Adaptasi tersebut berupa modifikasi

riset

pada

pendidik. Sedangkan pada tahapan

torso

dari

konvensional

raba

alat

belajar

menjadi

alat

(research)

pengembangan

ini

adalah

dan

ujicoba

para hasil

belajar auditif dengan memanfaatkan

pengembangan (development) respon-

teknologi smartphone.

den yang terlibat adalah 2 orang pendidik dan 13 orang peserta didik

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pende-

dari MTs Yaketunis, Yogyakarta kelas

katan Research and Development (R &

pengembangan ini dilakukan pada

D) (Sugiyono, 2010) yang bertujuan

kurun waktu pertengahan tahun 2017

untuk

sampai awal tahun 2018.

melengkapi

alat

bantu

VII

dan

VIII.

Penelitian

dan

pembelajaran. Sebagaimana disebut-

Survey yang dilakukan terkait

kan oleh Gay (1991) penelitian R & D

dengan ketersediaan torso di setiap

merupakan suatu usaha atau kegiatan

sekolah, jenis torso, dan kondisi torso.

untuk mengembangkan suatu produk

Sedangkan wawancara yang dilaku-

yang efektif untuk digunakan di

kan adalah seputar tentang strategi

sekolah dan bukan untuk menguji

para pendidik

teori. Sebagaimana yang disampaikan

pelajaran Biologi dengan mengguna-

oleh Gay tersebut, pengembangan QR

kan

Code ini bertujuan untuk meng-

ditemukan pada saat pembelajaran.

eksplorasi penggabungan kode quick

Dari hasil survey ditemukan kondisi

response (QR Code) yang berbasis

torso yang masih sangat layak untuk

audio dan perangkat telepon seluler

digunakan sesuai kaidah pembelajar-

pintar (smartphone) untuk membantu

an. Sedangkan dalam wawancara

peserta didik tunanetra pada saat

tersebut diperoleh bahwa selama ini

mempelajari

para pendidik mengajarkan Biologi

Biologi

dengan

menggunakan torso. Data awal penggunaan torso pada mata pelajaran Biologi pada

yang torso

torso

mengajarkan mata

dan

terkait melalui

kendala

dengan

yang

penggunaan

metode

mengajar

ceramah dan pada saat pembelajaran

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

141


sebagian

besar

pendidik

juga

menggunakan teknik belajar sambil

disematkan langsung pada storage dalam smartphone.

melakukan atau learning by doing

Setelah pengembangan teknis

yaitu pada saat pendidik menerang-

torso

kan pembelajaran maka peserta didik

selanjutnya adalah melakukan ujicoba

sambil meraba torso. Hal ini ternyata

torso

menimbulkan kendala tersendiri bagi

sebanyak dua kali, yaitu pengujian

tunanetra,

anak

teknis dan pengujian lapangan yang

memiliki pemahaman yang berbeda

dilakukan pada kelompok kecil (dua

tentang

kelas).

karena

apa

yang

setiap mereka

raba.

Kendala yang timbul yang lainnya

audio

selesai,

tersebut.

Data

tahapan

Ujicoba

penelitian

dilakukan

ini

bersifat

adalah lamanya waktu yang harus

kualitatif sehingga teknik analisis

digunakan

dalam

data yang digunakan pada penelitian

mengajar menggunakan torso karena

ini adalah analisis deskriptif. Analisis

pada saat anak tunanetra meraba

deskriptif

mereka juga harus mencatat apa yang

seluruh data dan hasil penelitian

diterangkan oleh pendidik.

berkaitan dengan adaptasi media

oleh

pendidik

Melihat dan mendengar kondisi

untuk

pembelajaran

mendeskripsikan

yang

dikembangkan

yang ada tersebut, kemudian penulis

dan hasil pemanfaatannya dalam

mengembangkan

pembelajaran.

penggunaan

QR

Code yang ditempelkan pada torso yang

keluarannya

berupa

audio

HASIL DAN PEMBAHASAN

sehingga dapat membantu kesenjang-

Adaptasi QR Code dan audio pada

an

Torso

pada

tersebut.

pembelajaran Prosedur

Biologi

pengembangan

Adaptasi teknologi bagi pembelajaran

torso audio ini mengolaborasikan

anak berkebutuhan khusus tunanetra

antara media pembelajaran torso, QR

sangat

Code berbasis audio dan teknologi

dikarenakan

pindai melalui smartphone. Secara

menyelesaikan

umum, pengembangan torso audio

penglihatan mereka.

ini mengolaborasikan sistem, meliputi

Adaptasi

dimungkinkan. untuk

Hal

membantu

hambatan alat

ini

belajar

dalam terkait

dua sub sistem yaitu (1) aplikasi pada

dengan azas-azas aksesibilitas anak

smartphone berplatform android yang

berkebutuhan khusus, diantaranya

akan dimanfaatkan oleh pengguna

(Darmawan, 2009):

untuk memindai QR Code pada torso

1. Kemudahan, yaitu semua orang

dan (2) database file audio yang

dapat mencapai semua tempat atau

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

142


bangunan yang bersifat umum

Kombinasi tersebut adalah bagai-

dalam suatu lingkungan.

mana

2. Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat

mempergunakan

tempat

atau

bersifat

umum

bangunan dalam

semua

mengubah

alat

bantu

pembelajaran dalam bentuk visual (yang

penggunaannya

yang

perabaan)

suatu

diadaptasi menjadi alat bantu dalam

lingkungan.

kemudian

melalui

diolah

atau

bentuk audio.

3. Keselamatan, yaitu setiap bangun-

Adaptasi

an yang bersifat umum dalam

melibatkan

suatu lingkungan terbangun, harus

aplikasi, yaitu:

memperhatikan keselamatan bagi

a. QR Code

semua orang.

teknologi beberapa

ini

komponen

Studi tentang QR Code dalam

4. Kemandirian, yaitu setiap orang

pendidikan dapat ditempatkan dalam

harus dapat mencapai, masuk, dan

konteks pembelajaran mobile. QR Code

mempergunakan

semua

tempat

merupakan kode pola persegi yang

atau

yang

bersifat

berisi informasi seperti teks, link URL

umum dalam suatu lingkungan

atau data lain yang dapat meng-

dengan

arahkan

bangunan tanpa

membutuhkan

bantuan orang lain. Salah satu adaptasi yang dapat

pengguna

ke

sumber

informasi lebih lanjut tentang sesuatu di bagian tertentu (Lee, Lee & Kwon,

dilakukan adalah adaptasi alat bantu

2011).

pembelajaran melalui pemanfaatan

mendukung pembelajaran saat siswa

teknologi pembelajaran atau yang

belajar dalam kegiatan di lapangan.

disebut dengan melakukan modifi-

Dengan menanamkan kode QR pada

kasi. Jadi, yang dimaksud adaptasi

benda tertentu di lapangan, siswa

pada torso Biologi dalam hal ini

mendapatkan informasi kontekstual

adalah melakukan modifikasi torso

atau sadar lokasi (Osawa, et al., 2007).

Biologi yang semula hanya sebagai

Dengan demikian kode QR juga

bahan belajar yang hanya diraba

memungkinkan

menjadi torso yang auditif melalui

inovatif

smartphone. Selanjutnya, torso modi-

pembelajaran tepat waktu (just-in-

fikasi tersebut dinamai dengan torso

time) dan pembelajaran kolaboratif

audio.

(De Pietro & Frontera, 2012). Dengan

Modifikasi tersebut dilakukan

kode

QR

Code

juga

penerapan

berdasarkan

QR

juga

dapat

sistem

paradigma

dimungkinkan

dengan cara mengombinasi QR code,

menghubungkan sumber digital ke

audio pembelajaran, dan smartphone.

teks cetak. Materi pembelajaran yang

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

143


diperkaya ini dapat melayani dan

memiliki fungsi agar simbol dapat

memotivasi siswa dengan kebutuhan

dibaca dengan hasil yang sama dari

belajar yang berbeda (Chen, Teng, &

sudut

Lee, 2010).

Rahman, 2011).

manapun

(Rahmawati

dan

QR Code atau kode QR merupakan teknik yang mengubah data tertulis menjadi kode-kode 2 dimensi yang tercetak kedalam suatu media yang lebih ringkas. QR Code adalah barcode Gambar 1. Versi simbol QR Code (Sumber: www.qrcode.com)

2 dimensi yang diperkenalkan pertama kali oleh perusahaan Jepang bernama Denso-Wave pada tahun 1994. QR Code ini merupakan salah satu

barcode

yang

menggunakan

dapat

kamera

Code

semua

data,

angka/numerik, kanji/kana.

Scan

merupakan

aplikasi

pemindai QR Code adalah aplikasi

handphone.

pemindaian yang mudah digunakan untuk membaca semua jenis QR dan

mampu

jenis

URL

dibaca

(Rouillard, 2008) QR

b. URL Scan

menyimpan seperti

data

alphanumeric,

biner,

Selain

itu,

QR

Code

barcode termasuk teks, URL, audio, video, maupun format lainnya. Dengan aplikasi ini, smartphone dapat

dikonversikan

menjadi

memiliki tampilan yang lebih kecil

pembaca QR Code, barcode, dan dapat

daripada barcode. Hal ini dikarenakan

digunakan

QR Code mampu menampung data

matrix. Cukup tandai QR dan Barcode

secara

untuk

memindai

data

horizontal

dan

vertikal,

yang akan dipindai dan aplikasi ini

secara

otomatis

ukuran

akan secara otomatis mendeteksi dan

sehingga

tampilan gambar QR Code hanya

memindainya.

sepersepuluh dari ukuran sebuah

dikembangkan

barcode. Tidak hanya itu, QR Code juga

audio luring (offline) yang disematkan

tahan terhadap kerusakan, sebab QR

pada penyimpanan internal smart-

Code mampu memperbaiki kesalahan

phone.

hingga 30%, tergantung ukuran atau

pertimbangan

versinya. Oleh karena itu, walaupun

tanpa

sebagian

kemudahan dan kestabilan dalam

simbol

QR

Code

kotor

ataupun rusak, data tetap dapat

Hal

QR

Code

merujuk

ini

pada

didasarkan

kondisi

sambungan

yang file

pada

pemakaian

internet

serta

pengoperasian/pemanfaatannya.

disimpan dan dibaca. Tiga tanda berbentuk

persegi

di

tiga

sudut

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

144


c. Aimp Player

d. Sumber File Audio

Aimp merupakan perangkat lunak

File audio adalah berkas dalam

(software) gratis yang bisa didapatkan

bentuk audio yang berisi tentang

secara cuma-cuma. Fungsi utama

konten yang akan diputar. File audio

software Aimp adalah sebagai pemutar

yang digunakan adalah dalam bentuk

audio yang dapat memutar berbagai

ekstensi mp3. File tersebut diorganisir

format file audio. Software ini juga

sesuai dengan penamaan foldernya.

merupakan

software

multi

fungsi

karena memiliki banyak fitur dengan memutar lebih dari 20 format audio.

Desain Adaptasi Torso Audio Alur kerja desain sistem secara

Kelebihan lain dari software ini

keseluruhan mulai dari penyusunan

adalah (1) memiliki tampilan yang

file audio dalam direktori smartphone,

mudah untuk dinavigasi dan tidak

pemasangan player audio Aimp hingga

ribet,

menyambungkan (link) file ke storage,

yang

tentunya

sangat

memudahkan bagi tunanetra untuk

digambarkan sebagai berikut:

memanfaatkannya, (2) Aimp memiliki

a. Prosedur persiapan

dukungan

multilingual,

artinya

Pada

tahapan

persiapan

ini,

mempersiapkan

sub

tampilan dan navigasi Aimp dapat

pengembang

dirubah kedalam bahasa yang kita

sistem aplikasi yang akan disematkan

inginkan, (3) memiliki fitur playlist

pada

yang

untuk

unduhan dan penyematan software

dalam

URL Scan dan pengunduhan dan

daftar putar. Hal ini akan lebih

penyematan software Aimp sebagai

memudahkan

media putar audio.

dapat

digunakan

mengelompokkan

file-file

pengguna

untuk

smartphone,

meliputi

mencari dan memutar langsung file

Selanjutnya,

audio yang dikehendaki, (4) memiliki

menginstruksikan

fitur

kedua software tersebut ke dalam

sorting

file

yang

dapat

pengembang

peng-

dapat

pengunduhan

mengurutkan daftar file audio yang

smartphone

akan

playlist

proses persiapan dapat dijelaskan

berdasarkan kategori tertentu, (5)

melalui diagram alur (flowchart) pada

Aimp

gambar 2.

diputar sangat

di

dalam

ringan

dan

tidak

pengguna.

Prosedur

menghabiskan RAM sehingga kinerja pada prosessor tidak akan terganggu karena lag.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

145


START

START

DOWNLOAD URL SCAN PENATAAN FILE AUDIO DOWNLOAD AIMP PENYIMPANAN DALAM INTERNAL MEMORY SMARTPHONE

END

Gambar 2. Flowchart Prosedur Persiapan

b. Prosedur Pengorganisasian

END

Pada tahapan ini, yang dilakukan oleh pengembang adalah mempersiapkan

penataan

file-file

audio

kedalam file folder sesuai dengan judul

Gambar 3. Flowchart Prosedur Pengorganisasian

utama dari konten yang dibahas dan

c. Prosedur Pemanfaatan Pada tahapan ini,

melakukan penyimpanan file audio

mempersiapkan smartphone dan torso

sesuai

yang telah dipilih sesuai dengan

dengan

kategorisasi

nama

pengguna

torso ke dalam memori internal

keinginan.

smartphone sesuai dengan direktori

dapat memanfaatkan sesuai dengan

yang akan dituju oleh Aimp player

petunjuk pemanfaatan. Pemanfaatan

melalui File Location Addres yang

dilakukan terhadap perangkat lunak

tercetak pada QR Code. Selanjutnya,

yang bertujuan untuk membangkit-

pengembang menyalin (copy) data

kan QR Code dari data berbentuk file

dan

audio.

menyimpan

tersebut

pada

konten-konten

memori

internal

smartphone pengguna. Prosedur proses pengorganisasian

Selanjutnya,

pengguna

Prosedur proses persiapan dapat dijelaskan

melalui

diagram

alur

(flowchart) pada gambar 4.

dapat dijelaskan melalui diagram alur (flowchart) pada gambar 3.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

146


Pada gambar 6 adalah contoh PREPARATION

proses pemindaian (scanning) pada salah satu bagian torso telinga.

START

SCAN QR CODE ON TORSO

QR CODE SCANNER

Gambar 6. Proses pemindaian torso telinga (Sumber: dokumen milik pribadi)

FILE AUDIO

Setelah HASIL ACTIVITY GET AUDIO ON AIMP

torso

dimodifikasi,

audio

langkah

berhasil

selanjutnya

adalah dilakukan pengujian teknis. Pengujian teknis merupakan tahapan END

pengujian aplikasi yang diperlakukan

Gambar 4. Flowchart Prosedur Pemanfaatan

Contoh torso yang telah diadaptasi pada gambar 5.

pada media. Apakah QR Code yang disematkan dapat dipindai dengan baik sesuai. Dalam pengujian teknis terbagi menjadi dua, yaitu pengujian fungsionalitas dan pengujian akurasi. Hal ini dilakukan untuk melihat dan mencermati

implementasi

secara

teknis. a. Pengujian Fungsionalitas Pengujian fungsionalitas dilakukan

b

untuk mengetahui kesesuaian keluaran

Gambar 5. Torso telinga lengkap (Sumber: dokumen penulis)

dari

tahapan

penggunaan terpindai

setiap

dengan

atau

langkah

kode keluaran

yang yang

berupa file audio dan konten materi. Pengujian dilakukan pada:

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

147


1) Smartphone 1, dengan spesifikasi sistem operasi Android 6.01, prosessor Octa-core max 1.40 GHz, RAM 3.00 GB. 2) Smartphone 2, dengan spesifikasi sistem operasi Android 6.0.1, processor Quad-core max 2.5 GHz, RAM 2.00GB.

Kriteria Keberhasilan Generator QR File audio dapat Code digenerate Pemindaian Perangkat lunak QR Code berupa URL Scanner dapat melakukan pemindaian terhadap kode yang tertera pada torso Membaca QR Perangkat lunak Code dari file dapat langsung torso mengarahkan hasil pemindaian kode ke perangkat lunak pemutar audio (AIMP player) Mendengarka Perangkat lunak n hasil pemutar audio pemindaian (AIMP Player) QR Code pada memutar audio torso sesuai dengan hasil pemindaian QR Code. (Sumber: Hasil Pengujian Fungsionalitas)

Dari

tabel

1,

Pengujian akurasi dilakukan untuk menilai kemampuan pemindaian QR Code sekaligus perintah pada aplikasi pemutaran

file

audio.

Pengujian

dilakukan pada bagian-bagian torso telinga yang terpisah yang dilakukan sebanyak 9 kali.

Tabel 1. Hasil Pengujian Fungsinalitas Pengujian

b. Pengujian Akurasi

Berikut hasil pengujian peminStatus

daian QR Code pada torso.

Berhasil

1) Pengujian pemindaian pada jarak

Berhasil

sekitar 10 cm, berhasil baik dan mampu memindai QR Code dalam waktu 1-2 detik dengan persentase keberhasilan 100%. Fitur autoplay

Berhasil

pada

pemutar

audionya

pun

bekerja dengan baik. 2) Pengujian pemindaian pada jarak sekitar 15 cm, berhasil dengan baik dan mampu memindai QR Code Berhasil

terlihat

dalam waktu 2-3 detik dengan persentase Fitur

keberhasilan

autoplay

pada

100%. pemutar

audionya pun bekerja dengan baik. 3) Pengujian hasil

sudut

pemindaian

kemiringan

45

dengan derajat

pengujian pemindaian untuk kode

dengan jarak sekitar 10 cm berhasil

QR Code audio pada torso telinga

baik dan mampu memindai QR

dimana

Code dalam waktu 1-2 detik dengan

data

yang

termuat

di

dalamnya berupa file audio yang

presentase

keberhasilan

dapat langsung dikenali dan dituju

Sedangkan

pemindaian

oleh aplikasi pemindai. Kode yang

sudut kemiringan 45 derajat dan

terpindai telah sesuai dengan database

berjarak sekitar 15 cm, berhasil

yang berisi tentang konten materi

dengan baik dan mampu me-

yang

mindai QR Code dalam waktu 2-3

terdapat

pada

smartphone

100%. dengan

Android.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

148


detik dengan persentase keberha-

penggunaan smartphone dapat dicipta-

silan 100%.

kan pembelajaran integratif.

Dengan demikian, setelah torso

Metode

pemanfaatan

secara

audio secara teknis dapat bekerja

klasikal terbagi menjadi 3 tahapan,

dengan baik, langkah selanjutnya

yaitu

adalah

pembelajaran, strategi penyampaian,

pemanfaatan

torso

audio

dalam pembelajaran. Pemanfaatan

Torso

Pembelajaran

Audio

Biologi

pada bagi

Istilah pemanfaatan dalam hal ini adalah merujuk pada metode atau cara yang dapat digunakan untuk mencapai hasil pembelajaran yang melibatkan penggunaan torso audio. Metode pemanfaatan torso audio ini dilakukan

melalui 2 cara;

pertama dilakukan secara klasikal atau pada saat pembelajaran sebagai bahan ajar, kedua dilakukan secara mandiri oleh peserta didik diluar pembelajaran sebagai bahan pengaya-

Strategi pengorganisasian pembelajaran Yang dimaksudkan strategi pengorganisasian

pembelajaran

di

sini adalah suatu tindakan yang meliputi penyiapan kelas, pemilihan dan penyiapan materi sesuai dengan torso audio yang akan digunakan, dan pengaturan pembelajaran. Sebelum memulai pembelajaran, pendidik perlu melakukan penyiapan dengan

memperhatikan

gaya

penataan

kelas.

yang

Penataan

digunakan sebaiknya berbentuk “U� atau setengah lingkaran. Pendidik dapat duduk di tengah kelas sehingga

an. Metode

pengorganisasian

dan strategi pengelolaan.

Tunanetra

dapat

strategi

pemanfaatan

secara

klasikal merujuk pada penggunaan torso audio yang digunakan oleh pendidik dan peserta didik sebagai bahan belajar (alat) yang terintegrasi /dikolaborasikan dengan pembelajar-

dapat

berinteraksi

melakukan

dan

pengamatan

dapat secara

langsung. Selain itu, pendidik juga dapat merespon langsung pada saat penggunaan torso audio.

an dalam kelas. Bagi peserta didik

Strategi Pemanfaatan Pemanfaatan atau

tunanetra di Indonesia,

teknologi

torso

smartphone

lompatan

pembelajaran ini bersifat terintegrasi.

merupakan

yang

dilakukan

penggunaan pada

saat

yang luar biasa dalam kehidupan

Sebelum

mereka,

keterbatasan

maupun konten telah dipersiapkan

indera yang mereka miliki. Melalui

sebelumnya sesuai dengan materi

mengingat

digunakan,

baik

torso

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

149


pembelajaran yang telah dirancang.

kali

Selanjutnya, pada torso disematkan

dilakukan

QR Code yang nantinya dipindai oleh

evaluasi belajar peserta didik.

peserta didik menggunakan smartphone masing-masing. Hal

yang

penggunaan setelah

torso

perlu

melihat

hasil

Interaksi antara peserta didik dan torso audio juga perlu diperhatikan.

dipersiapkan

Hal ini terkait dengan penggunaan

sebelum pemanfaatan adalah (1) QR

pemindai (scanner) pada smartphone

Code yang telah disematkan pada

pada torso audio. Apakah QR code

Torso; (2) konten materi yang telah

mampu dibaca dengan baik oleh

disimpan pada smartphone pendidik

pemindai dan memutar audio secara

dan

otomatis

peserta

pemindai

perlu

didik;

(URL

(3)

scanner)

aplikasi dalam

sesuai

dengan

yang

dipindai. Selain itu karena keter-

smartphone masing-masing pendidik

batasan

dan peserta didik; (4) AIMP player

komponen torso yang dapat dipisah-

sebagai pemutar audionya.

pisah, maka pendidik perlu mengatur giliran

Strategi Pengelolaan Strategi pengelolaan terkait dengan pengaturan atau manajemen pemanfaatan. Hal ini merupakan komponen yang

mengacu

pada

bagaimana

mengatur pembelajaran, pengaturan interaksi antara peserta didik dengan torso audio, dan melakukan kontrol pemanfaatan. Manajemen ini diperlukan

mengingat

klien

yang

didampingi adalah tunanetra dan sebagian besar jenis torso terdiri dari satu bagian besar yang memiliki komponen-komponen

kecil

yang

dapat dilepas. Mengatur pembelajaran merupakan pengaturan jadwal pada jenis penggunaan torso dan materi yang disampaikan

dalam

visual

pembelajaran.

