Jurnal Teknologi Pendidikan Vol: 06/02 Desember 2018. Online ISSN: 2622-4283, Print ISSN: 2338-9184
http://dx.doi.org/10.31800/jtp.kw.v6n2.p107--121
EVALUASI PEMANFAATAN MEDIA AUDIO “ABC” (AKU BACA DALAM CERITA) UNTUK MENGENALKAN HURUF PADA PAUD Evaluation of Audio Media Using "ABC" (Aku Baca dalam Cerita) to Introduce The Letters in Early Childhood Education Innayah Balai Pengembangan Media Radio Pendidikan dan Kebudayaan, Pustekkom, Kemdikbud Jl. Sorowajan Baru No. 367 Banguntapan Yogyakarta Pos-el: innamtj@gmail.com
INFORMASI ARTIKEL Riwayat Artikel: Diterima : 29 Juli 2018 Direvisi : 31 Oktober 2018 Disetujui : 9 November 2018
Keywords: evaluation, audio media, letters, early childhood education Kata kunci: evaluasi, media audio, huruf, paud
ABSTRACT: Audio media “ABC” (Aku Baca dalam Cerita) a learning media that introduces letters through stories for Early Childhood Education aged 5-6 years. To find out the success of the media, it is necessary to evaluate: Is ABC audio media can help introduce alphabet on early childhood learners? How the level of development of the language aspects of students after learning with ABC audio media? Evaluation of the use of audio media ABC aims to know the audio media ABC in introducing letters to students in early childhood and to determine the development of language students with learning ABC audio media. This research was conducted for 10 days on 1-14 August 2017 in ABA Gamping TK, Sleman, Yogyakarta. The population of this research is all of ABA Gamping TK students with the sample of 40 PAUD students. The results of this study obtained data that the level of developmental achievement of students aged 5-6 years in recognizing the letter pattern was good. Thus it can be seen that ABC learning audio media can help in introducing letters to students in early childhood. At the level of achievement of language development, it is shown that most students can achieve the predetermined indicators. This shows that ABC audio media can improve language development in early childhood education. However, there is still a need for variations in the presentation format in ABC learning
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
107
audio media programs to stimulate the imagination of students in early childhood and the need for supporting materials that can stimulate the students' creativity. ABSTRAK Media Audio “ABC� (Aku Baca dalam Cerita) merupakan media audio pembelajaran yang memperkenalkan huruf melalui cerita untuk Pendidikan Anak Usia Dini usia 5-6 tahun. Untuk mengetahui keberhasilan media tersebut perlu dilakukan evaluasi tentang: Apakah media audio ABC dapat membantu mengenalkan huruf pada peserta didik PAUD? Bagaimana tingkat perkembangan aspek bahasa peserta didik setelah belajar dengan media audio ABC? Tujuan evaluasi pemanfaatan media audio ABC ini yaitu untuk mengetahui media audio ABC dalam mengenalkan huruf pada peserta didik PAUD dan untuk mengetahui perkembangan bahasa peserta didik dengan belajar media audio ABC. Penelitian ini dilaksanakan selama 10 hari pada tanggal 1-14 Agustus 2017 di TK ABA Gamping, Sleman, Yogyakarta. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa TK ABA Gamping dengan sampel 40 siswa PAUD. Hasil dari penelitian ini diperoleh data bahwa tingkat pencapaian perkembangan peserta didik usia 5-6 tahun dalam mengenal pola huruf sudah baik. Dengan demikian dapat diketahui bahwa media audio pembelajaran ABC dapat membantu dalam mengenalkan huruf pada peserta didik PAUD. Pada tingkat pencapaian perkembangan bahasa ditunjukkan bahwa peserta didik sebagian besar dapat mencapai indikator yang telah ditentukan. Hal ini menunjukkan bahwa media audio ABC dapat meningkatkan perkembangan bahasa pada pendidikan anak usia dini. Saran, perlunya variasi format sajian dalam program media audio pembelajaran ABC untuk merangsang imajinasi peserta didik pada PAUD dan perlunya bahan penunjang yang dapat merangsang keratifitas peserta didik.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
108
PENDAHULUAN
Hasil penelitian lain menunjukkan dini
kemampuan membaca dari 22 siswa,
karena
yaitu 8 siswa kategori sangat kurang,
pendidikan anak usia dini memiliki
8 siswa kategori kurang, 3 siswa
fungsi utama mengembangkan semua
kategori cukup, dan 3 siswa kategori
aspek perkembangan anak, meliputi
baik
perkembangan kognitif, bahasa, fisik
penelitian
(motorik kasar dan halus), sosial, dan
bahwa terdapat 15% yaitu 3 anak dari
emosional. Hal ini dibuktikan dengan
21
hasil penelitian Rahmawati bahwa
membaca dan menulis permulaan,
pendidikan anak usia dini dapat
kesulitan
mempengaruhi perkembangan anak
mereka dengar (auditori), kesulitan
pada aspek: gerak halus, gerak kasar,
mengerti benda yang mereka lihat
bicara dan bahasa, sosialisasi dan
(visual),
dan
kemandirian pada anak usia 4-5
menulis
huruf
tahun sebanyak 21 anak (65,6%)
(Fajarwati, 2011). Dari hasil penelitian
(Rahmawati,
Permasalahan
tersebut dapat disampaikan bahwa
membaca dan menulis pada PAUD
anak pada PAUD masih kesulitan
selalu
belajar membaca maupun menulis.
Pendidikan pada anak usia sangat
penting
dilakukan
2015).
diperbincangkan
karena
(Wahyuningsih, berikut
anak
2015).
Hasil
menyebutkan
mengalami mengerti
kesulitan
benda
kesulitan dari
yang
meniru
papan
tulis
diketahui sering kurang memenuhi
Media Aku Baca dalam Cerita
prinsip pembelajaran pada PAUD
(ABC) adalah media audio yang
yaitu belajar sambil bermain atau
memperkenalkan huruf melalui cerita
bermain sambil belajar.
untuk PAUD usia 5-6 tahun. Media dari
ini mengajarkan tentang bagaimana
hasil penelitian yang menunjukkan
anak memahami pola dan bentuk
bahwa kesulitan belajar anak usia 5-6
huruf. Tahapan sajian pengenalan
tahun meliputi: (1) Kesulitan belajar
huruf meliputi mendengarkan lagu
membaca yang meliputi menyebut-
huruf dengan tampilan gambar huruf,
kan bunyi huruf, menyusun huruf
mendengarkan
menjadi
mengenal
dengan tema huruf, dan berlatih serta
gambar dengan angka, mengenal
diberi gambaran pola huruf dengan
huruf besar dan huruf kecil, dan
petunjuk audio dan permainan pola
proses membaca, (2) Kesulitan belajar
huruf dengan memanfaatkan benda
menulis
huruf
sekitar (BPMRPK, 2017). Media audio
menjadi kata dan menyusun kata
pembelajaran ABC untuk PAUD ini
menjadi
dikembangkan
Sebagaimana
sebuah
seperti kalimat
diketahui
kata,
menyusun (Marwati,
2017).
cerita
oleh
bergambar
Balai
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
109
Pengembangan
Media
Pendidikan
dan
Radio
didik setelah belajar dengan media
Kebudayan
audio ABC? Sedangkan tujuan dari
(BPMRPK) Kemdikbud melalui siklus
penelitian
model
mengetahui peran media audio ABC
ADDIE
development,
(analysis,
design,
implementation,
and
ini
adalah
untuk
dalam
mengenalkan
evaluation) (Michael Molenda dan
peserta
didik
Alan Januszewski, 2008). Evaluasi
mengetahui perkembangan bahasa
merupakan bagian dari pengembang-
peserta didik setelah belajar dengan
an yang berfungsi melihat sejauh
media audio ABC. Manfaat penelitian
mana program tersebut telah berhasil
ini secara praktis untuk membantu
mencapai
tujuan
meningkatkan kemampuan mengenal
ditetapkan.
Evaluasi
yang
telah
keberhasilan
pola
huruf
PAUD
dan
huruf
pada
dan
untuk
berbahasa
pada
media
audio
dan
sebagai
media audio pembelajaran untuk
PAUD
PAUD sebelumnya pernah dilakukan
pembelajaran
pada
Audio
referensi bagi penelitian selanjutnya
Dini
yang berkaitan dengan metode belajar
model
Pendidikan
(Model
Anak
(MAPAUD) penelitian
Usia
nyanyian.
Hasil
menunjukkan
bahwa
melalui ABC
membaca untuk PAUD. Proses belajar mengajar secara
tingkat penguasaan siswa terhadap
konvensional
program MAPAUD nyanyian, siswa
karena banyak tersedianya sumber
mampu memahami nyanyian sesuai
belajar yang dapat mendukung atau
dengan
membantu dalam belajar. Salah satu
tujuan
pengembangan
kini
program (Innayah, 2013). Selain itu
sumber
evaluasi media audio untuk PAUD
dimanfaatkan oleh pendidik adalah
model permainan anak nusantara
media
(Permata Nusantara), menunjukkan
pembelajaran
bahwa dengan Permata Nusantara
sesuatu yang dapat menyampaikan
dapat
atau menyalurkan pesan dari suatu
meningkatkan
kemampuan
sosial emosional (Jayanto, 2017). Berpijak dari hal tersebut maka
belajar
ditinggalkan
yang
pembelajaran. merupakan
sering Media segala
sumber secara terencana, sehingga terjadi
lingkungan
belajar
yang
media audio ABC perlu dilakukan
kondusif dimana penerimanya dapat
evaluasi yaitu: a) Apakah media
melakukan
audio
efisien dan efektif (Asyhar, 2012).
ABC
mengenalkan
dapat huruf
membantu pada
proses
belajar
secara
peserta
Pendapat lain mengartikan media
didik PAUD? b) Bagaimana tingkat
pembelajaran sebagai segala sesuatu
perkembangan aspek bahasa peserta
yang
dapat
menyampaikan
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
dan
110
menyalurkan
pesan
dari
sumber
Secara
fisik,
media
audio
secara terencana sehingga tercipta
pembelajaran merupakan program
lingkungan belajar yang kondusif
pembelajaran yang dikemas dalam
dimana
penerimanya
dapat
MP3 dan disajikan dalam MP3 player
melakukan
proses
secara
dan VCD audio dengan alat pemutar,
efisien dan efektif (Munadi, 2013).
mini speaker, tape recorder, VCD player,
Dengan adanya media pembelajaran
komputer, atau laptop. Media audio
akan
ini mempunyai karakteristik yang
sangat
dalam
belajar
membantu
pendidik
menyampaikan
materi
pembelajaran karena
pada
peserta
media
khas,
yaitu
hanya
mengandalkan
didik
suara (indera pendengaran), personal,
pembelajaran
cenderung satu arah, dan mampu
bermanfaat menjadikan pembelajaran
menggugah
akan lebih menarik perhatian siswa
2010). Adapun kelebihan-kelebihan
sehingga
menumbuhkan
media audio antara lain, mampu
motivasi belajar, bahan pembelajaran
mengatasi keterbatasan ruang dan
akan lebih jelas maknanya sehingga
waktu, memungkinkan menjangkau
dapat lebih dipahami oleh para siswa
sasaran
yang
luas,
mampu
dan memungkinkan siswa menguasai
mengembangkan
daya
imajinasi
tujuan
pendengar,
dapat
pembelajaran
lebih
baik,
imaginasi
mampu
(Raharjo,
memusatkan
metode mengajar akan lebih variasi,
perhatian siswa, sangat tepat untuk
dan
mengajarkan
siswa-siswa
lebih
banyak
musik
dan
bahasa,
melakukan kegiatan belajar (Sudjana
mampu mempengaruhi suasana dan
dan Rivai, 2013).
perilaku siswa, dapat menyajikan
Jenis media pembelajaran sangat
program pendalaman,
dan dapat
beragam diantaranya media audio,
mengerjakan hal-hal tertentu yang
media visual, media audio visual, dan
sulit dikerjakan oleh guru (Munadi,
multimedia. Media audio merupakan
2013).
media yang penyampaiannya hanya
Khusus untuk PAUD, media
melalui pendengaran. Audio adalah
audio sangat dibutuhkan dan lebih
media audio (media dengar) yang isi
tepat
pesannya hanya diterima melalui
pembelajaran dibanding media visual
indera pendengaran. Dengan kata
(Herawati,
lain, media jenis ini hanya melibatkan
dengan
indera dengar dan memanipulasi
PAUD yang menyebutkan bahwa
unsur
belajar
bunyi
(Munadi, 2008).
atau
suara
semata
digunakan 2017). prinsip
sebagai Hal
ini
sesuai
penyelenggaraan
melalui
menggunakan
media
berbagai
bermain, media
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
111
edukatif
dan
sumber
belajar,
dilakukan
oleh
berorientasi pada kebutuhan anak,
memanfaatkan
menggunakan
pembelajaran
lingkungan
yang
guru
dalam
media “Aku
radio
Baca
Dalam
kondusif, menggunakan pembelajar-
Cerita� dengan judul Telur yang
an terpadu, dan mengembangkan
Menetas.
berbagai
peneliti
Barnawi, tersebut
kecakapan 2014). dapat
(Wiyani
Dari
dan
pendapat
dipahami
Selama dan
pembelajaran
guru
pendamping
melakukan pengamatan dan mencatat
bahwa
terhadap pencapaian perkembangan
pembelajaran pada PAUD diperlukan
peserta didik sesuai indikator yang
media audio pembelajaran sebagai
akan dicapai.
sumber belajar dalam merangsang pertumbuhan
dan
perkembangan
Populasi dalam penelitian ini adalah
peserta
didik
TK
anak usia dini. Manfaat media audio
Patukan
untuk anak usia dini ini ialah dapat
Yogyakarta. Sampel penelitian ini
merangsang perkembangan imajinasi
adalah semua peserta didik kelas B1
dan
dan B2 yang berjumlah 40 anak yang
perkembangan
bahasanya
(Fadlillah, 2014).
hadir
Gamping,
ABA
saat
Adapun teknik
METODE PENELITIAN Metode
yang
penelitian
penelitian
sampel purposive
dilakukan.
diambil random
dengan sampling,
dalam
yaitu sampel diambil secara acak
pemanfaatan
pada populasi dengan tujuan tertentu
digunakan
evaluasi
Sleman,
media audio ABC adalah survey.
(Sugiyono, 2014).
Penelitian ini dilaksanakan selama 10
Teknik pengumpulan data dan
hari pada tanggal 1-14 Agustus 2017
informasi yang digunakan adalah
di
TK
Patukan
Gamping,
melalui angket dan observasi. Angket
Yogyakarta.
Alasan
responden berupa angket unjuk kerja.
ABA
Sleman,
dilakukannya
penelitian
di
TK
Angket ini digunakan oleh pendidik
tersebut karena para pendidik di TK
dan
ABA
Patukan
mendapatkan pemanfaatan
peneliti
untuk
Gamping
sudah
kemampuan
bimbingan
teknis
melakukan perintah/perbuatan sesuai
media
audio
pem-
program
peserta media
didik
menilai
audio
dalam yang
belajaran dan telah memanfaatkan
didengarkan. Sedangkan observasi
beberapa media pembelajaran yang
dilakukan untuk mengamati peserta
telah dikembangkan oleh BPMRPK.
didik dalam melakukan pembelajaran
Penelitian
dengan
sesuai capaian perkembangan pada
mengamati proses pembelajaran yang
PAUD. Observasi atau pengamatan
ini
dilakukan
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
112
ialah
suatu
teknik
yang
dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan guru untuk mendapatkan
Media Audio Pembelajaran ABC
berbagai
sebagai Media Pengenalan Huruf
informasi
perkembangan Melalui
dan
atau
permasalahan.
pengamatan,
mengetahui
tentang
guru
bagaimana
dapat
pada PAUD Media
audio
pembelajaran
ABC
perubahan
merupakan audio bergambar dalam
yang terjadi pada anak dalam satu
memperkenalkan huruf melalui cerita
waktu
dan
untuk PAUD usia 5-6. Keunggulan
Agustin, 2011). Pada pelaksanaan
dari media ini yaitu praktis karena
evaluasi pemanfaatan media audio
memudahkan anak dalam memahami
ABC ini, pendidik inti melakukan
bentuk huruf dengan kemasan materi
pembelajaran dengan menggunakan
yang
media audio ABC dan pendidik
berdasarkan
pendamping memberikan penilaian
Pemanfaatan media ini sederhana
terhadap unjuk kerja peserta didik
tidak
yang
sesuai
karena aplikasi bersifat linier. Setting
perintah yang ada dalam program.
pemanfaatan melalui pembelajaran
Sedangkan
melakukan
dengan pendekatan saintifik. Seperti
pengamatan terhadap respon peserta
diketahui hasil penelitian dengan
didik selama mengikuti pembelajaran
pendekatan saintifik menggunakan
dengan menggunakan media audio
kartu gambar dapat meningkatan
pembelajaran ABC.
hasil pemahaman kosakata siswa dan
tertentu
(Wahyudin
melakukan
tindakan
peneliti
Data dan informasi yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif
dengan
menggunakan
sederhana satu
dan huruf
membutuhkan
menyebabkan
fokus tertentu.
interaktifitas
pelaksanaan
pendekatan saintifik menggunakan kartu
gambar
efektif
dalam
pemahaman kosakata (Astuti dkk,
distribusi frekuensi, yaitu dengan
2016). Pada kurikulum 2013 PAUD
persentase (%) pada setiap indikator
dijelaskan,
tingkat perkembangan pada PAUD. Langkah
saintifik
adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian
rupa
agar
adalah
peserta didik secara aktif membangun
menganalisa dan mengolah data yang
kompetensi sikap, pengetahuan, dan
untuk
selanjutnya
pendekatan
dicocokan
dengan
standar
penilaian pencapaian perkembangan pada PAUD.
keterampilan
melalui
tahapan
mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi,
menalar,
dan
mengomunikasikan. Peran TIK dalam
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
113
implementasi kurikulum 2013, juga
untuk
telah memberikan berbagai contoh
membentuk huruf T (menulis huruf
nyata
di udara).
untuk
model
pembelajaran
dan
inovasi
dalam
proses
pembelajaran di kelas (Anwas, 2013). Berkaitan
Setelah
gerakan
program
selesai
diputar, pendidik meminta peserta
dengan
didik untuk menyebutkan kata yang
pelaksanaan Kurikulum 2013 (K-13)
diawali huruf T dari cerita yang
diperlukan dukungan pemanfaatan
didengarkan.
teknologi informasi dan komunikasi.
pemanfaatan media audio tersebut
Media audio ABC merupakan salah
dapat diketahui dengan kemampuan
satu
yang
peserta didik dalam menulis pola
dikembangkan sesuai K-13. Untuk
huruf dan menyebutkan kata dalam
mengukur keberhasilan peserta didik
cerita yang diawali dengan huruf T
dalam
melalui
(Innayah, 2017). Dengan pendekatan
ABC
pembelajaran saintifik ini diharapkan
dapat dilakukan dengan unjuk kerja
anak mudah mengenal huruf melalui
yaitu
yang
pemanfaatan media audio ABC. Hasil
bentuk
penelitian pemanfaatan media audio
media
dengan
melakukan
berbasis
mengenal
pemanfaatan
huruf
media
teknik
TIK
audio
penilaian
melibatkan
anak
dalam
pelaksanaan
suatu
aktivitas
yang
Keberhasilan
pembelajaran
ABC
dalam
dengan
judul
dapat diamati (PAUD Jateng, 2015).
Telur yang Menetas yang dilakukan
Penelitian pemanfaatan media audio
di
pembelajaran
Yogyakarta,
Telur
ABC
yang
melakukan
dengan
judul
TK
ABA
Patukan
Gamping,
menunjukkan
Menetas,
pendidik
tingkat
pencapaian
penilaian
dengan
peserta
didik
data
perkembangan
dalam
menirukan
mengamati bagaimana peserta didik
gerakan huruf seperti dapat dilihat
mengikuti
pada tabel 1.
pembelajaran
dengan
mendengarkan cerita dan mengikuti perintah program dengan menuliskan
Tabel 1 : Tingkat pencapaian perkembangan fisik motorik. Indikator Tingkat
pola huruf T di udara. Adapun
Perkembangan
indikator yang akan dicapai adalah
Fisik Motorik
perkembangan
Menirukan
motorik halus yaitu
suatu keterampilan
menggerakkan
otot dan fungsinya (Mansur, 2009).
gerakan huruf
Skor Pencapaian Perkembangan
BSB
BSH
MB
BB
40%
55%
5%
0
Hasil penilaian menunjukkan
Dalam pembelajaran ini peserta didik
bahwa
diperintahkan
perkembangan peserta didik usia 5-6
untuk
mengangkat
tingkat
pencapaian
tangan dan menjulurkan jari telunjuk
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
114
tahun dalam mengenal pola huruf
huruf memberikan kemudahan bagi
sudah baik (95%), dengan kriteria
anak untuk mengenal bentuk dan
(55%)
berkembang sesuai harapan
bunyi huruf (Sari, 2013). Dengan
(BSH) yang artinya peserta didik
beberapa hasil penelitian tersebut
sudah dapat melakukannya secara
dapat diketahui bahwa dengan media
mandiri dan konsisten tanpa harus
anak dapat mengenal huruf dengan
diingatkan atau dicontohkan oleh
mudah. Diantara hasil penelitian dan
pendidik dan (44%) peserta didik
media
yang
sudah berkembang sangat baik (BSB)
dalam
mengenalkan
artinya
sebatas media berupa benda. Oleh
peserta
didik
sudah
dikembangkan huruf
karena
sudah dapat membantu temannya
dirancang sebagai media berbasis TIK
yang belum mencapai kemampuan
pembelajaran yang dapat membantu
sesuai indikator yang diharapkan,
peserta didik dalam mengenal pola
meskipun
huruf.
peserta
didik
berkembang
(MB).
menunjukkan
masih
ada
yang
masih
Hal
tersebut
bahwa
media
Media
audio
baru
melakukannya secara mandiri dan
demikian
itu
telah
ini
di
ABC
samping
mengajak anak untuk berimajinasi juga
menstimulus
perkembangan
media
fisik motoriknya. Hasil penelitian
merupakan sarana yang tepat untuk
menunjukkan bahwa peserta didik
meningkatkan peserta didik dalam
mampu dan memahami pola huruf
mengenal huruf. Penelitian sejenis
yang
menunjukkan
Kemudahan
kemampuan
anak
dipelajari ini
melalui
audio.
disebabkan
pada
mengenal huruf melalui media pohon
metode mengajarkan huruf melalui
juga mengalami peningkatan dari
media tersebut, karena anak diajak
siklus
untuk
I
menjadi
memperoleh 92,9%
pada
nilai
≼75%
siklus
II
(Marlinda, 2014). Selanjutnya dalam penelitian
tentang
menirukan,
mendengar, dan
melihat,
mempraktekkan
sambil bermain.
peningkatan
kemampuan anak mengenal huruf
Pencapaian Tingkat Perkembangan
melalui
Bahasa Anak Dalam Pemanfaatan
media
menunjukkan
tutup
botol
kemampuan
hias anak
Media ABC
mengenal huruf melalui media tutup
Cerita erat kaitannya dengan dunia
botol hias pada siklus II meningkat
anak. Hal ini disebabkan sebagian
sangat tinggi sebesar 93% (Muflikha,
besar anak-anak menyukai cerita,
2013). Hasil penelitian berikutnya
kisah atau dongeng (Fadlillah, 2014).
menunjukkan bahwa media kartu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
115
penggunaan
metode
bercerita
mengasuh, dan memberikan bermain
terhadap peningkatan berbahasa anak
yang bermakna, aman, nyaman, dan
sangat
menyenangkan
memberikan
terhadap
hasil
pengaruh
tahap
anak
perkembangan anak (PAUD Jateng,
(Permatasari, 2016). Sejalan dengan
2016). Dengan cara atau metode
pendapat
tersebut
tersebut,
pembelajaran untuk
belajar
sesuai
ABC
media
audio
dikembangkan
mengenalkan
aksara
atau
pengenalan
huruf
pada
PAUD akan mudah dimengerti oleh peserta
didik,
seperti
halnya
huruf pada PAUD melalui cerita yang
ditunjukkan pada hasil pemanfaatan
didengarkan. Media ini dirancang
media
audio
dengan mengenalkan bentuk huruf
dalam
mengenalkan
yang dicetak dalam ukuran besar
melalui
yang dikenalkan kepada peserta didik
dengan judul Telur yang Menetas
ketika
pada table 2.
pembelajaran
berlangsung,
selanjutnya peserta didik diminta menirukan
bentuk
huruf
sesuai
perintah dalam media audio serta diminta menyebutkan huruf depan dari kata yang ada dalam cerita yang diperdengarkan. dengan
Hal
ini
Peraturan
Pendidikan Republik
Menteri
dan Indonesia
selaras
Kebudayaan Nomor
137
Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, pasal 10 yang
menyebutkan
bahwa
keaksaraan, mencakup pemahaman terhadap hubungan bentuk dan bunyi huruf, meniru bentuk huruf, serta
cerita
pembelajaran pola
yang
ABC huruf
didengarkan
Tabel 2 : Tingkat pencapaian perkembangan bahasa anak Indikator Tingkat Perkembangan Bahasa Menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal. Mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada disekitarnya melalui lagu. Anak dapat menceritakan kembali apa yang sudah didengarnya. Anak dapat mengucapkan kata yang sering diulang-ulang dalam cerita
Skor Pencapaian Perkembangan BSB
BSH
MB
BB
35%
57%
8%
0
20%
67%
13%
0
30%
57%
13%
0
25%
57%
18%
0
memahami kata dan cerita (Anggun PAUD
Kemdikbud,
2016).