Termasuk pada kapan dan berapa

tunanetra

pengguna

torso

dan

audio

tersebut. Sehingga tidak tercecer. Melakukan kontrol pemanfaatan dilakukan untuk mengatur penggunaan torso audio bagi masing-masing peserta didik yang akan menggunakannya sebagai bahan pengayaan. Jadwal penggunaan perlu disusun sehingga semua peserta didik dapat terlayani dengan baik.. Metode pemanfaatan yang kedua dilakukan

secara

mandiri,

yaitu

penggunaan torso audio oleh peserta didik

diluar

sebagai

bahan

pembelajaran

kelas

pengayaan.

Yang

dimaksud dengan pemanfaatan torso audio

sebagai

bahan

pengayaan

mengacu pada penggunaan torso audio oleh peserta didik diluar jam pembelajaran

yang

dimaksudkan

untuk mengulang kembali materi

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

150


maupun

untuk

mempersiapkan

materi selanjutnya. Strategi

Dari

hasil

observasi

yang

dilakukan pada pendidik, diperoleh

pemanfaatannya

lebih

sejumlah catatan, yaitu: (1) pendidik

karena

telah mengintegrasikan penggunaan

peserta didik dapat memilih materi

torso audio dalam pembelajaran IPA

mana saja yang akan didengarkan

yang materinya melibatkan peng-

dan

itu

gunaan torso; (2) pendidik meng-

mereka dapat mendengarkan dengan

gunakan torso audio sesuai dengan

sedikit lebih santai, dengan volume

mekanisme

dan

dapat

sebelumnya. Sedikit kendala adalah

keinginan.

pada saat menyimpan konten ke

sederhana

dan

diulang

fleksibel,

kembali.

kecepatan

disesuaikan

Selain

yang

dengan

yang

telah

Artinya, kontrol penggunaan dilaku-

dalam

kan secara mandiri.

melalui sharing file offline. Penyebaran

Pengujian pemanfaatan torso audio dilakukan

di

Yogyakarta

MTs

melibatkan

peserta

didik

konten dilakukan menggunakan file sharing

melalui

koneksi

bluetooth

2

maupun wifi. Untuk itu, memerlukan

pendidik mata pelajaran IPA terpadu

waktu sedikit lebih lama dari yang

dan 13 peserta didik kelas VII dan

diperkirakan. Efeknya pembelajaran

VIII.

sedikit mundur dari jam yang telah

Pada

yang

Yaketunis,

smartphone

dirancang

pengujian

pemanfaatan

ditentukan. Catatan pemanfaatan ini

klasikal ini, pendidik diminta untuk

akan menjadi rekomendasi solutif

mengintegrasikan torso audio pada

untuk

saat pembelajaran IPA Terpadu. Pada

efisien, sehingga tidak membuang

proses

waktu

ini,

peneliti

melakukan

pemanfaatan pembelajaran;

yang

lebih

(3)

setelah

observasi pemanfaatan pembelajaran

materi pembelajaran selesai, pendidik

di kelas.

melakukan sesi diskusi. Kegiatan

Indikator observasi yang diguna-

diskusi

dimulai

tentang

apakah

kan adalah: (a) pendidik menyusun

peserta didik memahami materi yang

dan

telah disampaikan dan respon mereka

mempersiapkan

kegiatan

pembelajaran dengan torso audio; (b)

saat

melaksanakan kegiatan pembelajaran

torso audio. Dari diskusi tersebut,

mata pelajaran IPA Terpadu dengan

peserta didik menyampaikan respon

menggunakan

(c)

yang baik tentang pemanfaatan torso

melakukan diskusi ber-kaitan dengan

audio ini. Bagi peserta didik, belajar

materi; (d) mencatat perkembangan

menggunakan

pemanfaatan.

menjadi beban karena materi yang

torso

audio;

pembelajaran

torso

menggunakan

tidak

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

lagi

151


tersemat pada torso dapat langsung

gunakan sangat diperhatikan. Dari

mereka dengarkan melalui smarphone

hasil wawancara disebutkan bahwa

masing-masing.

juga

penggunaan torso audio ini sangat

catatan yang diberikan oleh pendidik.

membantu mereka untuk belajar dan

Torso audio ini sangat membantu

memahami

materi

yang

telah

mereka

dalam

disampaikan

oleh

pendidik.

Jika

selama

ini

Biologi

Demikian

mengajar

mereka

hanya

karena

mengajarkan

melalui

sebelumnya mereka hanya mampu

metode

meraba dan sedikit mengenali benda

ceramah dan perabaan pada torso

yang dimaksud, melalui torso audio

saja. Sehingga dengan adanya torso

ini mereka mampu meraba sekaligus

audio tersebut menjadi cara yang

mendengarkan

solutif bagi kesenjangan pembelajaran

benda yang sedang diraba. Penjelasan

tunanetra.

materi tidak hanya berkaitan dengan

Bagi peserta didik, pengujian yang

penjelasan

terkait

apakah benda tersebut namun juga

dilakukan peneliti dengan melakukan

fungsi

wawancara

berkaitan

bentuk audio yang menarik; (2) Bagi

dengan efektifitas pemanfaatan torso

peserta didik dengan kemampuan

audio.

dalam

visual kurang baik dengan kategori

perspektif ini meliputi user friendly

visually impairment (low vision dan

pada pemanfaatannya dan keberman-

buta) adanya torso audio ini dinilai

faatan bagi mereka dalam belajar.

sangat bermanfaat karena mengu-

mendalam

Indikator

Dari

hasil

efektifias

disampaikan

dalam

secara

rangi kesenjangan pemenuhan kebu-

sejumlah

tuhan media pembelajaran, dapat

catatan, yaitu: (1) torso audio ini

dioperasikan/digunakan dengan baik

dikatakan

oleh

mendalam,

friendly,

wawancara

yang

diperoleh memenuhi

yaitu

unsur

kemudahan

digunakan.

Kemudahan

penggunaan

menjadi

user

tunanetra

total

dan

untuk

berpenglihatan rendah serta sesuai

untuk

dengan

media

yang

dibutuhkan

komponen

(auditif). Konsep torso audio ini

penting dalam proses pembelajaran

media yang interaktif karena peserta

yang

didik pada akhirnya dituntut untuk

melibatkan

software,

yang

merupakan perangkat lunak tidak

lebih

dapat diraba secara fisik. Hal ini

memanfaatkan, dan mengeksplorasi

sangat

smartphone

diperhatikan

mengingat

mampu yang

menggunakan, mereka

miliki.

pengguna adalah para tunanetra yang

Dengan bantuan aplikasi pembaca

memiliki kekurangan dalam visual.

layar (screen reader) mereka dapat

Sehingga kemudahan dalam meng-

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

152


dengan mudah memindai dan belajar

penggunaan torso; (2) peserta didik

dengan melibatkan torso audio.

tunanetra dapat mempelajari torso

Dengan demikian, sesuai dengan

dengan lebih mudah, menyenangkan

azas-azas aksesibilitas (Darmawan,

dan interaktif sehingga setiap saat

2009), dilihat dari observasi dan

dan

wawancara pemanfaatan torso audio

inginkan tanpa bantuan orang awas

ini telah memenuhi prasyarat sebagai

untuk menjelaskan komponen torso;

torso audio yang aksesibel, yaitu:

(3) dengan menyematkan torso audio

1. Kemudahan. Prinsip kemudahan ini merupakan salah satu pertimbangan karena adaptasi yang dilakukan untuk pembelajaran anak berkebutuhan khusus tunanetra. 2. Kegunaan. Pada poin kegunaan, jelas terbaca bahwa torso audio dapat digunakan oleh pendidik maupun peserta didik tunanetra tanpa hambatan. 3. Keselamatan. Torso audio minim dengan resiko bagi tunanetra. Karena torso audio hanya berbasis pada perangkat lunak. 4. Kemandirian. Prinsip kemandirian ini juga menjadi tolok ukur penting, karena tunanetra juga dituntut untuk mandiri. Pemanfaatan secara mandiri di luar kelas sangat mudah mereka gunakan dan sangat minim bantuan orang lain. Dengan menggunakan pemindai, mereka akan langsung dengan mudah mengenali, torso apa yang sedang mereka raba. Beberapa kelebihan adaptasi QR

secara

Code audio pada torso ini adalah; (1) pendidik lebih mudah menyampaikan

materi

yang

melibatkan

setiap

waktu

terpisah

yang

dari

mereka

smartphone,

peserta didik tunanetra mempunyai kesempatan meraba

(jeda

torso

peraga

mendengarkan dibacakan

waktu)

untuk sambil

keterangan

melalui

yang

audio;

(4)

pengembangan ke depannya, tidak hanya torso yang dapat dipindai peserta didik tunanetra, namun juga alat peraga lainnya yang digunakan oleh siswa tunanetra, seperti globe timbul, peta timbul, papan geometri dan lainnya; dan (5) pemanfaatan QR Code

audio

jaringan

tidak

internet,

membutuhkan sehingga

dapat

menghemat kuota internet. Namun demikian, terdapat juga beberapa kelemahan torso audio ini, yaitu; adaptasi yang dilakukan masih terbatas

pada

smartphone

dengan

sistem operasi Android. Untuk sistem operasi yang lainnya seperti iOS dan Windows

Mobile

belum

dapat

digunakan. Jika ruang penyimpanan pada

smartphone

pengguna

terbatas,

adakalanya

maka harus

menghapus beberapa file lain yang tidak digunakan, sehingga file audio

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

153


torso yang dimaksud, dapat disimpan

pemanfaatan

ini dapat

dilakukan

dan digunakan.

dengan baik, lancer, dan bermanfaat untuk mengisi kesenjangan kebu-

SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka

dapat

disimpulkan

tuhan media pembelajaran berbasis audio. Beberapa

saran

yang

secara

disampaikan

terkait

dengan

umum bahwa penggunaan QR Code

keterbatasan

teknis

adalah

dapat diadaptasi melalui modifikasi

pengembangan torso audio ini baru

media pembelajaran berupa torso.

terbatas diujicobakan pada smartphone

Torso yang selama ini digunakan oleh

berplatform

tunanetra sama dengan torso yang

pengembangan selanjutnya, diharap-

digunakan oleh peserta didik awas

kan dapat digunakan pada smartphone

lainnya,

dengan

sistem

kesulitan tersendiri terkait dengan

Android,

selain

visualisasinya. Melalui QR Code yang

memperbaiki

disematkan

kelemahan

sehingga

pada

menimbulkan

torso

yang

Android.

Untuk

operasi itu

selain

juga

dapat

kekurangan

dan

pada

aplikasi

ini.

selanjutnya dipindai oleh smartphone

Diperlukan eksperimen pemanfaatan

tunanetra

torso audio jangka panjang dan secara

berupa

dan

keluarannya

audio

yang

dapat

langsung

luas

tunanetra.

Sehingga

didik tunanetra sehingga terlihat efek

akan sangat membantu mereka dalam

yang muncul. Periode uji dalam

proses pembelajaran maupun meng-

jangka panjang diperlukan untuk

ulang kembali diluar jam pembela-

mendapatkan data dan informasi

jaran. Pemanfaatan torso audio dapat

tentang dampak penggunaan torso

dilakukan dengan dua metode yaitu

audio dalam pembelajaran.

didengarkan

klasikal

sebagai

bahan

oleh

peserta

didik

bersama dengan pendidik; mandiri sebagai bahan pengayaan digunakan diluar

jam

pembelajaran

pembelajaran

peserta

ajar

terintegrasi dalam pembelajaran dan digunakan

dalam

untuk

mengulang kembali materi yang telah disampaikan atau untuk mempelajari materi yang akan disampaikan oleh pendidik selanjutnya. Kedua metode

Pustaka Acuan Chen, N.S., Teng, DC-E, and Lee, C.H. 2010. Augmenting Paper-Based Reading Activities with Mobile Technology to Enhance Reading Comprehension. Proceedings of the 6th IEEE Internation Conferrence of Wireless, Mobile and Ubiquitous Technologies in Education. Pp. 201203. doi: 10,1109 / WMUTE.2010.39

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

154


Darmawan, Edy. 2009. Ruang Publik dalam Arsitektur Kota. UNDIP: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. De Pietro, O., and Frontier, G., 2012. Mobile Tutoring for Situated Learning and Collaborative Learning in AIML Application Using QR Code. Sixth International Coferrence on Complex, Intelligent and Software Intensive System. doi: 10,1142/ CISIS.2012.154. pp. 799-805. Gay, L.R. (1991). Educational Evaluation and Measurement: Competencies for Analysis abd Application. 2nd edition. New York: Macmillan Publishing Company. Hadi, P. (2007). Komunikasi Aktif Bagi Tunanetra. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Lee, J.K., Lee, I. S., and Kwon, Y. J. 2011. Scan & Learn. Use of Quick Response Code and Smartphone in Biology Field Study. The American Biology Teacher, Vo. 73, No. 8, 485492. doi: 10,1525/abt.2011.73.8.11. Osawa, N., Noda, K., Tsukagoshi, S., Noma, Y., Ando, A., Shinuya, T., and Kondo, K., 2007. Outdoor Education Support System with Location Awareness Using RFID and Symbology Tags. Journal of Educational Multimedia and Hypermedia. Vol. 16 (4), 411-428. Pratama, D., Hakim, D. A., Prasetya, Y., Febriandika, N. R., Trijati, M., & Fadlilah, U. 2016. Rancang Bangun Alat dan Aplikasi untuk Para Penyandang Tunanetra Berbasis

Smartphone Android. Khazanah Informatika: Jurnal Ilmu Komputer dan Informatika, 2 (1), 14-19. Putra, B. A. M., & Maulana, E. A. S. 2014. "Voice Map", Aplikasi Penunjuk Arah Untuk Membantu Penyandang Tuna Netra Memanfaatkan Teknologi Voice Recognition Berbasis Smartphone. Program Kreativitas Mahasiswa, Karsa Cipta. Rahmawati, Anita., dan Rahman, Arif. 2011. Sistem Pengamanan Keaslian Ijazah Menggunakan QR Code dan Algoritma Base64. Artikel pada Jurnal Ilmiah Sistem Informasi (JUSI) Vol. I, No. 2, September 2011, 105-112. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Wicaksono, Rizky Bayu. 2016. Pengembangan Perangkat Media Audio Peta Timbul (Peradiotim) Materi Bentuk Muka Bumi Bagi Siswa Tunanetra Di MTsLB Yaketunis. Jurnal Teknologi Pendidikan, Volume 1, No. 1, Mei 2016. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Widyaningtyas. 2012. Aplikasi Pembelajaran Huruf Braille Berbasis Mobile Phone. TEKNO, Vol. 18, September 2012, 63-70. Wijaya, Ardhi. 2012. Seluk beluk Tunanetra dan Strategi Pembelajarannya. Yogyakarta: Javalitera.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

155


Jurnal Teknologi Pendidikan Vol: 06/02 Desember 2018. Online ISSN: 2622-4283, Print ISSN: 2338-9184

http://dx.doi.org/10.31800/jtp.kw.v6n2.p156--176

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN MEDIA LABORATORIUM VIRTUAL BERDASARKAN PARADIGMA PEMBELAJARAN DI ERA GLOBAL Developing Chemical Instructional Media Using Virtual Laboratory Media based on the Global Era Learning Paradigm Kusumawati Dwiningsih*, Sukarmin, Muchlis dan Pipit Tri Rahma Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Jl. Ketintang Wiyata No.62, Ketintang,Surabaya E-mail: kusumawatidwiningsih@unesa.ac.id INFORMASI ARTIKEL Riwayat Artikel: Diterima : 22 Juni 2018 Direvisi : 27 Nopember 2018 Disetujui : 30 Nopember 2018

Keywords: chemistry instructional media, virtual laboratory, chemical elements. Kata kunci: media pembelajaran kimia, laboratorium virtual, kimia unsur

ABSTRACT: This research and development aims to develop appropriate virtual laboratory-based chemical instructional media in the subject matter of Chemical Elements. The feasibility of chemical instructional media is based on two criteria, namely media validity based on the results of the validator's assessment and media practicality based on the results of the student response questionnaire and observation of student activities. The type of research used is Borg & Gall's research and development (R & D) and carried out in four steps, namely; investigation and data collection, planning, initial development of product formats, and initial trials. The research instruments used in this research were media review sheets, media validation sheets, student response questionnaires, and student activity observation sheets. The results show that; the media were declared valid with a very valid validity category and a validity percentage of ≼61%; The media is stated to be practical based on student response questionnaires in term of students' interest in the media were 98% and 93.33% in term of convenience understanding and use, while the results of student observation show an activity of 88.75%. Based on the results of this research, the virtual laboratory-based chemistry instructional media are feasible to be used as in the subject matter of Chemical Elements.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

156


ABSTRAK: Penelitian dan pengembangan (R&D) ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran kimia berbasis laboratorium virtual yang layak pada materi pokok Kimia Unsur. Kelayakan media pembalajaran didasarkan pada 2 kriteria yaitu validitas media berdasarkan hasil penilaian validator dan kepraktisan media berdasarkan hasil angket respon siswa dan observasi aktivitas siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D) Borg & Gall dan dilakukan dalam empat langkah yaitu; penyelidikan dan pengumpulan data, perencanaan, pengembangan awal format produk, dan uji coba awal. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar telaah media, lembar validasi media, angket respon siswa, dan lembar observasi aktivitas siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa; media dinyatakan valid dengan kategori sangat valid dan presentase kevalidan ≼61%; Media dinyatakan praktis berdasarkan angket respon siswa dalam hal ketertarikan siswa terhadap media diperoleh presentase 98% dan 93,33% dalam hal kemudahan pemahaman dan penggunaan, sementara hasil observasi aktivitas siswa sebesar 88,75%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka media pembelajaran berbasis laboratorium virtual layak digunakan sebagai media pembelajaran pada materi pokok Kimia Unsur.

PENDAHULUAN

topik pembelajaran kimia yang sarat

Kimia di Indonesia sampai saat ini

dengan konsep dan bersifat abstrak

masih dianggap sebagai ilmu yang

(Lafarge, Morge, & MĂŠheut, 2014;

sulit

Suprapto,

dipelajari.

Salah

satu

penyebabnya adalah materi kimia sebagian

besar

bersifat

abstrak.

Abidah,

Dwiningsih,

Jauhariyah, & Saputra, 2018). Ilmu

kimia

sebagai

ilmu

Struktur atom, sistem periodik, ikatan

pengetahuan yang berkaitan dengan

kimia, stokiometri, redoks, larutan

sifat,

elektrolit dan non elektrolit, serta

hukum, prinsip yang menggambar-

senyawa hidrokarbon adalah topik-

kan materi dan konsep serta teori.

struktur,

perubahan

materi,

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

157


Ilmu kimia memiliki kesulitan yang

didik hanya LKS dan buku paket

cukup tinggi karena karakteristik

serta waktu pembelajaran kimia di

ilmu kimia yang bersifat abstrak dan

kelas terbatas. Mata pelajaran kimia

berjenjang (Del Carlo & Bodner, 2004;

unsur golongan alkali dan alkali

Sirhan, 2007).

tanah terkadang tidak disampaikan

Dalam mempelajari materi kimia

oleh guru karena dapat dibaca sendiri

unsur golongan alkali dan alkali

oleh siswa.

tanah

ket prapenelitian didapati data bahwa

hafal

tidak hanya dengan mengtentang

pengertian

suatu

Berdasarkan hasil ang-

sebagian peserta didik di SMA/MA

konsep dan aplikasinya, lebih jauh

mengeluh

lagi,

kimia sangat

dibutuhkan

dalam

proses

memahaminya.

berpikir

mata

sulit.

pelajaran

Kesulitan

ini

ini

disebabkan strategi yang digunakan

unsur

dalam pembelajaran kimia masih

golongan utama tidak hanya berupa

belum bisa membuat peserta didik

definisi tetapi juga berupa konsep

menumbuhkan motivasi dan rasa

abstrak seperti konsep tentang reaksi-

keingintahuan untuk lebih mempel-

reaksi

&

ajari

&

Dwiningsih, 2016).

disebabkan

materi

kimianya

Talanquer,

2014;

Hal

bahwa

kimia

(SjĂśstrĂśm Ulil

Arham

Dwiningsih, 2016).

kimia

(Ulil

Arham

&

Dari tinjauan beberapa jurnal

Materi kimia unsur golongan

mengenai

hasil

penelitian

materi

peserta

didik,

alkali dan alkali tanah dianggap

kimia

materi

hasil

memperlihatkan bahwa materi kimia

angket prapenelitian sebanyak 60%

meliputi konsep partikel dasar materi

siswa

menyatakan

kimia

unsur

sulit.

Terbukti

dari

terhadap

bahwa

materi

yang

Hasil

angket

langsung

oleh

prapenelitian di beberapa sekolah

kopik)

maka

menengah atas sebanyak 86,7% siswa

menganggap kimia itu abstrak atau

menyatakan bahwa guru menyampai-

sulit (Del Carlo & Bodner, 2004;

kan materi dengan menggunakan

Sirhan, 2007; SjĂśstrĂśm & Talanquer,

metode ceramah dan media yang

2014).

sulit.

digunakan saat pembelajaran 40% siswa

menyatakan

menggunakan

LKS. Dari wawancara dengan guru

tidak

Kedua

dapat

dilihat

siswa

menekankan

(submikros-

banyak

artikel

ini

bahwa

secara siswa

hanya

pemahaman

siswa pada sublevel makroskopik kurang.

Padahal

pada

level

kimia di SMA, diketahui bahwa

submikroskopik ini sangat penting

sumber belajar yang diperoleh peserta

dalam

memahami

kimia

dimana

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

158


penjelsan fenomena kimia bergantung

komunikasi, artinya mereka memiliki

level submikroskopik pertikel yang

keunggulan

kemampuan

dalam

digambarkan secara simbolik (Chen,

pemanfaatan

teknologi

untuk

Jones, & Xu, 2015; Wu, 2013).

mengembangkan

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan

dan

Potensi

pengetahuan.

besar

ini

seharusnya

Kebudayaan

dimanfaatkan secara maksimal oleh

Republik Indonesia nomor 68 tahun

guru agar pembelajaran bisa dilak-

2014, untuk mewujudkan suasana

sanakan secara terarah dan efektif.

dan proses pembelajaran yang aktif,

Pengembangan media pembelajaran

guru diharapkan dapat memanfatkan

berbasis teknologi informasi adalah

berbagai sumber belajar agar potensi

hal yang sangat disarankan.

peserta didik dapat dikembangkan secara

maksimal.

Sumber

Media

pembelajaran

berbasis

belajar

teknologi informasi berfungsi sebagai

perlu didukung dengan pemanfaatan

alat bantu fisik maupun nonfisik yang

teknologi informasi dan komunikasi

dapat digunakan sebagai perantara

yang dapat mengeksplorasi sumber

antara guru dan siswanya dalam

belajar secara efektif dan efisien.

memahami materi pelajaran secara

Pendidik di zaman informasi ini

lebih efektif dan efisien (Fiedler &

selayaknya mempunyai gaya meng-

Haruvy, 2009; Morozov, Tanakov,

ajar sequential, sensing, dan visual.

Gerasimov, Bystrov, & Cvirco, 2004;

Pendidik

Ismail, A. Permanasari & Setiawan,

seharusnya

memosisikan

siswa agar menjadi sosok pembelajar aktif, mudah belajar dengan mengamati

dan

menarik

generalisasi

2016). Lebih spesifik, Mahanta & Sarma (2012)

menyarankan

penggunaan

berupa kesimpulan tentang apa yang

laboratorium virtual (Lab-Vir) dengan

sedang dipelajari. Maka, pembelajar-

memanfaatkan

an yang terlalu banyak menggunakan

mensimulasikan sesuatu yang rumit,

metode ceramah dan komunikasi satu

perangkat percobaan yang mahal

arah serta terpusat kepada guru

atau

(teacher-centered) tidak akan cocok

lingkungan berbahaya (Mahanta &

dengan mereka (Chen et al., 2015).

Kumar Sarma, 2012).

Karakter

generasi

mengganti

untuk

percobaan

di

yang

Lebih jauh MartĹ´nez, et. al.,

terlahir di era tahun 2000an atau yang

(2011) menandaskan bahwa Lab-Vir

biasa

atau

memungkinkan peserta didik dapat

Generasi Global ini sangat peka

memvisualisasikan dan berinteraksi

terhadap teknologi informasi dan

dengan fenomena yang akan mereka

disebut

dari

komputer

Generasi

Z

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

159


alami jika melakukan percobaan di laboratorium

nyata

METODE PENELITIAN

(MartĂ­nez,

Penelitian

ini menggunakan

Naranjo, PĂŠrez, Suero, & Pardo, 2011).

Research and Development (R & D).

Selanjutnya, Lab-Vir sebagai faktor

Menurut

pendukung

memperkaya

terdapat 10 langkah pengembangan

pengalaman dan memotivasi peserta

menurut model ini, yaitu (1) potensi

didik dalam melakukan percobaan

dan masalah, (2) pengumpulan data,

secara interaktif dan mengembangkan

(3) desain produk, (4) validasi desain

aktivitas keterampilan bereksperimen

produk, (5) revisi desain produk, (6)

(Dobrzański & Honysz, 2011; Tatli &

uji coba produk terbatas, (7) revisi

Ayas, 2010). Sehingga, Lab-Vir dapat

desain

didefiniskan

pemakaian, (9) revisi produk, dan (10)

program

untuk

sebagai

komputer

serangkaian yang

Borg

dan

produk,

Gall

(8)

(1989)

uji

coba

dapat

produksi masal (Meredith D. Gall,

memvisualisasikan fenomena yang

Borg, & Gall, 2006; Meredith Damien

abstrak atau percobaan yang rumit

Gall, Borg, & Gall, 1996). Namun,

dilakukan

pada penelitian ini dibatasi hanya

di laboratorium

sehingga

dapat

aktivitas

belajar

nyata,

meningkatkan dalam

upaya

pada

sampai

uji

Langkah-langkah

coba

terbatas.

penelitian

yang

mengembangkan keterampilan yang

dilakukan dipetakan seperti pada

dibutuhkan dalam pemecahan masa-

gambar 1.

lah.

Pada tahap penyelidikan dan Berdasarkan latar belakang di

atas

maka

perlu

pengembangan

dilakukan

literatur dan studi lapangan. Studi

pembe-

literatur dilakukan dengan meng-

lajaran berbasis media Lab-Vir pada

analisis jurnal dan mengkaji buku-

materi kimia unsur golongan alkali

buku dan sumber pustaka lainnya.

dan

Adapun studi lapangan dilakukan

alkali

perangkat

pengumpulan data dilakukan studi

tanah,

yang

meliputi

konsep dan objek yang abstrak. Hal

dengan

ini dilakukan untuk dapat memak-

siswa. Kemudian tahap perencanaan.

simalkan

Tahap ini dilakukan

proses

pembelajaran.

mengkaji

keadaan

maha-

berdasarkan

Diharapkan kegiatan pembelajaran

hasil studi literatur dan pengukuran

tidak lagi terbatas pada penjelasan

kebutuhan. Pada tahap ini dihasilkan

konsep semata.

rancangan

produk

yang

sesuai

dengan kebutuhan. Tahap

selanjutnya

adalah

pengembangan awal format produk.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

160


Hasil yang didapatkan disebut draf I,

Validitas

Media

yang selanjutnya dilakukan telaah.

Laboratorium Kimia

Pada tahap telaah diperoleh masukan

Draft

dan saran yang selanjutnya dilakukan

laboratorium

revisi. Hasil produk yang direvisi

unsur ditelaah oleh tiga dosen kimia

disebut draft II. Selanjutnya draft II

pada tahap ini. Setelah dilaksanakan

divalidasi oleh dosen. Setelahnya

revisi

dilakukan

revisi

dan

penelaah, dihasilkan Draft II yang

dihasilkan

draft

III

selanjutnya akan dinilai oleh tiga

kepada

validator yaitu dua dosen kimia dan

selanjutnya

kembali III.

Draft

diujicobakan

siswa kelas XI

dari jurusan IPA

I

dari

Vitual

media

pada

materi

berdasarkan

satu

guru

kimia.

virtual kimia

saran

Rumus

dari

yang

untuk dilihat aktivitas dan respon

digunakan dalam perhitungan hasil

siswa.

validasi adalah: %đ?‘‰đ?‘Žđ?‘™đ?‘–đ?‘‘đ?‘Žđ?‘ đ?‘– =

∑ đ?‘ đ?‘˜đ?‘&#x;đ?‘œ đ?‘?đ?‘’đ?‘›đ?‘”đ?‘˘đ?‘šđ?‘?đ?‘˘đ?‘™đ?‘Žđ?‘› đ?‘‘đ?‘Žđ?‘Ąđ?‘Ž đ?‘Ľ 100% đ?‘ đ?‘˜đ?‘œđ?‘&#x; đ?‘˜đ?‘&#x;đ?‘–đ?‘Ąđ?‘’đ?‘&#x;đ?‘–đ?‘˘đ?‘š

Skor kriterium = skor tertinggi tiap item x jumlah item x jumlah validator

Media dikatakan

virtual valid

laboratorium

apabila

masing–

masing aspek pada lembar validasi mendapatkan

persentase

Media

laboratorium

virtual

≼61%. yang

dinyatakan layak oleh tiga validator akan diujicobakan secara terbatas kepada siswa. Keefektifan

Media

Vitual

laboratorium Kimia Kepraktisan laboratorium Gambar 1. Tahap Penelitian Pengembangan Menggunakan Modifikasi R&D (Sumber: M D Gall, Gall, & Borg, 2007)

berdasarkan

media kimia

hasil

angket

virtual ditinjau respon

siswa dan observasi aktivitas siswa.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

161


a. Data hasil respon siswa

b. Data aktivitas siswa

Data hasil angket respon siswa

Data

hasil

observasi

aktivitas

dianalisis

secara

deskriptif

dianalisis secara deskriptif kuantitatif

siswa

yaitu penilaian

kuantitatif.

persentase. dihitung

diberikan dengan

Data

respon

berdasarkan

Data

ini

diperoleh

siswa

berdasarkan hasil observasi selama

perhitungan

kegiatan pembelajaran menggunakan

skor skala Guttman.

media pembelajaran berbasis labora-

Tabel 1. Kriteria Skala Guttman

torium virtual berlangsung. Jika siswa melakukan kegiatan

Jawaban

Skor

Ya (Y)

1

pembelajaran sesuai dengan aspek

Tidak (T)

0

yang diamati, maka pada kolom “Ya� diberi tanda centang, namun apabila

Data yang diperoleh dihitung

tidak

melakukan

kegiatan

pembelajaran sesuai dengan aspek

persentasenya dengan rumus: Persentase (%) =

siswa

Juml skor hasil pengumpulan data đ?‘Ľ100% Skor kriteria

yang diamati, maka pada kolom “Tidak� diberi tanda centang. Persentase angket yang diperoleh

Skor kriteria = skor tertinggi x jumlah aspek x jumlah responden

didasarkan pada skala Guttman tabel 3.

Skor

yang

diperoleh

diinter-

Tabel 3. Skala Guttman untuk Analisis Lembar Aktivitas Siswa

pretasikan sebagai kelayakan media berdasarkan tabel 1. Dari kriteria tersebut,

maka

laboratorium

media

yang

virtual

dikembangkan

Jawaban

Nilai Skor

Ya (Y)

1

Tidak (T)

0

dalam penelitian ini dikatakan efektif

Data yang diperoleh selanjut-nya

apabila persentase dari respon siswa

dianalisis menggunakan perhi-tungan

mencapai ≼ 61%.

di bawah ini.

Tabel 2.. Kriteria Interpretasi Skor Hasil Angket Respon Siswa

Persentase 0% - 20% 21% - 40% 41% - 60% 61% - 80% 81% - 100%

Krteria Sangat kurang Kurang Cukup Efektif Sangat efektif

Hasil dari perhitungan persentase digunakan untuk mengetahui keefektifan media pembelajaran berbasis laboratorium virtual yang dikembangkan

dengan

menggunakan

interpretasi skor sesuai tabel 2.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

162


HASIL DAN PEMBAHASAN

sebagian besar siswa di beberapa

Tahap Penyelidikan dan Pengum-

sekolah negeri di Gresik memiliki

pulan Data

latar belakang ekonomi yang baik.

Tahap

ini

memperoleh lingkungan

bertujuan

informasi sekolah,

untuk

Media

belajar

mengenai

laptop

atau

karakteristik

elektronik

notebook

seperti

bukan

lagi

menjadi barang asing dan mewah

siswa, serta kurikulum dan indikator

bagi

pembelajaran

berlaku.

berjumlah rata-rata 35 orang siswa,

Informasi-informasi tersebut diper-

jumlah siswa yang memiliki laptop

oleh melalui studi literatur dan studi

atau notebook mencapai 71,43%. Guru

lapangan. Studi lapangan dilakukan

biasa memberikan penugasan kepada

dengan cara mengobservasi sekolah

siswa dengan memanfaatkan laptop

yang

penelitian

atau notebook yang dimiliki siswa,

dengan menyebarkan angket pra-

misalnya dalam kegiatan presentasi.

penelitian serta melakukan wawan-

Adapun

cara dengan guru kimia dan siswa

dengan media laboratorium virtual

kelas XI di sekolah tersebut.

belum pernah dilakukan. Hal ini

yang

dijadikan

objek

siswa.

Dalam

kegiatan

suatu

kelas

pembelajaran

Analisis siswa dilakukan dengan

didukung oleh angket prapenelitian

mengidentifikasi usia, kemampuan

yang menunjukkan bahwa sebanyak

akademik, motivasi terhadap mata

100% siswa belum pernah menggu-

pelajaran, serta pengalaman belajar

nakan media pembelajaran berbasis

siswa. Berdasarkan hasil wawancara

laboratorium

terhadap guru kimia SMA di Gresik

pembelajaran kimia di sekolah. Dari

diperoleh informasi bahwa rentang

persentase tersebut, sebanyak 80%

usia siswa SMA berkisar antara 15-18

siswa menyatakan setuju jika pembe-

tahun.

lajaran

Berdasarkan teori belajar kognitif yang dicetuskan oleh Piaget, rentang

virtual

kimia

dilakukan

selama

melalui

media pembelajaran berbasis laboratorium virtual.

usia ini dikategorikan dalam tahap

Berdasarkan analisis kurikulum

operasional formal. Pada tahap ini,

dan indikator pembelajaran di SMA

siswa telah mampu berpikir secara

memberlakukan dua kurikulum yaitu

abstrak, menalar secara logis, dan

kurikulum 2013 dan kurikulum 2013

mampu menarik kesimpulan dari

revisi. Kurikulum 2013 diberlakukan

informasi yang tersedia.

untuk

Hasil wawancara dengan guru kimia

juga

menerangkan

bahwa

siswa

kelas

XII

dan

XI,

sedangkan kurikulum 2013 revisi diberlakukan untuk siswa kelas X.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

163


Prinsip

pembelajaran

berdasarkan

capai 90%. Adanya media pembel-

kurikulum 2013 revisi tertuang dalam

ajaran berbasis laboratorium virtual

peraturan menteri pendidikan dan

ini diharapkan dapat mendukung

kebudayaan nomor 22 tahun 2016,

proses

menyatakan bahwa siswa dituntut

menyenangkan.

pembelajaran

kimia

yang

menjadi pebelajar yang aktif, dimana siswa tidak selalu diberi tahu oleh

Tahap Perencanaan

guru, melainkan dapat mencari tahu

Pada tahap perencaan ini yaitu

pengetahuan dari berbagai macam

membuat storyboard media pembel-

sumber belajar. Pembelajaran kimia

ajaran berbasis laboratorium virtual

pada

yang

berisi visualisasi atau gambaran dari

umumnya berlangsung hanya disam-

media yang akan dihasilkan. Media

paikan dengan metode ceramah dan

berbasis

penugasan. Dengan metode tersebut,

merupakan media berbasis komputer

sebanyak 66,67% siswa menyatakan

dan dibuat melalui aplikasi flash

bahwa materi kimia unsur yang

macromedia. Secara garis besar, isi dari

dipelajari

media yang dibuat adalah pada

materi

kimia

masih

unsur

dirasa

cukup

membingungkan.

laboratorium

virtual

gambar 2.

Lingkungan sekolah negeri di Gresik rata-rata memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Setiap kelas telah

dilengkapi

proyektor.

Selain

mendukung sekolah

juga

dengan itu,

LCD dalam

pembelajaran

kimia,

dilengkapi

dengan

laboratorium kimia dengan alat dan bahan yang cukup memadai. Hanya saja

laboratorium

kimia

jarang

dimanfaatkan. Dalam pembelajaran materi kimia unsur misalnya, guru tidak mengadakan kegiatan praktikum

maupun

demonstrasi

dikarenakan tingkat bahaya yang tinggi. Padahal berdasarkan angket prapenelitian persentase siswa yang senang melakukan praktikum men-

Gambar 2. Garis Besar Isi Media Berbasis Laboratorium Virtual

Media

pembelajaran

berbasis

laboratorium virtual terdiri dari dua bagian, yaitu halaman pembuka dan menu utama. Pada halaman pembuka terdapat identitas perancang media yang

meliputi

menaungi

dan

instansi nama

yang

perancang.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

164


Selain itu, bagian ini juga berisi tabel

reaksi logam natrium dengan air.

periodik unsur. Tabel periodik unsur

Secara

ditampilkan sebagai apersepsi. Kimia

virtual berisi tentang informasi alat,

unsur bukan merupakan materi yang

bahan, serta prosedur praktikum.

baru bagi siswa kelas XI. Pada kelas

Dalam

X

tentang

mempraktikkan praktikum uji nyala

keperiodikan unsur yang di dalam-

sebagai visualisasi mengenai sifat

nya

fisika golongan alkali serta dapat

siswa

sudah

juga

belajar

mempelajari

sedikit

garis

besar,

bagian

ini

laboratorium

siswa

dapat

pengetahuan mengenai kimia unsur.

mempraktikkan

Sesuai dengan pembatasan masalah

logam natrium dengan air yang

penelitian

memvisualisasikan

yang

pembelajaran

diangkat,

yang

media

dikembangkan

praktikum

reaksi

sifat

kimia

golongan alkali.

hanya dibatasi pada golongan alkali saja.

Tahap Pengembangan Awal Produk

Setelah

melewati

halaman

Tahap yang dilakukan setelah

pembuka, terdapat menu utama yang

perencanaan adalah pengembangan

berisi

kompetensi

pembelajaran,

awal format produk, dimana hasil

materi

pembelajaran,

laboratorium

yang didapatkan pada tahap ini

virtual praktikum uji nyala, serta

disebut

laboratorium virtual praktikum reaksi

pembelajaran berbasis laboratorium

logam natrium dengan air. Kompe-

virtual pada materi kimia unsur

tensi

dibuat

pembelajaran

meliputi

kompetensi

kompetensi silabus

pada inti

melalui

draf

I.

Media

aplikasi

flash

dan

macromedia dan menghasilkan software

sesuai

dengan

dengan format .rar. Adapun draf I

pelajaran

kimia

dasar

mata

media

sebagai

kurikulum 2013 revisi. Pada bagian

yang

dihasilkan

adalah

ssebagai

berikut.

materi pembelajaran terdapat materi tentang sifat fisika, sifat kimia, serta kegunaan

unsur

atau

senyawa

golongan alkali. Selain materi, ada latihan soal yang berkaitan dengan materi kimia unsur golongan alkali yang dibahas. Bagian lain yang ada dalam menu utama adalah laboratorium virtual tentang praktikum uji

Gambar 3. Menu utama media berbasis laboratorium virtual

nyala garam alkali serta praktikum

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

165


hal ini media pembelajaran berbasis laboratorium

virtual

pada

materi

kimia unsur, telah benar dan sesuai dengan kaidah ilmu yang berlaku. Kriteria-kriteria yang dinilai pada tahap ini ada tiga macam, antara lain: kelayakan isi, kelayakan penyajian, Gambar 4. Materi Sifat Unsur Golongan Alkali

dan kelayakan dari segi kebahasaan. Instrumen

yang

digunakan

pada

tahap ini ialah lembar validasi yang berisi pernyataaan aspek yang dinilai beserta kriteria peniliannya. Rentang nilai yang diberikan adalah 1 hingga 5, dimana nilai 1 merujuk pada kriteria buruk sekali, nilai 2 merujuk Gambar 5. Praktikum Uji Nyala Garam Alkali

pada kriteria buruk, nilai 3 berarti sedang, nilai 4 berarti baik, dan nilai 5 memiliki makna nilai baik sekali. Selain berisi nilai media, pada lembar validasi

juga

komentar

terdapat

atau

saran

kolom validator

terhadap media yang dinilai. Adanya kolom

komentar

atau

saran

ini

bertujuan agar media yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik. Gambar 6. Praktikum Reaksi Na dengan Air

Hasil

validasi media

yang

telah

dikembangkan dijelaskan secara lebih Tahap Validasi Media

rinci sebagai berikut.

Media yang telah melalui tahap telaah dan diperbaiki sesuai dengan saran penelaah. Selanjutnya dinilai melalui

tahap

validasi.

Validasi

dilakukan oleh dua dosen kimia serta dua

guru

kimia.

Tahap

validasi

berguna untuk memastikan bahwa media yang dikembangkan, dalam

Kelayakan isi Dilihat

berdasarkan

kriteria

kelayakan isi, media pembelajaran berbasis laboratorium virtual yang dikembangkan

memiliki

kategori

penilaian sangat baik. Hal ini dapat dilihat berdasarkan gambar 7.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

166


Berdasarkan data pada diagram

(BSNP) secara garis besar memuat

hasil validasi aspek kelayakan isi

tentang

pada gambar 7, diperoleh persentase

dikembangkan dari segi materi dan

keseluruhan sebesar 82,5%. Apabila

kebenaran konsep yang disajikan.

diintepretasikan ke dalam tabel 2,

Salah satu hal yang perlu diperha-

tentang

hasil

tikan

yang

keterkaitan kompetensi dasar serta

interpretasi

validasi,

maka

dikembangkan

skor media

termasuk

dalam

kategori sangat layak.

kelayakan

dalam

indikator

media

aspek

yang

ini

adalah

pembelajaran

dengan

materi yang disajikan. Arsyad (2015) mengungkapkan

Hasil Validasi Aspek Kelayakan Isi

bahwa suatu media pembelajaran 100

harus memiliki fokus yang jelas pada

80

tujuan pembelajaran. Tujuan pembel-

60 40

ajaran mencakup kemampuan yang

20

diharapkan b

c

d

Selain

Aspek Penilaian

siswa

mampu

mangakomodasi

indikator pembelajaran yang akan

Gambar 7. Diagram Hasil Validasi Kelayakan Isi

dicapai, materi yang disajikan juga harus memuat data yang akurat,

Keterangan: a : kesesuaian

materi

kompetensi indikator

inti

dengan (ki)

dan

pembelajaran

yang

akan dicapai. b : kesesuaian soal yang disajikan dengan indikator. c : kesesuaian/kebenaran

konsep

yang di sajikan. d : ilustrasi (gambar, grafik, dan sejenisnya) jelas,

dikuasai

setelah proses pembelajaran selesai.

0 a

dapat

yang

relevan,

mendukung

digunakan dan

dapat

konsep

yang

disajikan. Aspek kelayakan isi berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan

sehingga dapat menambah wawasan siswa

dan

tidak

menimbulkan

miskonsepsi (Arsyad, 2015). Ilustrasi yang disajikan dalam media

pembelajaran

laboratorium

berbasis

virtual

dirancang

semirip mungkin dengan kenyataan yang

ada,

dukung

sehingga

konsep

dapat

yang

men-

disajikan

dengan benar. Stimulus belajar secara verbal memberikan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas mengingat, mengenali,

serta

fakta

konsep.

dan

stimulus

belajar

menghubungkan Di

sisi

secara

lain, verbal

memberikan hasil belajar yang lebih

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

167


baik

pada

pembelajaran

yang

melibatkan ingatan yang berurutan.

tersimpan dalam memori otak juga meningkat (Leow & Neo, 2015).