Guna
Aspek perkembangan bahasa
mendukung pembelajaran keaksaraan
dalam
pada pendidikan anak usia dini
ABC
sebaiknya
prakeaksaraan
didik sebagian besar dapat mencapai
dengan
indikator yang telah ditentukan yaitu
harus
metode
diupayakan
menstimulasi,
cara
pemanfaatan
media
audio
menunjukkan bahwa peserta
membimbing,
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
116
dapat
menyebutkan
simbol-simbol
lain
tentang
hal
yang
(92%), mengenal suara huruf awal
disebutkan
(87%), menceritakan kembali (87%),
membaca menggunakan telinganya.
dan mengucapkan kata-kata yang
Semakin
banyak
buku
yang
sering diulang-ulang dalam cerita
dibacakan
kepada
balita,
maka
(82%).
tentang
semakin banyak kosa kata yang dapat
adanya
ia kuasai (Hasan, 2012). Media ABC
peningkatan anak melalui permainan
tidak hanya mengajak anak untuk
pola suku kata dengan media kartu
mendengarkan cerita saja. Lebih dari
huruf secara signifikan dibuktikan
itu, media ABC mampu mengenalkan
dengan
52,17%
peserta didik dalam mengenal simbol,
meningkat menjadi 88,25% (Amini,
huruf awal, menceritakan kembali,
2016).
dapat
dan mengucapkan kata-kata yang
ber-
sering diulang-ulang dalam cerita.
bahasa anak usia dini. Ini terbukti
Dengan hasil penelitian yang telah
dengan meningkatnya hasil perhi-
dilakukan menunjukkan media ABC
tungan
setiap
yang disajikan dengan metode cerita
pertemuan dari siklus 1 dengan siklus
terbukti dapat meningkatkan tingkat
2, kemampuan menyimak meningkat
perkembangan bahasa pada anak.
Penelitian
keaksaraan
lain
menunjukkan
data
hasil
Metode
meningkatkan
awal
bercerita kemampuan
setiap
aspek
di
bahwa
sama
balita
belajar
43%, berbicara 43%, dan kemampuan membaca 43% (Sari, 2014). Hasil
SIMPULAN
penelitian
Media
metode
menunjukkan
bercerita
berulang-ulang konsentrasi
bahwa
yang
dilakukan
dapat
melatih
anak
dalam
audio
pembelajaran
diketahui
dapat
mengenalkan
huruf
didik
PAUD.
ABC
membantu pada
peserta
Hal
tersebut
meningkatkan keterampilan berba-
ditunjukkan
dengan
tingkat
hasa
pencapaian
perkembangan
peserta
melalui
menyimak
dan
bahasa
pada
didik dalam mengenal pola huruf
Malahayati
sudah baik yaitu berkembang sesuai
mengungkapkan kelompok
A,
TK
Neuheun
(Rusniah,
penelitian
lainnya
Hasil
harapan (BSH), artinya peserta didik
menunjukkan
mampu melakukan sendiri menulis
bahwa kemampuan mengenal kata
pola huruf dan konsisten tanpa harus
anak
dibantu
dapat
2017).
meningkat
melalui
pendidik.
Sedangkan
metode bercerita dengan media visual
sebagian besar peserta didik sudah
dengan kriteria berkembang sangat
berkembang
baik (BSB) (Wulan, 2017). Pendapat
artinya
sangat
peserta
baik
didik
(BSB), mampu
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
117
melakukan huruf
sendiri
dan
temannya
menulis
mampu
yang
kemampuan.
membantu
belum
mencapai
Pada
tingkat
pencapaian
perkembangan
ditunjukkan
bahwa
sebagian
besar
pola
bahasa
peserta didik
dapat
mencapai
indikator yang telah ditentukan yaitu dapat menyebutkan simbol-simbol, mengenal
suara
menceritakan
huruf
awal,
kembali,
dan
mengucapkan kata-kata yang sering diulang-ulang dalam cerita. Ucapan Terima Kasih Kami
mengucapkan
terima
kasih
kepada Kepala BPMRPK Kemdikbud yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian ini secara mandiri. Begitu juga kepada Kepala Sekolah dan Guru TK ABA Gamping, Sleman,
Yogyakarta
mengijinkan dan
yang
telah
membantu dalam
pengumpulan data pada evaluasi pemanfaatan media audio ABC untuk mengenalkan huruf pada PAUD dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan
satu
per
satu
yang
membantu penelitian ini. PUSTAKA ACUAN Anwas, Oos M. 2013. “Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Implementasi Kurikulum 2013”. Jurnal Teknodik,
Vol. 17 No. 1, Maret 2013, Jakarta: Pustekkom Kemdikbud. Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi. Anggun Paud, Kemdikbud. 2016. Keaksaraan Awal. diunduh 2 Juni 2018.http://anggunpaud.kemdikb ud. go.id/ index.php/berita/index/ 20161207084308/KeaksaraanAwal Amini. 2016. “Meningkatkan Kemampuan Keaksaraan Reseptif Anak Melalui Permainan Pola Suku Kata di TK Negeri Pembina Yogyakarta”, Jurnal Pendidikan Anak, Vol. 5, Edisi 1, Juni 2016. Hal 673-683. diunduh 7 Mei 2018. https://journal.uny. ac. id/index. php/jpa/article/download/12362/8 932 Astuti, Yosi Rahayu Puji., Rif’at Mohamad, dan Putri, Prihadini Rizky Oktora Eka. 2016. “Penerapan Pendekatan Saintifik Menggunakan Kartu Huruf dan Kartu Gambar Terhadap Pemahaman Kosakata pada Anak Usia Dini di Kelas 0 Besar Tk”, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 4 No. 1. Juni 2016. hal 1-13. diunduh 26 Juli 2018. http://jurnalstkip melawi.ac.id/index.php/JPD/articl e/view/96 BPMRPK. 2017. Rancangan Model Media Audio “ABC”. Yogyakarta: BPMRPK Kemdikbud. Fadlillah, Muhammad. 2014. Desain Pembelajaran PAUD: Tinjauan, Teoritik dan Praktik. Yogyakarta Ar-Ruzz Media.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
118
Fajarwati. 2011. Analisis Kesulitan Belajar Membaca dan Menulis Permulaan Pada Anak Usia Dini di BA Aisyiyah I Grogol. Skripsi, UMS Surakarta. http://eprints. ums.ac.id/14125/ Fauziddin, Moh. 2017. “Upaya peningkatan kemampuan Bahasa Anak Usia 4-5 Tahun melalui Kegiatan Menceritakan Kembali Isi Cerita di Kelompok Bermain Aisyiyah Gobah Kecamatan Tambang”. Jurnal Obsesi. volume 1 nomor 1 hal. 42-51. https:// obsesi.or.id/index.php/obsesi/issu e/view/5 Hasan, Maimunah. 2012. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Diva Press Herawati, Netty. 2017. Media Audio Pembelajaran Untuk Pendidikan Anak Usia Dini. Makalah, disajikan pada kegiatan studi kelayakan untuk daerah 3T di Hotel New Saphir Yogyakarta tanggal 21-23 Maret 2018 Innayah. 2013. “Pemanfaatan Media Audio Pendidikan Anak Usia Dini (Mapaud) Nyanyian dalam Pembelajaran”, Jurnal Kwangsan, Vol.1. No.1. Juni 2013, hal. 57-69 Innayah. 2017. Laporan Pemanfaatan Media Audio Pembelajaran “ABC”. Yogyakarta: BPMRPKKemdikbud. Jayanto, Arif Dwi. 2017. Pemanfaatan Media Audio Pembelajaran Permainan Tradisional Anak Nusantara (Permata Nusantara) untuk Meningkatkan Sosial
Emosional Anak Usia Dini di TK Negeri 2 Yogyakarta. Skripsi, Yogyakarta: UNY Molenda, Michael and Januszeski, Alan. 2008. Educational Technology. New York: Lawrence Erlbaum Associates. Marlinda, Dona. 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui Media Pohon Huruf. Skripsi, Universitas Bengkulu, diunduh 26 Juli 2018. http://repository.unib.ac.id/ 8643/ 1/I%2CII%2CIII%2CII-14-don.FK. pdf Mansur. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Marwati, Sri. 2017. Kesulitan Belajar Anak Usia 5-6 Tahun di TK Lab Model Muhammadiyah Pontianak Kota. Artikel penelitian, Universitas Tanjungpura Pontianak, diunduh 4 Juni 2018 https://media.neliti.com/media/pu blications/216068-none.pdf Muflikha. 2013. ”Peningkatan Kemampuan Anak Mengenal Huruf Melalui Media Tutup Botol Hias Di Paud Kenanga I Kabupaten Pesisir Selatan”, Jurnal Spektrum PLS Vol. 1, No. 1.2013. Hal 1- 16. diunduh 6 Juli 2018.http://ejournal.unp.ac.id/ind ex.php/pnfi/article/view/1450 Munadi, Yudhi. 2013. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Ciputat: Gaung Persada Press PAUD Jateng. 2015. Cara Evaluasi/ Penilaian PAUD (TK KB TPA SPS).
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
119
diunduh 7 Mei 2018 https://www.paud.id/2015/09/con toh-format-penilaian-paudk13.html _________, 2016. Metode Pra Keaksaraan untuk Anak Usia Dini (PAUD). diunduh 8 Mei 2018 https://www.paud.id/2016/02/met ode-pra-keaksaraan-anak-usiadini.html Permatasari, Devi., Supriatna, Encep dan Ch Ni’mah Ima. 2016. ”Pengaruh Penerapan Metode Bercerita Terhadap Peningkatan Keterampilan Berbahasa Anak Usia Dini”,Jurnal Infantia, Vol 4. No. 2 Agustus 2016. hal 1-9 http://antologi.upi.edu/file/Devi_ Permatasari.pdf Rahmawati, Aini Nur. 2015. “Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini dengan Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun di Desa Tawanrejo Bareng Klaten”, Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 5. No. 10. Juni 2015. Hal 24-29. http://ejournal. stikesmukla.ac.id/ index.php/involusi/article/downl oad/196/194 Rusniah. 2017. “Meningkatkan Perkembangan Bahasa Indonesia Anak Usia Dini Melalui Penggunaan Metode Bercerita pada Kelompok A di TK Malahayati Neuhen Tahun Pelajaran 2015/2016”, Jurnal Edukasi, Vol. 3. No. 1. Hal. 114130. https://jurnal.arraniry.ac.id/ index. Raharjo, Puji. 2010. Modul Pembuatan Media Audio
Pembelajaran. Jakarta: PustekkomKemdiknas. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.Bandung: CV. Alfabeta. Sudjana, Nana & Rivai, Ahmad. 2013. Media Pengajaran penggunaaan dan pembuatannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sari, Nunung Sinta. 2013. Analisis Penggunaan Media Kartu Huruf dalam Pembelajaran Pengenalan Huruf Abjad TK Pertiwi II Pontianal. Skripsi, Untan Pontianak, diunduh 27 Juli 2018. http://jurnal.untan.ac.id/index.ph p/jpdpb/article/viewFile/1739/pdf Sari, Meta Novtrya. 2014. Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Melalui Metode Bercerita di Kelompok B TK Yasporbi Kota Bengkulu. Skripsi. Universitas Bengkulu. diunduh 27 Juli 2018. http://repository.unib.ac.id Wahyudin, Uyu dan Agustin, Mubiar. 2011. Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: Refika Aditama Wiyani & Barnawi. 2014. Format PAUD: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Wulan, Novro Windu. 2017. Upaya Mengembangkan Kemampuan Bahasa pada Meningkatkan Kemampuan Mengenal Kata Melalui Metode Bercerita dengan Media Visual di TK Perintis Tunas Bangsa Way Tebu Lampung Barat. Skripsi. Uin Raden Intan. diunduh 25
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
120
Oktober 2018. http://repository. radenintan.ac.id Wahyuningsih, Sri. 2015. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Usia Dini melalui Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Bermain pada Siswa TK Pertiwi Larikrejo Kudus. Skripsi, Universitas Muria Kudus. diunduh 28 Juli 2018. http://eprints.umk.ac.id.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
121
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol: 06/02 Desember 2018. Online ISSN: 2622-4283, Print ISSN: 2338-9184
http://dx.doi.org/10.31800/jtp.kw.v6n2.p122--136
DAMPAK PEMANFAATAN APLIKASI ANDROID DALAM PEMBELAJARAN BANGUN RUANG The Impact of The Utilization of Android Application in Learning Space Elisabeth Wiwik Sri Mulyani SMP Negeri 1 Sragen Jalan Raya Sukowati 162 Sragen Jawa Tengah 5721 Pos-el: elisabeth_wsm@yahoo.com INFORMASI ARTIKEL Riwayat Artikel: Diterima : 28 Juni 2018 Direvisi : 13 November 2018 Disetujui : 19 November 2018
Keywords: 3D object, learning media, android apps Kata kunci: bangun ruang, media pembelajaran, aplikasi android
ABSTRACT: The purpose of this study was to know the impact of the utilization of android applications in learning mathematics in SMPN-1 Sragen. This classroom action research was conducted in two cycles,each cycle beginned with planning, action, observation, and reflection. The data in this study was the assessment of the learning process obtained from learners in the activity and assessment at the end of the cycle. Then, the data was analyzed to know whether the utilization of android application in teaching space has been successful or not. There was an increase in students' learning achievement in understanding mathematics after having utilized the android applications. Before the action, only 18 students (56.25%) completed their learning and increased to be 22 students (68.75%) on the first cycle. In the second cycle, the number of students completed their learning was 31 students (96.87%). The use of android application for class IX students B SMPN-1 Sragen had improved the students’ learning achievement. Before the action, the average knowledge of students was 75.16 and their average skill was 70.63. In the first cycle, the average knowledge of students is 78.59 and their average skills is 72.5. In the second cycle, of average knowledge 88.13 average skills 86.88. The conclusion, the utilization of android application in teaching the space learning content improved the students learning achievement. Teachers are suggested to utililize the android application or other appropriate media in learning-teaching activities.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
122
ABSTRAK Fokus masalah yang menjadi pembahasan di dalam tulisan ini adalah dampak dari pemanfaatan aplikasi android dalam pembelajaran matematika tentang bangun ruang sisi lengkung di SMPN-1 Sragen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari pemanfaatan aplikasi android dalam pembelajaran matematika tentang bangun ruang sisi lengkung di SMPN-1 Sragen. Metode penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan dua siklus, di mana setiap siklus diawali dengan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Data dalam penelitian ini berupa penilaian proses yang diperoleh dari peserta didik dalam beraktivitas dan penilaian pada akhir siklus. Kemudian, data dianalisis untuk memperoleh gambaran tentang berhasil-tidaknya pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan hasil belajar peserta didik dalam memahami bangun ruang sisi lengkung setelah belajar menggunakan aplikasi android. Sebelum tindakan, yang tuntas 18 peserta didik (56,25%), pada siklus pertama 22 peserta didik (68,75%). Pada siklus kedua, peserta didik yang tuntas belajarnya 31 orang (96,87%). Penggunaan aplikasi android pada peserta didik kelas IX B SMPN 1 Sragen terbukti dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Sebelum tindakan, rata-rata pengetahuan 75,16 dan rata-rata keterampilan 70,63. Pada siklus pertama, rata-rata pengetahuan meningkat menjadi 78,59 dan rata-rata keterampilan 72,5. Kemudian, pada siklus kedua, rata-rata pengetahuan meningkat menjadi 88,13 dan rata-rata keterampilan meningkat menjadi 86,88. Simpulan dari penelitian ini adalah bahwa pemanfaatan aplikasi android pada materi bangun ruang meningkatkan hasil belajar peserta didik. Disarankan agar guru menggunakan aplikasi android atau media lain yang tepat dalam pembelajaran.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
123
PENDAHULUAN
berkualitas. Menciptakan pembelajar-
Latar belakang dari tulisan ini adalah
an inovatif bisa dilakukan dengan
pembelajaran
cara
matematika
sebagai
di
antaranya
memanfaatkan
salah satu mata pelajaran di SMP
aplikasi android pada materi bangun
yang memiliki peran penting dalam
ruang bagi kelas IX SMP. Artinya,
memenuhi kebutuhan hidup peserta
mengukur daya serap/kemampuan
didik (Batubara, 2017: 13). Strategi
serap ilmu masing-masing peserta
pembelajaran dengan memanfaatkan
didik. Contoh, sebagian peserta didik
teknologi sangat diperlukan dalam
ada
menunjang
menyerap ilmu dengan mengguna-
terwujudnya
seluruh
yang
berkemampuan
kompetensi yang dimuat di dalam
kan
Kurikulum
kemampuan
2013.
Dalam
hal
ini,
visual
atau
dalam
mengandalkan
penglihatan,
auditori
matematika merupakan salah satu
atau kemampuan mendengar, dan
ilmu yang memiliki peranan yang
kinestetik.
cukup besar dalam perkembangan
disesuaikan
suatu bangsa khususnya perkem-
penyeimbangan fungsi otak kiri dan
bangan
dan
otak kanan yang akan mengakibatkan
teknologi. Dengan alasan tersebut
proses renovasi mental, di antaranya
perlu
membangun rasa percaya diri peserta
ilmu
pengetahuan
adanya
mengantisipasi
upaya
untuk
tantangan
masa
satunya
adalah
peningkatan
perhatian
pendidikan
dan
dengan
pula
tersebut
harus
dengan
upaya
didik.
depan yang lebih rumit dan komplek, salah
Hal
Salah
satu
menyebabkan
faktor
rendahnya
yang kualitas
terhadap
pembelajaran adalah belum diman-
pembelajaran
faatkannya berbagai sumber belajar
matematika, sehingga mampu mem-
secara maksimal, baik oleh guru
bekali peserta didik dalam penerapan
maupun peserta didik. Pada kenya-
matematika
taannya, guru jarang memanfaatkan
dan
keterampilan
matematika untuk menjawab perma-
android
salahan yang ada (Dewi, 2014: 2).
mereka memahami bahwa strategi
Ilmu pengetahuan dan teknologi
walaupun
pembelajaran
seperti
ini
sangat
berkembang sangat pesat termasuk
membantu
dalam perancangan sebuah bahan
peserta
belajar bagi peserta didik SMPN-1
pelajaran. Android merupakan salah
Sragen sehingga menuntut adanya
satu
suatu perkembangan dan pening-
digunakan
katan
sumber
belajar
tingkat
sebenarnya
didik
sistem
penguasaan
terhadap operasi
pada
materi
yang
media
bisa
nirkabel.
yang
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
124
Dalam hal ini media yang digunakan
melakukan aktivitas
adalah handphone (Ependi, 2015: 110).
maka terjadi dua aktivitas, yaitu
Dewasa dengan
ini,
android
pembelajaran sudah
banyak
aktivitas
mengajar
belajar.
pembelajaran, dan
Aktivitas
aktivitas mengajar
digunakan seperti halnya penelitian
menyangkut peranan seorang guru
Juraman (2014: 1) yang menyimpul-
dalam konteks mengupayakan ter-
kan bahwa penggunaan
aplikasi
ciptanya jalinan komunikasi harmonis
android oleh peserta didik sangat
antara mengajar itu sendiri dengan
bermanfaat dalam pembelajaran dan
pembelajar.
cukup
menyangkut aktivitas peserta didik
efektif
untuk
mengakses
Aktivitas
belajar
informasi edukasi. Oleh karena itu,
untuk
memperoleh
hasil
belajar
pemanfaatan
berupa
perpaduan
antara
aspek
diharapkan
aplikasi akan
android
mempermudah
kognitif,
afektif,
dan
psikomotor
peserta didik menerima dan mema-
secara proporsional. Aktivitas siswa
hami materi pelajaran di satu sisi,
yang
serta di sisi lain juga mempermudah
mengerjakan tugas, berdiskusi, dan
guru
mengumpulkan data (Widodo, 2013:
menyampaikan
materi
pelajaran.
dapat
diamati
misalnya
32).
Tujuan pembelajaran akan lebih
Rumusan masalah yang menjadi
mudah dicapai dan diharapkan juga
fokus pembahasan di dalam tulisan
akan dapat meningkatkan prestasi
ini adalah, bagaimana dampak dari
belajar peserta didik. Pemanfaatan
pemanfaatan aplikasi android dalam
android ini juga menarik perhatian
pembelajaran
peserta didik untuk belajar. Peman-
bangun ruang
faatan aplikasi android di kelas dapat
SMPN-1 Sragen? Tujuan penelitian ini
membantu peserta didik yang kesulit-
adalah untuk mengetahui dampak
an memahami materi pelajaran yang
dari pemanfaatan aplikasi android
dinilai sulit selama ini (Marlinda,
dalam
2015: 396).
tentang bangun ruang sisi lengkung
Kemudahan belajar diberikan melalui kombinasi antara pembelajaran
individual
personal
dengan
matematika
tentang
sisi lengkung di
pembelajaran
matematika
di SMPN-1 Sragen. Android adalah sebuah sistem operasi
untuk
perangkat
mobile
pengalaman (Sulaeman, 2015: 74).
berbasis Linux yang dirancang untuk
Seorang guru harus mengenal sifat-
perangkat
sifat
media
seperti telepon pintar dan komputer
guru
tablet (Murtiwiyati, 2013: 2). Melalui
khas
pembelajaran.
dari Bila
setiap seorang
bergerak layar
sentuh
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
125
mobile-learning peserta didik dapat
penyiapan
mengakses materi pembelajaran dan
(Mamentu, 2013: 58).
informasi dari mana saja dan kapan
Perangkat
saja.
Peserta
menunggu
didik
waktu
media
pembelajaran pembelajaran
tidak
perlu
disahkan
oleh
tertentu
untuk
dimonitor
dan
kepala
sekolah,
dievaluasi
belajar atau pergi ke tempat tertentu
wujud
untuk
standar ketuntasan minimal peserta
belajar.
Mereka
dapat
pelaksanaanya
untuk
menggunakan
teknologi
mobile-
didik
wireless
keperluan
belajar
kelulusan
untuk
mereka,
baik
standar
serta
kompetensi
untuk
perbaikan
maupun
pengembangan proses pembelajaran
informal. Jumlah perangkat mobile
berkelanjutan (Mamentu, 2013: 58).
lebih
Personal
Perencanaan pembelajaran dirancang
Computer (PC). Perangkat mobile lebih
dalam bentuk Rencana Pelaksanaan
mudah dioperasikan daripada PC.
Pembelajaran (RPP) yang mengacu
Perangkat mobile dapat digunakan
pada
sebagai media belajar (Yuntoto, 2015:
pembelajaran meliputi penyusunan
8).
dan
rencana pelaksanaan pembelajaran
mobile
dan penyiapan media dan sumber
banyak
formal
dan
berdasarkan
daripada
Masyarakat yang memiliki
menggunakan
perangkat
standar
isi.
Perencanaan
semakin banyak. Hal ini membuka
belajar,
perangkat
peluang
penggunaan
perangkat
pembelajaran, dan skenario pembe-
teknologi
bergerak
dalam dunia
lajaran. Penyusunan RPP disesuaikan
pendidikan. Penggunaan perangkat
dengan
bergerak
yang digunakan, misalnya menginte-
(mobile-device)
dalam
proses pembelajaran kemudian dike-
grasikan
nal
lajaran.
sebagai
mobile-learning (Amin,
pendekatan
penilaian
android
pembelajaran
dalam
Penyusunan
pembeprogram
2015: 13). Pengguna internet dan juga
pembelajaran
gadget-mobile
pelaksanaan pengajaran berjalan lebih
kalangan
didominasi
usia
muda,
oleh sehingga
bertujuan
agar
lancar dan hasilnya lebih baik.
memungkinkan untuk memanfaatan
Penelitian sebelumnya pernah
piranti mobile untuk pembelajaran
dilakukan oleh Juraman (2014: 14)
(Sulisworo, 2014: 57). Sebelum guru
yang
melaksanakan kegiatan pembelajaran
pemanfaatan smartphone android oleh
dengan android tentu memerlukan
peserta
persiapan. Pada tahap perencanaan
informasi
adalah
sebagian besar peserta didik sudah
penyusunan
RPP,
pengembangan bahan belajar, dan
menyatakan didik
dalam
edukasi
memanfaatkan
bahwa mengakses
efektif
android
karena untuk
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
126
mengakses informasi edukasi dan
dipakai untuk mengatasi masalah
banyak mendukung aktivitas peserta
pembelajaran adalah dengan aplikasi
didik
dalam
yang
(2016:
58)
pembelajaran.
juga
telah
Irfan
melakukan
dipasang
pada
smartphone
android (Prasetia, 2017: 219).
penelitian tentang manfaat gadget gadget dalam belajar oleh peserta
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan
didik sudah efektif dalam mencari
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
bahan pembelajaran, latihan-latihan
merupakan
soal dan pembahasan.
bersifat reflektif oleh pelaku tindakan.
dalam
pembelajaran.
Pemanfaatan
Kehadiran mobile-learning yang
bentuk
kajian
yang
Penelitian ini memakai penelitian
elektronik
tindakan karena penelitian tindakan
telepon pintar ini ditujukan sebagai
kelas merupakan penelitian yang
suplemen pembelajaran yang ada dan
lebih sesuai dengan tugas pokok dan
memberikan
kepada
fungsi guru, meningkatkan kualitas
peserta didik untuk belajar sendiri
pembelajaran, meningkatkan kualitas
mengenai
peserta didik, serta mencapai tujuan
menggunakan
media
kesempatan materi
yang
kurang
dikuasai di mana pun dan kapan pun.
pembelajaran atau pendidikan.