Pernyataan ini didukung teori kode ganda

dari

Paivio

yang relevan

yang

menunjukkan bahwa pembelajaran

mengatakan bahwa sistem kognitif

dengan berbantuan virtual labora-

manusia terdiri dari dua subsistem

torium

antara lain sistem visual dan verbal.

dalam mengimplementasikan pem-

Sebuah

disajikan

belajaran. Dalam penelitian tersebut

secara visual dan verbal akan diingat

dijelaskan bahwa aspek makroskopis,

lebih

dengan

submikroskopis, dan simbolik yang

disajikan hanya dengan salah satu

merupakan tiga pilar kajian dalam

cara (Paivio, 1971, 2013).

pembelajaran

informasi baik

(2013)

Hasil penelitian

yang

dibandingkan

Bruner (2004) mengatakan bahwa

akan

dipahami

memudahkan

kimia

oleh

lebih

siswa

guru

mudah dengan

belajar terjadi lebih ditentukan oleh

pembelajaran

cara seseorang mengatur pesan atau

virtual laboratorium (Dalton, 2016;

informasi, proses belajar akan terjadi

Fiedler & Haruvy, 2009; Manikowati,

melalui tahap-tahap enaktif, ikonik,

Iskandar, 2018; Liu, Valdiviezo-DĂ­az,

dan simbolik (Bruner, 2004; McLeod,

Riofrio, Sun, & Barba, 2015; Morozov

2012). Implikasi dari teori kognitif

et al., 2004; Pyatt & Sims, 2012; Yusuf,

dalam

virtual

Widyaningsih, & Purwati, 2015).

dapat

menyajikan

laobratorium materi

yaitu

icon, maupun dengan teks dengan yang

variatif

dengan

pembe-

lajaran dengan bentuk gambar atau tampilan

berbantuan

sehingga

pemahaman siswa pada suatu konsep

Kelayakan penyajian Aspek

yang

dinilai

pada

kelayakan penyajian terdiri dari enam hal dan disajikan dalam gambar 8.

lebih mendalam yang dapat disimpan

Berdasarkan gambar 8, rata-rata

dalam memori dalam waktu yang

persentase keseluruhan hasil validasi

relatif lama (McLeod, 2012). Hal ini

pada

didukung

adalah 83%.

penelitian

Leow

yang

menyatakan

selain

memperdalam

pemahaman

siswa,

(2015)

hasil

aspek

kelayakan

penyajian

unsur-unsur dalam media seperti video dan animasi membantu siswa mendapatkan

informasi

yang

lebih rinci sehingga kapasitas untuk

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

168


media berbasis visual yang berfungsi

Hasil Validasi Aspek Kelayakan Penyajian 100

85

90

85

85

80

75

80

sebagai alat bantu dalam proses belajar

mengajar

dan

dapat

memengaruhi

diharapkan lingkungan

belajar menjadi lebih baik. Pemakaian

60 a

b

c

d

e

f

Aspek Penilaian

media pembelajaran dalam proses belajar mengajar mampu membangkitkan keinginan dan minat baru,

Gambar 8. Diagram hasil validasi kelayakan Penyajian

Keterangan: a : Materi pada media disajikan

meningkatkan kegiatan

motivasi

dalam

bahkan

mampu

belajar,

membawa pengaruh psikologis bagi

secara sistematis (mulai dari hal

siswa. Pendapat yang sama juga

yang sederhana lalu menuju hal

dikemukakan oleh Levie & Lentz

yang kompleks).

(2012), bahwa media pembelajaran,

b : Ilustrasi (gambar, tabel, grafik,

khususnya

media visual, mampu

dan sejenisnya) yang disajikan

menarik minat dan perhatian siswa

mampu mempermudah siswa

untuk berkonsentrasi pada materi

dalam memahami materi.

yang dibahas. Adanya ketertarikan

c : Format penyajian materi me-

ini memberikan kemungkinan yang

narik sehingga dapat memoti-

besar

vasi siswa.

belajar

d : Petunjuk pengoperasian media

dalam

pencapaian

(Arsyad,

2015;

tujuan

Purnomo,

Ratnawati, & Aristin, 2016; Schnotz, Baadte, Johnson, & Mengelkamp,

telah jelas. e : Kualitas ilustrasi telah baik dari

2012; Yusuf et al., 2015).

segi tata letak, ukuran, warna, Kelayakan kebahasaan

dan pencahayaan. Berkaitan

dengan

interpretasi

Hasil

validasi

dengan

pada

media

skor hasil validasi, maka kelayakan

kelayakan

media berbasis laboratorium virtual

pembelajaran berbasis laboratorium

dalam segi penyajian dikategorikan

virtual dapat dilihat pada gambar 9.

sangat

layak.

Karena

nilai

bahasa

terkait

yang

diperoleh berada pada rentang 81100%. Media

pembelajaran

laboratorium

virtual

berbasis

merupakan

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

169


laboratorium virtual termasuk ke

Hasil Validasi Aspek Kelayakan Kebahasaan

dalam kategori sangat layak. Karena

95

persentase yang didapatkan berada

90

pada rentang penilaian 81-100%.

85

Aspek Penilaian

Media pembelajaran merupakan

Gambar 3. Diagram hasil validasi 80

media komunikasi yang berfungsi

kelayakan kebahasaan 75

sebagai perantara atau pengantar

a

b

c

d

e

f

g

pesan dari pengirim ke penerima

Gambar 9. Diagram Hasil Validasi Kelayakan Kebahasaan

Keterangan: a : Ketepatan penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang benar. b : Menggunakan

bahasa

atau

istilah yang mudah dipahami. c : Kesesuaian bahasa atau istilah

digunakan

perlu

untuk

diperhatikan. Bahasa yang digunakan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran

harus

disesuaikan

dengan ejaan Bahasa Indonesia yang benar. Selain itu, bahasa media juga harus disesuaikan karakteristik siswa, sehingga

siswa.

dengan baik oleh siswa dan tidak

sederhana

kalimat dan

yang mudah

e : Menggunakan jelas

pesan

dapat

dipahami

menimbulkan penafsiran yang salah. Kriteria

kebahasaan

meliputi

ketepatan, keterbacaan, keruntutan

dipahami. dan

yang

bahasa serta penggunaan istilah dan

ambigu

simbol yang sesuai dan benar. Media

kalimat tidak

(menimbulkan

penafsiran

adalah

perantara

atau

pengantar

pesan dari pengirim ke penerima

ganda) Menggunakan

istilah/simbol/

Terdapat

keruntutan

antar-

kalimat maupun antarparagraf. Berdasarkan

diagram

pesan. Pemilihan kata (diksi) yang mudah dipahami dalam media sangat

lambang secara konsisten. g

yang

yang digunakan dengan usia d : Menggunakan

f

pesan, dengan demikian tata bahasa

tentang

dibutuhkan sesuai dengan pengertian media di atas. Jadi media yang dikembangkan

sudah

valid

dari

terhadap

aspek bahasa dimana bahasa yang

kelayakan kebahasaan di atas, maka

digunakan benar dan mudah dipa-

diperoleh hasil penilaian rata-rata

hami (Heinich, 1984; Sangsawang,

sebesar

2015).

hasil

validasi

penilaian

86,43%.

media

Hasil

tersebut

persentase

menunjukkan

bahwa media pembelajaran berbasis

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

170


Tahap Uji Coba Awal

soal pada LKS, siswa tidak hanya

Tahap uji coba bertujuan untuk

dituntut untuk membaca dan men-

mengetahui keefektifan media yang

dengarkan penjelasan peneliti, namun

dikembangkan

siswa juga harus mencoba simulasi

sebagai

media

pembelajaran ditinjau dari aktivitas dan respon siswa. Tahap-tahap

praktikum yang telah disediakan. Pada bagian ini, siswa sangat

awal

antusias dan aktif mencoba menjalan-

dimulai dengan pembagian lembar

kan animasi pada media sehingga

kerja siswa kepada masing-masing

suasana

menjadi

hidup.

siswa

Berdasarkan hal tersebut,

media

serta

uji

coba

pemberian

media

kelas

pembelajaran berbasis laboratorium

pembelajaran berbasis laboratorium

virtual. Sebelum menginstall aplikasi

virtual

media pembelajaran berbasis labora-

mengarahkan perhatian siswa untuk

torium

berkonsentrasi pada materi pembe-

virtual,

tayangan

siswa

terkait

diberikan

mampu

menarik

dan

dengan

proses

dapur.

Garam

Hal ini sejalan dengan fungsi

dapur (NaCl) merupakan senyawa

media pembelajaran menurut Levie &

golongan alkali yang sangat umum

Lentz

dijumpai dalam kehidupan sehari-

pembelajaran

hari.

visual memiliki fungsi atensi yaitu

pembuatan

garam

Selama

video

lajaran.

(2012),

bahwa

media

khususnya

media

ditayangkan,

mampu menarik dan mengarahkan

seluruh siswa memperhatikan secara

perhatian siswa kepada materi yang

antusias, sebab sebagian besar siswa

dipelajari, dengan demikian kemung-

belum mengetahui proses pembuatan

kinan untuk memperoleh dan meng-

garam.

ingat isi materi akan semakin besar

Penayangan

bertujuan

untuk

video

ini

membangkitkan

motivasi siswa dalam belajar materi kimia unsur golongan alkali. Selanjutnya,

Setelah bekerja secara mandiri dalam mengisi LKS, siswa diberi

menginstal

waktu untuk mendiskusikan jawaban

aplikasi media yang dikembangkan

mereka dengan rekan satu bangku

dan peneliti menyampaikan materi

sebelum akhirnya siswa mempresen-

kimia unsur sesuai dengan yang

tasikan hasil diskusi mereka di depan

disajikan dalam media. Pada fase ini,

kelas. Setelah siswa mempresentasi-

siswa secara individu mengisi lembar

kan jawabannya, siswa lain diberi

kerja

kesempatan

siswa

siswa

(Schnotz et al., 2012).

(LKS)

yang

telah

untuk

mengomentari

dibagikan. Untuk dapat menjawab

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

171


jawaban

siswa

yang

melakukan

presentasi.

Berdasarkan hasil angket respon siswa yang bertujuan untuk menge-

Adapun data yang didapatkan

tahui ketertarikan siswa terhadap

pada tahap uji coba awal meliputi

media, maka diperoleh persentase

data observasi aktivitas siswa dan

rata-rata sebesar 98%. Angka ini

data angket respon siswa terkait

menunjukkan bahwa media pembe-

dengan pembelajaran kimia unsur

lajaran berbasis laboratorium virtual

menggunakan

tergolong sangat praktis jika diterap-

media

berbasis

laboratorium virtual.

kan dalam proses belajar mengajar.

Observasi aktivitas siswa yang

Ditinjau dari aspek yang berkait-

dilakukan pada saat berlangsungnya

an dengan kemudahan dalam meng-

uji coba awal media pembelajaran

gunakan media, masih ada siswa

berbasis

virtual

yang merasa media pembelajaran

bertujuan untuk mengetahui keefek-

berbasis laboratorium virtual tidak

tifan

mudah dioperasikan.

laboratorium

media

Observasi

yang ini

dikembangkan.

dilakukan

oleh

Untuk aspek yang terkait dengan

pengamat dengan instrumen lembar

kemudahan siswa dalam memahami

observasi aktivitas siswa.

materi

dapat

diidentifi-kasi

dari

Dengan dilakukannya kegiatan

kemampuan media virtual untuk

observasi ini, maka dapat diketahui

dapat memandu siswa belajar secara

aktivitas

mandiri. Demikian halnya dengan

siswa

berlangsung.

selama

uji

Adapun

coba jumlah

kemudahan

untuk

pengamat pada kegiatan ini adalah

materi

dua orang, mengamati siswa yang

golongan alkali dan alkali tanah,

berjumlah sepuluh orang.

memperoleh persentase 100%.

Respon

siswa

ditinjau

kimia

mem-pelajari.

unsur,

khususnya

dari

Berdasarkan hasil angket respon

beberapa aspek yang bertujuan untuk

siswa yang diuraikan di atas, maka

mengetahui

diperoleh persentase rata-rata sebesar

ketertarikan

siswa

terhadap media yang dikembangkan

93,33%.

Angka

ini

menunjukkan

yaitu media pembelajaran berbasis

bahwa media pembelajaran berbasis

laboratorium virtual. Tujuan kedua

laboratorium virtual tergolong sangat

adalah untuk mengetahui kemudah-

praktis jika diterapkan dalam proses

an siswa dalam memahami materi

belajar mengajar

yang ada pada media serta kemudahan penggunaan media.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

172


SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian media pembelajaran

pada materi kimia

unsur berbasis laboratorium virtual yang dikembangkan layak digunakan. Simpulan tersebut diperoleh berdasarkan syarat kelayakan yang telah terpenuhi antara lain; media pembelajaran berbasis laboratorium virtual pada materi kimia unsur yang dikembangkan

dinyatakan

valid

dengan kategori kevalidan sangat valid, dengan persentase validitas ≥61%. Media pembelajaran berbasis laboratorium

virtual

kimia unsur

yang

dinyatakan

praktis.

pada

materi

dikembangkan Hal

ini

didasarkan hasil observasi aktivitas dan respon siswa. Hasil observasi ativitas siswa memperoleh kategori sangat baik/sangat praktis dengan persentase 88,75%, sementara hasil angket respon siswa dikategorikan sangat baik/sangat praktis dengan persentase sebesar 96,25%. Pustaka Acuan Arsyad, Azhar. 2015. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Bruner, J. 2004. Where M& A Pays and Where It Strays: A Survey of the Research. Journal of Applied Corporate Finance, Vol. 16 (4). pp 63-76.doi:10.1111/j.1745-6622.2004. 00007.x

Chen, C., Jones, K. T., & Xu, S,. 2015. The Association Between Students Style of Learning Preferences, Social Presence, Collaborative Learning and Learning Outcome. Journal of Educators (Online). Vol. 15 (1) 2018. https://doi.org/10.9743/ JEO2018.15.1.3 Dalton, M. A. P. L. V. 2016. General Chemistry 1045 Laboratory Manual. In Virginia Polytechnic Institute and State University. https://doi.org/10.1177/009127000 7300953 Del Carlo, D. I., & Bodner, G. M,. 2004. Students’ Perceptions of Academic Dishonesty in the Chemistry Classroom Laboratory. Journal of Research in Science Teaching. Vol. 41 (1) Januari 2004. pp. 47-64. https://doi.org/10.1002 /tea.10124 Dobrzański, L. A., & Honysz, R. 2011. Virtual examinations of alloying elements influence on alloy structural steels mechanical properties, Journal of Achievements in Materials and Manufacturing Engineering Vol. 49 No. 2, pp. 251–258. Fiedler, M., & Haruvy, E. 2009. The lab versus the virtual lab and virtual field-An experimental investigation of trust games with communication. Journal of Economic Behavior and Organization. Vol. 72, No. 2, pp. 716-724. https://doi.org/10.1016/ j.jebo.2009.07.013 Gall, M. D., Borg, W. R., & Gall, J. P. 1996. Educational research: An

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

173


introduction (6th ed). New York, England: Longman Publishing. Gall, M. D., Borg, W. R., & Gall, J. P. 2006. Educational research: an Introduction (8th ed.). New York: Logman Inc. Gall, M. D., Gall, J. P., & Borg, W. R. 2007. An Introduction to Educational Design Research. Boston: Pearson/Allyn & Bacon. Heinich, R. 1984. The Proper Study of Instructional Technology. Educational Comunication and Technology Journal. Vol. 32. No. 2pp. 67-88. Ismail. I, Anna Permanasari, & Setiawan, W. 2016. Efektivitas Virtual Lab Berbasis STEM dalam Meningkatkan Literasi Sains Siswa dengan Perbedaan Gender. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA. Vol, 2, No. 2, hal. 190-201 Lafarge, D. L., Morge, L. M., & Méheut, M. M. 2014. A new higher education curriculum in organic chemistry: What questions should be asked? Journal of Chemical Education. Vol. 91 No.2. pp. 173178, https://doi.org/10.1021/ed 300746e Leow, F.-T., & Neo, M. 2015. Redesigning for Collaborative Learning Environment: Study on Students’ Perception and Interaction in Web 2.0 Tools. Procedia-Social and Behavioral Sciences. Vol. 176 (2015) pp. 186-193, https://doi.org/ 10.1016/j.sbspro.2015.01.460 Liu, D., Valdiviezo-Díaz, P., Riofrio, G., Sun, Y. M., & Barba, R. 2015. Integration of Virtual Labs into

Procedia Science E-learning. Computer Science. Vol. 75 (2015) pp. 95-102, https://doi.org/ 10.1016/j.procs.2015.12.224 Mahanta, A., & Kumar Sarma, K. 2012. Online Resource and ICTAided Virtual Laboratory Setup. International Journal of Computer Applications, Vol 52, Issue 6 (0975 –8887). https://doi.org/10.5120/ 8210-1622 Manikowati, Iskandar, D., 2018. Pengembangan Mobile Virtual Laboratorium Untuk Pembelajar-an Praktikum Siswa SMA, Kwangsan, Vol. 06, No. 1,hal. 23–42. DOI: https://doi.org/10.31800/jtp.kw.v6 n1.p23--42 Martínez, G., Naranjo, F. L., Pérez, A. L., Suero, M. I., & Pardo, P. J. 2011. Comparative Study of The Effectiveness of Three Learning Environments: Hyper-realistic Virtual Simulations, Traditional Schematic Simulations and Traditional Laboratory. Physical Review Special Topics-Physics Education Research, Vol 7(2), pp. 1–12. https://doi.org/10.1103/ PhysRevSTPER.7.020111 McLeod, S. 2012. Bruner - Learning Theory in Education, Simply Psychology. https://www.simplypsychology.org/bruner.html Morozov, M., Tanakov, A., Gerasimov, A., Bystrov, D., & Cvirco, E. 2004. Virtual chemistry laboratory for school education. Proceedings-IEEE International Conference on Advanced Learning Technologies, ICALT, 31

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

174


Agustus-1 september 2004. https://doi.org/10.1109/ICALT.200 4.1357486 Paivio, Allan. 2013. Dual coding theory, word abstractness, and emotion: A critical review of Kousta et al.” Journal of Experimental Psychology. Vol. 142 (1), pp. 282-287. doi:0.1037/a0027004 Purnomo, A., Ratnawati, N., & Aristin, N. F. 2016. Pengembangan Pembelajaran Blended Learning Pada Generasi Z. Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS. Vol. 1, No. 1, hal. 70-77, http://dx.doi.org/10.17977/jtp2ips. v1i1.5 Pyatt, K., & Sims, R. 2012. Virtual and Physical Experimentation in InquiryBased Science Labs: Attitudes, Performance and Access. Journal of Science Education and Technology. Vol. 21, No. 1, pp. 133-147, https://doi.org/10.1007/ s10956-011-9291-6 Sangsawang, T. 2015. Instructional Design Framework for Educational Procedia-Social and Media. Behavioral Sciences. Vol. 176 Feb 2015, pp. 65-80. https://doi.org/ 10.1016/j.sbspro.2015.01.445 Schnotz, W., Baadte, C., Johnson, A., & Mengelkamp, C. 2012. Knowledge acquisition from verbal and pictorial information. In J. Kirby & M. Lawson (Eds.), Enhancing the Quality of Learning: Dispositions, Instruction, and Learning Processes (pp. 339-365). Cambridge: Cambridge Univer-

sity Press. doi:10.1017/ CBO9781139048224.019 Sirhan, G. 2007. Learning Difficulties in Chemistry. Journal of Turkish Science Education, Vol. 4, (2007) pp. 2–20. Sjöström, J., & Talanquer, V. 2014. Humanizing chemistry education: From simple contextualization to multifaceted problematization. Journal of Chemical Education. Vol. 91, No. 8, pp. 1125-1131. https://doi.org/10.1021/ed5000718 Suprapto,N., Abidah, A., Dwiningsih, K., Jauhariyah, M. N. R., & Saputra, A. 2018. Minimizing Misconception of Ionization Energy TThrough three-tier Diagnostic Test. Periodico Tche Quimica.Vol. 15 (30): pp. 387-396. Tatli, Z., & Ayas, A. 2010. Virtual laboratory applications in chemistry education. Procedia - Social and Behavioral Sciences. Vol.9, (2010), pp. 938-942. https://doi.org/ 10.1016/j.sbspro.2010.12.263 Ulil Arham, U., & Dwiningsih, K. 2016. Kelayakan Multimedia Interaktif Berbasis Blended Learning Pada Materi Pokok Kimia Unsur. Unesa. Journal of Chemical Education. Vol. 5, No.2, pp.345352, May 2016 Wu, Y. T. 2013. Research trends in technological pedagogical content knowledge (TPACK) research: A review of empirical studies published in selected journals from 2002 to British Journal of 2011. Educational Technology. Vol. 44,

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

175


No. 3 pp. E73-E76. https://doi.org/ 10.1111/j.1467-8535.2012.01349.x Yusuf, I., Widyaningsih, S. W., & Purwati, D. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Modern Berbasis Media Laboratorium Virtual Berdasarkan Paradigma Pembelajaran Abad 21 Dan Kurikulum 2013. Jurnal Pancaran Pendidikan. Vol. 4 No. 2 (2015), pp. 189-200

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

176


Jurnal Teknologi Pendidikan Vol: 06/02 Desember 2018. Online ISSN: 2622-4283, Print ISSN: 2338-9184

http://dx.doi.org/10.31800/jtp.kw.v6n2.p177--198

INOVASI PEMBELAJARAN BERBASIS TIK DI SEKOLAH 3T PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT MELALUI PENDAMPINGAN JARAK JAUH ICT-based Learning Innovation at 3T schools in Papua and Papua Barat through Distance Guidance Services Kusnandar Pustekkom Kemendikbud Jl. RE. Martadinata Km 15,5 Ciputat, Tangerang Selatan Pos-el: kusnandar@kemdikbud.go.id INFORMASI ARTIKEL Riwayat Artikel: Diterima : 30 Oktober 2018 Direvisi : 27 Nopember 2018 Disetujui : 28 Nopember 2018

ABSTRACT: Since 2015, the Ministry of Education and Culture in cooperation with the Ministry of Information and Communication has been granting internet access to schools in 3T (front, remote, and left) areas. Besides internet access, some schools are also granted with ICT

Keywords:

(information and communication technology) equipment

ICT; front, remote, and left areas;

such as laptop, LCD projector, and server that has been

distant learning assistance; video

installed with digital learning content. The purpose of this

conference; distant learning

grant is to enhance the education quality improvement,

application

especially in terms of the provision of access to learning sources as well as ICT-based learning innovation

Kata kunci:

development. To optimally ICT utilization, the teachers and

daerah terdepan, terluar, dan

ICT technicians at the schools are provided with a short

tertinggal; pendampingan

training. After the installation and training, the schools

pembelajaran jarak jauh; video

should ideally be assisted continuously. However, because

conference; aplikasi

of the distance and communication problems, the program

pembelajaran jarak jauh

cannot be monitored for its continuity. Therefore, a distant assistance method needs to be developed. This research is the program development to create a distant assistance system model by using the ICT itself. As the pioneer, the location of the development research is at schools in Papua and Papua Barat receiving grant of ICT equipment. The

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

177


development steps are: problem identification, data collecting,

problem

formulating,

solution

model

determination, preparing the material, implementation, and evaluation. The development is designed as a continuous cycle, where improvement is carried out in every cycle. This writing is the report of first development, that will be continued into the next cycle. The result of the first cycle are: ) a number of field findings have been identified related to the use of ICT equipment in schools; a trial of distant learning assistance through video conference has been carried out and a lab room for learning innovation development has been develoved; and a distant assistance model of ICT usage has been formulated. ABSTRAK: Sejak tahun 2015, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Kementerian Informasi dan Komunikasi telah memberikan bantuan akses internet untuk sekolah-sekolah di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal). Selain bantuan koneksi internet, untuk sejumlah sekolah diberikan pula bantuan perangkat TIK (teknologi informasi dan komunikasi) berupa komputer laptop, LCD projector, serta server yang telah berisi kontenkonten pembelajaran digital. Tujuan pemberian bantuan ini adalah dalam rangka mendorong percepatan peningkatan kualitas pendidikan, khususnya dalam hal penyediaan akses ke sumbersumber belajar serta pengembangan inovasi pembelajaran berbasis TIK. Agar pemanfaatan TIK lebih optimal, telah diberikan pula pelatihan singkat bagi guru-guru dan para pengelola TIK di sekolahsekolah penerima bantuan. Setelah instalasi dan pelatihan, idealnya dilakukan pendampingan dan bimbingan secara kontinyu. Namun demikian, kesenjangan jarak dan kesulitan komunikasi seringkali mengakibatkan program bantuan tersebut tidak dapat dimonitor keberlangsungannya. Untuk itu, maka perlu dikembangkan suatu cara pendampingan yang di dalam artikel ini disebut sebagai pendampingan jarak jauh. Kegiatan ini merupakan pengembangan program yang bertujuan untuk menghasilkan model sistem pendampingan

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

178


jarak jauh dengan memanfaatkan TIK itu sendiri. Sebagai piloting (perintisan) lokus penelitian pengembangan di sekolah-sekolah penerima bantuan TIK yang berada di wilayah Papua dan Papua Barat. Langkah-langkah pengembangan terdiri dari: identifikasi masalah, pengumpulan data, merumuskan masalah, menentukan model solusi, menyiapkan bahan, implementasi, dan evaluasi. Pengembangan ini dirancang sebagai siklus yang berkelanjutan di mana pada setiap siklus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Tulisan ini merupakan laporan pengembangan tahap pertama, yang akan dilanjutkan pada pengembangan tahap selanjutnya. Beberapa hasil dari tahap pertama ini, antara lain: telah teridentifikasi sejumlah masalah temuan lapangan terkait pemanfaatan perangkat TIK di sekolah, telah dilakukan uji coba pendampingan jarak jauh melalui video conference dan telah dibangun sebuah ruang lab pengembangan inovasi pembelajaran, dan telah dirumuskan sebuah model pendampingan pemanfaatan TIK melalui pembelajaran jarak jauh.