Hal ini tentu dapat memberikan
Subyek penelitian ini adalah
pengalaman yang berbeda dalam
peserta didik kelas IX B semester 1
proses pembelajaran bagi peserta
SMPN-1
didik (Iqbal, 2016: 21). Di masa yang
2017/2018. Jumlah peserta didik yang
akan datang, pengguna android akan
berperanserta dalam PTK ini 32 orang
semakin
terdiri dari 20 perempuan dan 12 laki-
bertambah
cepat
setiap
Kalangan pengajar dan peserta dengan
semakin cepat
butuh untuk
tahun
laki. Obyek penelitian
harinya di seluruh dunia. didik
Sragen
informasi menunjang
peningkatan
pelajaran
ini
adalah
kualitas pembelajaran
matematika dengan topik bangun ruang
sisi
lengkung
dengan
proses belajar mengajar di sekolah
menggunakan model pembelajaran
maupun di kampus. Kini peserta
aplikasi
didik tidak lagi hanya mendengar
dilaksanakan
informasi yang
Agustus 2017.
disampaikan dari
android.
Penelitian
pada
bulan
ini Juli-
Instrumen pengumpulan data
gurunya, tetapi peserta didik dapat dengan mudah mendapatkan infor-
yang
digunakan
masi hasil penelitian terbaru. Salah
pengamatan,
satu media pembelajaran yang sering
lapangan. Yang perlu dikemukakan
tes,
adalah
lembar
dan catatan
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
127
adalah uraian tentang bagaimana
didik
pelaksanaan atau implementasi dari
kegiatan pembelajaran.
masing-masing jenis instrumen yang
selama Teknik
berlangsungnya
analisis
data
yang
ditentukan. Dalam observasi, peneliti
digunakan adalah analisis deskriptif
lebih banyak menggunakan salah
komparatif, penyajian data, penarikan
satu dari panca inderanya yaitu
simpulan, serta verifikasi refleksi.
indera
Analisis
penglihatan.
observasi
akan
informasi
Instrumen
lebih
yang
efektif
hendak
jika
diambil
deskriptif
komparatif
digunakan karena
hasil penilaian
prestasi
peserta
belajar
didik
berupa kondisi atau fakta alami,
dibandingkan antara kondisi awal,
tingkah
siklus pertama, dan siklus kedua.
laku
responden
dalam
Sebaliknya,
hasil situasi
instrumen
mempunyai menggali
dan
alami.
Setelah
dibandingkan,
dapatlah
observasi
diketahui seberapa besar kenaikan
dalam
atau penurunan hasil belajar peserta
keterbatasan
informasi
kerja
yang
berupa
didik.
pendapat atau persepsi dari subyek yang diteliti.
Penyajian data setelah direduksi dan dikelompokkan dalam berbagai
Instrumen
tes
menggunakan
pola dideskripsikan dalam bentuk
yang sudah ada dan baku dengan
kata-kata untuk melihat gambaran
tujuan
mengetahui
keseluruhan atau bagian tertentu.
kemampuan peserta didik sehingga
Penyajian data ini ditulis dalam
peneliti
paparan data.
untuk dapat
merencanakan
tindakan yang akan diambil dalam
Adapun tes hasil belajar peserta
memperbaiki proses pembelajaran.
didik
Pemberian
ketuntasan
tindakan
dilakukan
diolah
untuk
dengan
mengukur
menggunakan
melalui dua siklus dan evaluasi
rumus ketuntasan belajar. Kegiatan
dilakukan di akhir
pembelajaran
siklus untuk
dikatakan
mengetahui hasil belajar peserta didik
apabila
pada setiap siklus. Tes adalah suatu
individual telah memperolah nilai 75
alat pengumpul informasi, bersifat
atau
lebih resmi karena penuh dengan
dikatakan tuntas belajar jika lebih dari
batasan-batasan.
80% peserta didik mendapat nilai di
Catatan untuk
lapangan
digunakan
mendokumentasikan
peserta
lebih,
dan
didik
berhasil
secara
secara klasikal
atas 75. Di samping itu, dilakukan
secara
juga metode analisis deskriptif yang
keseluruhan kualitas pembelajaran,
merupakan pemaparan dari hasil
aktivitas guru, dan aktivitas peserta
penerapan
pembelajaran
dengan
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
128
aplikasi android. Rumus rata-rata
kegiatan tindakan ini akan diuraikan
digunakan
lebih lanjut pada bagian berikut ini.
untuk
perkembangan
dan
mengetahui peningkatan
Pendahuluan. Kegiatan-kegiatan
pemahaman peserta didik terhadap
yang akan dilakukan pada bagian
materi bangun ruang sisi lengkung
pendahuluan
antara siklus satu dengan siklus
menyiapkan
lainnya.
psikis dan fisik untuk mengikuti
adalah: peserta
(1)
guru
didik
secara
Menyimpulkan dan memverifi-
keseluruhan proses pembelajaran, (2)
kasi. Dari kegiatan reduksi dilakukan
melalui kegiatan tanya jawab, peserta
penyimpulan akhir yang selanjutnya
didik
diikuti dengan kegiatan verifikasi
kembali oleh guru tentang contoh-
atau
contoh bangun ruang sisi lengkung
pengujian
terhadap
temuan
ilmiah.
diingatkan
dalam
Indikator kinerja dalam peneliti-
peserta
kehidupan didik
atau
dijelaskan
sehari-hari,
mengamati
(3)
contoh
an tindakan kelas ini ditetapkan oleh
gambar diagram lingkaran, (4) guru
SMPN-1 Sragen, yaitu: (1) kualitas
mengajukan pertanyaan, “Dapatkah
pembelajaran mencapai kriteria baik,
kalian menyebutkan contoh bangun
(2)
ruang sisi lengkung dalam kehidupan
nilai rata-rata pengetahuan dan
keterampilan 75, dan (3) persentase ketuntasan belajar
80%.
sehari-hari?�. Kegiatan
berikutnya
yang
Penelitian ini dilandasi prinsip
dilakukan adalah (5) peserta didik
kolaboratif dan kooperatif sehingga
diberi permasalahan yang berkaitan
penyiapan
dipandang
dengan bangun ruang sisi lengkung
perlu dilakukan pada kegiatan awal.
dalam kehidupan sehari-hari yang
Melakukan diskusi dengan teman
terkait dengan materi pelajaran yang
sejawat guru matematika tentang
sedang
desain atau strategi pembelajaran
kamu berapa luas selimut tabung?�,
pada
sisi
(6) guru menegaskan tujuan yang
dengan
akan dipelajari hari ini, dan (7) guru
partisipan
materi
lengkung
bangun
yang
ruang
diikuti
penyusunan rencana kegiatan. Serangkaian kegiatan tindakan
dibahas,
yaitu:
�Tahukah
menyampaikan cakupan materi. Kegiatan Inti.
Tahap pertama
yang akan dilakukan dapat dikelom-
yang dilaksanakan pada kegiatan inti
pokkan ke dalam: (1) Pendahuluan,
adalah mengamati yaitu peserta didik
(2)
mengamati contoh bangun ruang sisi
Kegiatan Inti, dan (3) Penutup.
Selanjutnya,
ketiga
rangkaian
lengkung dalam kehidupan seharihari yang ditampilkan guru.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
129
Tahap kedua adalah menanya di
peserta didik tentang materi yang
mana guru memberikan pertanyaan
dipelajari,
pancingan, sebagai contoh: �Setelah
mengerjakan latihan soal pada buku
mengamati
teks.
bangun
ruang
yang
disajikan, berapakah luas selimut tabung,
dan
Pada
peserta
tahap
didik
kelima
yaitu
langkah-
mengkomunikasikan. Salah seorang
langkah menentukan luas selimut
peserta didik mempresentasikan hasil
tabung?�. Peserta didik merumuskan
diskusi/pekerjaan
pertanyaan terkait dengan perma-
didik
salahan yang diajukan guru dan cara
tanggapan
apa saja yang bisa digunakan untuk
disajikan,
menghitung luas selimut tabung.
melakukan konfirmasi atau klarifikasi
Tahap
bagaimana
maka
adalah
lainnya atas
baik
Peserta
memberikan
presentasi dalam
yang
bertanya,
tahap
maupun
melengkapi
informasi
mengumpulkan data dan informasi
ataupun
tanggapan
lainnya;
untuk menjawab semua pertanyaan
sedangkan guru memberi umpan
yang diajukan. Peserta didik diminta
balik atau konfirmasi.
untuk
ketiga
yang
mereka.
mengumpulkan
informasi
dengan
data
dan
menggunakan
Kegiatan
penutup
dilakukan
dengan cara peserta didik bersama-
bantuan buku peserta didik yang
sama
diunduh dari Portal Rumah Belajar
kesimpulan
melalui fitur Buku Sekolah Elektronik
langkah menyajikan data ke dalam
di laman https://belajar.kemdikbud.
bentuk diagram lingkaran. Setiap
go.id serta aplikasi android bangun
kelompok
datar dan ruang. Peserta didik secara
penghargaan
berkelompok
aktivitas kelompok. Untuk menge-
saling
bertukar
dengan
guru
membuat
mengenai
langkah-
diberikan
perolehan
berkaitan
pendapat tentang alternatif penye-
tahui
lesaian permasalahan yang ada.
secara individu guru memberikan
Tahap keempat adalah tahap mengasosiasi/menganalisis data atau
pemahaman
peserta
dengan didik
tugas mandiri (PR) yang berkaitan dengan materi yang baru dipelajari.
informasi di mana peserta didik menyimpulkan
langkah-langkah
HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk menentukan cara mencari luas
Hasil dan pembahasan penelitian
selimut bangun ruang sisi lengkung,
yang dilakukan pada tiap langkah
dan
hasil
(sebelum tindakan, siklus pertama,
penyelesaian permasalahan. Untuk
dan siklus kedua) dapat dikemuka-
mengetahui
kan berikut ini.
kemudian
menuliskan
tingkat
pemahaman
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
130
Sebelum Tindakan
Siklus Pertama
Sebelum tindakan, guru membentuk
kelompok
yang
bersifat
Pada
siklus
pembelajaran
heterogen. Peserta didik melakukan
melakukan
diskusi.
menggunakan
Hasil
refleksi
sebelum
pertama,
diawali
dengan
motivasi
dengan
aplikasi
android.
dilakukan tindakan, selama kegiatan
Penjelasan
pembelajaran berlangsung, sebagian
bantuan papan tulis dan dilanjutkan
besar peserta didik cenderung kurang
dengan
berminat
pembelajaran. Pada siklus kedua,
menyelesaiakan
soal-soal
disampaikan
dengan
pengamatan
kualitas
latihan. Oleh karena itu, guru harus
pembelajaran
selalu mengingatkan peserta didik
melakukan motivasi dengan menggu-
agar mereka mengerjakan soal-soal
nakan aplikasi android, penjelasan
latihan. Di samping kurang berminat
dilakukan
mengerjakan soal-soal latihan, peserta
powerpoint, dan dilanjutkan dengan
didik juga kurang memperhatikan
pengamatan kualitas pembelajaran.
penjelasan guru, kurang bersemangat
diawali
dengan
dengan
Hasil
bantuan
observasi
pascasiklus
dan cenderung pasif, tidak aktif
pertama, tampaklah bahwa peserta
dalam mengemukakan pendapat atau
didik sudah mulai tampak
bertanya dalam mengikuti proses
dalam
pembelajaran. Minat untuk bertanya
walaupun belum seluruhnya. Peserta
juga kurang karena peserta didik
didik lebih aktif dalam bertanya
cenderung pasif pada waktu guru
apabila mereka merasa tidak bisa
memberikan pertanyaan atau saat
mengerjakan soal latihan. Peserta
guru memberikan tugas.
didik lebih aktif dalam menyelesaikan
Minat
belajar
dan
bertanya
kegiatan
aktif
pembelajaran
soal-soal tentang bilangan berpang-
peserta didik dalam pembelajaran
kat.
kurang, ditandai dengan banyaknya
cenderung memperlihatkan pening-
peserta didik yang cenderung pasif
katan
dan kurang berminat untuk
antusias
segera
Peserta
didik
kinerjanya.
yang Mereka
menyelesaikan
malas lebih
soal-soal
menyelesaikan masalah sewaktu guru
tentang bangun ruang sisi lengkung.
memberikan pertanyaan atau tugas
Selama kegiatan pembelajaran, mulai
selama
dari
pembelajaran
berlangsung.
awal
sampai
dengan
akhir
Hasil belajar rata-rata pengetahuan
kegiatan, peserta didik tampak aktif
peserta didik adalah 75,16. Rata-rata
dan komunikatif.
keterampilan adalah 70,63. Persentase
Hasil
ketuntasan 18 peserta didik (56,25%).
refleksi
pada
pertama dapat diketahui
siklus bahwa
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
131
kelompok peserta didik masih sama
Sebagian besar peserta didik sangat
dengan sebelum dilakukan tindakan.
memahami apa yang harus mereka
Dalam kegiatan pembelajaran, peserta
lakukan. Peserta didik berani meng-
didik sudah mulai tampak aktif
ungkapkan pendapat dan bertanya.
walaupun belum seluruhnya. Guru menjelaskan
Hasil refleksi pada siklus kedua
tugas
yang
harus
dapat diketahui bahwa kelompok
dikerjakan
peserta
didik
secara
peserta
kelompok,
yaitu
menanya,
mengamati,
mengumpulkan
data,
didik
masih
sama
yaitu
kelompok yang bersifat heterogen. Selama kegiatan pembelajaran, mulai
mengeksplorasi, mengasosiasi, dan
dari
berdiskusi menentukan materi, serta
kegiatan, peserta didik tampak aktif
melaporkan hasil diskusi. Peserta
dan
didik
peserta didik telah memahami apa
lebih
lesaikan
aktif dalam
soal-soal
menye-
latihan.
awal
sampai
komunikatif
dengan karena
akhir setiap
Ada
yang harus dikerjakan dalam model
kecenderungan peningkatan kinerja
pembelajaran aplikasi android. Untuk
di kalangan peserta didik yang malas.
memperoleh
kesimpulan
terhadap
Hasil belajar rata-rata penge-
materi pembelajaran yang dibahas,
tahuan 78,59 dan keterampilan 72,5.
peserta didik berdiskusi menentukan
Persentase
materi notasi ilmiah dan bentuk akar,
ketuntasan
22
didik (68,75%). Kenaikan
peserta rata-rata
pengetahuan dari siklus awal ke
serta melaporkan hasil diskusi. Hasil
belajar
rata-rata
siklus pertama adalah 3,43 di mana
pengetahuan 88,13 dan keterampilan
rata-rata keterampilan naik 1,87 dan
86,88 dengan persentase ketuntasan
ketuntasan naik 12,5%.
31 siswa (96,88%). Kenaikan rata-rata
Siklus Kedua
pengetahuan dari siklus pertama ke
Pada siklus kedua, tiap peserta
siklus
kedua
9,54.
Rata-rata
didik telah memahami apa yang
keterampilan juga naik sebesar 14,38
harus
dan ketuntasan naik sebesar 28,13%.
dikerjakan
dalam
model
pembelajaran aplikasi android. Hasil
Berdasarkan pengamatan, maka
kedua
dapat dibuat diagram rata-rata hasil
diperoleh gambaran suasana kelas
belajar peserta didik dari siklus awal
observasi
pada
siklus
yang terkendali. Pada saat kegiatan pembelajaran, melakukan
peserta
kegiatan
menggunakan
didik
aktif
pembelajaran
aplikasi
sampai dengan siklus kedua pada gambar 1.
android.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
132
tuntas 18 peserta didik (56,25%). Pada
Hasil Belajar 88.13
100 80
75.16
78.59 70.63
siklus pertama, peserta didik yang 86.88
72.5
tuntas sebanyak 22 peserta didik
60
(68,75%), dan pada siklus kedua
40
peserta didik yang tuntas sebanyak 31
20
peserta didik (96,875%). Dilihat dari
0 sebelum tindakan
siklus pertama siklus kedua
ketuntasan belajar dari siklus pertama sampai dengan siklus kedua terdapat
pengetahuan
peningkatan.
keterampilan
Kualitas pembelajaran mening-
Gambar 1: Rata-Rata Hasil Belajar
kat dari siklus awal hingga siklus Sebelum
dapat
kedua ditandai dengan: (1) keteram-
bahwa rata-rata penge-
pilan peserta didik bertanya sudah
tahuan 75,16 dan keterampilan 70,63.
baik, (2) guru baik dalam memberi
Pada siklus pertama dapat diketahui
penguatan, (3) guru baik
rata-rata
dan
mengadakan variasi, (4) guru mampu
keterampilan 72,5. Pada siklus kedua,
menjelaskan, (5) guru baik dalam
rata-rata
membuka dan menutup pelajaran, (6)
diketahui
tindakan
pengetahuan pengetahuan
78,59 88,13
dan
dalam
keterampilan 86,88. Dari siklus awal
guru
ke siklus pertama ada kenaikan rata-
diskusi kelompok kecil, dan (7) guru
rata pengetahuan sebesar 3,43
baik dalam mengelola kelas, baik
dan
baik
dalam
keterampilan sebesar 1,87. Dari siklus
dalam
pertama ke siklus kedua,
maupun perorangan.
kenaikan
mengajar
membimbing
kelompok
kecil
rata-rata pengetahuan sebesar 9,54 SIMPULAN
dan keterampilan 14,38.
Ketuntasan Belajar 100 80 60 40 20 0
96.875 56.25
68.75
Penggunaan aplikasi android terbukti dapat memberikan dampak positif dalam pembelajaran yaitu meningkatkan
kualitas
pembelajaran
mata
pelajaran matematika tentang topik sebelum tindakan
siklus Pertama Siklus Kedua
Gambar 2: Persentase Ketuntasan Belajar
Dilihat dari persentase ketuntasan belajar, sebelum tindakan yang
bangun ruang sisi lengkung di kelas IXB SMPN-1 Sragen. Dilihat dari ketuntasan belajar sebelum tindakan peserta didik yang tuntas belajarnya sebanyak 18 anak (56,25%),
pada
siklus pertama, peserta didik yang
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
133
tuntas belajarnya sebanyak 31 anak
pertama, rata-rata capaian nilai yang
(96,875%). Dilihat dari ketuntasan
berupa pengetahuan 78,59 dan rata-
belajar dari sebelum tindakan sampai
rata
dengan
keterampilan 72,5. Kemudian, pada
siklus
kedua
terdapat
peningkatan. Dari
capaian
nilai
yang
berupa
siklus kedua, rata-rata capaian nilai
siklus
awal
ke
siklus
yang berupa pengetahuan 88,13 dan
pertama, ada kenaikan ketuntasan
rata-rata capaian nilai yang berupa
belajar
keterampilan 86,88.
sebesar 12,50%. Demikian
juga halnya dari siklus pertama ke siklus
kedua,
ada
kenaikan
Dari pertama
siklus ada
awal
ke
kenaikan
rata-rata
ketuntasan belajar sebesar 28,13%.
pengetahuan
Kualitas pembelajaran meningkat dari
kenaikan
sebelum tindakan sampai dengan
sebesar 1,87. Dari siklus pertama ke
siklus kedua yang ditandai dengan;
siklus kedua ada kenaikan rata-rata
(1)
didik
pengetahuan
guru
kenaikan
keterampilan
bertanya
sudah
peserta baik,
(2)
memberi penguatan sudah baik, (3) guru
sudah
cukup
baik
dalam
sebesar
siklus
3,43
rata-rata
dan
keterampilan
sebesar
9,54
rata-rata
dan
keterampilan
sebesar 14,38. Saran-saran yang dapat diajukan
mengadakan variasi pembelajaran, (4)
adalah
guru mampu menjelaskan, (5) guru
diharapkan dapat: (1) mengembang-
sudah cukup baik dalam membuka
kan kemampuan bernalar melalui
dan menutup pelajaran, (6) guru
pemanfaatan
aplikasi
sudah
melakukan
eksplorasi
cukup
baik
dalam
bahwa
peserta
didik
android, dan
membimbing diskusi kelompok kecil,
eksperimen sebagai alat pemecahan
(7) guru sudah cukup baik dalam
masalah melalui pola pikir dan model
mengelola kelas, baik dalam mengajar
matematika,
kelompok kecil maupun perorangan.
komunikasi melalui simbol, tabel,
Penggunaan
aplikasi
android
serta
sebagai
alat
grafik, diagram dalam menjelaskan
pada peserta didik kelas IX B SMPN-1
gagasan,
Sragen, terbukti dapat meningkatkan
penalaran
hasil belajar peserta didik. Sebelum
melakukan manipulasi matematika
tindakan dapat diketahui rata-rata
dalam
capaian
nilai
pengetahuan capaian
keterampilan
(2)
pada
menggunakan
pola,
membuat
sifat
atau
generalisasi,
yang
berupa
menyusun bukti, atau menjelaskan
dan
rata-rata
gagasan dan pernyataan matematika
yang
berupa
75,16
nilai
dan
70,63.
Pada
siklus
berdasarkan
pengalaman
belajar
memanfaatkan aplikasi android.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
134
Di samping saran kepada peserta didik, para guru juga diharapkan dapat: (1) menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,
secara
luwes,
akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah
melalui
memanfaatkan
android, dan (2) merencanakan dan memanfaatkan dalam
aplikasi
kegiatan
android
belajar-mengajar
secara teratur sehingga peserta didik mendapatkan dari
pengalaman
sumber
belajar
belajar yang
berhubungan dengan materi di luar guru. Kepala sekolah atau pengelola sekolah diharapkan dapat memfasilitasi pemanfaatan aplikasi android untuk pembelajaran dan memberikan kesempatan
kepada
guru
untuk
mengikuti pelatihan memanfaatkan aplikasi android agar mereka dapat memanfaatkannya di dalam kegiatan pembelajaran. Pustaka Acuan Amin, AK. 2015. Pengembangan Media Pembelajaran Berbentuk Aplikasi Android Berbasis Weblog Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Pendidikan Matematika IKIP PGRI Bojonegoro, (Penelitian dilakukan pada Mata Kuliah Metode Statistika Tahun Ajaran 2014/2015). Jurnal Magistra
No. 94 Th. XXVII Desember 2015 ISSN 0215-9511. Batubara, HH. 2017. Pengembangan Media Pembelajaran Matematika berbasis Android untuk Peserta didik SD/MI. Jurnal Muallimuna. Vol. 3, No. 1, Oktober 2017. Dewi, NWDP. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Scientific Berorientasi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Penalaran Peserta didik, e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Matematika. Vol. 3 Tahun 2014 Ependi. 2015. Pemanfaatan Teknologi Berbasis Android sebagai Media Belajar Matematika Anak Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Matrik Vol. 17 No. 2, Agustus 2015, hal. 109 -122. Iqbal. 2016. Perancangan Media Pembelajaran Aplikasi Fisika pada Pokok Bahasan Fluida Statis untuk Peserta didik SMA Berbasiss Android. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 04, No. 02, tahun 2016 hlm. 2024, http://jurnal.unsyiah. ac.id/jpsi Irfan, M. 2016. Pemanfaatan Gadget dalam Pembelajaran Matematika serta Pengaruhnya pada Mahasiswa yang Mengalami Math Anxiety di Universitas Sarjana Wiyata Taman Siswa pada Mata Kuliah Persamaan Diferensial. Jurnal Pembelajaran Matematika. Vol. III No. 1, Januari 2016. Juraman, SR. 2014. Pemanfaatan Smartphone Android oleh
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
135
Mahapeserta didik Ilmu Komunikasi dalam Mengakses Informasi Edukatif (Studi pada Mahapeserta didik Ilmu Komunikasi Fispol Unsrat). Journal Unsrat. Vol. III. No. 1. Tahun 2014. Mamentu. 2013. Manajemen Pendidikan dan Pengajar Pada SMA Negeri Remboken Kabupaten Minahasa. IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME) Vol. 3, Issue 5. Nov–Dec. 2013, PP 58-66, e-ISSN: 2320–7388, p-ISSN: 2320–737X. Marlinda, Linda. 2015. Pengaruh CD Education dan Animasi Berbasis Android Sebagai Alat Bantu Pembelajaran untuk Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik SMU IPA. Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015) tgl. 8 dan 9 Juni 2015, Bandung, Indonesia. Murtiwiyati. 2013. Rancang Bangun Aplikasi Pembelajaran Budaya Indonesia untuk Anak Sekolah Dasar Berbasis Android. Jurnal Ilmiah Komputasi. Vol. 12, No. 2, Desember 2013, ISSN: 1412-9434. Prasetia, Eko Jhon Veri. 2017. Perancangan dan Pembuatan Aplikasi Media Pembelajaran Perakitan Komputer Berbasis Android. Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi. Vol. 4, No. 2, Oktober 2017, Hal. 219-229. ISSN ng: LPPM UPI YPTK Padang. Sulaeman. 2015. Pengemabngan Kurikulum 2013 dalam Paradigma Pembelajaran Kontemporer. Jurnal Islamadina, Vol. XIV, No. 1, Maret 2015. Hal. 71-95.