PENDAHULUAN

undangan yang terkait dengan daerah

Penyebutan daerah 3T (terdepan,

3T, tidak ditemukan secara eksplisit

terluar,

seringkali

penyebutan istilah itu secara resmi

menimbulkan rasa ketidaknyamanan.

yang menyebutkan daerah 3T. Pada

Inisiatif kegiatan yang menyebut 3T

beberapa dokumen hanya disebut

di dalamnya, alih-alih mendekatkan

dengan satu T yaitu daerah tertinggal.

inisiator

Dari sisi pemerintah, penyebutan

dan

tertinggal)

dengan

masyarakatnya,

malah

menimbulkan

baru.

Subjek

kesenjangan yang

punyai misi yang sangat mulia, yakni

menempati daerah yang disebut 3T

untuk mendorong pertumbuhan di

tidak pernah merasa nyaman dengan

daerah tersebut agar tidak tertinggal

sebutan

mana

dari daerah lainnya. Pada Peraturan

munculnya istilah 3T, yang jelas

Pemerintah Nomor 78 Tahun 2014

istilah ini mulai populer pada era

tentang

setelah

Daerah Tertinggal disebutkan tujuan

ini.

masyarakat

daerah 3T itu sesungguhnya mem-

Entah

otonomi

dari

daerah.

Namun

Percepatan

Pembangunan

demikian, apabila ditelusuri doku-

pembangunan

daerah

tertinggal

men-dokumen peraturan perundang-

mencakup: (1) mempercepat pengu-

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

179


rangan

kesenjangan

antardaerah

terian Pendidikan dan Kebudayaan

dalam menjamin terwujudnya peme-

telah

rataan dan keadilan pembangunan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

nasional; (2) mempercepat terpenuhi-

No. 72 Tahun 2013 tentang Penye-

nya kebutuhan dasar, serta sarana

lenggaraan

dan

daerah

Khusus(http://pelayanan.jakarta.go.id

tertinggal; (3) meningkatkan koordi-

/download). Dalam peraturan ini,

nasi,

yang dimaksud dengan pendidikan

prasarana integrasi,

antara

pusat

dasar dan

dan

sinkronisasi,

mengeluarkan

Pendidikan

dalam

pendanaan

dan

pendidikan bagi peserta didik di

pembiayaan, pelaksanaan, pengen-

daerah terpencil atau terbelakang,

dalian,

masyarakat

dan

evaluasi;

dan

(4)

khusus

Layanan

daerah

perencanaan,

layanan

Peraturan

(PLK)

adat

yang

adalah

terpencil,

menjamin terselenggaranya operasio-

dan/atau mengalami bencana alam,

nalisasi kebijakan Percepatan Pemba-

bencana

ngunan Daerah Tertinggal (PPDT)

mampu dari segi ekonomi.

(www.hukumonline.com/pusatdata/ download). disebutkan disebut

Bentuk dapat

Pada

peraturan bahwa

itu

suatu

juga daerah

sosial,

dan

yang

layanan

berupa

tidak

pendidikan

penyelenggaraan

satuan pendidikan ataupun program layanan pendidikan.

Satuan pendi-

sebagai daerah tertinggal

dikan layanan khusus yang diberikan

mengacu pada kriteria: perekonomian

antara lain adalah sekolah kecil,

masyarakat, sumber daya manusia,

sekolah terbuka, sekolah darurat, dan

sarana-prasarana,

kemampuan

ke-

sekolah

uangan

aksesibilitas,

dan

program layanan khusus mencakup

daerah,

terintegrasi.

Sedangkan

karakteristik

daerah.

Pendidikan

antara lain pemindahan peserta didik,

tidak

eksplisit

disebutkan

penyediaan

asrama,

sebagai salah satu kriteria keterting-

transportasi,

kunjungan

galan. Namun demikian, pendidikan

layanan pembelajaran jarak jauh (PJJ)

sangat terkait dengan pembangunan

dengan

pemanfaatan

sumber daya manusia daerah ini, baik

informasi

dan

pendidikan sebagai faktor penggerak

seperti PJJ tertulis, radio, audio, tv,

pembangunan

dan ataupun internet dan web.

secara

kurangnya

ataupun fasilitas

kondisi

pendidikan

sebagai akibat dari ketertinggalan. Guna meningkatkan pelayanan pendidikan di daerah 3T, Kemen-

bantuan pendidik, teknologi

komunikasi

(TIK)

Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom) sebagai

lembaga

Kementerian

di

bawah

Pendidikan

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

dan

180


Kebudayaan yang bertanggungjawab

terpasang di provinsi Papua dan

di bidang pendayagunaan TIK untuk

Papua Barat dan diberikan tambahan

pendidikan

melaksanakan

bantuan perangkat TIK yang terdiri

yang

dari laptop, proyektor, server, dan

sejumlah

telah program

terkait

dengan daerah 3T tersebut. Salah satu

sejumlah

upaya yang dilakukan Pustekkom

Pemberian bantuan tambahan ini

dalam rangka mendukung layanan

dimaksudkan

pendidikan

optimalisasi

khusus

mendorong

adalah

pendayagunaan

TIK

untuk peningkatan kualitas pembelajaran

pada

pembelajaran.

untuk

menunjang

pemanfaatan

TIK,

sebagai program piloting di wilayah propinsi Papua dan Papua Barat.

di

Program piloting ini dimaksud-

daerah tertinggal. Untuk itu, sejak

kan sebagai upaya untuk mendorong

tahun 2015, Kementerian Pendidikan

pemanfaatan

dan Kebudayaan bekerjasama dengan

Untuk itu, Pustekkom telah melaku-

Kementerian

Komunikasi

dan

kan upaya tindak lanjut terhadap

Informatika

(Kominfo)

telah

pemberian bantuan ini yang antara

menyalurkan

bantuan

internet

sekolah-sekolah

bagi

sekolah-sekolah

konten

koneksi di

lain

TIK

dengan

pelatihan

secara

optimal.

melakukan

dan

sejumlah

bimbingan

teknis

daerah 3T melalui program Universal

(bimtek) untuk para pengelola TIK di

Service

(Nota

sekolah penerima bantuan. Pelatihan

Kementerian

dan bimtek telah dilakukan melalui

Obligation

kesepahaman

antara

(USO)

Pendidikan dan Kebudayaan dan

dua

Kementerian

dengan kunjungan ke lokasi sekolah

Komunikasi

dan

pendekatan,

pertama

Informatika nomor 583/M.KOMINFO

dan/atau

/HK.03.02/8/2015, nomor 06/VIII/NK/

suatu

2015 tentang Pemanfaatan Teknologi

pelatihan. Kedua cara tersebut cukup

Informasi dan Komunikasi untuk

efektif, namun sulit untuk menjang-

Meningkatkan Kualitas Pendidikan

kau semua lokasi, mengingat waktu,

dan Kebudayaan).

biaya,

Sampai

dengan

akhir

tahun

kedua

yakni

tempat

dan

disiapkan

dikumpulkan untuk

tenaga sangat

di

mengikuti

yang besar.

harus Lantas,

2017, telah terpasang koneksi internet

bagaimana cara mengatasi perma-

dengan Very Small Apperture Terminal

salahan

(VSAT)

pada

menjamin bahwa perangkat yang

tersebar

di daerah-daerah

Indonesia

984

(Santoso,

sekolah 2017).

yang 3T

di

diberikan

tersebut?, tersebut

bagaimana berfungsi

dan

Dari

dimanfaatkan secara optimal untuk

jumlah tersebut, sebanyak 25 titik

pembelajaran? Untuk itu, perlu dicari

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

181


cara

pendampingan

jauh

kekurangan dari teknologi tersebut,

dengan menggunakan perangkat TIK

maka model layanan dirancang untuk

itu sendiri. Berdasarkan kondisi inilah

memanfaatkan kelebihan dari PJJ dan

maka

mengurangi

dirancang

jarak

pendampingan

pemanfaatan TIK jarak jauh dalam bentuk

Pengembangan

hambatan

seminimal

mungkin.

Inovasi

Pengembangan model mengacu

Pembelajaran Melalui Pendampingan

pada kriteria bahwa model harus

Jarak Jauh. Ada sejumlah pertanyaan

memanfaatkan

mendasar yang ingin dijawab dalam

saluran komunikasi yang ada. Model

kegiatan ini, yang antara lain adalah

layanan

apakah perangkat TIK yang diberikan

dengan tugas pokok (rutin) baik bagi

telah dimanfaatkan? Jika ya, untuk

pemberi layanan maupun penerima

apa

layanan.

pemanfaatannya?

Apakah

seluruh

harus

terkait

Model

langsung

layanan

harus

kehadiran TIK di sekolah mampu

melibatkan

mendorong

penggiat TIK yang memiliki minat,

peningkatan

kualitas

pembelajaran?

hobi,

Dipilihnya

layanan

para

potensi

dan

volunteer

ketertarikan

dan

sebagai

pendam-

penggerak TIK untuk pendidikan.

pingan dalam bentuk PJJ didasarkan

Layanan harus tidak terlalu formal

atas beberapa pertimbangan, yang

tetapi harus merupakan panggilan

antara lain adalah bahwa: PJJ dapat

hati. Model tidak menuntut capaian

mengatasi hambatan jarak dan waktu;

dengan standar tinggi namun dapat

PJJ secara langsung memanfaatkan

dikembangkan berkelanjutan untuk

perangkat TIK yang diberikan; PJJ

mencapai hasil yang optimal.

dapat memberikan kesempatan untuk

Pembelajaran

jarak

jauh konsep

mendapatkan layanan yang sama

sesungguhnya

merupakan

untuk

yang

lama

Namun

seluruh

sekolah

demikian,

sasaran.

PJJ

juga

sudah

dikenal

dan

diterapkan di bidang pendidikan di

mengandung sejumlah kelemahan,

Indonesia.

yang antara lain adalah: keterbatasan

Departemen

media komunikasi seringkali meng-

Kebudayaan

hambat

proses

PJJ

siaran radio pendidikan (SRP) untuk

sampai

saat

belum

penataran guru-guru sekolah dasar di

merupakan budaya belajar sebagian

11 provinsi (Purwanto dkk., 2009).

orang; pengelolaan PJJ cukup rumit

Penataran ini diselenggarakan dalam

baik di pusat maupun di daerah

rangka

sasaran.

Pengembangan Sistem Instruksional

komunikasi; ini

Terkait

masih

kelebihan

dan

Pada

tahun

1977,

Pendidikan

dan

telah

mengembangan

implementasi

Prosedur

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

182


(PPSI)

pada

model

pembelajaran

berdasarkan Kurikulum 1975. Siaran

pendidikan mempunyai bentuk yang mirip proses industri.

ini berisi materi-materi pembelajaran

Di antara 6 ciri di atas, para ahli

dan pengenalan metode pembelajaran

menyepakati dua ciri utama yang

dalam rangka meningkatkan kemam-

menonjol, yaitu; terpisahnya antara

puan

pengajar dan peserta didik, dan

guru

dalam

Pembelajaran pendidikan

jarak formal

mengajar. jauh

pada

digunakannya

dimulai

pada

media

berbagai

pembelajaran.

jarak

Menengah Pertama Terbuka (SMPT)

pendidikan

di lima lokasi/provinsi (Siahaan dan

pendidikan e-learning lintas ruang dan

Rivalina, 2012). SMPT menerapkan

waktu,

konsep pembelajaran mandiri (self

berbagai media teknologi komunikasi

learning)

(Panen, 2016).

utama

berupa

sumber modul

belajar tercetak.

telah

Pendidikan

tahun 1979 dengan perintisan Sekolah

dengan

jauh

saluran

berevolusi

koresponden dengan

dari

sampai

menggunakan

Sejak berkembangnya TIK, maka

Sedangkan pada tingkat perguruan

konsep

tinggi,

jauh

menjadi relatif. TIK telah mampu

pembelajaran

jarak

pembelajaran

jarak

jauh

dimulai

sejak

didirikannya

menghilangkan sekat-sekat jarak dan

Universitas

Terbuka

tahun

geografis. Dengan TIK, siswa yang

1984

(Purwanto dkk., 2009). Dalam Pustekkom

buku

berada di daerah terpencil sekalipun 30

Tahun

disebutkan

terdapat

dapat

langsung

berkomunikasi

dengan guru di manapun berada,

enam karakteristik pendidikan jarak

baik

jauh (Purwanto dkk., 2009), yaitu:

(synchronous) maupun pada waktu

(1)Terpisahnya

yang

tempat

antara

pada

waktu

berbeda

yang

sama

(asynchronous).

pengajar dengan peserta didik; (2)

Pemanfaatan TIK untuk pembelajaran

Adanya

secara umum sering disebut sebagai

lembaga

pendidikan

jarak

pengelola jauh

yang

e-learning.

membedakannya dengan anak yang

Istilah e-learning saat ini lebih

belajar sendiri; (3) Digunakannya

banyak digunakan daripada istilah

berbagai media belajar, baik cetak

pembelajaran

maupun non cetak; (4) Disediakannya

pembelajaran

jarak

saluran komunikasi dua arah; (5)

sebenarnya

ketiga

Dimungkinkannya pertemuan tatap

tersebut

muka

masing-masing.

sesekali;

dan

(6)

Proses

diartikan

terbuka

memiliki

ataupun

jauh.

Namun

terminologi titik

fokusnya

E-learning

sebagai

segala

dapat bentuk

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

183


pembelajaran

yang

memanfaatkan

Penggunaan TIK dalam pendi-

TIK yang mencakup infrastruktur

dikan tentu saja bukan tujuan akhir.

jaringan,

konten

TIK diyakini memiliki potensi untuk

digital, baik secara online ataupun

meningkatkan kualitas pendidikan,

offline.

baik

sistem

aplikasi,

Menurut

Wahono

(2008)

perluasan

layanan

maupun

actor yang ada dalam pelaksanakan

peningkatan kualitas proses dan hasil

e-learning

sama

belajar. Dengan begitu, maka ketika

mengajar

berbicara tentang pemanfaatan TIK

dengan

boleh proses

konvensional, nya guru

dikatakan belajar

yaitu

perlu

(instruktur) yang

adamem-

untuk

pendidikan

dasarnya

adalah

maka

pada

bicara

tentang

bimbing, siswa yang menerima bahan

inovasi dalam pendidikan. Potensi

ajar dan administrator yang menge-

TIK dalam pendidikan telah diru-

lola administrasi dan proses belajar

muskan

mengajar. E-learning dapat terjadi,

Kemdikbud sejak awal tahun 2000,

baik di dalam kelas konvensional

yaitu

maupun dalam pembelajaran terbuka

pengetahuan (sumber belajar), alat

dan jarak jauh. Pembelajaran jarak

bantu

jauh mengacu pada terpisahnya jarak

pembelajaran), fasilitas pendidikan,

antara guru (pendidik) dan peserta

standard

didik

administrasi, alat bantu manajemen

(siswa). Sedangkan pembe-

lajaran

terbuka

tersedianya

mengacu

kepada

pilihan-pilihan

bagi

pada

TIK

blueprint

sebagai

gudang

pembelajaran kompetensi,

TIK ilmu (media

penunjang

sekolah, dan sebagai infrastruktur pendidikan.

Keberadaan TIK di

peserta didik, baik pilihan waktu,

sekolah diyakini mampu meningkat-

tempat, maupun cara dan kecepatan

kan motivasi belajar bukan saja untuk

belajar yang dapat mereka sesuaikan

siswa,

dengan kondisi masing-masing. Pada

dorongan bagi para guru untuk

kenyataannya saat ini, ketiga istilah

memperbarui cara mengajarnya. Oleh

ini tidak dapat diterapkan secara

karena

terpisah,

karena

ketika

bicara

sekolah, khususnya sekolah di daerah

e-learning,

pasti

terdapat

unsur

3T, perlu ditingkatkan (Waldopo,

namun

itu,

juga

memberikan

pemanfaatan

2013).

dan

menjadi nyata apabila TIK dimanfaat-

pembelajaran

juga

jarak

sebaliknya,

jauh

ataupun

potensi

itu

di

pembelajaran jarak jauh dan terbuka; demikian

Semua

TIK

akan

kan sesuai dengan kebutuhan atau

pembelajaran terbuka yang efektif

untuk

menjawab

permasalahan

dan efisien tidak dapat terjadi tanpa

konkret yang dihadapi. Untuk itulah

memanfaatkan TIK alias e-learning.

maka penerapan TIK dalam pendidi-

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

184


kan harus didukung dengan desain

tahuan siswa akan merupakan daya

pembelajaran

yang

tepat.

Desain

tarik utama bagi siswa untuk belajar.

pembelajaran

memberikan

arahan

Di samping itu, antusiasme dan

dan batasan tentang e-learning yang

kesiapan guru juga akan sangat

akan diselenggarakan, termasuk di

membantu.

dalamnya pemilihan authoring tools,

memelihara keterlibatan siswa, perlu

sistem

pilihan

disiapkan antara lain: konten yang

pem-

terstruktur dengan jelas, petunjuk

pengelolaan,

teknologi

lainnya.

serta Desain

Sedangkan

belajaran yang jelas dan konsisten

belajar

dapat

menantang, serta diberikan feedback

membantu

keberhasilan

penyelenggaraan e-learning. sepenuhnya online, tetapi dapat juga dengan

jelas,

tugas

yang

yang tepat. Monitoring dan kontak

Pemanfaatan TIK tidak harus dipadukan

yang

untuk

personal juga sangat diperlukan agar keterlibatan siswa tetap terpelihara.

pembelajaran

TIK

memiliki

sangat

pembelajaran

memadukan

pengembangan model-model pembe-

antara kegiatan pembelajaran online

lajaran yang sesuai dengan tuntutan

dengan

kegiatan

disebut

Kurikulum 2013. Model pembelajaran

sebagai

model

pembelajaran

seperti discovery, inquiry, project-based,

campuran

atau

offline dikenal

dengan

untuk

yang

konvensional tatap muka. Kegiatan yang

besar

potensi

mendukung

atau problem-based learning merupakan

sebutan blended learning (McDonald,

model-model

2008). Dalam pembelajaran blended,

disarankan pada Kurikulum 2013

keterlibatan

yang

peserta

didik

sangat

sangat

pembelajaran relevan

hasil

yang

dan

optimal

dapat

penting untuk diperhatikan. Peserta

mencapai

dengan

didik akan aktif mengikuti seluruh

dukungan

kegiatan, baik online maupun offline,

(Nurhayati, 2016). Melalui interaksi

apabila dirinya merasa terlibat di

jarak jauh dengan memanfaatkan TIK,

dalamnya. Jeffrey (2014) mengiden-

maka para guru di daerah dapat

tifikasi tiga langkah strategi untuk

memperoleh informasi dan bimbing-

melibatkan siswa dalam pembela-

an dalam implementasi pengembang-

jaran blended, yakni; mendapatkan

an model-model pembelajaran.

pemanfaatan

TIK

perhatian siswa, memelihara perhatian siswa, dan mendapatkan kembali

METODE PENELITIAN

perhatian siswa. Topik atau materi

Tujuan penelitian pengembangan ini

yang

relevan

kebutuhan

adalah menghasilkan model layanan

siswa

atau

keingin-

pembelajaran berbasis TIK dalam

dengan merangsang

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

185


rangka peningkatan kualitas proses pembelajaran pada satuan pendidik-

Identifikasi Masalah

Mengumpu lkan data

Merumus kan Masalah

Menent ukan Model

an di daerah tertinggal, khususnya di wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat.