Sulisworo, D. 2014. Pengembangan Sistem Manajemen Pembelajaran Kooperatif Secara Mobile Berbasis Sistem Operasi Android. Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies (IJCETS). Vol. 3, No.1, Thn 2014. Hal. 56-63 Widodo. 2013. Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Problem Based Learning pada Siswa Kelas VIIA MTS Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Fisika Indonesia. Vol XVII. No: 49, Edisi April 2013. ISSN : 1410-2994. Yuntoto, Singgih. 2015. Pengembangan Aplikasi Android Sebagai Media Pembelajaran Kompetensi Pengoperasian Sistem Pengendali Elektronik Pada Peserta Didik Kelas XI SMKN 2 Pengasih. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
136
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol: 06/02 Desember 2018. Online ISSN: 2622-4283, Print ISSN: 2338-9184
http://dx.doi.org/10.31800/jtp.kw.v6n2.p137--155
ADAPTASI TEKNOLOGI QR CODE AUDIO PADA TORSO BIOLOGI UNTUK SISWA TUNANETRA The Adaptation of QR Code Audio Technology on Torso in Biology Learning for Visual Impaired Students Faiza Indriastuti*, Wawan Tri Saksono Balai Pengembangan Media Radio Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Sorowajan Baru, No. 367, Banguntapan, Yogyakarta Pos-el: faiza.indriastuti@kemdikbud.go.id, wawan.saksono@kemdikbud.go.id INFORMASI ARTIKEL Riwayat Artikel: Diterima : 30 Juni 2018 Direvisi : 20 November 2018 Disetujui : 21 November 2018
Keywords: QR Code, Torso, Instructional Audio, Visually Impairment Learning. Kata kunci: QR Code, Torso, Media audio, Pembelajaran Tunanetra.
ABSTRACT: Studying Biology for students with visual impairment and other visual impairments has been a difficult task, especially when it comes to living things. During this time, biology lessons related to the system on the human body done one of them through torso learning media and it became a problem for visual impairment learners. This paper aims to conduct studies and development of the use of QR Code audio for the visually impaired. The study focused on adaptation of QR Code and audio on Torso, and implementation of Torso Audio in Biology lessons for the visually impaired and other visual disorders. The study results revealed that the Audio Torso was designed by adapting the QR Code audio which was then pinned to the intended torso. By adapting learning technology through QR Code audio, it can minimize the Biology learning gap for blind students and other visual impairments. The use of Torso Audio is done in a classical and independent manner. Classically it is used integrated with Biology learning as teaching materials. Independent use is carried out by students outside of learning hours as an enrichment material. Through the Audio Torso, educators and students get benefits and fulfilled the need for more auditive learning media.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
137
ABSTRAK: Mempelajari biologi bagi siswa tunanetra dan gangguan penglihatan lainnya, merupakan kesulitan tersendiri, apalagi jika menyangkut dengan kehidupan makhluk hidup. Selama ini, pelajaran biologi yang menyangkut dengan sistem pada tubuh manusia dilakukan salah satunya melalui media pembelajaran torso dan itu menjadi permasalahan tersendiri bagi peserta didik tunanetra. Tulisan ini bertujuan untuk melakukan kajian dan pengembangan terhadap pemanfaatan QR Code audio bagi tunanetra. Kajian difokuskan pada adaptasi QR Code dan audio pada Torso, dan pemanfaatan Torso Audio pada pelajaran Biologi bagi tunanetra. Hasil kajian diketahui bahwa Torso audio dirancang dengan mengadaptasi QR Code audio yang selanjutnya disematkan pada torso yang dimaksud. Dengan melakukan adaptasi teknologi pembelajaran melalui QR Code audio, dapat meminimalisir kesenjangan pembelajaran Biologi bagi siswa tunanetra dan gangguan penglihatan lainnya. Pemanfaatan Torso Audio dilakukan secara klasikal dan mandiri. Secara klasikal dimanfaatkan terintegrasi dengan pembelajaran Biologi sebagai bahan ajar. Pemanfaatan secara mandiri dilakukan oleh peserta didik diluar jam pembelajaran sebagai bahan pengayaan. Melalui Torso Audio tersebut, pendidik dan peserta didik mendapatkan manfaat dan terpenuhi kebutuhan media pembelajaran yang lebih auditif.
PENDAHULUAN
Kurang
Strategi pembelajaran anak tunanetra
indera
pada dasarnya sama dengan anak
tunanetra
awas (normal), hanya saja dalam
orientasi dan mobilitas yang dapat
pelaksanaannya memerlukan adap-
mempengaruhi
tasi dan modifikasi sehingga pesan
proses belajar mengajar. Keterbatasan
atau
indera
materi
pelajaran
disampaikan dapat tunanetra lainnya
melalui yang
yang
diterima oleh indera-indera
masih
berfungsi.
atau
tidak
visual
mengakibatkan
memiliki
keterbatasan
interaksi
penglihatan
tunanetra
berfungsinya
dalam
menyebabkan
mengalami
hambatan
dalam memperoleh informasi pada proses pembelajaran terutama yang
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
138
menggunakan pengamatan menjadi
Anak tunanetra dalam proses belajar
terganggu (Wicaksono, 2016: 2). Ada
akan
tiga prinsip lingkungan yang harus
pendengaran
diperhatikan
pembelajaran
(taktual), dan indera lain yang masih
tunanetra, yaitu lingkungan visual,
berfungsi (Hadi, 2007, Wijaya,2012).
suara,
Ketiga
Dari beberapa pertimbangan tersebut,
lingkungan tersebut harus kondusif
maka perlu dilakukannya penelitian
saat
berlangsung.
dan pengembangan untuk mengha-
Karena pembelajaran siswa tunanetra
silkan produk bahan ajar yang dapat
lebih
indera
membantu pendidik dalam menyam-
pendengaran dan perabaan. Indera
paikan materi dengan adaptasi alat
pendengaran dapat dimaksimalkan
peraga (torso).
dalam
dan
perabaan.
pembelajaran
melalui perabaan
mengandalkan
audio,
sedangkan
dapat
indera
dimaksimalkan
bergantung
Fenomena phone
dalam
kepada
(auditif),
hand-
pembelajaran
bagi
tunanetra
tergolong
pembelajaran tiruan.
Perangkat
mobile
membutuhkan
masih
saat
ini
baru. telah
menjadi salah satu sumber teknologi
konsepsi
belajar bagi siswa tunanetra, baik itu
visual adalah pelajaran sains (Fisika,
handphone/smartphone, tablet, notebook/
Biologi,
Matematika).
netbook yang telah familiar juga untuk
Pada mata pelajaran tersebut, lebih
mereka gunakan. Berdasarkan peng-
banyak
kegiatan
amatan di lapangan, para siswa
pengamatan dalam bentuk penge-
tunanetra yang memiliki smartphone
tahuan dan konsep-konsep tertentu.
tidak semata-mata menggunakannya
Melihat
sebagai
Kimia,
banyak
perabaan
pemanfaatan
melalui benda konkrit atau media Salah satu materi pelajaran yang
indera
dan
diperlukan
kenyataan
ini,
maka
alat
komunikasi
saja
diperlukan adanya adaptasi teknologi
(panggilan dan pesan) namun lebih
yang dapat membantu siswa tuna-
jauh lagi, telah memanfaatkannya
netra pada saat mempelajari berbagai
untuk mengecek email, mengakses
macam bagian-bagian tubuh beserta
sosial media, dan berselancar di dunia
dengan
mempelajari
maya. Mengingat tingginya tingkat
konsep bangun ruang dan bagaimana
kepemilikan smartphone di kalangan
menghitungnya. Materi-materi ter-
siswa tunanetra tersebut, maka kita
sebut, selama ini disampaikan oleh
dapat
pendidik melalui tatap muka dan
perangkat
praktek melalui perabaan alat peraga
memfasilitasi pembelajaran. Sebagai-
yang ada.
mana
fungsinya,
memanfaatkan mobile
yang
kepemilikan
tersebut
dilakukan
untuk
beberapa
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
139
penelitian sebelumnya. Pemanfaatan
terbantu dengan beberapa aplikasi
teknologi
yang
handphone
yang
masih
khusus
disediakan
bagi
menggunakan keypad atau tombol
tunanetra melalui smartphone. Salah
dapat digunakan untuk mempelajari
satunya adalah voice-map. Aplikasi ini
huruf braille bagi tunanetra pemula
merupakan aplikasi penunjuk arah
(Widiyaningtyas, 2012). Pada peman-
untuk membantu tunanetra meman-
faatan smartphone, selain menggu-
faatkan
nakan screen reader atau aplikasi
(Putra dan Maulana, 2017).
pembaca layar yang memudahkan tunanetra
berinteraksi
teknologi
Dari
voice-recognition
beberapa
penelitian
dengan
sebelumnya tersebut, peneliti ber-
smartphone-nya, aplikasi tersebut juga
usaha untuk mengadaptasi teknologi
dapat digunakan untuk membaca file-
pembelajaran bagi anak tunanetra
file seperti materi pembelajaran, buku
melalui pemanfaatan smartphone yang
cerita, dan novel yang tersedia dalam
belum pernah dilakukan sebelumnya.
bentuk pdf. Namun demikian, karena
Melalui kolaborasi antara QR Code,
audio yang diperdengarkan berasal
audio, dan torso, adaptasi media
dari
pembelajaran ini diharapkan dapat
mesin,
maka
suara
yang
dihasilkanpun tidak begitu memuas-
menjembatani
kan karena bernada datar. Berbeda
pembelajaran auditif pada Biologi
dengan audio-novel yang merupakan
dan mengoptimalkan indera tuna-
novel dalam bentuk sesungguhnya,
netra yang masih berfungsi, yaitu
namun dapat dinikmati dalam bentuk
indera pendengaran dan perabaan.
audio. Novel ini dapat membantu
Pada penerapan torso audio dalam
peserta didik tunanetra mempelajari
mempelajari
sastra
lainnya
dalam
Bahasa
Indonesia
kekurangan
struktur
diharapkan
media
tubuh
dan
peserta didik
(Pratama, et.al, 2016). Selain kesulitan
tunanetra menjadi lebih mandiri dan
dalam pemenuhan media pembela-
mampu
jaran,
kehilangan
puan yang dimilikinya serta memu-
visualisasi membuat mereka kesulitan
dahkan mereka memahami konsep-
juga
konsep pada materi biologi terkait
tunanetra dalam
yang
beraktivitas
terkait
orientasi medan (OM). Sebagian besar
mengembangkan
kemam-
dengan penggunaan torso.
mereka akan kesulitan berpindah
Berdasar latar belakang yang
atau melakukan perjalanan menuju ke
telah disebutkan tadi, permasalahan
suatu tempat bahkan antar kelas.
yang
Namun, seiring dengan perkembang-
pembelajaran bagi tunanetra adalah
an zaman, akhirnya tunanetra dapat
belum
terkait
dengan
tersedianya
torso
media untuk
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
140
mempelajari Biologi yang dilengkapi
tunanetra diperoleh dari survei dan
audio,
hasil
sehingga
tunanetra
dapat
mempelajari materi dengan mudah.
wawancara
ketersediaan
penulis
media
tentang
pembelajaran
Penelitian ini bertujuan untuk
torso di SLB A Karya Murni Medan,
melakukan adaptasi pada alat bantu
SLB Negeri Pembina Bandung, SLB A
pembelajaran Biologi berupa torso
Swadaya Kendal, dan SLB Yaketunis
bagi
Yogyakarta. Responden pada tahap
peserta
didik
tunanetra.
Adaptasi tersebut berupa modifikasi
riset
pada
pendidik. Sedangkan pada tahapan
torso
dari
konvensional
raba
alat
belajar
menjadi
alat
(research)
pengembangan
ini
adalah
dan
ujicoba
para hasil
belajar auditif dengan memanfaatkan
pengembangan (development) respon-
teknologi smartphone.
den yang terlibat adalah 2 orang pendidik dan 13 orang peserta didik
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pende-
dari MTs Yaketunis, Yogyakarta kelas
katan Research and Development (R &
pengembangan ini dilakukan pada
D) (Sugiyono, 2010) yang bertujuan
kurun waktu pertengahan tahun 2017
untuk
sampai awal tahun 2018.
melengkapi
alat
bantu
VII
dan
VIII.
Penelitian
dan
pembelajaran. Sebagaimana disebut-
Survey yang dilakukan terkait
kan oleh Gay (1991) penelitian R & D
dengan ketersediaan torso di setiap
merupakan suatu usaha atau kegiatan
sekolah, jenis torso, dan kondisi torso.
untuk mengembangkan suatu produk
Sedangkan wawancara yang dilaku-
yang efektif untuk digunakan di
kan adalah seputar tentang strategi
sekolah dan bukan untuk menguji
para pendidik
teori. Sebagaimana yang disampaikan
pelajaran Biologi dengan mengguna-
oleh Gay tersebut, pengembangan QR
kan
Code ini bertujuan untuk meng-
ditemukan pada saat pembelajaran.
eksplorasi penggabungan kode quick
Dari hasil survey ditemukan kondisi
response (QR Code) yang berbasis
torso yang masih sangat layak untuk
audio dan perangkat telepon seluler
digunakan sesuai kaidah pembelajar-
pintar (smartphone) untuk membantu
an. Sedangkan dalam wawancara
peserta didik tunanetra pada saat
tersebut diperoleh bahwa selama ini
mempelajari
para pendidik mengajarkan Biologi
Biologi
dengan
menggunakan torso. Data awal penggunaan torso pada mata pelajaran Biologi pada
yang torso
torso
mengajarkan mata
dan
terkait melalui
kendala
dengan
yang
penggunaan
metode
mengajar
ceramah dan pada saat pembelajaran
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
141
sebagian
besar
pendidik
juga
menggunakan teknik belajar sambil
disematkan langsung pada storage dalam smartphone.
melakukan atau learning by doing
Setelah pengembangan teknis
yaitu pada saat pendidik menerang-
torso
kan pembelajaran maka peserta didik
selanjutnya adalah melakukan ujicoba
sambil meraba torso. Hal ini ternyata
torso
menimbulkan kendala tersendiri bagi
sebanyak dua kali, yaitu pengujian
tunanetra,
anak
teknis dan pengujian lapangan yang
memiliki pemahaman yang berbeda
dilakukan pada kelompok kecil (dua
tentang
kelas).
karena
apa
yang
setiap mereka
raba.
Kendala yang timbul yang lainnya
audio
selesai,
tersebut.
Data
tahapan
Ujicoba
penelitian
dilakukan
ini
bersifat
adalah lamanya waktu yang harus
kualitatif sehingga teknik analisis
digunakan
dalam
data yang digunakan pada penelitian
mengajar menggunakan torso karena
ini adalah analisis deskriptif. Analisis
pada saat anak tunanetra meraba
deskriptif
mereka juga harus mencatat apa yang
seluruh data dan hasil penelitian
diterangkan oleh pendidik.
berkaitan dengan adaptasi media
oleh
pendidik
Melihat dan mendengar kondisi
untuk
pembelajaran
mendeskripsikan
yang
dikembangkan
yang ada tersebut, kemudian penulis
dan hasil pemanfaatannya dalam
mengembangkan
pembelajaran.
penggunaan
QR
Code yang ditempelkan pada torso yang
keluarannya
berupa
audio
HASIL DAN PEMBAHASAN
sehingga dapat membantu kesenjang-
Adaptasi QR Code dan audio pada
an
Torso
pada
tersebut.
pembelajaran Prosedur
Biologi
pengembangan
Adaptasi teknologi bagi pembelajaran
torso audio ini mengolaborasikan
anak berkebutuhan khusus tunanetra
antara media pembelajaran torso, QR
sangat
Code berbasis audio dan teknologi
dikarenakan
pindai melalui smartphone. Secara
menyelesaikan
umum, pengembangan torso audio
penglihatan mereka.
ini mengolaborasikan sistem, meliputi
Adaptasi
dimungkinkan. untuk
Hal
membantu
hambatan alat
ini
belajar
dalam terkait
dua sub sistem yaitu (1) aplikasi pada
dengan azas-azas aksesibilitas anak
smartphone berplatform android yang
berkebutuhan khusus, diantaranya
akan dimanfaatkan oleh pengguna
(Darmawan, 2009):
untuk memindai QR Code pada torso
1. Kemudahan, yaitu semua orang
dan (2) database file audio yang
dapat mencapai semua tempat atau
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
142
bangunan yang bersifat umum
Kombinasi tersebut adalah bagai-
dalam suatu lingkungan.
mana
2. Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat
mempergunakan
tempat
atau
bersifat
umum
bangunan dalam
semua
mengubah
alat
bantu
pembelajaran dalam bentuk visual (yang
penggunaannya
yang
perabaan)
suatu
diadaptasi menjadi alat bantu dalam
lingkungan.
kemudian
melalui
diolah
atau
bentuk audio.
3. Keselamatan, yaitu setiap bangun-
Adaptasi
an yang bersifat umum dalam
melibatkan
suatu lingkungan terbangun, harus
aplikasi, yaitu:
memperhatikan keselamatan bagi
a. QR Code
semua orang.
teknologi beberapa
ini
komponen
Studi tentang QR Code dalam
4. Kemandirian, yaitu setiap orang
pendidikan dapat ditempatkan dalam
harus dapat mencapai, masuk, dan
konteks pembelajaran mobile. QR Code
mempergunakan
semua
tempat
merupakan kode pola persegi yang
atau
yang
bersifat
berisi informasi seperti teks, link URL
umum dalam suatu lingkungan
atau data lain yang dapat meng-
dengan
arahkan
bangunan tanpa
membutuhkan
bantuan orang lain. Salah satu adaptasi yang dapat
pengguna
ke
sumber
informasi lebih lanjut tentang sesuatu di bagian tertentu (Lee, Lee & Kwon,
dilakukan adalah adaptasi alat bantu
2011).
pembelajaran melalui pemanfaatan
mendukung pembelajaran saat siswa
teknologi pembelajaran atau yang
belajar dalam kegiatan di lapangan.
disebut dengan melakukan modifi-
Dengan menanamkan kode QR pada
kasi. Jadi, yang dimaksud adaptasi
benda tertentu di lapangan, siswa
pada torso Biologi dalam hal ini
mendapatkan informasi kontekstual
adalah melakukan modifikasi torso
atau sadar lokasi (Osawa, et al., 2007).
Biologi yang semula hanya sebagai
Dengan demikian kode QR juga
bahan belajar yang hanya diraba
memungkinkan
menjadi torso yang auditif melalui
inovatif
smartphone. Selanjutnya, torso modi-
pembelajaran tepat waktu (just-in-
fikasi tersebut dinamai dengan torso
time) dan pembelajaran kolaboratif
audio.
(De Pietro & Frontera, 2012). Dengan
Modifikasi tersebut dilakukan
kode
QR
Code
juga
penerapan
berdasarkan
QR
juga
dapat
sistem
paradigma
dimungkinkan
dengan cara mengombinasi QR code,
menghubungkan sumber digital ke
audio pembelajaran, dan smartphone.
teks cetak. Materi pembelajaran yang
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
143
diperkaya ini dapat melayani dan
memiliki fungsi agar simbol dapat
memotivasi siswa dengan kebutuhan
dibaca dengan hasil yang sama dari
belajar yang berbeda (Chen, Teng, &
sudut
Lee, 2010).
Rahman, 2011).
manapun
(Rahmawati
dan
QR Code atau kode QR merupakan teknik yang mengubah data tertulis menjadi kode-kode 2 dimensi yang tercetak kedalam suatu media yang lebih ringkas. QR Code adalah barcode Gambar 1. Versi simbol QR Code (Sumber: www.qrcode.com)
2 dimensi yang diperkenalkan pertama kali oleh perusahaan Jepang bernama Denso-Wave pada tahun 1994. QR Code ini merupakan salah satu
barcode
yang
menggunakan
dapat
kamera
Code
semua
data,
angka/numerik, kanji/kana.
Scan
merupakan
aplikasi
pemindai QR Code adalah aplikasi
handphone.
pemindaian yang mudah digunakan untuk membaca semua jenis QR dan
mampu
jenis
URL
dibaca
(Rouillard, 2008) QR
b. URL Scan
menyimpan seperti
data
alphanumeric,
biner,
Selain
itu,
QR
Code
barcode termasuk teks, URL, audio, video, maupun format lainnya. Dengan aplikasi ini, smartphone dapat
dikonversikan
menjadi
memiliki tampilan yang lebih kecil
pembaca QR Code, barcode, dan dapat
daripada barcode. Hal ini dikarenakan
digunakan
QR Code mampu menampung data
matrix. Cukup tandai QR dan Barcode
secara
untuk
memindai
data
horizontal
dan
vertikal,
yang akan dipindai dan aplikasi ini
secara
otomatis
ukuran
akan secara otomatis mendeteksi dan
sehingga
tampilan gambar QR Code hanya
memindainya.
sepersepuluh dari ukuran sebuah
dikembangkan
barcode. Tidak hanya itu, QR Code juga
audio luring (offline) yang disematkan
tahan terhadap kerusakan, sebab QR
pada penyimpanan internal smart-
Code mampu memperbaiki kesalahan
phone.
hingga 30%, tergantung ukuran atau
pertimbangan
versinya. Oleh karena itu, walaupun
tanpa
sebagian
kemudahan dan kestabilan dalam
simbol
QR
Code
kotor
ataupun rusak, data tetap dapat
Hal
QR
Code
merujuk
ini
pada
didasarkan
kondisi
sambungan
yang file
pada
pemakaian
internet
serta
pengoperasian/pemanfaatannya.
disimpan dan dibaca. Tiga tanda berbentuk
persegi
di
tiga
sudut
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
144
c. Aimp Player
d. Sumber File Audio
Aimp merupakan perangkat lunak
File audio adalah berkas dalam
(software) gratis yang bisa didapatkan
bentuk audio yang berisi tentang
secara cuma-cuma. Fungsi utama
konten yang akan diputar. File audio
software Aimp adalah sebagai pemutar
yang digunakan adalah dalam bentuk
audio yang dapat memutar berbagai
ekstensi mp3. File tersebut diorganisir
format file audio. Software ini juga
sesuai dengan penamaan foldernya.
merupakan
software
multi
fungsi
karena memiliki banyak fitur dengan memutar lebih dari 20 format audio.
Desain Adaptasi Torso Audio Alur kerja desain sistem secara
Kelebihan lain dari software ini
keseluruhan mulai dari penyusunan
adalah (1) memiliki tampilan yang
file audio dalam direktori smartphone,
mudah untuk dinavigasi dan tidak
pemasangan player audio Aimp hingga
ribet,
menyambungkan (link) file ke storage,
yang
tentunya
sangat
memudahkan bagi tunanetra untuk
digambarkan sebagai berikut:
memanfaatkannya, (2) Aimp memiliki
a. Prosedur persiapan
dukungan
multilingual,
artinya
Pada
tahapan
persiapan
ini,
mempersiapkan
sub
tampilan dan navigasi Aimp dapat
pengembang
dirubah kedalam bahasa yang kita
sistem aplikasi yang akan disematkan
inginkan, (3) memiliki fitur playlist
pada
yang
untuk
unduhan dan penyematan software
dalam
URL Scan dan pengunduhan dan
daftar putar. Hal ini akan lebih
penyematan software Aimp sebagai
memudahkan
media putar audio.
dapat
digunakan
mengelompokkan
file-file
pengguna
untuk
smartphone,
meliputi
mencari dan memutar langsung file
Selanjutnya,
audio yang dikehendaki, (4) memiliki
menginstruksikan
fitur
kedua software tersebut ke dalam
sorting
file
yang
dapat
pengembang
peng-
dapat
pengunduhan
mengurutkan daftar file audio yang
smartphone
akan
playlist
proses persiapan dapat dijelaskan
berdasarkan kategori tertentu, (5)
melalui diagram alur (flowchart) pada
Aimp
gambar 2.
diputar sangat
di
dalam
ringan
dan
tidak
pengguna.
Prosedur
menghabiskan RAM sehingga kinerja pada prosessor tidak akan terganggu karena lag.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
145
START
START
DOWNLOAD URL SCAN PENATAAN FILE AUDIO DOWNLOAD AIMP PENYIMPANAN DALAM INTERNAL MEMORY SMARTPHONE
END
Gambar 2. Flowchart Prosedur Persiapan
b. Prosedur Pengorganisasian
END
Pada tahapan ini, yang dilakukan oleh pengembang adalah mempersiapkan
penataan
file-file
audio
kedalam file folder sesuai dengan judul
Gambar 3. Flowchart Prosedur Pengorganisasian
utama dari konten yang dibahas dan
c. Prosedur Pemanfaatan Pada tahapan ini,
melakukan penyimpanan file audio
mempersiapkan smartphone dan torso
sesuai
yang telah dipilih sesuai dengan
dengan
kategorisasi
nama
pengguna
torso ke dalam memori internal
keinginan.
smartphone sesuai dengan direktori
dapat memanfaatkan sesuai dengan
yang akan dituju oleh Aimp player
petunjuk pemanfaatan. Pemanfaatan
melalui File Location Addres yang
dilakukan terhadap perangkat lunak
tercetak pada QR Code. Selanjutnya,
yang bertujuan untuk membangkit-
pengembang menyalin (copy) data
kan QR Code dari data berbentuk file
dan
audio.
menyimpan
tersebut
pada
konten-konten
memori
internal
smartphone pengguna. Prosedur proses pengorganisasian
Selanjutnya,
pengguna
Prosedur proses persiapan dapat dijelaskan
melalui
diagram
alur
(flowchart) pada gambar 4.
dapat dijelaskan melalui diagram alur (flowchart) pada gambar 3.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
146
Pada gambar 6 adalah contoh PREPARATION
proses pemindaian (scanning) pada salah satu bagian torso telinga.
START
SCAN QR CODE ON TORSO
QR CODE SCANNER
Gambar 6. Proses pemindaian torso telinga (Sumber: dokumen milik pribadi)
FILE AUDIO
Setelah HASIL ACTIVITY GET AUDIO ON AIMP
torso
dimodifikasi,
audio
langkah
berhasil
selanjutnya
adalah dilakukan pengujian teknis. Pengujian teknis merupakan tahapan END
pengujian aplikasi yang diperlakukan
Gambar 4. Flowchart Prosedur Pemanfaatan
Contoh torso yang telah diadaptasi pada gambar 5.
pada media. Apakah QR Code yang disematkan dapat dipindai dengan baik sesuai. Dalam pengujian teknis terbagi menjadi dua, yaitu pengujian fungsionalitas dan pengujian akurasi. Hal ini dilakukan untuk melihat dan mencermati
implementasi
secara
teknis. a. Pengujian Fungsionalitas Pengujian fungsionalitas dilakukan
b
untuk mengetahui kesesuaian keluaran
Gambar 5. Torso telinga lengkap (Sumber: dokumen penulis)
dari
tahapan
penggunaan terpindai
setiap
dengan
atau
langkah
kode keluaran
yang yang
berupa file audio dan konten materi. Pengujian dilakukan pada:
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
147
1) Smartphone 1, dengan spesifikasi sistem operasi Android 6.01, prosessor Octa-core max 1.40 GHz, RAM 3.00 GB. 2) Smartphone 2, dengan spesifikasi sistem operasi Android 6.0.1, processor Quad-core max 2.5 GHz, RAM 2.00GB.
Kriteria Keberhasilan Generator QR File audio dapat Code digenerate Pemindaian Perangkat lunak QR Code berupa URL Scanner dapat melakukan pemindaian terhadap kode yang tertera pada torso Membaca QR Perangkat lunak Code dari file dapat langsung torso mengarahkan hasil pemindaian kode ke perangkat lunak pemutar audio (AIMP player) Mendengarka Perangkat lunak n hasil pemutar audio pemindaian (AIMP Player) QR Code pada memutar audio torso sesuai dengan hasil pemindaian QR Code. (Sumber: Hasil Pengujian Fungsionalitas)
Dari
tabel
1,
Pengujian akurasi dilakukan untuk menilai kemampuan pemindaian QR Code sekaligus perintah pada aplikasi pemutaran
file
audio.
Pengujian
dilakukan pada bagian-bagian torso telinga yang terpisah yang dilakukan sebanyak 9 kali.
Tabel 1. Hasil Pengujian Fungsinalitas Pengujian
b. Pengujian Akurasi
Berikut hasil pengujian peminStatus
daian QR Code pada torso.
Berhasil
1) Pengujian pemindaian pada jarak
Berhasil
sekitar 10 cm, berhasil baik dan mampu memindai QR Code dalam waktu 1-2 detik dengan persentase keberhasilan 100%. Fitur autoplay
Berhasil
pada
pemutar
audionya
pun
bekerja dengan baik. 2) Pengujian pemindaian pada jarak sekitar 15 cm, berhasil dengan baik dan mampu memindai QR Code Berhasil
terlihat
dalam waktu 2-3 detik dengan persentase Fitur
keberhasilan
autoplay
pada
100%. pemutar
audionya pun bekerja dengan baik. 3) Pengujian hasil
sudut
pemindaian
kemiringan
45
dengan derajat
pengujian pemindaian untuk kode
dengan jarak sekitar 10 cm berhasil
QR Code audio pada torso telinga
baik dan mampu memindai QR
dimana
Code dalam waktu 1-2 detik dengan
data
yang
termuat
di
dalamnya berupa file audio yang
presentase
keberhasilan
dapat langsung dikenali dan dituju
Sedangkan
pemindaian
oleh aplikasi pemindai. Kode yang
sudut kemiringan 45 derajat dan
terpindai telah sesuai dengan database
berjarak sekitar 15 cm, berhasil
yang berisi tentang konten materi
dengan baik dan mampu me-
yang
mindai QR Code dalam waktu 2-3
terdapat
pada
smartphone
100%. dengan
Android.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
148
detik dengan persentase keberha-
penggunaan smartphone dapat dicipta-
silan 100%.
kan pembelajaran integratif.
Dengan demikian, setelah torso
Metode
pemanfaatan
secara
audio secara teknis dapat bekerja
klasikal terbagi menjadi 3 tahapan,
dengan baik, langkah selanjutnya
yaitu
adalah
pembelajaran, strategi penyampaian,
pemanfaatan
torso
audio
dalam pembelajaran. Pemanfaatan
Torso
Pembelajaran
Audio
Biologi
pada bagi
Istilah pemanfaatan dalam hal ini adalah merujuk pada metode atau cara yang dapat digunakan untuk mencapai hasil pembelajaran yang melibatkan penggunaan torso audio. Metode pemanfaatan torso audio ini dilakukan
melalui 2 cara;
pertama dilakukan secara klasikal atau pada saat pembelajaran sebagai bahan ajar, kedua dilakukan secara mandiri oleh peserta didik diluar pembelajaran sebagai bahan pengaya-
Strategi pengorganisasian pembelajaran Yang dimaksudkan strategi pengorganisasian
pembelajaran
di
sini adalah suatu tindakan yang meliputi penyiapan kelas, pemilihan dan penyiapan materi sesuai dengan torso audio yang akan digunakan, dan pengaturan pembelajaran. Sebelum memulai pembelajaran, pendidik perlu melakukan penyiapan dengan
memperhatikan
gaya
penataan
kelas.
yang
Penataan
digunakan sebaiknya berbentuk “U� atau setengah lingkaran. Pendidik dapat duduk di tengah kelas sehingga
an. Metode
pengorganisasian
dan strategi pengelolaan.
Tunanetra
dapat
strategi
pemanfaatan
secara
klasikal merujuk pada penggunaan torso audio yang digunakan oleh pendidik dan peserta didik sebagai bahan belajar (alat) yang terintegrasi /dikolaborasikan dengan pembelajar-
dapat
berinteraksi
melakukan
dan
pengamatan
dapat secara
langsung. Selain itu, pendidik juga dapat merespon langsung pada saat penggunaan torso audio.
an dalam kelas. Bagi peserta didik
Strategi Pemanfaatan Pemanfaatan atau
tunanetra di Indonesia,
teknologi
torso
smartphone
lompatan
pembelajaran ini bersifat terintegrasi.
merupakan
yang
dilakukan
penggunaan pada
saat
yang luar biasa dalam kehidupan
Sebelum
mereka,
keterbatasan
maupun konten telah dipersiapkan
indera yang mereka miliki. Melalui
sebelumnya sesuai dengan materi
mengingat
digunakan,
baik
torso
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
149
pembelajaran yang telah dirancang.
kali
Selanjutnya, pada torso disematkan
dilakukan
QR Code yang nantinya dipindai oleh
evaluasi belajar peserta didik.
peserta didik menggunakan smartphone masing-masing. Hal
yang
penggunaan setelah
torso
perlu
melihat
hasil
Interaksi antara peserta didik dan torso audio juga perlu diperhatikan.
dipersiapkan
Hal ini terkait dengan penggunaan
sebelum pemanfaatan adalah (1) QR
pemindai (scanner) pada smartphone
Code yang telah disematkan pada
pada torso audio. Apakah QR code
Torso; (2) konten materi yang telah
mampu dibaca dengan baik oleh
disimpan pada smartphone pendidik
pemindai dan memutar audio secara
dan
otomatis
peserta
pemindai
perlu
didik;
(URL
(3)
scanner)
aplikasi dalam
sesuai
dengan
yang
dipindai. Selain itu karena keter-
smartphone masing-masing pendidik
batasan
dan peserta didik; (4) AIMP player
komponen torso yang dapat dipisah-
sebagai pemutar audionya.
pisah, maka pendidik perlu mengatur giliran
Strategi Pengelolaan Strategi pengelolaan terkait dengan pengaturan atau manajemen pemanfaatan. Hal ini merupakan komponen yang
mengacu
pada
bagaimana
mengatur pembelajaran, pengaturan interaksi antara peserta didik dengan torso audio, dan melakukan kontrol pemanfaatan. Manajemen ini diperlukan
mengingat
klien
yang
didampingi adalah tunanetra dan sebagian besar jenis torso terdiri dari satu bagian besar yang memiliki komponen-komponen
kecil
yang
dapat dilepas. Mengatur pembelajaran merupakan pengaturan jadwal pada jenis penggunaan torso dan materi yang disampaikan
dalam
visual
pembelajaran.
Termasuk pada kapan dan berapa
tunanetra
pengguna
torso
dan
audio
tersebut. Sehingga tidak tercecer. Melakukan kontrol pemanfaatan dilakukan untuk mengatur penggunaan torso audio bagi masing-masing peserta didik yang akan menggunakannya sebagai bahan pengayaan. Jadwal penggunaan perlu disusun sehingga semua peserta didik dapat terlayani dengan baik.. Metode pemanfaatan yang kedua dilakukan
secara
mandiri,
yaitu
penggunaan torso audio oleh peserta didik
diluar
sebagai
bahan
pembelajaran
kelas
pengayaan.
Yang
dimaksud dengan pemanfaatan torso audio
sebagai
bahan
pengayaan
mengacu pada penggunaan torso audio oleh peserta didik diluar jam pembelajaran
yang
dimaksudkan
untuk mengulang kembali materi
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
150
maupun
untuk
mempersiapkan
materi selanjutnya. Strategi
Dari
hasil
observasi
yang
dilakukan pada pendidik, diperoleh
pemanfaatannya
lebih
sejumlah catatan, yaitu: (1) pendidik
karena
telah mengintegrasikan penggunaan
peserta didik dapat memilih materi
torso audio dalam pembelajaran IPA
mana saja yang akan didengarkan
yang materinya melibatkan peng-
dan
itu
gunaan torso; (2) pendidik meng-
mereka dapat mendengarkan dengan
gunakan torso audio sesuai dengan
sedikit lebih santai, dengan volume
mekanisme
dan
dapat
sebelumnya. Sedikit kendala adalah
keinginan.
pada saat menyimpan konten ke
sederhana
dan
diulang
fleksibel,
kembali.
kecepatan
disesuaikan
Selain
yang
dengan
yang
telah
Artinya, kontrol penggunaan dilaku-
dalam
kan secara mandiri.
melalui sharing file offline. Penyebaran
Pengujian pemanfaatan torso audio dilakukan
di
Yogyakarta
MTs
melibatkan
peserta
didik
konten dilakukan menggunakan file sharing
melalui
koneksi
bluetooth
2
maupun wifi. Untuk itu, memerlukan
pendidik mata pelajaran IPA terpadu
waktu sedikit lebih lama dari yang
dan 13 peserta didik kelas VII dan
diperkirakan. Efeknya pembelajaran
VIII.
sedikit mundur dari jam yang telah
Pada
yang
Yaketunis,
smartphone
dirancang
pengujian
pemanfaatan
ditentukan. Catatan pemanfaatan ini
klasikal ini, pendidik diminta untuk
akan menjadi rekomendasi solutif
mengintegrasikan torso audio pada
untuk
saat pembelajaran IPA Terpadu. Pada
efisien, sehingga tidak membuang
proses
waktu
ini,
peneliti
melakukan
pemanfaatan pembelajaran;
yang
lebih
(3)
setelah
observasi pemanfaatan pembelajaran
materi pembelajaran selesai, pendidik
di kelas.
melakukan sesi diskusi. Kegiatan
Indikator observasi yang diguna-
diskusi
dimulai
tentang
apakah
kan adalah: (a) pendidik menyusun
peserta didik memahami materi yang
dan
telah disampaikan dan respon mereka
mempersiapkan
kegiatan
pembelajaran dengan torso audio; (b)
saat
melaksanakan kegiatan pembelajaran
torso audio. Dari diskusi tersebut,
mata pelajaran IPA Terpadu dengan
peserta didik menyampaikan respon
menggunakan
(c)
yang baik tentang pemanfaatan torso
melakukan diskusi ber-kaitan dengan
audio ini. Bagi peserta didik, belajar
materi; (d) mencatat perkembangan
menggunakan
pemanfaatan.
menjadi beban karena materi yang
torso
audio;
pembelajaran
torso
menggunakan
tidak
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
lagi
151
tersemat pada torso dapat langsung
gunakan sangat diperhatikan. Dari
mereka dengarkan melalui smarphone
hasil wawancara disebutkan bahwa
masing-masing.
juga
penggunaan torso audio ini sangat
catatan yang diberikan oleh pendidik.
membantu mereka untuk belajar dan
Torso audio ini sangat membantu
memahami
materi
yang
telah
mereka
dalam
disampaikan
oleh
pendidik.
Jika
selama
ini
Biologi
Demikian
mengajar
mereka
hanya
karena
mengajarkan
melalui
sebelumnya mereka hanya mampu
metode
meraba dan sedikit mengenali benda
ceramah dan perabaan pada torso
yang dimaksud, melalui torso audio
saja. Sehingga dengan adanya torso
ini mereka mampu meraba sekaligus
audio tersebut menjadi cara yang
mendengarkan
solutif bagi kesenjangan pembelajaran
benda yang sedang diraba. Penjelasan
tunanetra.
materi tidak hanya berkaitan dengan
Bagi peserta didik, pengujian yang
penjelasan
terkait
apakah benda tersebut namun juga
dilakukan peneliti dengan melakukan
fungsi
wawancara
berkaitan
bentuk audio yang menarik; (2) Bagi
dengan efektifitas pemanfaatan torso
peserta didik dengan kemampuan
audio.
dalam
visual kurang baik dengan kategori
perspektif ini meliputi user friendly
visually impairment (low vision dan
pada pemanfaatannya dan keberman-
buta) adanya torso audio ini dinilai
faatan bagi mereka dalam belajar.
sangat bermanfaat karena mengu-
mendalam
Indikator
Dari
hasil
efektifias
disampaikan
dalam
secara
rangi kesenjangan pemenuhan kebu-
sejumlah
tuhan media pembelajaran, dapat
catatan, yaitu: (1) torso audio ini
dioperasikan/digunakan dengan baik
dikatakan
oleh
mendalam,
friendly,
wawancara
yang
diperoleh memenuhi
yaitu
unsur
kemudahan
digunakan.
Kemudahan
penggunaan
menjadi
user
tunanetra
total
dan
untuk
berpenglihatan rendah serta sesuai
untuk
dengan
media
yang
dibutuhkan
komponen
(auditif). Konsep torso audio ini
penting dalam proses pembelajaran
media yang interaktif karena peserta
yang
didik pada akhirnya dituntut untuk
melibatkan
software,
yang
merupakan perangkat lunak tidak
lebih
dapat diraba secara fisik. Hal ini
memanfaatkan, dan mengeksplorasi
sangat
smartphone
diperhatikan
mengingat
mampu yang
menggunakan, mereka
miliki.
pengguna adalah para tunanetra yang
Dengan bantuan aplikasi pembaca
memiliki kekurangan dalam visual.
layar (screen reader) mereka dapat
Sehingga kemudahan dalam meng-
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
152
dengan mudah memindai dan belajar
penggunaan torso; (2) peserta didik
dengan melibatkan torso audio.
tunanetra dapat mempelajari torso
Dengan demikian, sesuai dengan
dengan lebih mudah, menyenangkan
azas-azas aksesibilitas (Darmawan,
dan interaktif sehingga setiap saat
2009), dilihat dari observasi dan
dan
wawancara pemanfaatan torso audio
inginkan tanpa bantuan orang awas
ini telah memenuhi prasyarat sebagai
untuk menjelaskan komponen torso;
torso audio yang aksesibel, yaitu:
(3) dengan menyematkan torso audio
1. Kemudahan. Prinsip kemudahan ini merupakan salah satu pertimbangan karena adaptasi yang dilakukan untuk pembelajaran anak berkebutuhan khusus tunanetra. 2. Kegunaan. Pada poin kegunaan, jelas terbaca bahwa torso audio dapat digunakan oleh pendidik maupun peserta didik tunanetra tanpa hambatan. 3. Keselamatan. Torso audio minim dengan resiko bagi tunanetra. Karena torso audio hanya berbasis pada perangkat lunak. 4. Kemandirian. Prinsip kemandirian ini juga menjadi tolok ukur penting, karena tunanetra juga dituntut untuk mandiri. Pemanfaatan secara mandiri di luar kelas sangat mudah mereka gunakan dan sangat minim bantuan orang lain. Dengan menggunakan pemindai, mereka akan langsung dengan mudah mengenali, torso apa yang sedang mereka raba. Beberapa kelebihan adaptasi QR
secara
Code audio pada torso ini adalah; (1) pendidik lebih mudah menyampaikan
materi
yang
melibatkan
setiap
waktu
terpisah
yang
dari
mereka
smartphone,
peserta didik tunanetra mempunyai kesempatan meraba
(jeda
torso
peraga
mendengarkan dibacakan
waktu)
untuk sambil
keterangan
melalui
yang
audio;
(4)
pengembangan ke depannya, tidak hanya torso yang dapat dipindai peserta didik tunanetra, namun juga alat peraga lainnya yang digunakan oleh siswa tunanetra, seperti globe timbul, peta timbul, papan geometri dan lainnya; dan (5) pemanfaatan QR Code
audio
jaringan
tidak
internet,
membutuhkan sehingga
dapat
menghemat kuota internet. Namun demikian, terdapat juga beberapa kelemahan torso audio ini, yaitu; adaptasi yang dilakukan masih terbatas
pada
smartphone
dengan
sistem operasi Android. Untuk sistem operasi yang lainnya seperti iOS dan Windows
Mobile
belum
dapat
digunakan. Jika ruang penyimpanan pada
smartphone
pengguna
terbatas,
adakalanya
maka harus
menghapus beberapa file lain yang tidak digunakan, sehingga file audio
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
153
torso yang dimaksud, dapat disimpan
pemanfaatan
ini dapat
dilakukan
dan digunakan.
dengan baik, lancer, dan bermanfaat untuk mengisi kesenjangan kebu-
SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka
dapat
disimpulkan
tuhan media pembelajaran berbasis audio. Beberapa
saran
yang
secara
disampaikan
terkait
dengan
umum bahwa penggunaan QR Code
keterbatasan
teknis
adalah
dapat diadaptasi melalui modifikasi
pengembangan torso audio ini baru
media pembelajaran berupa torso.
terbatas diujicobakan pada smartphone
Torso yang selama ini digunakan oleh
berplatform
tunanetra sama dengan torso yang
pengembangan selanjutnya, diharap-
digunakan oleh peserta didik awas
kan dapat digunakan pada smartphone
lainnya,
dengan
sistem
kesulitan tersendiri terkait dengan
Android,
selain
visualisasinya. Melalui QR Code yang
memperbaiki
disematkan
kelemahan
sehingga
pada
menimbulkan
torso
yang
Android.
Untuk
operasi itu
selain
juga
dapat
kekurangan
dan
pada
aplikasi
ini.
selanjutnya dipindai oleh smartphone
Diperlukan eksperimen pemanfaatan
tunanetra
torso audio jangka panjang dan secara
berupa
dan
keluarannya
audio
yang
dapat
langsung
luas
tunanetra.
Sehingga
didik tunanetra sehingga terlihat efek
akan sangat membantu mereka dalam
yang muncul. Periode uji dalam
proses pembelajaran maupun meng-
jangka panjang diperlukan untuk
ulang kembali diluar jam pembela-
mendapatkan data dan informasi
jaran. Pemanfaatan torso audio dapat
tentang dampak penggunaan torso
dilakukan dengan dua metode yaitu
audio dalam pembelajaran.
didengarkan
klasikal
sebagai
bahan
oleh
peserta
didik
bersama dengan pendidik; mandiri sebagai bahan pengayaan digunakan diluar
jam
pembelajaran
pembelajaran
peserta
ajar
terintegrasi dalam pembelajaran dan digunakan
dalam
untuk
mengulang kembali materi yang telah disampaikan atau untuk mempelajari materi yang akan disampaikan oleh pendidik selanjutnya. Kedua metode
Pustaka Acuan Chen, N.S., Teng, DC-E, and Lee, C.H. 2010. Augmenting Paper-Based Reading Activities with Mobile Technology to Enhance Reading Comprehension. Proceedings of the 6th IEEE Internation Conferrence of Wireless, Mobile and Ubiquitous Technologies in Education. Pp. 201203. doi: 10,1109 / WMUTE.2010.39
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
154
Darmawan, Edy. 2009. Ruang Publik dalam Arsitektur Kota. UNDIP: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. De Pietro, O., and Frontier, G., 2012. Mobile Tutoring for Situated Learning and Collaborative Learning in AIML Application Using QR Code. Sixth International Coferrence on Complex, Intelligent and Software Intensive System. doi: 10,1142/ CISIS.2012.154. pp. 799-805. Gay, L.R. (1991). Educational Evaluation and Measurement: Competencies for Analysis abd Application. 2nd edition. New York: Macmillan Publishing Company. Hadi, P. (2007). Komunikasi Aktif Bagi Tunanetra. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Lee, J.K., Lee, I. S., and Kwon, Y. J. 2011. Scan & Learn. Use of Quick Response Code and Smartphone in Biology Field Study. The American Biology Teacher, Vo. 73, No. 8, 485492. doi: 10,1525/abt.2011.73.8.11. Osawa, N., Noda, K., Tsukagoshi, S., Noma, Y., Ando, A., Shinuya, T., and Kondo, K., 2007. Outdoor Education Support System with Location Awareness Using RFID and Symbology Tags. Journal of Educational Multimedia and Hypermedia. Vol. 16 (4), 411-428. Pratama, D., Hakim, D. A., Prasetya, Y., Febriandika, N. R., Trijati, M., & Fadlilah, U. 2016. Rancang Bangun Alat dan Aplikasi untuk Para Penyandang Tunanetra Berbasis
Smartphone Android. Khazanah Informatika: Jurnal Ilmu Komputer dan Informatika, 2 (1), 14-19. Putra, B. A. M., & Maulana, E. A. S. 2014. "Voice Map", Aplikasi Penunjuk Arah Untuk Membantu Penyandang Tuna Netra Memanfaatkan Teknologi Voice Recognition Berbasis Smartphone. Program Kreativitas Mahasiswa, Karsa Cipta. Rahmawati, Anita., dan Rahman, Arif. 2011. Sistem Pengamanan Keaslian Ijazah Menggunakan QR Code dan Algoritma Base64. Artikel pada Jurnal Ilmiah Sistem Informasi (JUSI) Vol. I, No. 2, September 2011, 105-112. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Wicaksono, Rizky Bayu. 2016. Pengembangan Perangkat Media Audio Peta Timbul (Peradiotim) Materi Bentuk Muka Bumi Bagi Siswa Tunanetra Di MTsLB Yaketunis. Jurnal Teknologi Pendidikan, Volume 1, No. 1, Mei 2016. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Widyaningtyas. 2012. Aplikasi Pembelajaran Huruf Braille Berbasis Mobile Phone. TEKNO, Vol. 18, September 2012, 63-70. Wijaya, Ardhi. 2012. Seluk beluk Tunanetra dan Strategi Pembelajarannya. Yogyakarta: Javalitera.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
155
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol: 06/02 Desember 2018. Online ISSN: 2622-4283, Print ISSN: 2338-9184
http://dx.doi.org/10.31800/jtp.kw.v6n2.p156--176
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN MEDIA LABORATORIUM VIRTUAL BERDASARKAN PARADIGMA PEMBELAJARAN DI ERA GLOBAL Developing Chemical Instructional Media Using Virtual Laboratory Media based on the Global Era Learning Paradigm Kusumawati Dwiningsih*, Sukarmin, Muchlis dan Pipit Tri Rahma Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Jl. Ketintang Wiyata No.62, Ketintang,Surabaya E-mail: kusumawatidwiningsih@unesa.ac.id INFORMASI ARTIKEL Riwayat Artikel: Diterima : 22 Juni 2018 Direvisi : 27 Nopember 2018 Disetujui : 30 Nopember 2018
Keywords: chemistry instructional media, virtual laboratory, chemical elements. Kata kunci: media pembelajaran kimia, laboratorium virtual, kimia unsur
ABSTRACT: This research and development aims to develop appropriate virtual laboratory-based chemical instructional media in the subject matter of Chemical Elements. The feasibility of chemical instructional media is based on two criteria, namely media validity based on the results of the validator's assessment and media practicality based on the results of the student response questionnaire and observation of student activities. The type of research used is Borg & Gall's research and development (R & D) and carried out in four steps, namely; investigation and data collection, planning, initial development of product formats, and initial trials. The research instruments used in this research were media review sheets, media validation sheets, student response questionnaires, and student activity observation sheets. The results show that; the media were declared valid with a very valid validity category and a validity percentage of ≼61%; The media is stated to be practical based on student response questionnaires in term of students' interest in the media were 98% and 93.33% in term of convenience understanding and use, while the results of student observation show an activity of 88.75%. Based on the results of this research, the virtual laboratory-based chemistry instructional media are feasible to be used as in the subject matter of Chemical Elements.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
156
ABSTRAK: Penelitian dan pengembangan (R&D) ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran kimia berbasis laboratorium virtual yang layak pada materi pokok Kimia Unsur. Kelayakan media pembalajaran didasarkan pada 2 kriteria yaitu validitas media berdasarkan hasil penilaian validator dan kepraktisan media berdasarkan hasil angket respon siswa dan observasi aktivitas siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D) Borg & Gall dan dilakukan dalam empat langkah yaitu; penyelidikan dan pengumpulan data, perencanaan, pengembangan awal format produk, dan uji coba awal. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar telaah media, lembar validasi media, angket respon siswa, dan lembar observasi aktivitas siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa; media dinyatakan valid dengan kategori sangat valid dan presentase kevalidan ≼61%; Media dinyatakan praktis berdasarkan angket respon siswa dalam hal ketertarikan siswa terhadap media diperoleh presentase 98% dan 93,33% dalam hal kemudahan pemahaman dan penggunaan, sementara hasil observasi aktivitas siswa sebesar 88,75%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka media pembelajaran berbasis laboratorium virtual layak digunakan sebagai media pembelajaran pada materi pokok Kimia Unsur.