Untuk

mencapai

tujuan

Menyiapkan Bahan

tersebut, maka kegiatan ini dirancang sebagai upaya pengembangan model layanan berbasis TIK bagi satuan pendidikan Metode

di

daerah

tertinggal.

pengembangan

mengikuti

Monitoring dan Evaluasi

Gambar 1. Skema Langkah-langkah Pengembangan

pola penelitian pengembangan di mana setiap tahapan mengikuti siklus reviu dan revisi dalam proses yang berkelanjutan. Penelitian

pengembangan

adalah suatu proses yang digunakan untuk

mengembangkan

memvalidasi

produk-produk

digunakan

dalam

dan yang

pendidikan.

Creswell menyebutkan ada 6 (enam) tahapan pada penelitian pendidikan, yaitu mencakup: identifikasi masalah, literature review, merumuskan tujuan, pengumpulan

data,

analisis,

dan

interpretasi data, serta pelaporan dan evaluasi (Creswell, 2012). Namun sesuai dengan kebutuhan pengembangan, penelitian ini akan dilakukan dalam

tujuh

tahapan,

yaitu

(1)

melakukan identifikasi masalah; (2) mengumpulkan

dan

menganalisis

data; (3) merumuskan masalah dan solusinya; (4) menentukan model rancangan

PJJ;

(5)

menyiapkan

rancangan dan bahan; (6) implemen-

Implementasi

Langkah-Langkah Pengembangan Pertama: Identifikasi Masalah Langkah

awal

adalah

identifikasi masalah. Permasalahan pendidikan di daerah 3T tentu sangat luas dan bervariasi, mencakup aspekaspek guru, siswa, gedung, infrastruktur, kurikulum, pembelajaran, dan lain-lain. Dari sejumlah masalah yang luas tersebut, tulisan ini akan fokus pada pemanfaatan perangkat TIK yang telah diberikan ke sekolahsekolah di daerah 3T, khususnya di Provinsi Papua dan Papua Barat. Sebagaimana telah disebutkan di atas, ada sejumlah pertanyaan mendasar yang ingin dijawab dalam kegiatan ini, yaitu antara lain; Apakah perangkat TIK itu dimanfaatkan? Untuk apa pemanfaatannya? Apakah kehadiran TIK di sekolah mampu mendorong

peningkatan

kualitas

pembelajaran?

tasi; dan (7) monitoring dan evaluasi.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

186


Kedua:

Mengumpulkan

dan

Menganalisis Data

terkumpul melalui percakapan pada whatsapp

Sebelum melakukan pengum-

(WA)

Group;

sedangkan

secara formal, data dijaring melalui

pulan data, kegiatan yang sangat

pengisian

penting

pada aplikasi formulir.kemdikbud.go.id.

untuk

membangun calon

dilakukan

komunikasi

sasaran.

adalah dengan

Membangun

Tujuan

kuesioner

secara

pengumpulan

online

data

pada

tahap ini adalah agar dapat diketahui

komunikasi merupakan langkah yang

dan

paling kritis dan menentukan. Keber-

sebenarnya dihadapi oleh subyek

hasilan

sasaran, dan berdasarkan rumusan

membangun

menjadi

modal

komunikasi

awal

untuk

pengembangan inovasi selanjutnya.

dirumuskan

masalah

masalah

tersebut

yang

kemudian

diidentifikasi alternatif solusinya.

Tujuan dari membangun komunikasi

Instrumen pengumpulan data

ini adalah agar tercipta suasana yang

disusun

nyaman dan terjadi proses berbagi

instrumen

dengan

jumlah

informasi dua arah antara pengem-

pertanyaan

dibatasi

maksimal

bang program dengan subyek sasaran

pertanyaan. Hal ini dilakukan agar

program. Ada sejumlah komponen

responden cukup nyaman dan tidak

yang

terlalu

perlu

diperhatikan

dalam

ke

dalam

keberatan

dua

dengan

paket butir 15

jumlah

membangun komunikasi, yaitu (1)

pertanyaan yang banyak. Instrumen

sumber; (2) penyampai pesan; (3)

pertama terkait data awal tentang

pesan;

kondisi

(4)

saluran;

(5)

penerima

umum

sekolah

penerima

pesan; dan (6) hasil atau efek. Sikap

bantuan TIK dan kondisi perangkat

positif terhadap inovasi pembelajaran

TIK yang diterima. Instrumen kedua

perlu

dahulu,

terkait kesiapan guru di Papua dan

karena tinggi rendahnya minat belajar

Papua Barat dalam rangka pengem-

sangat dipengaruhi oleh sikap siswa

bangan inovasi pembelajaran berbasis

terhadap kegiatan yang mereka ikuti.

TIK.

dibangun

terlebih

Ketiga: Merumuskan Masalah dan Solusinya Setelah komunikasi terbentuk, maka penjaringan data sudah dapat dimulai. Pendekatan pengumpulan data dilakukan, baik secara informal maupun formal. Secara informal, data

Data akan diolah dan dianalisis secara kuantitatif otomatis dengan aplikasi

formulir.kemdikbud.go.id.

Sedangkan data

pendalaman

terhadap

dilakukan

melalui

akan

komunikasi wawancara, observasi, atau kuesioner lanjutan yang lebih detil.

Semua

saluran

komunikasi

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

187


seperti telepon, SMS, WA, email, video

dapat

conference, dan lain-lain digunakan

volunteer

untuk mendapatkan data yang lebih

setiap titik?

lengkap. Hasil pengolahan data akan

diandalkan (agen

untuk

menjadi

perubahan)

pada

Berdasarkan kretiteria di atas,

menjadi bahan perbaikan sistem.

maka akan disusun rancangan dasar

Keempat: Pembuatan Model

model yang akan dipresentasikan dan

Model dapat berfungsi sebagai

didiskusikan melalui Forum Group

pola kerja yang akan menjadi acuan

Discussion (FGD) yang melibatkan

seluruh anggota tim dalam menjalan-

ahli teknologi pembelajaran, praktisi,

kan kegiatan. Oleh karena itu, model

dan pemangku kepentingan lainnya.

sangat penting untuk dibuat dan

Kelima: Penyusunan Rancangan dan

disepakati bersama. Model dirancang

Bahan

simpel, tajam, dan fokus ke target

Langkah penyusunan rancangan

yang ingin dicapai, namun harus

dan

komprehensif

dilakukan simultan dengan langkah-

dan

komunikatif.

penyiapan

bahan

Model juga harus menggambarkan

langkah

efisiensi kerja dan optimalisasi dari

rancangan dan bahan mencakup: (1)

berbagai sumber daya.

Penyusunan rancangan model sistem

Sebagaimana disebutkan di atas, model

mengacu

pada

sejumlah

sebelumnya.

dapat

pembelajaran rangka

jarak

Penyusunan

jauh

pengembangan

dalam inovasi

kriteria yang diinginkan. Untuk itu,

pembelajaran berbasis TIK; (2) Pem-

maka

dapat

buatan rancangan aplikasi web model

pertanyaan-pertanyaan

sistem pembelajaran jarak jauh dalam

model

menjawab

diharapkan

yang antara lain berikut ini; (1)

rangka

Bagaimana mengatasi jarak dan akses

pembelajaran berbasis TIK; (3) Peran-

ke titik paling ujung di sekolah

cangan model pembelajaran inovatif

penerima bantuan? (2) Apa yang

berbasis TIK; (4) Penulisan naskah

paling dibutuhkan oleh para guru

video model pembelajaran inovatif

dalam upaya peningkatan kualitas

berbasis TIK; (5) Pembuatan aplikasi;

pembelajaran?

(6)

(3)

Apa

nilai

pengembangan

Pembuatan

tutorial;

perangkat

perangkat dan ruang video conference.

di

sekolah?

(4)

Bagaimana mengatasi keterbatasan menjamin

keberlangsungan

dukungan program? (6) Siapa yang

Penyediaan

Keenam: Implementasi Tahap Awal

waktu dan sumber daya? (5) Bagaimana

(7)

video

utama/nilai terpenting dari kehadiran TIK

dan

program

inovasi

Implementasi dibagi ke dalam dua

tahapan,

yaitu

implementasi

tahap awal dan implementasi tahap

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

188


lanjut.

Implementasi

dimaksudkan persiapan

awal

uji coba video conference ini adalah

sebagai

aktivitas

untuk memastikan kesiapan PJJ, baik

guru

memiliki

secara

agar

tahap

teknologi

maupun

para

kemampuan dasar tentang keteram-

pelakunya. Pada uji coba ini juga

pilan TIK dan dapat membiasakan

sekaligus membiasakan para guru

diri

sasaran

menggunakan

komunikasi

untuk

untuk

secara

terjadwal

koordinasi

jarak

minimal

yang

Selanjutnya dilakukan pelatihan

adalah

melalui video conference yang lebih

email,

terstruktur. Materi pelatihan akan

forum WA, dan video conference dan

fokus pada satu model pembelajaran

mengenal

sistem

yang dapat diimplementasikan oleh

aplikasi PJJ pada fitur-fitur terbatas.

guru sasaran. Pada kegiatan ini, para

Pada implementasi tahap awal juga

peserta akan diminta juga untuk

akan

melakukan

jauh.

dan

TIK

Kemampuan

diharapkan,

antara

membiasakan

lain

penggunaan

dan

diberikan

mencoba

tugas

pengisian

melakukan komunikasi jarak jauh.

praktek

pembelajaran

kuesioner online secara bertahap yang

inovatif dan melaporkan hasilnya

punya dua sasaran sekaligus, yakni

melalui video conference.

penjaringan data dan pembiasaan

Uji coba sistem aplikasi akan

penggunaan aplikasi online. Kegiatan

dilakukan simultan dengan program

tahap

video

implementasi

awal

akan

conference.

Pada

tahap

ini,

mencakup; (1) Pelatihan dan tutorial

peserta diminta untuk mengunggah

tatap muka (kalau dimungkinkan), (2)

(upload)

Uji coba video conference. (3) Pelatihan

pembelajaran, baik dalam bentuk

terjadwal melalui video conference, dan

foto, video pendek, rekaman audio,

(4) Uji coba sistem aplikasi.

maupun bahan presentasi.

Materi pelatihan tatap muka akan mencakup: pengenalan konsep,

Ketujuh:

hasil

praktek

Implementasi

inovasi

Tahap

Lanjut

target, dan sasaran PJJ; pengenalan

Implementasi tahap lanjut akan

model-model pembelajaran inovatif

dilakukan

sesuai Kurikulum 2013; pemanfaatan

pertama selesai. Pada implementasi

perangkat TIK sebagai sarana PJJ;

tahap lanjut, kegiatan PJJ ditujukan

pengembangan pembelajaran aktif;

kepada para guru inovator untuk

dan pengelolaan kelas PJJ.

mengembangkan

Setelah

tatap

muka

setelah

implementasi

inovasi

pembel-

akan

ajaran di sekolah masing-masing.

dilanjutkan dengan komunikasi jarak

Tahap ini akan menjadi poin penting

jauh melalui video conference. Tujuan

dari

seluruh

rangkaian

kegiatan

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

189


penelitian

pengembangan

ini.

langkah

analisis,

perancangan,

Kemampuan guru di daerah 3T

implementasi, evaluasi, revisi, dan

mengembangkan

penyempurnaan

ajaran

inovasi

berbasis

menunjukkan

TIK

pembel-

bukan

peningkatan

saja kom-

dilakukan

pada

siklus yang terus berlanjut. Setiap tahapan

pengembangan

petensi guru di bidang TIK, tetapi

dan

sekaligus juga menunjukkan capaian

dilakukan perbaikan apabila terjadi

tingkat kompetensi tertinggi seorang

kekurangan. Program ini diharapkan

guru dalam mengembangkan strategi

berlanjut sampai dengan sekurang-

pembelajaran Kurikulum 2013.

kurangnya

Kegiatan

implementasi

dikendalikan,

dimonitor

tiga

serta

tahun.

segera

Capaian

tahap

sementara dilaporkan setiap semester.

lanjut akan terdiri dari pelatihan

Berikut ini adalah hasil pada semester

pengembangan model-model pembel-

awal. Hasil sementara mencakup: (1)

ajaran inovatif melalui video conference

telah teridentifikasi sejumlah masalah

secara

aktivitas

temuan lapangan terkait pemanfaatan

pembelajaran melalui aplikasi Pusat

perangkat TIK di sekolah; (2) telah

Sumber Belajar (PSB) Portal Rumah

dilakukan uji coba pendampingan

Belajar secara terjadwal.

jarak jauh melalui video conference dan

terjadwal

Kedelapan:

dan

Evaluasi

dan

Penyempurnaan Sistem Monitoring

pengembangan inovasi pembelajaran; evaluasi

dan (3) telah dirumuskan sebuah

(monev) pada dasarnya dilakukan

model pendampingan pemanfaatan

pada setiap tahapan kegiatan. Monev

TIK melalui pembelajaran jarak jauh.

selama proses kegiatan dimaksudkan

1. Temuan Lapangan

untuk

dan

telah dirancang sebuah ruang lab

mendeteksi

atau

Pada tahap ini telah dilakukan

kelemahan-kelemahan yang mungkin

beberapa kegiatan yang mencakup

terjadi dan dapat segera diatasi dan

langkah awal membangun komuni-

diperbaiki, baik

substansi,

kasi, penyebaran instrumen secara

teknologi.

online,

manajemen,

masalah

terkait

maupun

uji

coba

video

conference

Monev akan dilakukan oleh satu tim

sekaligus pendalaman data, dan lain-

yang

lain.

terpisah

di

luar

tim

pengembang kegiatan ini.

Membangun

komunikasi.

Komunikasi yang baik menjadi modal HASIL DAN PEMBAHASAN

sebagian keberhasilan inovasi. Pada

Proses penelitian pengembangan ini

langkah pertama sudah ditentukan

dilakukan secara simultan. Langkah-

fokus sasaran adalah guru inovator.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

190


Jadi

dengan

inilah

forum.

harus

untuk uji coba video conference, hanya

dibangun. Namun permasalahannya,

dua sekolah saja yang mengikuti

sampai di sini belum diketahui siapa

kegiatan uji coba ini. Untuk itu, maka

calon guru inovator tersebut. Untuk

dilakukan upaya lain, yaitu melalui

itu

komunikasi telepon oleh tim help desk.

komunikasi

mereka

yang

maka

intens

pertama-tama

ditemukan

nomor

harus

kontak

dari

Bahkan

Pesan

telepon

ketika

agar

diundang

para

kepala

masing-masing kepala sekolah dan

sekolah meluangkan waktu untuk

person in charge (PIC) pengelola TIK di

mengisi kuesioner.

sekolah

masing-masing.

Setelah

Dalam tahap ini, telah diperoleh

nomor kontak diperoleh maka mulai

data sementara sebagai berikut. (1)

dibuat WA (whatsapp) group.

Sudah terdata lengkap mencakup

Dengan mengikuti alur berpikir hirarkikal, dibuat

maka

grup

terlebih

khusus

dahulu

dan nomor telepon, sebanyak 25

para

sekolah. (2) Dari target 25 sekolah

kepala sekolah, dengan alasan mereka

tersebut, hanya 16 sekolah yang

harus

sudah

mengetahui

untuk

nama dan alamat sekolah, nama PIC,

lebih

dahulu

mengisi

kuesioner

rencana kegiatan ini agar mendapat

sekolah

dukungan. Namun setelah grup WA

dihubungi

ini

Pustekkom. (3) Terdapat dua sekolah

terbentuk,

tidak

satupun

lainnya

online,

tidak

oleh

merespon sapaan. Maka selanjutnya,

yang

dibuat grup yang melibatkan para

conference dengan baik.

pengelola TIK di sekolah atau sering

berhasil

tim

dapat

help

melakukan

desk video

Berdasarkan jawaban responden

disebut sebagai PIC (person in charge),

melalui

Ternyata para PIC pengelola lebih

memanfaatkan formulir kemdikbud.

cepat tanggap. Untuk membangun

go.id

komunikasi, maka pada grup ini

ringkas sebagai berikut.

setelah perkenalan diri, dilakukan

kuesioner dapat

Dari

online

dengan

disampaikan

25

sekolah

secara

penerima

diskusi ringan sebelum masuk ke

bantuan perangkat TIK tahun 2017,

pokok permasalahan. Guna memper-

hanya

lancar komunikasi, maka PIC pusat

dihubungi melalui telepon dan dapat

yang sudah dikenal dijadikan admin

mengisi

grup.

Sedangkan 9 sekolah lainnya

Namun

demikian,

melalui

16

sekolah

kuesioner

yang secara

dapat online. tidak

forum grup WA ini pun komunikasi

merespon telepon/SMS/

WA, dan

belum efektif. Sebagian besar tidak

masih belum mengisi kuesioner, serta

aktif merespon pembicaraan pada

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

191


belum dapat dihubungi oleh tim help

internet cukup memadai dan hanya

desk.

25% (4 sekolah) yang menyatakan Perangkat

bantuan

kurang memadai. Hal ini berbeda

sudah

dengan keluhan-keluhan yang sering

diterima oleh 16 sekolah sasaran

didengar tentang tidak berfungsinya

(yang mengisi kuesioner). Namun

koneksi internet USO. Sedangkan

belum

termanfaatkan

perangkat komputer yang terhubung

secara optimal. Terdapat 3 sekolah

ke internet umumnya di atas 5

yang menyatakan perangkat sudah

perangkat, dengan penggunaan di

diterima tapi belum terpasang, 4

atas 3 jam per hari, bahkan sejumlah 9

sekolah

perangkat

sekolah (56,25%) mengaku perangkat

berfungsi dan 2 sekolah

selalu terhubung ke internet lebih

menyatakan perangkat belum dapat

dari 8 jam per hari. Ini menunjukkan

digunakan.

bahwa

penggunaan

sekolah

penerima

Pustekkom

kurang

TIK

tahun

semuanya

2017

menyatakan

sekolah

Walaupun (62,50%)

begitu,

10

menyatakan

perangkat telah terpasang dan telah

internet bantuan

di USO

tersebut cukup tinggi.

berfungsi dengan baik. Untuk 3

Dalam

hal

pemanfaatan

sekolah yang mengaku perangkat

perangkat TIK, semua responden

belum terpasang dan 4 sekolah yang

(100%) menyatakan perangkat TIK

menyebutkan

kurang

bantuan Pustekkom telah digunakan,

belum

baik untuk kebutuhan administrasi

berfungsi,

perangkat

dan

2

sekolah

terpasang akan ditindaklanjuti pada

maupun

kegiatan tahap berikutnya.

besar penggunaan TIK dilakukan oleh

Terkait koneksi internet seluruh responden

menyatakan

telah

para

pembelajaran.

guru

penggunaan

(81,25%), oleh

Sebagian sedangkan

siswa

masih

memiliki koneksi internet. Sekolah

terbatas yaitu sesuai jadwal saja.

sasaran memang telah dipilih dari

Terkait kemampuan TIK guru, lebih

sekolah yang telah menerima bantuan

dari 95% sekolah mengaku memiliki

internet dari program USO tahun

lebih dari 5 orang guru yang telah

sebelumnya.

memiliki kemampuan TIK

Artinya

hal

ini

secara

memperkuat fakta bahwa internet di

baik. Artinya perangkat TIK sudah

sekolah mereka benar-benar telah

dapat digunakan di sekolah-sekolah

terpasang. Tetapi yang mengejutkan

tersebut

adalah

pemberian bantuan ini.

jawaban

kecukupan

mereka

bandwidth,

terkait ternyata

sebanyak 75% (12 sekolah) menjawab

Pada

sesuai

dengan

sekolah-sekolah

tujuan tempat

responden mengajar pada umumnya

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

192


telah diterapkan Kurikulum 2013,

rangka pembiasaan pemanfaatan TIK,

sehingga TIK pun telah dimanfaatkan

serta pemanfaatan rumah belajar dan

untuk

fitur-fiturnya.

menunjang

pelaksanaan

Sedangkan

pengem-

Kurikulum 2013 tersebut. Namun

bangan

demikian, dalam hal pengembangan

berbasis TIK akan dilakukan setelah

inovasi pembelajaran berbasis TIK

para

untuk menunjang Kurikulum 2013

dasar pemanfaatan TIK.

masih terbatas untuk kelas tertentu

pembelajaran

guru

memiliki

Model

sistem

inovatif

kemampuan

pengembangan

saja. TIK untuk pembelajaran baru

inovasi pembelajaran berbasis TIK

digunakan dalam dua hal, yaitu

melalui pendampingan jarak jauh

mencari bahan sumber belajar dan

dapat dilihat pada gambar 2.

sebagai

media

presentasi

dalam

pembelajaran.

PENGELOLA PJJ PUSAT

PJJ

2. Model Sistem Pendampingan Melalui PJJ Rancangan pendampingan

model

sistem

pemanfaatan

TIK

GURU INOVATOR

sudah dipresentasikan dan direviu oleh

sejumlah

(pengembang

tenaga

ahli

teknologi

TTM

PTP

pembel-

ajaran), praktisi TIK, dan juga pejabat pengambil kebijakan. Secara umum,

Kelas Inovatif

Kelas Inovatif

konsep dasar model disetujui dengan Kelas Inovatif

beberapa catatan, antara lain bahwa mengingat

Pustekkom

bukan

lembaga penyelenggara pendidikan

Gambar 2. Model Pemanfaatan TIK untuk Pengembangan Inovasi Pembelajaran pada

jarak jauh, maka yang dimaksud

Sekolah di Daerah 3T melalui Pendampingan

dengan PJJ dalam kegiatan ini lebih

Jarak Jauh (PJJ).

merupakan pendampingan jarak jauh dalam untuk

rangka

pembelajaran.

pendampingan solving

pemanfaatan mencakup

terhadap

pemanfaatan

Fokus problem

kendala-kendala

perangkat

Pada

TIK

TIK

di

lapangan, bimbingan teknis dalam

gambar

2,

skema

ini

tampak bahwa fokus sasaran adalah guru

inovator.

inovator menciptakan

Dipilihnya

dimaksudkan

guru untuk

sekurang-kurangnya

seorang agen perubahan di setiap titik

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

193


sekolah.