PENDAHULUAN
topik pembelajaran kimia yang sarat
Kimia di Indonesia sampai saat ini
dengan konsep dan bersifat abstrak
masih dianggap sebagai ilmu yang
(Lafarge, Morge, & MĂŠheut, 2014;
sulit
Suprapto,
dipelajari.
Salah
satu
penyebabnya adalah materi kimia sebagian
besar
bersifat
abstrak.
Abidah,
Dwiningsih,
Jauhariyah, & Saputra, 2018). Ilmu
kimia
sebagai
ilmu
Struktur atom, sistem periodik, ikatan
pengetahuan yang berkaitan dengan
kimia, stokiometri, redoks, larutan
sifat,
elektrolit dan non elektrolit, serta
hukum, prinsip yang menggambar-
senyawa hidrokarbon adalah topik-
kan materi dan konsep serta teori.
struktur,
perubahan
materi,
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
157
Ilmu kimia memiliki kesulitan yang
didik hanya LKS dan buku paket
cukup tinggi karena karakteristik
serta waktu pembelajaran kimia di
ilmu kimia yang bersifat abstrak dan
kelas terbatas. Mata pelajaran kimia
berjenjang (Del Carlo & Bodner, 2004;
unsur golongan alkali dan alkali
Sirhan, 2007).
tanah terkadang tidak disampaikan
Dalam mempelajari materi kimia
oleh guru karena dapat dibaca sendiri
unsur golongan alkali dan alkali
oleh siswa.
tanah
ket prapenelitian didapati data bahwa
hafal
tidak hanya dengan mengtentang
pengertian
suatu
Berdasarkan hasil ang-
sebagian peserta didik di SMA/MA
konsep dan aplikasinya, lebih jauh
mengeluh
lagi,
kimia sangat
dibutuhkan
dalam
proses
memahaminya.
berpikir
mata
sulit.
pelajaran
Kesulitan
ini
ini
disebabkan strategi yang digunakan
unsur
dalam pembelajaran kimia masih
golongan utama tidak hanya berupa
belum bisa membuat peserta didik
definisi tetapi juga berupa konsep
menumbuhkan motivasi dan rasa
abstrak seperti konsep tentang reaksi-
keingintahuan untuk lebih mempel-
reaksi
&
ajari
&
Dwiningsih, 2016).
disebabkan
materi
kimianya
Talanquer,
2014;
Hal
bahwa
kimia
(SjĂśstrĂśm Ulil
Arham
Dwiningsih, 2016).
kimia
(Ulil
Arham
&
Dari tinjauan beberapa jurnal
Materi kimia unsur golongan
mengenai
hasil
penelitian
materi
peserta
didik,
alkali dan alkali tanah dianggap
kimia
materi
hasil
memperlihatkan bahwa materi kimia
angket prapenelitian sebanyak 60%
meliputi konsep partikel dasar materi
siswa
menyatakan
kimia
unsur
sulit.
Terbukti
dari
terhadap
bahwa
materi
yang
Hasil
angket
langsung
oleh
prapenelitian di beberapa sekolah
kopik)
maka
menengah atas sebanyak 86,7% siswa
menganggap kimia itu abstrak atau
menyatakan bahwa guru menyampai-
sulit (Del Carlo & Bodner, 2004;
kan materi dengan menggunakan
Sirhan, 2007; SjĂśstrĂśm & Talanquer,
metode ceramah dan media yang
2014).
sulit.
digunakan saat pembelajaran 40% siswa
menyatakan
menggunakan
LKS. Dari wawancara dengan guru
tidak
Kedua
dapat
dilihat
siswa
menekankan
(submikros-
banyak
artikel
ini
bahwa
secara siswa
hanya
pemahaman
siswa pada sublevel makroskopik kurang.
Padahal
pada
level
kimia di SMA, diketahui bahwa
submikroskopik ini sangat penting
sumber belajar yang diperoleh peserta
dalam
memahami
kimia
dimana
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
158
penjelsan fenomena kimia bergantung
komunikasi, artinya mereka memiliki
level submikroskopik pertikel yang
keunggulan
kemampuan
dalam
digambarkan secara simbolik (Chen,
pemanfaatan
teknologi
untuk
Jones, & Xu, 2015; Wu, 2013).
mengembangkan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan
dan
Potensi
pengetahuan.
besar
ini
seharusnya
Kebudayaan
dimanfaatkan secara maksimal oleh
Republik Indonesia nomor 68 tahun
guru agar pembelajaran bisa dilak-
2014, untuk mewujudkan suasana
sanakan secara terarah dan efektif.
dan proses pembelajaran yang aktif,
Pengembangan media pembelajaran
guru diharapkan dapat memanfatkan
berbasis teknologi informasi adalah
berbagai sumber belajar agar potensi
hal yang sangat disarankan.
peserta didik dapat dikembangkan secara
maksimal.
Sumber
Media
pembelajaran
berbasis
belajar
teknologi informasi berfungsi sebagai
perlu didukung dengan pemanfaatan
alat bantu fisik maupun nonfisik yang
teknologi informasi dan komunikasi
dapat digunakan sebagai perantara
yang dapat mengeksplorasi sumber
antara guru dan siswanya dalam
belajar secara efektif dan efisien.
memahami materi pelajaran secara
Pendidik di zaman informasi ini
lebih efektif dan efisien (Fiedler &
selayaknya mempunyai gaya meng-
Haruvy, 2009; Morozov, Tanakov,
ajar sequential, sensing, dan visual.
Gerasimov, Bystrov, & Cvirco, 2004;
Pendidik
Ismail, A. Permanasari & Setiawan,
seharusnya
memosisikan
siswa agar menjadi sosok pembelajar aktif, mudah belajar dengan mengamati
dan
menarik
generalisasi
2016). Lebih spesifik, Mahanta & Sarma (2012)
menyarankan
penggunaan
berupa kesimpulan tentang apa yang
laboratorium virtual (Lab-Vir) dengan
sedang dipelajari. Maka, pembelajar-
memanfaatkan
an yang terlalu banyak menggunakan
mensimulasikan sesuatu yang rumit,
metode ceramah dan komunikasi satu
perangkat percobaan yang mahal
arah serta terpusat kepada guru
atau
(teacher-centered) tidak akan cocok
lingkungan berbahaya (Mahanta &
dengan mereka (Chen et al., 2015).
Kumar Sarma, 2012).
Karakter
generasi
mengganti
untuk
percobaan
di
yang
Lebih jauh MartĹ´nez, et. al.,
terlahir di era tahun 2000an atau yang
(2011) menandaskan bahwa Lab-Vir
biasa
atau
memungkinkan peserta didik dapat
Generasi Global ini sangat peka
memvisualisasikan dan berinteraksi
terhadap teknologi informasi dan
dengan fenomena yang akan mereka
disebut
dari
komputer
Generasi
Z
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
159
alami jika melakukan percobaan di laboratorium
nyata
METODE PENELITIAN
(MartĂnez,
Penelitian
ini menggunakan
Naranjo, PĂŠrez, Suero, & Pardo, 2011).
Research and Development (R & D).
Selanjutnya, Lab-Vir sebagai faktor
Menurut
pendukung
memperkaya
terdapat 10 langkah pengembangan
pengalaman dan memotivasi peserta
menurut model ini, yaitu (1) potensi
didik dalam melakukan percobaan
dan masalah, (2) pengumpulan data,
secara interaktif dan mengembangkan
(3) desain produk, (4) validasi desain
aktivitas keterampilan bereksperimen
produk, (5) revisi desain produk, (6)
(Dobrzański & Honysz, 2011; Tatli &
uji coba produk terbatas, (7) revisi
Ayas, 2010). Sehingga, Lab-Vir dapat
desain
didefiniskan
pemakaian, (9) revisi produk, dan (10)
program
untuk
sebagai
komputer
serangkaian yang
Borg
dan
produk,
Gall
(8)
(1989)
uji
coba
dapat
produksi masal (Meredith D. Gall,
memvisualisasikan fenomena yang
Borg, & Gall, 2006; Meredith Damien
abstrak atau percobaan yang rumit
Gall, Borg, & Gall, 1996). Namun,
dilakukan
pada penelitian ini dibatasi hanya
di laboratorium
sehingga
dapat
aktivitas
belajar
nyata,
meningkatkan dalam
upaya
pada
sampai
uji
Langkah-langkah
coba
terbatas.
penelitian
yang
mengembangkan keterampilan yang
dilakukan dipetakan seperti pada
dibutuhkan dalam pemecahan masa-
gambar 1.
lah.
Pada tahap penyelidikan dan Berdasarkan latar belakang di
atas
maka
perlu
pengembangan
dilakukan
literatur dan studi lapangan. Studi
pembe-
literatur dilakukan dengan meng-
lajaran berbasis media Lab-Vir pada
analisis jurnal dan mengkaji buku-
materi kimia unsur golongan alkali
buku dan sumber pustaka lainnya.
dan
Adapun studi lapangan dilakukan
alkali
perangkat
pengumpulan data dilakukan studi
tanah,
yang
meliputi
konsep dan objek yang abstrak. Hal
dengan
ini dilakukan untuk dapat memak-
siswa. Kemudian tahap perencanaan.
simalkan
Tahap ini dilakukan
proses
pembelajaran.
mengkaji
keadaan
maha-
berdasarkan
Diharapkan kegiatan pembelajaran
hasil studi literatur dan pengukuran
tidak lagi terbatas pada penjelasan
kebutuhan. Pada tahap ini dihasilkan
konsep semata.
rancangan
produk
yang
sesuai
dengan kebutuhan. Tahap
selanjutnya
adalah
pengembangan awal format produk.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
160
Hasil yang didapatkan disebut draf I,
Validitas
Media
yang selanjutnya dilakukan telaah.
Laboratorium Kimia
Pada tahap telaah diperoleh masukan
Draft
dan saran yang selanjutnya dilakukan
laboratorium
revisi. Hasil produk yang direvisi
unsur ditelaah oleh tiga dosen kimia
disebut draft II. Selanjutnya draft II
pada tahap ini. Setelah dilaksanakan
divalidasi oleh dosen. Setelahnya
revisi
dilakukan
revisi
dan
penelaah, dihasilkan Draft II yang
dihasilkan
draft
III
selanjutnya akan dinilai oleh tiga
kepada
validator yaitu dua dosen kimia dan
selanjutnya
kembali III.
Draft
diujicobakan
siswa kelas XI
dari jurusan IPA
I
dari
Vitual
media
pada
materi
berdasarkan
satu
guru
kimia.
virtual kimia
saran
Rumus
dari
yang
untuk dilihat aktivitas dan respon
digunakan dalam perhitungan hasil
siswa.
validasi adalah: %đ?‘‰đ?‘Žđ?‘™đ?‘–đ?‘‘đ?‘Žđ?‘ đ?‘– =
∑ đ?‘ đ?‘˜đ?‘&#x;đ?‘œ đ?‘?đ?‘’đ?‘›đ?‘”đ?‘˘đ?‘šđ?‘?đ?‘˘đ?‘™đ?‘Žđ?‘› đ?‘‘đ?‘Žđ?‘Ąđ?‘Ž đ?‘Ľ 100% đ?‘ đ?‘˜đ?‘œđ?‘&#x; đ?‘˜đ?‘&#x;đ?‘–đ?‘Ąđ?‘’đ?‘&#x;đ?‘–đ?‘˘đ?‘š
Skor kriterium = skor tertinggi tiap item x jumlah item x jumlah validator
Media dikatakan
virtual valid
laboratorium
apabila
masing–
masing aspek pada lembar validasi mendapatkan
persentase
Media
laboratorium
virtual
≼61%. yang
dinyatakan layak oleh tiga validator akan diujicobakan secara terbatas kepada siswa. Keefektifan
Media
Vitual
laboratorium Kimia Kepraktisan laboratorium Gambar 1. Tahap Penelitian Pengembangan Menggunakan Modifikasi R&D (Sumber: M D Gall, Gall, & Borg, 2007)
berdasarkan
media kimia
hasil
angket
virtual ditinjau respon
siswa dan observasi aktivitas siswa.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
161
a. Data hasil respon siswa
b. Data aktivitas siswa
Data hasil angket respon siswa
Data
hasil
observasi
aktivitas
dianalisis
secara
deskriptif
dianalisis secara deskriptif kuantitatif
siswa
yaitu penilaian
kuantitatif.
persentase. dihitung
diberikan dengan
Data
respon
berdasarkan
Data
ini
diperoleh
siswa
berdasarkan hasil observasi selama
perhitungan
kegiatan pembelajaran menggunakan
skor skala Guttman.
media pembelajaran berbasis labora-
Tabel 1. Kriteria Skala Guttman
torium virtual berlangsung. Jika siswa melakukan kegiatan
Jawaban
Skor
Ya (Y)
1
pembelajaran sesuai dengan aspek
Tidak (T)
0
yang diamati, maka pada kolom “Ya� diberi tanda centang, namun apabila
Data yang diperoleh dihitung
tidak
melakukan
kegiatan
pembelajaran sesuai dengan aspek
persentasenya dengan rumus: Persentase (%) =
siswa
Juml skor hasil pengumpulan data đ?‘Ľ100% Skor kriteria
yang diamati, maka pada kolom “Tidak� diberi tanda centang. Persentase angket yang diperoleh
Skor kriteria = skor tertinggi x jumlah aspek x jumlah responden
didasarkan pada skala Guttman tabel 3.
Skor
yang
diperoleh
diinter-
Tabel 3. Skala Guttman untuk Analisis Lembar Aktivitas Siswa
pretasikan sebagai kelayakan media berdasarkan tabel 1. Dari kriteria tersebut,
maka
laboratorium
media
yang
virtual
dikembangkan
Jawaban
Nilai Skor
Ya (Y)
1
Tidak (T)
0
dalam penelitian ini dikatakan efektif
Data yang diperoleh selanjut-nya
apabila persentase dari respon siswa
dianalisis menggunakan perhi-tungan
mencapai ≼ 61%.
di bawah ini.
Tabel 2.. Kriteria Interpretasi Skor Hasil Angket Respon Siswa
Persentase 0% - 20% 21% - 40% 41% - 60% 61% - 80% 81% - 100%
Krteria Sangat kurang Kurang Cukup Efektif Sangat efektif
Hasil dari perhitungan persentase digunakan untuk mengetahui keefektifan media pembelajaran berbasis laboratorium virtual yang dikembangkan
dengan
menggunakan
interpretasi skor sesuai tabel 2.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
162
HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagian besar siswa di beberapa
Tahap Penyelidikan dan Pengum-
sekolah negeri di Gresik memiliki
pulan Data
latar belakang ekonomi yang baik.
Tahap
ini
memperoleh lingkungan
bertujuan
informasi sekolah,
untuk
Media
belajar
mengenai
laptop
atau
karakteristik
elektronik
notebook
seperti
bukan
lagi
menjadi barang asing dan mewah
siswa, serta kurikulum dan indikator
bagi
pembelajaran
berlaku.
berjumlah rata-rata 35 orang siswa,
Informasi-informasi tersebut diper-
jumlah siswa yang memiliki laptop
oleh melalui studi literatur dan studi
atau notebook mencapai 71,43%. Guru
lapangan. Studi lapangan dilakukan
biasa memberikan penugasan kepada
dengan cara mengobservasi sekolah
siswa dengan memanfaatkan laptop
yang
penelitian
atau notebook yang dimiliki siswa,
dengan menyebarkan angket pra-
misalnya dalam kegiatan presentasi.
penelitian serta melakukan wawan-
Adapun
cara dengan guru kimia dan siswa
dengan media laboratorium virtual
kelas XI di sekolah tersebut.
belum pernah dilakukan. Hal ini
yang
dijadikan
objek
siswa.
Dalam
kegiatan
suatu
kelas
pembelajaran
Analisis siswa dilakukan dengan
didukung oleh angket prapenelitian
mengidentifikasi usia, kemampuan
yang menunjukkan bahwa sebanyak
akademik, motivasi terhadap mata
100% siswa belum pernah menggu-
pelajaran, serta pengalaman belajar
nakan media pembelajaran berbasis
siswa. Berdasarkan hasil wawancara
laboratorium
terhadap guru kimia SMA di Gresik
pembelajaran kimia di sekolah. Dari
diperoleh informasi bahwa rentang
persentase tersebut, sebanyak 80%
usia siswa SMA berkisar antara 15-18
siswa menyatakan setuju jika pembe-
tahun.
lajaran
Berdasarkan teori belajar kognitif yang dicetuskan oleh Piaget, rentang
virtual
kimia
dilakukan
selama
melalui
media pembelajaran berbasis laboratorium virtual.
usia ini dikategorikan dalam tahap
Berdasarkan analisis kurikulum
operasional formal. Pada tahap ini,
dan indikator pembelajaran di SMA
siswa telah mampu berpikir secara
memberlakukan dua kurikulum yaitu
abstrak, menalar secara logis, dan
kurikulum 2013 dan kurikulum 2013
mampu menarik kesimpulan dari
revisi. Kurikulum 2013 diberlakukan
informasi yang tersedia.
untuk
Hasil wawancara dengan guru kimia
juga
menerangkan
bahwa
siswa
kelas
XII
dan
XI,
sedangkan kurikulum 2013 revisi diberlakukan untuk siswa kelas X.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
163
Prinsip
pembelajaran
berdasarkan
capai 90%. Adanya media pembel-
kurikulum 2013 revisi tertuang dalam
ajaran berbasis laboratorium virtual
peraturan menteri pendidikan dan
ini diharapkan dapat mendukung
kebudayaan nomor 22 tahun 2016,
proses
menyatakan bahwa siswa dituntut
menyenangkan.
pembelajaran
kimia
yang
menjadi pebelajar yang aktif, dimana siswa tidak selalu diberi tahu oleh
Tahap Perencanaan
guru, melainkan dapat mencari tahu
Pada tahap perencaan ini yaitu
pengetahuan dari berbagai macam
membuat storyboard media pembel-
sumber belajar. Pembelajaran kimia
ajaran berbasis laboratorium virtual
pada
yang
berisi visualisasi atau gambaran dari
umumnya berlangsung hanya disam-
media yang akan dihasilkan. Media
paikan dengan metode ceramah dan
berbasis
penugasan. Dengan metode tersebut,
merupakan media berbasis komputer
sebanyak 66,67% siswa menyatakan
dan dibuat melalui aplikasi flash
bahwa materi kimia unsur yang
macromedia. Secara garis besar, isi dari
dipelajari
media yang dibuat adalah pada
materi
kimia
masih
unsur
dirasa
cukup
membingungkan.
laboratorium
virtual
gambar 2.
Lingkungan sekolah negeri di Gresik rata-rata memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Setiap kelas telah
dilengkapi
proyektor.
Selain
mendukung sekolah
juga
dengan itu,
LCD dalam
pembelajaran
kimia,
dilengkapi
dengan
laboratorium kimia dengan alat dan bahan yang cukup memadai. Hanya saja
laboratorium
kimia
jarang
dimanfaatkan. Dalam pembelajaran materi kimia unsur misalnya, guru tidak mengadakan kegiatan praktikum
maupun
demonstrasi
dikarenakan tingkat bahaya yang tinggi. Padahal berdasarkan angket prapenelitian persentase siswa yang senang melakukan praktikum men-
Gambar 2. Garis Besar Isi Media Berbasis Laboratorium Virtual
Media
pembelajaran
berbasis
laboratorium virtual terdiri dari dua bagian, yaitu halaman pembuka dan menu utama. Pada halaman pembuka terdapat identitas perancang media yang
meliputi
menaungi
dan
instansi nama
yang
perancang.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
164
Selain itu, bagian ini juga berisi tabel
reaksi logam natrium dengan air.
periodik unsur. Tabel periodik unsur
Secara
ditampilkan sebagai apersepsi. Kimia
virtual berisi tentang informasi alat,
unsur bukan merupakan materi yang
bahan, serta prosedur praktikum.
baru bagi siswa kelas XI. Pada kelas
Dalam
X
tentang
mempraktikkan praktikum uji nyala
keperiodikan unsur yang di dalam-
sebagai visualisasi mengenai sifat
nya
fisika golongan alkali serta dapat
siswa
sudah
juga
belajar
mempelajari
sedikit
garis
besar,
bagian
ini
laboratorium
siswa
dapat
pengetahuan mengenai kimia unsur.
mempraktikkan
Sesuai dengan pembatasan masalah
logam natrium dengan air yang
penelitian
memvisualisasikan
yang
pembelajaran
diangkat,
yang
media
dikembangkan
praktikum
reaksi
sifat
kimia
golongan alkali.
hanya dibatasi pada golongan alkali saja.
Tahap Pengembangan Awal Produk
Setelah
melewati
halaman
Tahap yang dilakukan setelah
pembuka, terdapat menu utama yang
perencanaan adalah pengembangan
berisi
kompetensi
pembelajaran,
awal format produk, dimana hasil
materi
pembelajaran,
laboratorium
yang didapatkan pada tahap ini
virtual praktikum uji nyala, serta
disebut
laboratorium virtual praktikum reaksi
pembelajaran berbasis laboratorium
logam natrium dengan air. Kompe-
virtual pada materi kimia unsur
tensi
dibuat
pembelajaran
meliputi
kompetensi
kompetensi silabus
pada inti
melalui
draf
I.
Media
aplikasi
flash
dan
macromedia dan menghasilkan software
sesuai
dengan
dengan format .rar. Adapun draf I
pelajaran
kimia
dasar
mata
media
sebagai
kurikulum 2013 revisi. Pada bagian
yang
dihasilkan
adalah
ssebagai
berikut.
materi pembelajaran terdapat materi tentang sifat fisika, sifat kimia, serta kegunaan
unsur
atau
senyawa
golongan alkali. Selain materi, ada latihan soal yang berkaitan dengan materi kimia unsur golongan alkali yang dibahas. Bagian lain yang ada dalam menu utama adalah laboratorium virtual tentang praktikum uji
Gambar 3. Menu utama media berbasis laboratorium virtual
nyala garam alkali serta praktikum
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
165
hal ini media pembelajaran berbasis laboratorium
virtual
pada
materi
kimia unsur, telah benar dan sesuai dengan kaidah ilmu yang berlaku. Kriteria-kriteria yang dinilai pada tahap ini ada tiga macam, antara lain: kelayakan isi, kelayakan penyajian, Gambar 4. Materi Sifat Unsur Golongan Alkali
dan kelayakan dari segi kebahasaan. Instrumen
yang
digunakan
pada
tahap ini ialah lembar validasi yang berisi pernyataaan aspek yang dinilai beserta kriteria peniliannya. Rentang nilai yang diberikan adalah 1 hingga 5, dimana nilai 1 merujuk pada kriteria buruk sekali, nilai 2 merujuk Gambar 5. Praktikum Uji Nyala Garam Alkali
pada kriteria buruk, nilai 3 berarti sedang, nilai 4 berarti baik, dan nilai 5 memiliki makna nilai baik sekali. Selain berisi nilai media, pada lembar validasi
juga
komentar
terdapat
atau
saran
kolom validator
terhadap media yang dinilai. Adanya kolom
komentar
atau
saran
ini
bertujuan agar media yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik. Gambar 6. Praktikum Reaksi Na dengan Air
Hasil
validasi media
yang
telah
dikembangkan dijelaskan secara lebih Tahap Validasi Media
rinci sebagai berikut.
Media yang telah melalui tahap telaah dan diperbaiki sesuai dengan saran penelaah. Selanjutnya dinilai melalui
tahap
validasi.
Validasi
dilakukan oleh dua dosen kimia serta dua
guru
kimia.
Tahap
validasi
berguna untuk memastikan bahwa media yang dikembangkan, dalam
Kelayakan isi Dilihat
berdasarkan
kriteria
kelayakan isi, media pembelajaran berbasis laboratorium virtual yang dikembangkan
memiliki
kategori
penilaian sangat baik. Hal ini dapat dilihat berdasarkan gambar 7.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
166
Berdasarkan data pada diagram
(BSNP) secara garis besar memuat
hasil validasi aspek kelayakan isi
tentang
pada gambar 7, diperoleh persentase
dikembangkan dari segi materi dan
keseluruhan sebesar 82,5%. Apabila
kebenaran konsep yang disajikan.
diintepretasikan ke dalam tabel 2,
Salah satu hal yang perlu diperha-
tentang
hasil
tikan
yang
keterkaitan kompetensi dasar serta
interpretasi
validasi,
maka
dikembangkan
skor media
termasuk
dalam
kategori sangat layak.
kelayakan
dalam
indikator
media
aspek
yang
ini
adalah
pembelajaran
dengan
materi yang disajikan. Arsyad (2015) mengungkapkan
Hasil Validasi Aspek Kelayakan Isi
bahwa suatu media pembelajaran 100
harus memiliki fokus yang jelas pada
80
tujuan pembelajaran. Tujuan pembel-
60 40
ajaran mencakup kemampuan yang
20
diharapkan b
c
d
Selain
Aspek Penilaian
siswa
mampu
mangakomodasi
indikator pembelajaran yang akan
Gambar 7. Diagram Hasil Validasi Kelayakan Isi
dicapai, materi yang disajikan juga harus memuat data yang akurat,
Keterangan: a : kesesuaian
materi
kompetensi indikator
inti
dengan (ki)
dan
pembelajaran
yang
akan dicapai. b : kesesuaian soal yang disajikan dengan indikator. c : kesesuaian/kebenaran
konsep
yang di sajikan. d : ilustrasi (gambar, grafik, dan sejenisnya) jelas,
dikuasai
setelah proses pembelajaran selesai.
0 a
dapat
yang
relevan,
mendukung
digunakan dan
dapat
konsep
yang
disajikan. Aspek kelayakan isi berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan
sehingga dapat menambah wawasan siswa
dan
tidak
menimbulkan
miskonsepsi (Arsyad, 2015). Ilustrasi yang disajikan dalam media
pembelajaran
laboratorium
berbasis
virtual
dirancang
semirip mungkin dengan kenyataan yang
ada,
dukung
sehingga
konsep
dapat
yang
men-
disajikan
dengan benar. Stimulus belajar secara verbal memberikan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas mengingat, mengenali,
serta
fakta
konsep.
dan
stimulus
belajar
menghubungkan Di
sisi
secara
lain, verbal
memberikan hasil belajar yang lebih
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
167
baik
pada
pembelajaran
yang
melibatkan ingatan yang berurutan.
tersimpan dalam memori otak juga meningkat (Leow & Neo, 2015).
Pernyataan ini didukung teori kode ganda
dari
Paivio
yang relevan
yang
menunjukkan bahwa pembelajaran
mengatakan bahwa sistem kognitif
dengan berbantuan virtual labora-
manusia terdiri dari dua subsistem
torium
antara lain sistem visual dan verbal.
dalam mengimplementasikan pem-
Sebuah
disajikan
belajaran. Dalam penelitian tersebut
secara visual dan verbal akan diingat
dijelaskan bahwa aspek makroskopis,
lebih
dengan
submikroskopis, dan simbolik yang
disajikan hanya dengan salah satu
merupakan tiga pilar kajian dalam
cara (Paivio, 1971, 2013).
pembelajaran
informasi baik
(2013)
Hasil penelitian
yang
dibandingkan
Bruner (2004) mengatakan bahwa
akan
dipahami
memudahkan
kimia
oleh
lebih
siswa
guru
mudah dengan
belajar terjadi lebih ditentukan oleh
pembelajaran
cara seseorang mengatur pesan atau
virtual laboratorium (Dalton, 2016;
informasi, proses belajar akan terjadi
Fiedler & Haruvy, 2009; Manikowati,
melalui tahap-tahap enaktif, ikonik,
Iskandar, 2018; Liu, Valdiviezo-DĂaz,
dan simbolik (Bruner, 2004; McLeod,
Riofrio, Sun, & Barba, 2015; Morozov
2012). Implikasi dari teori kognitif
et al., 2004; Pyatt & Sims, 2012; Yusuf,
dalam
virtual
Widyaningsih, & Purwati, 2015).
dapat
menyajikan
laobratorium materi
yaitu
icon, maupun dengan teks dengan yang
variatif
dengan
pembe-
lajaran dengan bentuk gambar atau tampilan
berbantuan
sehingga
pemahaman siswa pada suatu konsep
Kelayakan penyajian Aspek
yang
dinilai
pada
kelayakan penyajian terdiri dari enam hal dan disajikan dalam gambar 8.
lebih mendalam yang dapat disimpan
Berdasarkan gambar 8, rata-rata
dalam memori dalam waktu yang
persentase keseluruhan hasil validasi
relatif lama (McLeod, 2012). Hal ini
pada
didukung
adalah 83%.
penelitian
Leow
yang
menyatakan
selain
memperdalam
pemahaman
siswa,
(2015)
hasil
aspek
kelayakan
penyajian
unsur-unsur dalam media seperti video dan animasi membantu siswa mendapatkan
informasi
yang
lebih rinci sehingga kapasitas untuk
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
168
media berbasis visual yang berfungsi
Hasil Validasi Aspek Kelayakan Penyajian 100
85
90
85
85
80
75
80
sebagai alat bantu dalam proses belajar
mengajar
dan
dapat
memengaruhi
diharapkan lingkungan
belajar menjadi lebih baik. Pemakaian
60 a
b
c
d
e
f
Aspek Penilaian
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar mampu membangkitkan keinginan dan minat baru,
Gambar 8. Diagram hasil validasi kelayakan Penyajian
Keterangan: a : Materi pada media disajikan
meningkatkan kegiatan
motivasi
dalam
bahkan
mampu
belajar,
membawa pengaruh psikologis bagi
secara sistematis (mulai dari hal
siswa. Pendapat yang sama juga
yang sederhana lalu menuju hal
dikemukakan oleh Levie & Lentz
yang kompleks).
(2012), bahwa media pembelajaran,
b : Ilustrasi (gambar, tabel, grafik,
khususnya
media visual, mampu
dan sejenisnya) yang disajikan
menarik minat dan perhatian siswa
mampu mempermudah siswa
untuk berkonsentrasi pada materi
dalam memahami materi.
yang dibahas. Adanya ketertarikan
c : Format penyajian materi me-
ini memberikan kemungkinan yang
narik sehingga dapat memoti-
besar
vasi siswa.
belajar
d : Petunjuk pengoperasian media
dalam
pencapaian
(Arsyad,
2015;
tujuan
Purnomo,
Ratnawati, & Aristin, 2016; Schnotz, Baadte, Johnson, & Mengelkamp,
telah jelas. e : Kualitas ilustrasi telah baik dari
2012; Yusuf et al., 2015).
segi tata letak, ukuran, warna, Kelayakan kebahasaan
dan pencahayaan. Berkaitan
dengan
interpretasi
Hasil
validasi
dengan
pada
media
skor hasil validasi, maka kelayakan
kelayakan
media berbasis laboratorium virtual
pembelajaran berbasis laboratorium
dalam segi penyajian dikategorikan
virtual dapat dilihat pada gambar 9.
sangat
layak.
Karena
nilai
bahasa
terkait
yang
diperoleh berada pada rentang 81100%. Media
pembelajaran
laboratorium
virtual
berbasis
merupakan
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
169
laboratorium virtual termasuk ke
Hasil Validasi Aspek Kelayakan Kebahasaan
dalam kategori sangat layak. Karena
95
persentase yang didapatkan berada
90
pada rentang penilaian 81-100%.
85
Aspek Penilaian
Media pembelajaran merupakan
Gambar 3. Diagram hasil validasi 80
media komunikasi yang berfungsi
kelayakan kebahasaan 75
sebagai perantara atau pengantar
a
b
c
d
e
f
g
pesan dari pengirim ke penerima
Gambar 9. Diagram Hasil Validasi Kelayakan Kebahasaan
Keterangan: a : Ketepatan penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang benar. b : Menggunakan
bahasa
atau
istilah yang mudah dipahami. c : Kesesuaian bahasa atau istilah
digunakan
perlu
untuk
diperhatikan. Bahasa yang digunakan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran
harus
disesuaikan
dengan ejaan Bahasa Indonesia yang benar. Selain itu, bahasa media juga harus disesuaikan karakteristik siswa, sehingga
siswa.
dengan baik oleh siswa dan tidak
sederhana
kalimat dan
yang mudah
e : Menggunakan jelas
pesan
dapat
dipahami
menimbulkan penafsiran yang salah. Kriteria
kebahasaan
meliputi
ketepatan, keterbacaan, keruntutan
dipahami. dan
yang
bahasa serta penggunaan istilah dan
ambigu
simbol yang sesuai dan benar. Media
kalimat tidak
(menimbulkan
penafsiran
adalah
perantara
atau
pengantar
pesan dari pengirim ke penerima
ganda) Menggunakan
istilah/simbol/
Terdapat
keruntutan
antar-
kalimat maupun antarparagraf. Berdasarkan
diagram
pesan. Pemilihan kata (diksi) yang mudah dipahami dalam media sangat
lambang secara konsisten. g
yang
yang digunakan dengan usia d : Menggunakan
f
pesan, dengan demikian tata bahasa
tentang
dibutuhkan sesuai dengan pengertian media di atas. Jadi media yang dikembangkan
sudah
valid
dari
terhadap
aspek bahasa dimana bahasa yang
kelayakan kebahasaan di atas, maka
digunakan benar dan mudah dipa-
diperoleh hasil penilaian rata-rata
hami (Heinich, 1984; Sangsawang,
sebesar
2015).
hasil
validasi
penilaian
86,43%.
media
Hasil
tersebut
persentase
menunjukkan
bahwa media pembelajaran berbasis
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
170
Tahap Uji Coba Awal
soal pada LKS, siswa tidak hanya
Tahap uji coba bertujuan untuk
dituntut untuk membaca dan men-
mengetahui keefektifan media yang
dengarkan penjelasan peneliti, namun
dikembangkan
siswa juga harus mencoba simulasi
sebagai
media
pembelajaran ditinjau dari aktivitas dan respon siswa. Tahap-tahap
praktikum yang telah disediakan. Pada bagian ini, siswa sangat
awal
antusias dan aktif mencoba menjalan-
dimulai dengan pembagian lembar
kan animasi pada media sehingga
kerja siswa kepada masing-masing
suasana
menjadi
hidup.
siswa
Berdasarkan hal tersebut,
media
serta
uji
coba
pemberian
media
kelas
pembelajaran berbasis laboratorium
pembelajaran berbasis laboratorium
virtual. Sebelum menginstall aplikasi
virtual
media pembelajaran berbasis labora-
mengarahkan perhatian siswa untuk
torium
berkonsentrasi pada materi pembe-
virtual,
tayangan
siswa
terkait
diberikan
mampu
menarik
dan
dengan
proses
dapur.
Garam
Hal ini sejalan dengan fungsi
dapur (NaCl) merupakan senyawa
media pembelajaran menurut Levie &
golongan alkali yang sangat umum
Lentz
dijumpai dalam kehidupan sehari-
pembelajaran
hari.
visual memiliki fungsi atensi yaitu
pembuatan
garam
Selama
video
lajaran.
(2012),
bahwa
media
khususnya
media
ditayangkan,
mampu menarik dan mengarahkan
seluruh siswa memperhatikan secara
perhatian siswa kepada materi yang
antusias, sebab sebagian besar siswa
dipelajari, dengan demikian kemung-
belum mengetahui proses pembuatan
kinan untuk memperoleh dan meng-
garam.
ingat isi materi akan semakin besar
Penayangan
bertujuan
untuk
video
ini
membangkitkan
motivasi siswa dalam belajar materi kimia unsur golongan alkali. Selanjutnya,
Setelah bekerja secara mandiri dalam mengisi LKS, siswa diberi
menginstal
waktu untuk mendiskusikan jawaban
aplikasi media yang dikembangkan
mereka dengan rekan satu bangku
dan peneliti menyampaikan materi
sebelum akhirnya siswa mempresen-
kimia unsur sesuai dengan yang
tasikan hasil diskusi mereka di depan
disajikan dalam media. Pada fase ini,
kelas. Setelah siswa mempresentasi-
siswa secara individu mengisi lembar
kan jawabannya, siswa lain diberi
kerja
kesempatan
siswa
siswa
(Schnotz et al., 2012).
(LKS)
yang
telah
untuk
mengomentari
dibagikan. Untuk dapat menjawab
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
171
jawaban
siswa
yang
melakukan
presentasi.
Berdasarkan hasil angket respon siswa yang bertujuan untuk menge-
Adapun data yang didapatkan
tahui ketertarikan siswa terhadap
pada tahap uji coba awal meliputi
media, maka diperoleh persentase
data observasi aktivitas siswa dan
rata-rata sebesar 98%. Angka ini
data angket respon siswa terkait
menunjukkan bahwa media pembe-
dengan pembelajaran kimia unsur
lajaran berbasis laboratorium virtual
menggunakan
tergolong sangat praktis jika diterap-
media
berbasis
laboratorium virtual.
kan dalam proses belajar mengajar.
Observasi aktivitas siswa yang
Ditinjau dari aspek yang berkait-
dilakukan pada saat berlangsungnya
an dengan kemudahan dalam meng-
uji coba awal media pembelajaran
gunakan media, masih ada siswa
berbasis
virtual
yang merasa media pembelajaran
bertujuan untuk mengetahui keefek-
berbasis laboratorium virtual tidak
tifan
mudah dioperasikan.
laboratorium
media
Observasi
yang ini
dikembangkan.
dilakukan
oleh
Untuk aspek yang terkait dengan
pengamat dengan instrumen lembar
kemudahan siswa dalam memahami
observasi aktivitas siswa.
materi
dapat
diidentifi-kasi
dari
Dengan dilakukannya kegiatan
kemampuan media virtual untuk
observasi ini, maka dapat diketahui
dapat memandu siswa belajar secara
aktivitas
mandiri. Demikian halnya dengan
siswa
berlangsung.
selama
uji
Adapun
coba jumlah
kemudahan
untuk
pengamat pada kegiatan ini adalah
materi
dua orang, mengamati siswa yang
golongan alkali dan alkali tanah,
berjumlah sepuluh orang.
memperoleh persentase 100%.
Respon
siswa
ditinjau
kimia
mem-pelajari.
unsur,
khususnya
dari
Berdasarkan hasil angket respon
beberapa aspek yang bertujuan untuk
siswa yang diuraikan di atas, maka
mengetahui
diperoleh persentase rata-rata sebesar
ketertarikan
siswa
terhadap media yang dikembangkan
93,33%.
Angka
ini
menunjukkan
yaitu media pembelajaran berbasis
bahwa media pembelajaran berbasis
laboratorium virtual. Tujuan kedua
laboratorium virtual tergolong sangat
adalah untuk mengetahui kemudah-
praktis jika diterapkan dalam proses
an siswa dalam memahami materi
belajar mengajar
yang ada pada media serta kemudahan penggunaan media.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
172
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian media pembelajaran
pada materi kimia
unsur berbasis laboratorium virtual yang dikembangkan layak digunakan. Simpulan tersebut diperoleh berdasarkan syarat kelayakan yang telah terpenuhi antara lain; media pembelajaran berbasis laboratorium virtual pada materi kimia unsur yang dikembangkan
dinyatakan
valid
dengan kategori kevalidan sangat valid, dengan persentase validitas ≥61%. Media pembelajaran berbasis laboratorium
virtual
kimia unsur
yang
dinyatakan
praktis.
pada
materi
dikembangkan Hal
ini
didasarkan hasil observasi aktivitas dan respon siswa. Hasil observasi ativitas siswa memperoleh kategori sangat baik/sangat praktis dengan persentase 88,75%, sementara hasil angket respon siswa dikategorikan sangat baik/sangat praktis dengan persentase sebesar 96,25%. Pustaka Acuan Arsyad, Azhar. 2015. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Bruner, J. 2004. Where M& A Pays and Where It Strays: A Survey of the Research. Journal of Applied Corporate Finance, Vol. 16 (4). pp 63-76.doi:10.1111/j.1745-6622.2004. 00007.x
Chen, C., Jones, K. T., & Xu, S,. 2015. The Association Between Students Style of Learning Preferences, Social Presence, Collaborative Learning and Learning Outcome. Journal of Educators (Online). Vol. 15 (1) 2018. https://doi.org/10.9743/ JEO2018.15.1.3 Dalton, M. A. P. L. V. 2016. General Chemistry 1045 Laboratory Manual. In Virginia Polytechnic Institute and State University. https://doi.org/10.1177/009127000 7300953 Del Carlo, D. I., & Bodner, G. M,. 2004. Students’ Perceptions of Academic Dishonesty in the Chemistry Classroom Laboratory. Journal of Research in Science Teaching. Vol. 41 (1) Januari 2004. pp. 47-64. https://doi.org/10.1002 /tea.10124 Dobrzański, L. A., & Honysz, R. 2011. Virtual examinations of alloying elements influence on alloy structural steels mechanical properties, Journal of Achievements in Materials and Manufacturing Engineering Vol. 49 No. 2, pp. 251–258. Fiedler, M., & Haruvy, E. 2009. The lab versus the virtual lab and virtual field-An experimental investigation of trust games with communication. Journal of Economic Behavior and Organization. Vol. 72, No. 2, pp. 716-724. https://doi.org/10.1016/ j.jebo.2009.07.013 Gall, M. D., Borg, W. R., & Gall, J. P. 1996. Educational research: An
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
173
introduction (6th ed). New York, England: Longman Publishing. Gall, M. D., Borg, W. R., & Gall, J. P. 2006. Educational research: an Introduction (8th ed.). New York: Logman Inc. Gall, M. D., Gall, J. P., & Borg, W. R. 2007. An Introduction to Educational Design Research. Boston: Pearson/Allyn & Bacon. Heinich, R. 1984. The Proper Study of Instructional Technology. Educational Comunication and Technology Journal. Vol. 32. No. 2pp. 67-88. Ismail. I, Anna Permanasari, & Setiawan, W. 2016. Efektivitas Virtual Lab Berbasis STEM dalam Meningkatkan Literasi Sains Siswa dengan Perbedaan Gender. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA. Vol, 2, No. 2, hal. 190-201 Lafarge, D. L., Morge, L. M., & Méheut, M. M. 2014. A new higher education curriculum in organic chemistry: What questions should be asked? Journal of Chemical Education. Vol. 91 No.2. pp. 173178, https://doi.org/10.1021/ed 300746e Leow, F.-T., & Neo, M. 2015. Redesigning for Collaborative Learning Environment: Study on Students’ Perception and Interaction in Web 2.0 Tools. Procedia-Social and Behavioral Sciences. Vol. 176 (2015) pp. 186-193, https://doi.org/ 10.1016/j.sbspro.2015.01.460 Liu, D., Valdiviezo-Díaz, P., Riofrio, G., Sun, Y. M., & Barba, R. 2015. Integration of Virtual Labs into
Procedia Science E-learning. Computer Science. Vol. 75 (2015) pp. 95-102, https://doi.org/ 10.1016/j.procs.2015.12.224 Mahanta, A., & Kumar Sarma, K. 2012. Online Resource and ICTAided Virtual Laboratory Setup. International Journal of Computer Applications, Vol 52, Issue 6 (0975 –8887). https://doi.org/10.5120/ 8210-1622 Manikowati, Iskandar, D., 2018. Pengembangan Mobile Virtual Laboratorium Untuk Pembelajar-an Praktikum Siswa SMA, Kwangsan, Vol. 06, No. 1,hal. 23–42. DOI: https://doi.org/10.31800/jtp.kw.v6 n1.p23--42 Martínez, G., Naranjo, F. L., Pérez, A. L., Suero, M. I., & Pardo, P. J. 2011. Comparative Study of The Effectiveness of Three Learning Environments: Hyper-realistic Virtual Simulations, Traditional Schematic Simulations and Traditional Laboratory. Physical Review Special Topics-Physics Education Research, Vol 7(2), pp. 1–12. https://doi.org/10.1103/ PhysRevSTPER.7.020111 McLeod, S. 2012. Bruner - Learning Theory in Education, Simply Psychology. https://www.simplypsychology.org/bruner.html Morozov, M., Tanakov, A., Gerasimov, A., Bystrov, D., & Cvirco, E. 2004. Virtual chemistry laboratory for school education. Proceedings-IEEE International Conference on Advanced Learning Technologies, ICALT, 31
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
174
Agustus-1 september 2004. https://doi.org/10.1109/ICALT.200 4.1357486 Paivio, Allan. 2013. Dual coding theory, word abstractness, and emotion: A critical review of Kousta et al.” Journal of Experimental Psychology. Vol. 142 (1), pp. 282-287. doi:0.1037/a0027004 Purnomo, A., Ratnawati, N., & Aristin, N. F. 2016. Pengembangan Pembelajaran Blended Learning Pada Generasi Z. Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS. Vol. 1, No. 1, hal. 70-77, http://dx.doi.org/10.17977/jtp2ips. v1i1.5 Pyatt, K., & Sims, R. 2012. Virtual and Physical Experimentation in InquiryBased Science Labs: Attitudes, Performance and Access. Journal of Science Education and Technology. Vol. 21, No. 1, pp. 133-147, https://doi.org/10.1007/ s10956-011-9291-6 Sangsawang, T. 2015. Instructional Design Framework for Educational Procedia-Social and Media. Behavioral Sciences. Vol. 176 Feb 2015, pp. 65-80. https://doi.org/ 10.1016/j.sbspro.2015.01.445 Schnotz, W., Baadte, C., Johnson, A., & Mengelkamp, C. 2012. Knowledge acquisition from verbal and pictorial information. In J. Kirby & M. Lawson (Eds.), Enhancing the Quality of Learning: Dispositions, Instruction, and Learning Processes (pp. 339-365). Cambridge: Cambridge Univer-
sity Press. doi:10.1017/ CBO9781139048224.019 Sirhan, G. 2007. Learning Difficulties in Chemistry. Journal of Turkish Science Education, Vol. 4, (2007) pp. 2–20. Sjöström, J., & Talanquer, V. 2014. Humanizing chemistry education: From simple contextualization to multifaceted problematization. Journal of Chemical Education. Vol. 91, No. 8, pp. 1125-1131. https://doi.org/10.1021/ed5000718 Suprapto,N., Abidah, A., Dwiningsih, K., Jauhariyah, M. N. R., & Saputra, A. 2018. Minimizing Misconception of Ionization Energy TThrough three-tier Diagnostic Test. Periodico Tche Quimica.Vol. 15 (30): pp. 387-396. Tatli, Z., & Ayas, A. 2010. Virtual laboratory applications in chemistry education. Procedia - Social and Behavioral Sciences. Vol.9, (2010), pp. 938-942. https://doi.org/ 10.1016/j.sbspro.2010.12.263 Ulil Arham, U., & Dwiningsih, K. 2016. Kelayakan Multimedia Interaktif Berbasis Blended Learning Pada Materi Pokok Kimia Unsur. Unesa. Journal of Chemical Education. Vol. 5, No.2, pp.345352, May 2016 Wu, Y. T. 2013. Research trends in technological pedagogical content knowledge (TPACK) research: A review of empirical studies published in selected journals from 2002 to British Journal of 2011. Educational Technology. Vol. 44,
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
175
No. 3 pp. E73-E76. https://doi.org/ 10.1111/j.1467-8535.2012.01349.x Yusuf, I., Widyaningsih, S. W., & Purwati, D. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Modern Berbasis Media Laboratorium Virtual Berdasarkan Paradigma Pembelajaran Abad 21 Dan Kurikulum 2013. Jurnal Pancaran Pendidikan. Vol. 4 No. 2 (2015), pp. 189-200
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
176
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol: 06/02 Desember 2018. Online ISSN: 2622-4283, Print ISSN: 2338-9184
http://dx.doi.org/10.31800/jtp.kw.v6n2.p177--198
INOVASI PEMBELAJARAN BERBASIS TIK DI SEKOLAH 3T PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT MELALUI PENDAMPINGAN JARAK JAUH ICT-based Learning Innovation at 3T schools in Papua and Papua Barat through Distance Guidance Services Kusnandar Pustekkom Kemendikbud Jl. RE. Martadinata Km 15,5 Ciputat, Tangerang Selatan Pos-el: kusnandar@kemdikbud.go.id INFORMASI ARTIKEL Riwayat Artikel: Diterima : 30 Oktober 2018 Direvisi : 27 Nopember 2018 Disetujui : 28 Nopember 2018
ABSTRACT: Since 2015, the Ministry of Education and Culture in cooperation with the Ministry of Information and Communication has been granting internet access to schools in 3T (front, remote, and left) areas. Besides internet access, some schools are also granted with ICT
Keywords:
(information and communication technology) equipment
ICT; front, remote, and left areas;
such as laptop, LCD projector, and server that has been
distant learning assistance; video
installed with digital learning content. The purpose of this
conference; distant learning
grant is to enhance the education quality improvement,
application
especially in terms of the provision of access to learning sources as well as ICT-based learning innovation
Kata kunci:
development. To optimally ICT utilization, the teachers and
daerah terdepan, terluar, dan
ICT technicians at the schools are provided with a short
tertinggal; pendampingan
training. After the installation and training, the schools
pembelajaran jarak jauh; video
should ideally be assisted continuously. However, because
conference; aplikasi
of the distance and communication problems, the program
pembelajaran jarak jauh
cannot be monitored for its continuity. Therefore, a distant assistance method needs to be developed. This research is the program development to create a distant assistance system model by using the ICT itself. As the pioneer, the location of the development research is at schools in Papua and Papua Barat receiving grant of ICT equipment. The
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
177
development steps are: problem identification, data collecting,
problem
formulating,
solution
model
determination, preparing the material, implementation, and evaluation. The development is designed as a continuous cycle, where improvement is carried out in every cycle. This writing is the report of first development, that will be continued into the next cycle. The result of the first cycle are: ) a number of field findings have been identified related to the use of ICT equipment in schools; a trial of distant learning assistance through video conference has been carried out and a lab room for learning innovation development has been develoved; and a distant assistance model of ICT usage has been formulated. ABSTRAK: Sejak tahun 2015, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Kementerian Informasi dan Komunikasi telah memberikan bantuan akses internet untuk sekolah-sekolah di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal). Selain bantuan koneksi internet, untuk sejumlah sekolah diberikan pula bantuan perangkat TIK (teknologi informasi dan komunikasi) berupa komputer laptop, LCD projector, serta server yang telah berisi kontenkonten pembelajaran digital. Tujuan pemberian bantuan ini adalah dalam rangka mendorong percepatan peningkatan kualitas pendidikan, khususnya dalam hal penyediaan akses ke sumbersumber belajar serta pengembangan inovasi pembelajaran berbasis TIK. Agar pemanfaatan TIK lebih optimal, telah diberikan pula pelatihan singkat bagi guru-guru dan para pengelola TIK di sekolahsekolah penerima bantuan. Setelah instalasi dan pelatihan, idealnya dilakukan pendampingan dan bimbingan secara kontinyu. Namun demikian, kesenjangan jarak dan kesulitan komunikasi seringkali mengakibatkan program bantuan tersebut tidak dapat dimonitor keberlangsungannya. Untuk itu, maka perlu dikembangkan suatu cara pendampingan yang di dalam artikel ini disebut sebagai pendampingan jarak jauh. Kegiatan ini merupakan pengembangan program yang bertujuan untuk menghasilkan model sistem pendampingan
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
178
jarak jauh dengan memanfaatkan TIK itu sendiri. Sebagai piloting (perintisan) lokus penelitian pengembangan di sekolah-sekolah penerima bantuan TIK yang berada di wilayah Papua dan Papua Barat. Langkah-langkah pengembangan terdiri dari: identifikasi masalah, pengumpulan data, merumuskan masalah, menentukan model solusi, menyiapkan bahan, implementasi, dan evaluasi. Pengembangan ini dirancang sebagai siklus yang berkelanjutan di mana pada setiap siklus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Tulisan ini merupakan laporan pengembangan tahap pertama, yang akan dilanjutkan pada pengembangan tahap selanjutnya. Beberapa hasil dari tahap pertama ini, antara lain: telah teridentifikasi sejumlah masalah temuan lapangan terkait pemanfaatan perangkat TIK di sekolah, telah dilakukan uji coba pendampingan jarak jauh melalui video conference dan telah dibangun sebuah ruang lab pengembangan inovasi pembelajaran, dan telah dirumuskan sebuah model pendampingan pemanfaatan TIK melalui pembelajaran jarak jauh.