Agen

perubahan

adalah

3. Lab Inovasi Pembelajaran

orang yang dapat memberi inspirasi,

Dalam kegiatan pendampingan

memotivasi, dan mengajak teman-

ini, video conference digunakan dengan

teman sejawatnya untuk mengem-

banyak fungsi, yaitu antara lain: (1)

bangkan inovasi di lingkungan kerja

sebagai

masing-masing.

mengetahui

Dengan

fokus

sarana

monitoring kekuatan

untuk besaran

sasaran pada guru, hal ini juga dapat

bandwidth koneksi internet bantuan

sekaligus sebagai upaya mengen-

USO, (2) melakukan bimtek dan

dalikan dampak buruk dari internet

problem solving terhadap pemanfaatan

sebagaimana yang disarankan oleh

perangkat

Subroto

mendorong pembiasaan bagi para

bahwa

agar

mengeliminasi

pemerintah

di

sekolah,

(3)

negatif

guru di sekolah untuk mengenal dan

dapat

memanfaatkan fasilitas TIK untuk

mengendalikan sistem informasi yang

pembelajaran, (4) melakukan survei

dapat diakses di sekolah (Subroto,

dan analisis kebutuhan pemanfaatan

2015).

TIK untuk pembelajaran, dan (5)

internet,

dampak

TIK

pemerintah

harus

Terwujudnya kelas inovatif atau terjadinya

inovasi

pembelajaran

meningkatkan kompetensi SDM guru ataupun

tenaga

kependidikan

di

menjadi target utama dari kegiatan

sekolah dalam rangka pemanfaatan

ini. Dukungan argumentasi mengapa

TIK untuk pembelajaran.

inovasi pembelajaran adalah inovasi

Dari sejumlah uji coba video

pembelajaran merupakan inti dari

conference dengan beberapa titik, pada

pemanfaatan TIK di sekolah dan

umumnya kekuatan bandwidth cukup

inovasi

memadai, walaupun untuk beberapa

pembelajaran

merupakan

amanah dari Kurikulum 2013. Ada

sejumlah

model

kasus yang

terdapat

gangguan

yang

sifatnya temporer. Dengan demikian,

direkomenda-sikan Kurikulum 2013

aktivitas

(Haroshid, 2017), antara lain: (1)

diterapkan untuk menunjang kegiat-

Saintifik, PBL, Inquiry, Discovery, Flipp,

an

dan

inovasi

dihadapi pada penyelenggaraan video

dilakukan

conference adalah kesulitan dalam

dengan bantuan TIK yang minimal

memberikan respons dari PIC sekolah.

sekalipun, dan (3) inovasi dapat

Dalam

bervariasi

dilakukan,

lain-lain,

pembelajaran

(2) dapat

sesuai

dengan

masing-masing sekolah.

kondisi

video

conference

selanjutnya.

uji

coba

dapat

Kendala

yang

yang

sudah

baru terlaksana dengan

beberapa sekolah di Papua Barat.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

194


Guna terbaik,

memberikan di

layanan

Pustekkom

mengingat

bahwa

bantuan

TIK,

telah

khususnya VSAT untuk daerah 3T

disediakan satu ruangan khusus video

sesungguhnya dimaksudkan untuk

conference yang disebut sebagai lab

mengatasi kendala akses tersebut.

pengembangan inovasi pembelajaran.

Namun ternyata penempatan VSAT

Dengan nama tersebut, dimaksudkan

dengan investasi yang cukup besar

agar ruangan ini tidak semata-mata

tersebut

sebagai tempat vicon, tapi betul-betul

kendala komunikasi. Akan tetapi,

di situ terjadi proses inovasi, baik dari

yang menarik bahwa berdasarkan

sisi

pemberi

jawaban terhadap kuesioner, sebagian

layanan, maupun inovasi pembelajar-

besar reponden mengatakan bahwa

an yang dilakukan oleh para guru di

koneksi

sekolah. Di ruangan ini, nantinya

memadai. Hal ini menjadi masukan

akan berlangsung berbagai aktivitas,

penting untuk lebih diperdalam pada

antara

tahap lebih lanjut.

Pustekkom

lain

sebagai

bimtek

jarak

jauh,

pelatihan TIK jarak jauh, dan berbagai inovasi

pengembangan

model

belum

internet

dapat

mereka

Rekomendasi diusulkan

mengatasi

cukup

yang

dapat

(1)

perlu

adalah;

pembelajaran jarak jauh. Ruangan ini

dikembangkan rancangan pendam-

secara bertahap akan memberikan

pingan jarak jauh yang sistematis dan

warna terhadap perubahan budaya

terintegrasi dengan memanfaatkan

kerja, pemangkasan birokrasi, dan

perangkat TIK yang tersedia, (2)

tentu saja efisiensi sumber daya. Di

pendampingan dilaksanakan secara

samping itu, dengan adanya lab

periodik

inovasi ini maka menjadi peluang

Rumah Belajar sehingga berkembang

juga bagi para tenaga fungsional PTP

menjadi

untuk mengembangkan kreativitas-

dipersiapkan agar ada seorang guru

nya

layanan

di setiap sekolah yang berperan

pendekatan

sebagai guru inovator dan ada satuan

dalam

terbaik

memberikan

berdasarkan

disiplin ilmu teknologi pembelajaran.

melalui budaya

aplikasi kerja

portal

baru,

(3)

tugas dibentuk di tingkat pusat/ provinsi/kabupaten yang melibatkan

SIMPULAN

semua stakeholders, (4) dirancang dan

Berdasarkan temuan di atas, dapat

dikembangkan bahan-bahan tutorial

diketahui bahwa hambatan komuni-

serta berbagai ontoh pemanfaatan

kasi menjadi masalah utama pada

TIK untuk pembelajaran, dan (5)

kegiatan ini. Hal ini akan menjadi

diberikan apresiasi/penghargaan bagi

bahan

diskusi

yang

menarik,

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

195


sekolah

yang

relatif

menonjol

kinerjanya.

menjadi bagian dari komitmen dan tugas harian yang berkelanjutan.

Adapun solusi yang ditawarkan

Langkah tindak lanjut yang

untuk permasalahan tersebut adalah

perlu

konsisten dengan model yang sudah

berikut. (1) Dibentuk tim satuan

dikembangkan, yaitu meliputi; (1)

tugas. Guna menjamin terlaksananya

Dalam

menjamin

dan keberlangsungan program ini,

keberlangsungan pemanfaatan TIK

maka manajemen perlu membentuk

untuk

kualitas

tim yang diformalkan dengan surat

pembelajaran di daerah 3T, perlu

tugas atau surat keputusan. Hal ini

dilakukan pendampingan jarak jauh

penting

dengan memanfaatkan perangkat TIK

program

itu sendiri, (2) Pada setiap titik

kepada masyarakat yang memiliki

sekolah di daerah 3T diperlukan

target dan tujuan yang terukur, akan

sekurang-kurangnya satu orang guru

berlangsung dalam jangka waktu

yang bertindak sebagai guru inovator

yang

(agen

berbagai

upaya peningkatan

perubahan)

penggerak

dan

inovasi

sebagai

dilakukan

adalah

dilakukan ini

mengingat

merupakan

cukup

sebagai

lama,

layanan

melibatkan

stakeholder,

serta

pembelajaran

memerlukan dukungan program dan

berbasis TIK, (3) Pendampingan jarak

anggaran yang berlanjut. (2) Libatkan

jauh perlu dirancang sedemikian rupa

stakeholder. Pembinaan sekolah di

sehingga

dari

daerah 3T merupakan tugas bersama

komitmen layanan Pustekkom yang

baik pusat maupun daerah. Oleh

sistematis dan terintegrasi, (4) Perlu

karena itu, koordinasi dan sinergi

dikembangkan

bahan

program baik di antara unit pusat

tutorial jarak jauh dan contoh-contoh

maupun antara pusat dan daerah

pendayagunaan

untuk

sangatlah penting. Stakeholder yang

pembelajaran, (5) Perlu dikembang-

langsung terkait dengan program ini,

kan sistem (aplikasi) sederhana dalam

antara lain; Kemendikbud, Kemen

fitur portal Rumah Belajar sebagai

PDT,

sarana praktek pembelajaran berbasis

Berikan

web dan sekaligus merupakan media

Pemberian apresiasi kepada peserta

pengendali

dimaksudkan

untuk

mendorong/

jauh,(6) Perlu dikembangkan sistem

memotivasi

peserta

mengikuti

pendampingan

dapat

kegiatan ini sampai tuntas. Apresiasi

baru,

dapat diberikan baik dalam bentuk

menjadi

menciptakan

bagian

berbagai TIK

pembelajaran yang budaya

kerja

jarak

sehingga pendampingan jarak jauh

dan

Kemen

apresiasi

pengakuan

Kominfo. untuk

formal

(3)

peserta.

(pemberian

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

196


sertifikat

keikutsertaan/kelulusan),

yang diakui sebagai salah satu poin untuk kenaikan pangkat. Apresiasi juga dapat diberikan dalam bentuk lain berupa penghargaan ataupun keterlibatan

yang

bersangkutan

dalam forum-forum yang relevan. PUSTAKA ACUAN Creswell, John W. 2012. Educational Research, Planning, Conducting, and Evaluating Qualitative and Quantitative Research, Four Edition, Boston: Pearson. Haroshid, Harun, 2017. Kurikulum 2013 Revisi 2017, (paparan pdf.) Jakarta: Puskurbuk-Balitbang, Kemendikbud.https://docplayer. info/57639039-Kurikulum-2013revisi-2017-harun-harosid.html (diakses 27 11 18). Jeffrey, M Lynn, John Milne, and and Gordon Suddaby, 2014. Blended Learning: How Teachers Balance the Blend of Online and Clasroom Components, Jurnal of Information Technology Education; Research, Vol 13, 2014.http://www.jite.org/docu ments/Vol13/JITEv13ResearchP 121-140Jeffrey0460.pdf (diakses 27 11 18) Pustekkom, 2015. Nota kesepahaman antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Komunikasi dan Informatika nomor 583/M.KOMINFO/HK.03.02/ 8/2015, nomor 06/VIII/NK/2015 tentang Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk

Meningkatkan Kualitas Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Kementerian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Nurhayati, Ai Sri. 2016. Pengembangan Model Pembelajaran Project-Based Learning, Modul Pelatihan, Ciputat-Tangerang Selatan: Pustekkom Kemdikbud. Purwanto, dkk., 2009. Tigapuluh Tahun Kiprah Pustekkom dalam Pendidikan. Ciputat-Tangerang Selatan: Pustekkom-Depdiknas. Santoso, Ari. 2017. Program Akses Internet Redesain USO untuk Pendidikan, Paparan dalam bentuk powerpoints (ppt). Tidak Dipublikasikan. Siahaan, Sudirman dan Rivalina, Rahmi. 2012. Perkembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh di Indonesia, Jurnal Teknodik Vol. 16 No. 1, Maret 2012, hal. 59-72. Subroto, 2013. Peran dan Tantangan TIK (Internet) dalam Pembangunan Pendidikan, Jurnal Teknodik, Vol. 19 No. 2, Agustus 2015. Panen, Paulin. 2016. Kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh dan Elearning di Indonesia, Kemenritek Dikti, Paparan pdf, http://kopertis3.or.id/v2/wpcont ent/uploads/Paulina-PannenKebijakan-PJJ-dan-Elearning.pdf (diakses 26 11 18). Peraturan Pemerintah No 78 tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Daerah Terting-

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

197


gal,www.hukumonline.com/ pusatdata/download/ (diunduh 13 Nov 2018). Permendikbud No. 72 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pneidikan Layanan Khusus, http://pelayanan.jakarta.go.id/do wnload (diunduh 13 Nov 2018). Undang Undang No. 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. http://kelembagaan. ristekdikti. go.id/wp-content/ uploads/2016/ 08/UU_no_20_th_2003.pdf (diakses 27 11 18). Wahono, Romy Satria, 2008. Meluruskan Salah Kaprah tentang E-learning, http://romisatriawahono.net/2008/01/23/melurus kan-salah-kaprah-tentang-elearning/ (diakses 26 11 18) Waldopo, 2013. Studi Evaluatif Respon Terhadap TIK untuk Pembelajaran di Daerah Perbatasan, Jurnal Teknodik Vol. 17 No. 4, Desember 2013.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

198


Jurnal Teknologi Pendidikan Vol: 06/02 Desember 2018. Online ISSN: 2622-4283, Print ISSN: 2338-9184

http://dx.doi.org/10.31800/jtp.kw.v6n2.p199--211

PEMANFAATAN APLIKASI WHATSAPP PADA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MATA KULIAH AKUNTANSI INTERNASIONAL DI UNIVERSITAS PGRI MADIUN Utilization of Whatsapp Application on Problem-based Learning for International Accounting Subject at Universitas PGRI Madiun Supri Wahyudi Utomo*, Moh. Ubaidillah Universitas PGRI Madiun Jl. Setiabudi No.85, Kanigoro, Kartoharjo, Kota Madiun, Jawa Timur 63118 Pos-el: supriutomo@yahoo.co.id INFORMASI ARTIKEL Riwayat Artikel: Diterima : 25 November 2018 Direvisi : 30 November 2018 Disetujui : 30 November 2018

Keywords: Problem Based Learning, Whatsapp, Learning Achievement Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Whatsapp, Hasil Belajar

ABSTRACT The selection of learning methods becomes essential in teaching and learning process to improve student’s learning outcomes. The fault in choosing a learning method, will negatively affect the student’s learning outcomes. In addition to learning methods, learning media must be considered to support and facilitate learning to achieve the learning objectives. This study aims to identify the impacts of problem-based learning models on student learning outcomes by using Whatsapp applications. The research types was expost facto quantitative using quota sampling method, which determined as many as 32 7B semester students of the Accounting Education Program at the University of PGRI Madiun. The data collection technique was observation by applying questionnaires, and document of student learning outcomes. The method of analyzing questionnaire data in this study used the structural equation modeling (SEM) with partial least squares (PLS) tool. The results showed that problem-based learning model with Whatsapp application positively affected the students’ achievement for the International Accounting Subject. The students’ achievement was above the threshold level. Students could easily communicate, coordinate and discuss materials before presentation without direct interaction.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

199


ABSTRAK Pemilihan metode pembelajaran merupakan hal penting dalam proses belajar-mengajar untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Sebaliknya, kesalahan memilih metode pembelajaran akan berdampak negatif terhadap hasil belajar mahasiswa. Selain metode pembelajaran, pemanfaatan media pembelajaran juga harus diperhatikan untuk mendukung dan memudahkan pembelajaran sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau dampak penerapan model pembelajaran berbasis masalah yang memanfaatkan aplikasi Whatsapp terhadap hasil belajar mahasiswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuntitatif ex-post facto. Pengambilan sampel menggunakan metode quota sampling sebanyak 32 mahasiswa semester 7B program studi pendidikan akuntansi Universitas PGRI Madiun. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan tes hasil belajar mahasiswa. Teknik analisis data kuesioner menggunakan structural equation modeling (SEM) dengan alat partial least squares (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan aplikasi Whatsapp berpengaruh atau berdampak positif yang ditunjukkan hasil belajar mahasiswa untuk mata kuliah Akuntansi Internasional berada di atas kriteria capaian yang ditetapkan. Mahasiswa lebih mudah dalam komunikasi, koordinasi, dan diskusi sebelum melakukan presentasi tanpa harus bertemu secara langsung.

PENDAHULUAN

berpengaruh terhadap sumber daya

Perguruan tinggi merupakan tempat

mahasiswa adalah tenaga pengajar

untuk mencari ilmu pengetahuan

atau dosen.

yang lebih tinggi setelah SMA dan

Dosen sebagai fasilitator dalam

sederajat yang mampu meningkatkan

mentransfer

ilmu

pengetahuan

sumber daya yang baik. Kualitas

kepada

sarana dan prasana tidaklah cukup

model pembelajaran yang memung-

untuk meningkatkan sumber daya

kinkan

mahasiswa. Salah satu yang sangat

materi.

mahasiswa mudah

memerlukan

dalam

Model

menguasai

pembelajaran

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

200


merupakan mengajar

konsep untuk

cara

belajar-

mencapai tujuan

pembelajaran yang tercermin dari

masalah, belajar otentik dan menjadi pebelajar yang independen. Menurut

Manaf,

Ishak,

dan

hasil belajar yang dicapai. Jika dosen

Hussin (2011) model problem based

salah memilih model pembelajaran,

learning adalah model pembelajaran

maka akan berdampak pada hasil

yang menantang, tetapi menawarkan

belajar.

manfaat

Model digunakan

besar

karena model

pembelajaran

yang

membantu

dosen

akan

meningkatkan kerjasama kelompok,

tidak

berlangsung secara maksimal tanpa pemanfaatan media. Adapun model

peserta

didik

ini

untuk

komunikasi dan soft skill lainnya. Menurut Siburian

dkk. (2010),

pembelajaran yang digunakan dalam

pembelajaran

penelitian

adalah model pembelajaran yang

ini

pembelajaran dengan

adalah

model

berbasis

masalah

berasosiasi

pemanfaatan

aplikasi

kontekstual.

Whatsapp.

masalah

dengan

pembelajaran

Proses

pembelajaran

dihadapkan pada suatu masalah dan

Menurut

Hamruni

pembelajaran adalah

berbasis

berbasis

rangkaian

(2011), masalah

aktivitas

pem-

belajaran yang menekankan pada

melalui pemecahan masalah, siswa belajar

keterampilan-keterampilan

yang lebih mendasar. Menurut

Phumeechanya

&

proses penyelesaian masalah secara

Wannapiroon

(2014),

model

ilmiah. Menurut Rusman (2011), salah

pembelajaran

berbasis

masalah

satu ciri dari model pembelajaran

adalah model yang sangat sesuai

merbasis masalah adalah pembel-

untuk diterapkan karena memberikan

ajaran berpusat pada siswa, yaitu

kemudahan

pembelajaran yang menuntut siswa

mengakses

berperan sebagai stakeholder dalam

meningkatkan pengetahuan.

menemukan, merumuskan, mengumpulkan

fakta-fakta,

membuat

bagi

siswa

informasi

Menurut

dan

Moutinho,

untuk dapat Torres,

Fernandes, dan Vasconcelos (2015),

pertanyaan-pertanyaan sebagai solusi

pembelajaran

berbasis

alternatif

adalah model

pembelajaran yang

dalam

menyelesaikan

masalah

masalah. Sementara, Arends (2012)

memungkinkan siswa untuk lebih

menyatakan bahwa model problem

aktif dalam belajar secara mandiri

based learning membantu mahasiswa

dengan melakukan process percobaan

belajar

sendiri.

mengembangkan

keteram-

pilan berpikir dan menyelesaikan

Syed

Hassan,

Yusof,

Mohammad, Abu & Tasir (2012)

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

201


menyatakan bahwa model problem

sama dalam kelompok guna mencari

based learning mampu meningkatkan

solusi bagi masalah yang nyata.

minat

belajar

Model pembelajaran ini, masalah

mandiri karena siswa dituntut untuk

digunakan untuk mengaitkan rasa

mampu

keingintahuan, kemampuan analisis,

mahasiswa

dalam

menyelesaikan

masalah

dengan baik tanpa harus menunggu

dan

instruksi dari dosen.

materi pelajaran.

Model

pembelajaran

berbasis

inisiatif Model

mahasiwa

terhadap

pembelajaran

berbasis

masalah juga menjadikan peserta

masalah mempersiapkan mahasiswa

didik

bertanggung

untuk berpikir kritis dan analitis dan

jawab dalam belajar. Hal ini sesuai

menggunakan sumber belajar yang

pendapat yang dikemukakan oleh

sesuai.

Aka, Guven

pendapat Tatar dan Oktay (2011)

yang

menjadi

lebih

dan Aydogdu (2010)

menyatakan

pembelajaran

bahwa

model

berbasis

yang

Hal

ini

sesuai

menyatakan

dengan

bahwa

setiap

masalah

proses yang telah dilalui mahasiswa

memungkinkan siswa untuk lebih

dengan model problem based learning

bertanggung jawab terhadap tugas

mampu meningkatkan minat siswa

dan

dapat

dalam

dalam

konsep,

kewajibannya.

Siswa

berdiskusi

bersama

menyelesaikan

masalah

eksperimen

dengan

dan

ber-

berbagai

kemungkinan yang bisa dilakukan. Lebih lanjut, Unal dan Ă–zdemir (2013)

menyatakan

bahwa

pengetahuan,

pemahaman

kemamdirian,

kreatifitas,

berpikir kritis, dan komunikasi serta kerjasama Hasil

yang

baik

penelitian

Senemoglu

(2013)

mahasiswa.

Erdogan

dan

menunjukkan

model

bahwa model problem based learning

problem based lerning memungkinkan

memiliki pengaruh yang signifikan

siswa untuk menumbuhkan kemam-

terhadap

prestasi

puan proses berpikir ilmiah melalui

tingkat

pengetahuan,

kegiatan mengidentifikasi masalah,

pemahaman, dan tingkat yang lebih

menentukan

melakukan

tinggi (sintesis, analisis, dan evaluasi).

percobaan guna menguji hipotesis,

Sementara, menurut Marsnik dan

hipotesis,

(2013),

mahasiswa

tujuan

di

tingkat

menemukan hasil dan solusi terhadap

Thompson

pembel

masalah yang dihadapi.

ajaran berbasis masalah yaitu untuk

Menurut Dutch (dalam Amir,

mempersiapkan mahasiswa menjadi

2009), model pembelajaran berbasis

mandiri, pembelajar seumur hidup,

masalah adalah pembelajaran yang

dan penyelesai masalah praktis. Hasil

menantang untuk belajar

yang sama juga ditunjukkan oleh

bekerja

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

202


penelitian Jalani dan Sern (2015)

pengguna.

bahwa penggunaan model problem

layanan Whatsapp dapat dibuat tanpa

based

syarat, dan pembuat grup dapat

learning

mempermudah

Obrolan

grup

mahasiswa dalam mengasosiasikan

menam-bahkan

konsep dan pemahamannya dengan

mencapai batas maksimal.

masalah yang baru, mengaplikasikan solusi

yang

kehidupan

ditemukan

nyata

serta

dalam memberi

dalam

anggota

hingga

Salah satu model pembelajaran dengan

memanfaatkan

Whatsapp

yang

dapat

aplikasi digunakan

penjelasan tentang langkah-langkah

dosen adalah model pembelajaran

penyelesaian yang diambil secara

berbasis masalah. Model pembel-

baik dan jelas.

ajaran ini mempunyai banyak kele-

Untuk

mendukung

penerapan

bihan khususnya dalam meningkat-

model pembelajaran berbasis masalah

kan keterampilan berpikir ilmiah dan

perlu adanya media pembelajaran

kemandirian belajar.

atau alat. Fungsi dari media adalah untuk

memudahkan

antara

indiviu

komunikasi

dengan

individu,

Hal ini didukung hasil penelitian Tauglu

dan

menyatakan

Bakac

(2010)

bahwa

yang

penggunaan

individu dengan kelompok. Media

problem based learning terbukti efektif

komunikasi

dalam

dalam

pembelajaran

meningkatkan

kemampuan

sangat dibutuhkan untuk memudah-

konseptual.

kan berbagi materi perkuliahan dan

berdasarkan langkah-langkah pem-

tempat diskusi.

belajaran yang sudah disetting dan

Peneliti mencoba mengguna-kan

Mahasiswa

bekerja

melakukan kegiatan secara langsung

media komunikasi dengan meman-

guna

faatkan aplikasi Whatsapp. Aplikasi ini

permasalahan yang dilontarkan oleh

mempunyai fitur yang lengkap, cepat,

dosen.

mudah mengoperasikan, dan praktis

membuat mahasiswa menjadi sangat

hanya

aktif dalam mengumpulkan informasi

handphone.

dengan

menggunakan

Aplikasi

Whatsapp

memiliki banyak fitur obrolan. Salah

menemukan Model

jawaban

pembelajaran

dari ini

yang dibutuhkan guna mendukung konsep yang dipelajari.

satu fitur tersebut adalah obrolan

Penelitian Yew & Goh (2016) juga

grup atau group chat. Fitur tersebut

menunjukkan bahwa pembelajaran

memungkinkan peng-guna Whatsapp

menggunakan model problem based

mengobrol

learning mampu melatih keterampilan

dalam

sebuah

ruang

obrolan yang biasa disebut sebagai

dan

mempersiapkan

mahasiswa

grup. Jumlah maksimal anggota 250

untuk bisa terjun ke dunia kerja

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

203


secara nyata serta lebih peka dan siap

Whatsapp dibagi menjadi 6, yaitu;

menghadapi perubahan. Sementara,

grup Whatsapp untuk reuni, grup

hasil penelitian Ari dan Katranci

Whatsapp untuk diskusi, mengirim

(2014) menunjukkan

undangan acara, menelepon, berbagi

aplikasian

bahwa pengbased

lokasi, dan Whastapp Web. Adapun

bagi

indikator penggunaan Whatsapp yang

untuk

digunakan sebagai media pembel-

yang

ajaran dalam penelitian ini adalah

permanen dan berkesan sehingga

grup Whatsapp untuk diskusi. Hal ini

dapat diingat seumur hidup namun

dapat dikategorikan pada indikator

beban yang diberikan kepada dosen

tersebut

menjadi jauh lebih besar.

kemungkinan terjadi diskusi dalam

learning

model sangat

mahasiswa

problem bermanfaat

terutama

memberikan

pembelajaran

Berdasarkan

hasil-hasil

pene-

litian terdahulu tentang penggunaan model problem based learning dapat disimpulkan

bahwa

tidak

tertutup

grup antara mahasiswa dengan dosen maupun antara mahasiswa. Penelitian

terkait

pemanfaatan

pem-

aplikasi Whatsapp saat ini belum

belajaran ini sangat efektif untuk

banyak dilakukan, sementara aplikasi

meningkatkan aktifitas dan keman-

ini banyak dimanfaatkan mahasiswa

dirian

belajar.

untuk komunikasi sosial. Berdasarkan

meng-

permasalahan tersebut, tujuan pene-

melalui

litian ini adalah untuk mengetahui

mahasiswa

model

karena

dalam

Mahasiswa

dilatih

untuk

konstruksi

pengetahuan

pemecahan masalah.

pengaruh

Dikutip dari laman Google Play

berbasis

model masalah

pembelajaran terhadap

hasil

Store untuk aplikasi Whatsapp bahwa

belajar mahasiswa pada mata kuliah

Whatsapp Messenger adalah aplikasi

Akuntansi

gratis untuk pengiriman pesan yang

pemanfaatan aplikasi Whatsapp sangat

tersedia untuk Android dan ponsel

menarik untuk dilakukan.

Internasional

dengan

cerdas lainnya. Aplikasi ini dapat dioperasikan menggunakan koneksi internet telepon seperti sambungan

METODE PENELITIAN Jenis

penelitian

ini

adalah

4G, 3G, EDGE, atau Wi-Fi agar

penelitian ex-post facto. Penelitian ex-

pengguna mampu

post facto adalah penelitian yang

mengirim dan

menerima pesan, panggilan, foto,

variabel

video, dokumen, dan pesan suara.

sehingga perlakuan tidak diberikan

Rohmadi bahwa

(2016)

indikator

bebasnya

telah

terjadi

menyatakan

pada saat penelitian berlangsung.

penggunaan

Penelitian

ini

dilakukan

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

di

204


Universitas PGRI Madiun dengan

Whatsapp

populasi mahasiswa program studi

kelompok

pendidikan akuntansi dan sampel

kelompok yang presetasi. Keenam,

penelitian

mahasiswa

kelompok yang presetasi harus siap

semester 7B sebanyak 32 mahasiswa

menguasai materi dan bisa meme-

dengan metode quota sampling.

cahkan kasus dan memberikan solusi

ini

adalah

Teknik pengumpulan data meng-

kelas lain

terhadap

untuk yang

kasus

berdiskusi

kuesioner. Hasil belajar digunakan

kelompok presentasi.

pengukuran

variabel

Kuesioner

digunakan

pengukuran

variabel

dependen. untuk independen berbasis

(model

masalah)

moderasi

pembelajaran

di

Ketujuh,

mengkritisi

tersebut

gunakan tes evaluasi hasil belajar dan untuk

dibaca

dengan

grup

Whatsapp

kelompok

penyaji

mempresentasikan materi dan studi kasus,

memberikan

kesempatan

bertanya, masukan atau saran dari

dan

variabel

kelompok lain dan kelompok penyaji

(pemanfaatan

aplikasi

menjawab sesuai dengan pertanyaan

Whatsapp).

dari

Langkah-langkah yang dilakukan

kelompok

langkah

lain.

kedelapan,

Akhirnya,

dosen

meng-

dalam penelitian ini adalah sebagai

evaluasi dari presentasi dan tanya

berikut. Pertama, dosen menjelaskan

jawab.

tujuan

dari

menerapakan

model

Pengukuran model pembelajaran

pembelajaran berbasis masalah dalam

berbasis masalah ada 3 dimensi yang

mata kulian akuntansi internasional.

disebutkan

Kedua, pembuatan kelompok yang

berpikir,

terdiri dari 5 mahasiswa dalam satu

dan mengolah data (FKD1, FKD2,

kelompok. Ketiga, dosen memberikan

FKD3, FKD4, FKD5, FKD6, FKD7,

tugas per kelompok sesuai dengan

FKD8,

FKD9,

materi dan studi kasus di silabus dan

sebagai

kata

dipresentasikan.

pembelajaran

Keempat,

setiap

Sanjaya

(2011)

berkomunikasi,

mencari,

FKD10). kunci

Masalah

dari

(MKP11,

yaitu

proses MKP12,

mahasiswa wajib menginstal aplikasi

MKP13, MKP14, MKP15, MKP16),

whatsapp dan membuat group kelas

dan

dan kelompok.

menggunakan pendekatan berpikir

Selanjutnya

langkah

kelima

pemecahan

masalah

dengan

secara ilmiah (PMI17, PMI38, PMI19,

adalah bahwa tiga hari sebelum

PMI20).

perkulihan,

aplikasi Whatsapp yang diungkapkan

kelompok

yang

Aji

Pengukuran (2018)

pemanfaatan

presentasi wajib mengirim makalah

oleh

yaitu:

tampilan,

serta studi kasus ke dosen dan group

materi, fungsi, dan manfaat (WHT21,

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

205


WHT22, WHT23 WHT24, WHT25,

Teknik analisis data kuesioner

WHT26, WHT27, WHT28, WHT29,

menggunalan

WHT30, WHT31, WHT32, WHT33).

equation modeling (SEM) dengan alat

Pengukuran variabel hasil belajar

partial

least

analisis square

structural

(PLS)

mahasiswa dari hasil belajar yang

mengetahui

pengaruh

diperoleh melalui tes tulis, keaktifan,

pembelajaran

berbasis

dan tugas kelompok dan individu

terhadap

(HLB34,

mahasiswa

HLB35,

HLB36)

dengan

minat

untuk model masalah

hasil

dengan

belajar

pemanfaatan

mengkonversi nilai sesuai dengan

aplikasi Whatsapp sebagai variabel

skalai Likert. Berikut tabel konversi.

moderasi.

Tabel 1. Konversi Nilai

Nilai

HASIL DAN PEMBAHASAN

Skala Likert 90-100

5

Hasil penelitian ini menunjukkan

70-80

4

bahwa

50-60

3

30-40

2

10-20

1

pemanfaatan

aplikasi

Whatsapp pada model pembelajaran berbasis masalah adalah kemudahan dalam menyebarkan materi perkuliahan,

Sumber: Hasil Konversi Nilai (2018)

berkomunikasi

dan

berdiskusi, dan melalui kemudahan Teknik analisis data hasil belajar mahasiswa model

dengan

menerapkan

pembelajaran

berbasis

yang sedemikian ini, hasil belajar mahasiswa pemanfaatan

meningkat.

Kendala

aplikasi

Whatsapp

masalah, untuk mengetahui keber-

adalah

hasilan atau kekurangberhasilannya,

mahasiswa

peneliti

powerpoint (ppt.), dan pdf. sehingga

menggunakan

standar

dikarenakan tidak

capaian dengan nilai 71. Jika 80%

mahasiswa

mahasiswa

menggunakan laptop.

mencapai

nilai

hasil

handphone

support

tersebut

word, dituntut

belajarnya 71 maka penerapan model pembelajaran

berbasis

masalah

Hasil Belajar

berhasil; dan sebaliknya, jika ada

Hasil belajar mahasiswa terdiri

mahasiswa yang nilai hasil belajarnya

dari tugas, ujian tengah semester, dan

kurang dari 71, maka mahasiswa

ujian akhir semester yang diakumu-

tersebut akan mengikuti ulang model

lasikan. Berikut tabel hasil belajar.

pembelajaran yang sama sampai tiga kali.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

206


Tabel 2. Hasil Belajar Nilai

Nilai

Bawah

Atas

81,00

kriteria Jumlah

Bobot

Huruf

100,00

4

A

13

71,00

80,00

3

B

19

57,00

70,00

2

C

41,00

56,00

1

D

0,00

40,00

0

E

Mahsiswa

0,5

makanya

dinyatakan

valid. Pengukuran reliabilitas menggunakan Cronbachs Alpha dengan kriteria 0,6. Hasil olah smartPLS nilai tertinggi sebesar 1 dan nilai terendah sebesar 0.69595 menunjukkan bahwa semua

Total

konstrak

32

dan

dimensi

sudah

memenuhi syarat, sehingga dinyata-

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2018)

kan reliabel semua konstrak dan Tabel 1 merupakan hasil belajar mahasiswa

yang

menunjukkan

dimensi. Berikut tabel AVE dan Cronbachs Alpha.

bahwa semua mahasiswa dinyatakan

Tabel 3. AVE dan Cronbachs Alpha

lulus di atas nilai 71, hal ini sesuai siswa

mendapatkan

Cronbachs

AVE

dengan kriteria penilaian. 13 maha-

Alpha

mendapatkan

FKD

0.70257

0.778887

nilai A dan 19 mahasiswa menda-

HLB

0.54493

0.707704

patkan B tanpa ada remidi.

MKP

0.57686

0.816754

PBM

0.57327

0.916207

PMI

0.76681

0.69595

WHT

0.62595

0.918312

Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model) Outer

model

ini

merupakan

tahapan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas yang menghubungkan dengan

variabel

laten.

Untuk

mengetahui validitas diukur dengan menggunakan outer loading dan AVE. Syarat untuk memenuhi validitas harus di atas 0,50. Pengukuran outer loading ada 15 indikator yang tidak valid yaitu FKD1,

FKD2, FKD3,

FKD4, FKD7, FKD9, FKD10, MKP16, PMI18, WHT29,

PMI19,

WHT26,

WHT32,

WHT28,

WHT33.

Pada

pengukuran AVE semua kontrak dan dimensi

memenuhi

syarat

dari

Sumber: Hasil Pengolahan Data SmartPLS 2 (2018)

Struktur Model (Inner Model) Model

struktural

dianalisis

dengan menggunakan R-square (R²) untuk konstruk dependen, dan uji t serta

signifikan

dari

koefisien

parameter jalur struktural. R² dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen terhadap variabel

laten

mempunyai substantif.

dependen pengaruh

Tabel

4

apakah yang

menunjukkan

bahwa R-Square yang paling rendah 0.4397 ini termasuk kategori cukup

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

207


dan

yang

tertinggi

0.94239

ini

termasuk kategori kuat.

menunjukkan bahwa konstrak model pembelajaran

masalah

berpengaruh positif terhadap nilai

Tabel 4. R-Square

mahasiswa

R Square FKD

0.87403

HLB

0.4397

MKP

0.94239

dengan

pemanfaatan

aplikasi Whatsapp. PEMBAHASAN Tabel 5 path coefficients menun-

PBM PMI

berbasis

jukkan

0.77188

bahwa

pembelajaran

WHT Sumber: Hasil Pengolahan Data SmartPLS 2 (2018)

dengan Whatsapp

Evaluasi Goodness of Fit fit sebesar 0,691534526 diatas kriteria 0,50 sehingga model penelitian ini dikategorikan fit. Berikut adalah hasil perhitungan goodness of fit dengan rumus:

model

berbasis

masalah

memanfaatkan

aplikasi

berpengaruh

berdampak

Hasil perhitungan nilai goodness of

penerapan

atau

positif terhadap hasil

belajar mahasiswa dengan T-statistik sebesar 2,311455 dan original sampel 0,458438.

Hasil

ini

menunjukkan

bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah berkontribusi positif terhadap peningkatan hasil belajar

mahasiswa

karena

dalam

proses belajar, mahasiswa dituntut untuk belajar mandiri dalam memecahkan masalah dan memberikan solusi. Dengan demikian, mahasiswa akan dituntut untuk banyak membaca dan

Uji Signifikansi Hasil uji moderasi pada tabel 5

memahami

isi

permasalahan

materi, sedangkan untuk mempermu-

model

dah komunikasi dengan kelompok-

pembelajaran berbasis masalah (PBM)

nya, mahasiswa dapat menggunakan

dikali dengan pemanfaatan Whatsapp

aplikasi Whatsapp.

dapat

dilihat

(WHT)

bahwa

terhadap

hasil

belajar

Penggunaan

aplikasi tersebut

mahasiswa dengan nilai T-statistik

membuat mahasiswa akan mudah

2,311455 di atas 1.96 atau signifikan

mendistribusikan

5%,

sebasar

materi dan dapat berdiskusi dangan

0,458438 yang menunjukkan jumlah

kelompok di luar jam perkuliahan

angka

melalui Whatsapp grup kelompok

dan

koefisien

yang

jalur

positif.

Hal

ini

makalah

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

atau

208


maupun

grup

ini

atau tugas, kemudian diwujudkan

berjalan

dalam bentuk nilai. Hasil belajar ini

dengan lancar, mempermudah untuk

menunjukkan kemampuan yang telah

belajar dan tidak harus bertemu

dikuasai peserta didik dan besarnya

dangan kelompoknya sehingga lebih

tingkat penguasaan peserta didik.

menjadikan

kelas.

Hal

komunikasi

praktis.

Hamalik

(2014)

menyatakan

Berkaitan dengan hal tersebut di

bahwa bahwa bukti seseorang telah

atas, proses kognitif yang merupakan

belajar adalah terjadinya perubahan

proses pengolahan memori dalam

tingkah laku. Tingkah laku memiliki

otak

unsur subyektif dan unsur motoris.

menunjukkan

tahapan

belajar,

bahwa

setiap

pada

individu

dituntut untuk berfikir dengan meng-

Unsur

subyektif

adalah

unsur

rohaniah sedangkan unsur motoris

Tabel 5. Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values) Original

Sample

Sample (O)

Mean (M)

PBM -> FKD

0.934719

0.93459

Standard

Standard Error

T Statistics

(STERR)

(|O/STERR|)

0.007987

0.00799

117.02614

Deviation (STDEV)

PBM -> HLB

0.160666

0.291312

0.248479

0.24848

0.6466

PBM -> MKP

0.970736

0.970617

0.003709

0.00371

261.709929

PBM -> PMI

0.878779

0.877851

0.019716

0.01972

44.571281

0.458438

0.632708

0.349564

0.34956

2.311455

0.265126

0.271771

0.210633

0.21063

1.258712

PBM * WHT > HLB WHT -> HLB

Sumber: Hasil Pengolahan Data SmartPLS 2 (2018)

olah informasi yang diterima untuk

adalah unsur jasmaniah. Seseorang

kemudian disimpan dalam memori

sedang berpikir dapat dilihat dari

sehingga menghasil-kan perubahan

raut muka dan sikapnya, sedangkan

sebagai hasil dari proses tersebut.

rohaniahnya tidak bisa dilihat.

Hasil belajar yang tersimpan dalam memori menunjukkan bahwa belajar

SIMPULAN

tidak dapat dipisahkan dari proses kognitif. Hasil

Berdasarkan hasil pembahasan di atas

belajar

diukur

dengan

dapat

penerapan

disimpulkan model

bahwa

pembelajaran

menggunakan tes atau tugas-tugas

berbasis masalah

dengan peman-

yang diberikan dosen. Hal ini sesuai

faatan aplikasi Whatsapp berpengaruh

dengan pendapat

Catanach dan

atau berdampak positif terhadap hasil

Fieldmann (2010) yang menyatakan

belajar mahasiswa. Hasil belajar yang

bahwa hasil belajar diukur melalui tes

diperoleh mahasiswa secara keselu-

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

209


ruhan (32 mahasiswa) adalah nilai 77 sampai 97 di atas kriteria capaian yang ditetapkan nilai 71. Mahasiswa lebih

mudah

berkoordinasi,

berkomunikasi, dan

berdiskusi

sebelum melakukan presentasi tanpa harus bertemu secara langsung. PUSTAKA ACUAN Aji, H. S. 2018. Pengembangan Aplikasi Layanan Pesan Instan Whatsapp Sebagai Sumber Belajar Mandiri Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Fisika Materi Pokok Efek Rumah Kaca Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Purwokerto, Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta. Amir, M. T. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Aka, E. G., Güven, E., & Aydoğdu, M. 2010. Effect of Problem Solving Method on Science Process Skills and Academic Achievement. Journal of Turkish Science Education. Volume 7, Issue 4. Hal 13-25. Arends, R. I. 2012. Learning to Teach. Ninth Edition. New York: The Mc Grow Hill Companies. Ari, A. A. & Katranci, Y. 2014. The Opinion of primary Mathematics Student-Teachers on Problem-Based Learning method. Procedia Social and Behavioral Science. Elsevier

Science Direct. Vol. 116. Hal. 1826-1831. Catanach, A. H., & Fieldmann, D. 2010. Advances in Accounting Education: Teaching and Curriculum Innovations. Bingley: Emerald Group Publishing Limited. Erdogan, T., & Senemoglu, N. 2013. Problem-Based Learning in Teacher Education: Its Promises and Challenges. Procedia-Social and Behavioral Sciences. Elsevier Science Direct. Vol. 116. Hal. 459463. Hamalik, O. 2014. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Hamruni. 2011. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani. Jalani, N.H., & Sern, L.C. 2015. Efficiency Comparisons between Example-Problem-Based Learning and Teacher-Centered Learning in the Teaching of Circuit Theory. Procedia - Social and Behavioral Sciences. Elsevier Science Direct. Vol. 204. Hal. 153 – 163. Manaf, N. A. A., Ishak, Z., & Wan Hussin, W. N. 2011. Application of Problem Based Learning (PBL) in a Course on Financial Accounting Principles. Malaysian Journal of Learning & Instruction mjli. Universitas Utara Malaysia. Vol. 8, Hal.21-47. Marsnik, S. J., & Thompson, D. B. 2013. Using Contract Negotiation Exercises to Develod Higher Order Thingking and Strategic Business Skills. Journal of Legal Studies Education.Vol. 2.(2013) hal. 201248.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

210


Moutinho, S., Torres, J., Fernandes, I., & Vasconcelos, C. 2015. ProblemBased Learning And Nature Of Science: A Study With Science Teachers. Procedia-Social and Behavioral Sciences. Vol. 191,(2015). hal. 1871-1875. Phumeechanya, N. & Wannapiroon, P. 2014. Design of problem-based with scaffolding learning activities in ubiquitous learning environment to develop problem-solving skills. Procedia - Social and Behavioral Sciences. Vol. 116 (2014). hal. 4803-4808. Rohmadi, A. 2016. Tips Produktif Bersosial Media. Jakarta: Gramedia. Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Siburian, J. 2010. Model Pembelajaran Sains, Jambi: Universitas Jambi. Syed Hassan, S.A.H., Yusof, K.M., Mohammad. S., Abu, M.S., & Tasir, Z. 2012. Methods to Study Enhancement of Problem Solving Skills in Engineering Students through Cooperative Problem-Based Learning. Procedia - Social and Behavioral Sciences. Vol. 56 (2012). hal. 73-746. Tatar, E. & Oktay, M. 2011. The Effectiveness of Problem-Based Learning on Teaching The First Law of Thermodynamics. Research in Science & Technological

Education Aquatic Insects. Vol. 29, No. 3 hal. 315-332. Taúglu, A.K., & Bakaç, M. 2010. The Effects of Problem Based Learning and Traditional Teaching Methods on Students’ Academic Achievements, Conceptual Developments and Scientific Process Skills According to Their Graduated High School Types. Procedia Social and Behavioral Sciences. Vol. 2 (2010). hal. 2409–2413. Ünal, C. & Özdemir, O. F. 2013. A Physics Laboratory Course Designed Using Problem-Based Learning for Prospective Physics Teachers. European Journal of Science and Mathematics Education Vol. 1, No. 1. hal. 29-33. Yew, E.H.J. & Goh, K. 2016. ProblemBased Learning: An Overview of its Process and Impact on Learning. Health Professionals Education Vol. 2, No. 9, hal. 75-79.

K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.

211


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.