PENDAHULUAN
undangan yang terkait dengan daerah
Penyebutan daerah 3T (terdepan,
3T, tidak ditemukan secara eksplisit
terluar,
seringkali
penyebutan istilah itu secara resmi
menimbulkan rasa ketidaknyamanan.
yang menyebutkan daerah 3T. Pada
Inisiatif kegiatan yang menyebut 3T
beberapa dokumen hanya disebut
di dalamnya, alih-alih mendekatkan
dengan satu T yaitu daerah tertinggal.
inisiator
Dari sisi pemerintah, penyebutan
dan
tertinggal)
dengan
masyarakatnya,
malah
menimbulkan
baru.
Subjek
kesenjangan yang
punyai misi yang sangat mulia, yakni
menempati daerah yang disebut 3T
untuk mendorong pertumbuhan di
tidak pernah merasa nyaman dengan
daerah tersebut agar tidak tertinggal
sebutan
mana
dari daerah lainnya. Pada Peraturan
munculnya istilah 3T, yang jelas
Pemerintah Nomor 78 Tahun 2014
istilah ini mulai populer pada era
tentang
setelah
Daerah Tertinggal disebutkan tujuan
ini.
masyarakat
daerah 3T itu sesungguhnya mem-
Entah
otonomi
dari
daerah.
Namun
Percepatan
Pembangunan
demikian, apabila ditelusuri doku-
pembangunan
daerah
tertinggal
men-dokumen peraturan perundang-
mencakup: (1) mempercepat pengu-
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
179
rangan
kesenjangan
antardaerah
terian Pendidikan dan Kebudayaan
dalam menjamin terwujudnya peme-
telah
rataan dan keadilan pembangunan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
nasional; (2) mempercepat terpenuhi-
No. 72 Tahun 2013 tentang Penye-
nya kebutuhan dasar, serta sarana
lenggaraan
dan
daerah
Khusus(http://pelayanan.jakarta.go.id
tertinggal; (3) meningkatkan koordi-
/download). Dalam peraturan ini,
nasi,
yang dimaksud dengan pendidikan
prasarana integrasi,
antara
pusat
dasar dan
dan
sinkronisasi,
mengeluarkan
Pendidikan
dalam
pendanaan
dan
pendidikan bagi peserta didik di
pembiayaan, pelaksanaan, pengen-
daerah terpencil atau terbelakang,
dalian,
masyarakat
dan
evaluasi;
dan
(4)
khusus
Layanan
daerah
perencanaan,
layanan
Peraturan
(PLK)
adat
yang
adalah
terpencil,
menjamin terselenggaranya operasio-
dan/atau mengalami bencana alam,
nalisasi kebijakan Percepatan Pemba-
bencana
ngunan Daerah Tertinggal (PPDT)
mampu dari segi ekonomi.
(www.hukumonline.com/pusatdata/ download). disebutkan disebut
Bentuk dapat
Pada
peraturan bahwa
itu
suatu
juga daerah
sosial,
dan
yang
layanan
berupa
tidak
pendidikan
penyelenggaraan
satuan pendidikan ataupun program layanan pendidikan.
Satuan pendi-
sebagai daerah tertinggal
dikan layanan khusus yang diberikan
mengacu pada kriteria: perekonomian
antara lain adalah sekolah kecil,
masyarakat, sumber daya manusia,
sekolah terbuka, sekolah darurat, dan
sarana-prasarana,
kemampuan
ke-
sekolah
uangan
aksesibilitas,
dan
program layanan khusus mencakup
daerah,
terintegrasi.
Sedangkan
karakteristik
daerah.
Pendidikan
antara lain pemindahan peserta didik,
tidak
eksplisit
disebutkan
penyediaan
asrama,
sebagai salah satu kriteria keterting-
transportasi,
kunjungan
galan. Namun demikian, pendidikan
layanan pembelajaran jarak jauh (PJJ)
sangat terkait dengan pembangunan
dengan
pemanfaatan
sumber daya manusia daerah ini, baik
informasi
dan
pendidikan sebagai faktor penggerak
seperti PJJ tertulis, radio, audio, tv,
pembangunan
dan ataupun internet dan web.
secara
kurangnya
ataupun fasilitas
kondisi
pendidikan
sebagai akibat dari ketertinggalan. Guna meningkatkan pelayanan pendidikan di daerah 3T, Kemen-
bantuan pendidik, teknologi
komunikasi
(TIK)
Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom) sebagai
lembaga
Kementerian
di
bawah
Pendidikan
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
dan
180
Kebudayaan yang bertanggungjawab
terpasang di provinsi Papua dan
di bidang pendayagunaan TIK untuk
Papua Barat dan diberikan tambahan
pendidikan
melaksanakan
bantuan perangkat TIK yang terdiri
yang
dari laptop, proyektor, server, dan
sejumlah
telah program
terkait
dengan daerah 3T tersebut. Salah satu
sejumlah
upaya yang dilakukan Pustekkom
Pemberian bantuan tambahan ini
dalam rangka mendukung layanan
dimaksudkan
pendidikan
optimalisasi
khusus
mendorong
adalah
pendayagunaan
TIK
untuk peningkatan kualitas pembelajaran
pada
pembelajaran.
untuk
menunjang
pemanfaatan
TIK,
sebagai program piloting di wilayah propinsi Papua dan Papua Barat.
di
Program piloting ini dimaksud-
daerah tertinggal. Untuk itu, sejak
kan sebagai upaya untuk mendorong
tahun 2015, Kementerian Pendidikan
pemanfaatan
dan Kebudayaan bekerjasama dengan
Untuk itu, Pustekkom telah melaku-
Kementerian
Komunikasi
dan
kan upaya tindak lanjut terhadap
Informatika
(Kominfo)
telah
pemberian bantuan ini yang antara
menyalurkan
bantuan
internet
sekolah-sekolah
bagi
sekolah-sekolah
konten
koneksi di
lain
TIK
dengan
pelatihan
secara
optimal.
melakukan
dan
sejumlah
bimbingan
teknis
daerah 3T melalui program Universal
(bimtek) untuk para pengelola TIK di
Service
(Nota
sekolah penerima bantuan. Pelatihan
Kementerian
dan bimtek telah dilakukan melalui
Obligation
kesepahaman
antara
(USO)
Pendidikan dan Kebudayaan dan
dua
Kementerian
dengan kunjungan ke lokasi sekolah
Komunikasi
dan
pendekatan,
pertama
Informatika nomor 583/M.KOMINFO
dan/atau
/HK.03.02/8/2015, nomor 06/VIII/NK/
suatu
2015 tentang Pemanfaatan Teknologi
pelatihan. Kedua cara tersebut cukup
Informasi dan Komunikasi untuk
efektif, namun sulit untuk menjang-
Meningkatkan Kualitas Pendidikan
kau semua lokasi, mengingat waktu,
dan Kebudayaan).
biaya,
Sampai
dengan
akhir
tahun
kedua
yakni
tempat
dan
disiapkan
dikumpulkan untuk
tenaga sangat
di
mengikuti
yang besar.
harus Lantas,
2017, telah terpasang koneksi internet
bagaimana cara mengatasi perma-
dengan Very Small Apperture Terminal
salahan
(VSAT)
pada
menjamin bahwa perangkat yang
tersebar
di daerah-daerah
Indonesia
984
(Santoso,
sekolah 2017).
yang 3T
di
diberikan
tersebut?, tersebut
bagaimana berfungsi
dan
Dari
dimanfaatkan secara optimal untuk
jumlah tersebut, sebanyak 25 titik
pembelajaran? Untuk itu, perlu dicari
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
181
cara
pendampingan
jauh
kekurangan dari teknologi tersebut,
dengan menggunakan perangkat TIK
maka model layanan dirancang untuk
itu sendiri. Berdasarkan kondisi inilah
memanfaatkan kelebihan dari PJJ dan
maka
mengurangi
dirancang
jarak
pendampingan
pemanfaatan TIK jarak jauh dalam bentuk
Pengembangan
hambatan
seminimal
mungkin.
Inovasi
Pengembangan model mengacu
Pembelajaran Melalui Pendampingan
pada kriteria bahwa model harus
Jarak Jauh. Ada sejumlah pertanyaan
memanfaatkan
mendasar yang ingin dijawab dalam
saluran komunikasi yang ada. Model
kegiatan ini, yang antara lain adalah
layanan
apakah perangkat TIK yang diberikan
dengan tugas pokok (rutin) baik bagi
telah dimanfaatkan? Jika ya, untuk
pemberi layanan maupun penerima
apa
layanan.
pemanfaatannya?
Apakah
seluruh
harus
terkait
Model
langsung
layanan
harus
kehadiran TIK di sekolah mampu
melibatkan
mendorong
penggiat TIK yang memiliki minat,
peningkatan
kualitas
pembelajaran?
hobi,
Dipilihnya
layanan
para
potensi
dan
volunteer
ketertarikan
dan
sebagai
pendam-
penggerak TIK untuk pendidikan.
pingan dalam bentuk PJJ didasarkan
Layanan harus tidak terlalu formal
atas beberapa pertimbangan, yang
tetapi harus merupakan panggilan
antara lain adalah bahwa: PJJ dapat
hati. Model tidak menuntut capaian
mengatasi hambatan jarak dan waktu;
dengan standar tinggi namun dapat
PJJ secara langsung memanfaatkan
dikembangkan berkelanjutan untuk
perangkat TIK yang diberikan; PJJ
mencapai hasil yang optimal.
dapat memberikan kesempatan untuk
Pembelajaran
jarak
jauh konsep
mendapatkan layanan yang sama
sesungguhnya
merupakan
untuk
yang
lama
Namun
seluruh
sekolah
demikian,
sasaran.
PJJ
juga
sudah
dikenal
dan
diterapkan di bidang pendidikan di
mengandung sejumlah kelemahan,
Indonesia.
yang antara lain adalah: keterbatasan
Departemen
media komunikasi seringkali meng-
Kebudayaan
hambat
proses
PJJ
siaran radio pendidikan (SRP) untuk
sampai
saat
belum
penataran guru-guru sekolah dasar di
merupakan budaya belajar sebagian
11 provinsi (Purwanto dkk., 2009).
orang; pengelolaan PJJ cukup rumit
Penataran ini diselenggarakan dalam
baik di pusat maupun di daerah
rangka
sasaran.
Pengembangan Sistem Instruksional
komunikasi; ini
Terkait
masih
kelebihan
dan
Pada
tahun
1977,
Pendidikan
dan
telah
mengembangan
implementasi
Prosedur
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
182
(PPSI)
pada
model
pembelajaran
berdasarkan Kurikulum 1975. Siaran
pendidikan mempunyai bentuk yang mirip proses industri.
ini berisi materi-materi pembelajaran
Di antara 6 ciri di atas, para ahli
dan pengenalan metode pembelajaran
menyepakati dua ciri utama yang
dalam rangka meningkatkan kemam-
menonjol, yaitu; terpisahnya antara
puan
pengajar dan peserta didik, dan
guru
dalam
Pembelajaran pendidikan
jarak formal
mengajar. jauh
pada
digunakannya
dimulai
pada
media
berbagai
pembelajaran.
jarak
Menengah Pertama Terbuka (SMPT)
pendidikan
di lima lokasi/provinsi (Siahaan dan
pendidikan e-learning lintas ruang dan
Rivalina, 2012). SMPT menerapkan
waktu,
konsep pembelajaran mandiri (self
berbagai media teknologi komunikasi
learning)
(Panen, 2016).
utama
berupa
sumber modul
belajar tercetak.
telah
Pendidikan
tahun 1979 dengan perintisan Sekolah
dengan
jauh
saluran
berevolusi
koresponden dengan
dari
sampai
menggunakan
Sejak berkembangnya TIK, maka
Sedangkan pada tingkat perguruan
konsep
tinggi,
jauh
menjadi relatif. TIK telah mampu
pembelajaran
jarak
pembelajaran
jarak
jauh
dimulai
sejak
didirikannya
menghilangkan sekat-sekat jarak dan
Universitas
Terbuka
tahun
geografis. Dengan TIK, siswa yang
1984
(Purwanto dkk., 2009). Dalam Pustekkom
buku
berada di daerah terpencil sekalipun 30
Tahun
disebutkan
terdapat
dapat
langsung
berkomunikasi
dengan guru di manapun berada,
enam karakteristik pendidikan jarak
baik
jauh (Purwanto dkk., 2009), yaitu:
(synchronous) maupun pada waktu
(1)Terpisahnya
yang
tempat
antara
pada
waktu
berbeda
yang
sama
(asynchronous).
pengajar dengan peserta didik; (2)
Pemanfaatan TIK untuk pembelajaran
Adanya
secara umum sering disebut sebagai
lembaga
pendidikan
jarak
pengelola jauh
yang
e-learning.
membedakannya dengan anak yang
Istilah e-learning saat ini lebih
belajar sendiri; (3) Digunakannya
banyak digunakan daripada istilah
berbagai media belajar, baik cetak
pembelajaran
maupun non cetak; (4) Disediakannya
pembelajaran
jarak
saluran komunikasi dua arah; (5)
sebenarnya
ketiga
Dimungkinkannya pertemuan tatap
tersebut
muka
masing-masing.
sesekali;
dan
(6)
Proses
diartikan
terbuka
memiliki
ataupun
jauh.
Namun
terminologi titik
fokusnya
E-learning
sebagai
segala
dapat bentuk
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
183
pembelajaran
yang
memanfaatkan
Penggunaan TIK dalam pendi-
TIK yang mencakup infrastruktur
dikan tentu saja bukan tujuan akhir.
jaringan,
konten
TIK diyakini memiliki potensi untuk
digital, baik secara online ataupun
meningkatkan kualitas pendidikan,
offline.
baik
sistem
aplikasi,
Menurut
Wahono
(2008)
perluasan
layanan
maupun
actor yang ada dalam pelaksanakan
peningkatan kualitas proses dan hasil
e-learning
sama
belajar. Dengan begitu, maka ketika
mengajar
berbicara tentang pemanfaatan TIK
dengan
boleh proses
konvensional, nya guru
dikatakan belajar
yaitu
perlu
(instruktur) yang
adamem-
untuk
pendidikan
dasarnya
adalah
maka
pada
bicara
tentang
bimbing, siswa yang menerima bahan
inovasi dalam pendidikan. Potensi
ajar dan administrator yang menge-
TIK dalam pendidikan telah diru-
lola administrasi dan proses belajar
muskan
mengajar. E-learning dapat terjadi,
Kemdikbud sejak awal tahun 2000,
baik di dalam kelas konvensional
yaitu
maupun dalam pembelajaran terbuka
pengetahuan (sumber belajar), alat
dan jarak jauh. Pembelajaran jarak
bantu
jauh mengacu pada terpisahnya jarak
pembelajaran), fasilitas pendidikan,
antara guru (pendidik) dan peserta
standard
didik
administrasi, alat bantu manajemen
(siswa). Sedangkan pembe-
lajaran
terbuka
tersedianya
mengacu
kepada
pilihan-pilihan
bagi
pada
TIK
blueprint
sebagai
gudang
pembelajaran kompetensi,
TIK ilmu (media
penunjang
sekolah, dan sebagai infrastruktur pendidikan.
Keberadaan TIK di
peserta didik, baik pilihan waktu,
sekolah diyakini mampu meningkat-
tempat, maupun cara dan kecepatan
kan motivasi belajar bukan saja untuk
belajar yang dapat mereka sesuaikan
siswa,
dengan kondisi masing-masing. Pada
dorongan bagi para guru untuk
kenyataannya saat ini, ketiga istilah
memperbarui cara mengajarnya. Oleh
ini tidak dapat diterapkan secara
karena
terpisah,
karena
ketika
bicara
sekolah, khususnya sekolah di daerah
e-learning,
pasti
terdapat
unsur
3T, perlu ditingkatkan (Waldopo,
namun
itu,
juga
memberikan
pemanfaatan
2013).
dan
menjadi nyata apabila TIK dimanfaat-
pembelajaran
juga
jarak
sebaliknya,
jauh
ataupun
potensi
itu
di
pembelajaran jarak jauh dan terbuka; demikian
Semua
TIK
akan
kan sesuai dengan kebutuhan atau
pembelajaran terbuka yang efektif
untuk
menjawab
permasalahan
dan efisien tidak dapat terjadi tanpa
konkret yang dihadapi. Untuk itulah
memanfaatkan TIK alias e-learning.
maka penerapan TIK dalam pendidi-
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
184
kan harus didukung dengan desain
tahuan siswa akan merupakan daya
pembelajaran
yang
tepat.
Desain
tarik utama bagi siswa untuk belajar.
pembelajaran
memberikan
arahan
Di samping itu, antusiasme dan
dan batasan tentang e-learning yang
kesiapan guru juga akan sangat
akan diselenggarakan, termasuk di
membantu.
dalamnya pemilihan authoring tools,
memelihara keterlibatan siswa, perlu
sistem
pilihan
disiapkan antara lain: konten yang
pem-
terstruktur dengan jelas, petunjuk
pengelolaan,
teknologi
lainnya.
serta Desain
Sedangkan
belajaran yang jelas dan konsisten
belajar
dapat
menantang, serta diberikan feedback
membantu
keberhasilan
penyelenggaraan e-learning. sepenuhnya online, tetapi dapat juga dengan
jelas,
tugas
yang
yang tepat. Monitoring dan kontak
Pemanfaatan TIK tidak harus dipadukan
yang
untuk
personal juga sangat diperlukan agar keterlibatan siswa tetap terpelihara.
pembelajaran
TIK
memiliki
sangat
pembelajaran
memadukan
pengembangan model-model pembe-
antara kegiatan pembelajaran online
lajaran yang sesuai dengan tuntutan
dengan
kegiatan
disebut
Kurikulum 2013. Model pembelajaran
sebagai
model
pembelajaran
seperti discovery, inquiry, project-based,
campuran
atau
offline dikenal
dengan
untuk
yang
konvensional tatap muka. Kegiatan yang
besar
potensi
mendukung
atau problem-based learning merupakan
sebutan blended learning (McDonald,
model-model
2008). Dalam pembelajaran blended,
disarankan pada Kurikulum 2013
keterlibatan
yang
peserta
didik
sangat
sangat
pembelajaran relevan
hasil
yang
dan
optimal
dapat
penting untuk diperhatikan. Peserta
mencapai
dengan
didik akan aktif mengikuti seluruh
dukungan
kegiatan, baik online maupun offline,
(Nurhayati, 2016). Melalui interaksi
apabila dirinya merasa terlibat di
jarak jauh dengan memanfaatkan TIK,
dalamnya. Jeffrey (2014) mengiden-
maka para guru di daerah dapat
tifikasi tiga langkah strategi untuk
memperoleh informasi dan bimbing-
melibatkan siswa dalam pembela-
an dalam implementasi pengembang-
jaran blended, yakni; mendapatkan
an model-model pembelajaran.
pemanfaatan
TIK
perhatian siswa, memelihara perhatian siswa, dan mendapatkan kembali
METODE PENELITIAN
perhatian siswa. Topik atau materi
Tujuan penelitian pengembangan ini
yang
relevan
kebutuhan
adalah menghasilkan model layanan
siswa
atau
keingin-
pembelajaran berbasis TIK dalam
dengan merangsang
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
185
rangka peningkatan kualitas proses pembelajaran pada satuan pendidik-
Identifikasi Masalah
Mengumpu lkan data
Merumus kan Masalah
Menent ukan Model
an di daerah tertinggal, khususnya di wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat.
Untuk
mencapai
tujuan
Menyiapkan Bahan
tersebut, maka kegiatan ini dirancang sebagai upaya pengembangan model layanan berbasis TIK bagi satuan pendidikan Metode
di
daerah
tertinggal.
pengembangan
mengikuti
Monitoring dan Evaluasi
Gambar 1. Skema Langkah-langkah Pengembangan
pola penelitian pengembangan di mana setiap tahapan mengikuti siklus reviu dan revisi dalam proses yang berkelanjutan. Penelitian
pengembangan
adalah suatu proses yang digunakan untuk
mengembangkan
memvalidasi
produk-produk
digunakan
dalam
dan yang
pendidikan.
Creswell menyebutkan ada 6 (enam) tahapan pada penelitian pendidikan, yaitu mencakup: identifikasi masalah, literature review, merumuskan tujuan, pengumpulan
data,
analisis,
dan
interpretasi data, serta pelaporan dan evaluasi (Creswell, 2012). Namun sesuai dengan kebutuhan pengembangan, penelitian ini akan dilakukan dalam
tujuh
tahapan,
yaitu
(1)
melakukan identifikasi masalah; (2) mengumpulkan
dan
menganalisis
data; (3) merumuskan masalah dan solusinya; (4) menentukan model rancangan
PJJ;
(5)
menyiapkan
rancangan dan bahan; (6) implemen-
Implementasi
Langkah-Langkah Pengembangan Pertama: Identifikasi Masalah Langkah
awal
adalah
identifikasi masalah. Permasalahan pendidikan di daerah 3T tentu sangat luas dan bervariasi, mencakup aspekaspek guru, siswa, gedung, infrastruktur, kurikulum, pembelajaran, dan lain-lain. Dari sejumlah masalah yang luas tersebut, tulisan ini akan fokus pada pemanfaatan perangkat TIK yang telah diberikan ke sekolahsekolah di daerah 3T, khususnya di Provinsi Papua dan Papua Barat. Sebagaimana telah disebutkan di atas, ada sejumlah pertanyaan mendasar yang ingin dijawab dalam kegiatan ini, yaitu antara lain; Apakah perangkat TIK itu dimanfaatkan? Untuk apa pemanfaatannya? Apakah kehadiran TIK di sekolah mampu mendorong
peningkatan
kualitas
pembelajaran?
tasi; dan (7) monitoring dan evaluasi.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
186
Kedua:
Mengumpulkan
dan
Menganalisis Data
terkumpul melalui percakapan pada whatsapp
Sebelum melakukan pengum-
(WA)
Group;
sedangkan
secara formal, data dijaring melalui
pulan data, kegiatan yang sangat
pengisian
penting
pada aplikasi formulir.kemdikbud.go.id.
untuk
membangun calon
dilakukan
komunikasi
sasaran.
adalah dengan
Membangun
Tujuan
kuesioner
secara
pengumpulan
online
data
pada
tahap ini adalah agar dapat diketahui
komunikasi merupakan langkah yang
dan
paling kritis dan menentukan. Keber-
sebenarnya dihadapi oleh subyek
hasilan
sasaran, dan berdasarkan rumusan
membangun
menjadi
modal
komunikasi
awal
untuk
pengembangan inovasi selanjutnya.
dirumuskan
masalah
masalah
tersebut
yang
kemudian
diidentifikasi alternatif solusinya.
Tujuan dari membangun komunikasi
Instrumen pengumpulan data
ini adalah agar tercipta suasana yang
disusun
nyaman dan terjadi proses berbagi
instrumen
dengan
jumlah
informasi dua arah antara pengem-
pertanyaan
dibatasi
maksimal
bang program dengan subyek sasaran
pertanyaan. Hal ini dilakukan agar
program. Ada sejumlah komponen
responden cukup nyaman dan tidak
yang
terlalu
perlu
diperhatikan
dalam
ke
dalam
keberatan
dua
dengan
paket butir 15
jumlah
membangun komunikasi, yaitu (1)
pertanyaan yang banyak. Instrumen
sumber; (2) penyampai pesan; (3)
pertama terkait data awal tentang
pesan;
kondisi
(4)
saluran;
(5)
penerima
umum
sekolah
penerima
pesan; dan (6) hasil atau efek. Sikap
bantuan TIK dan kondisi perangkat
positif terhadap inovasi pembelajaran
TIK yang diterima. Instrumen kedua
perlu
dahulu,
terkait kesiapan guru di Papua dan
karena tinggi rendahnya minat belajar
Papua Barat dalam rangka pengem-
sangat dipengaruhi oleh sikap siswa
bangan inovasi pembelajaran berbasis
terhadap kegiatan yang mereka ikuti.
TIK.
dibangun
terlebih
Ketiga: Merumuskan Masalah dan Solusinya Setelah komunikasi terbentuk, maka penjaringan data sudah dapat dimulai. Pendekatan pengumpulan data dilakukan, baik secara informal maupun formal. Secara informal, data
Data akan diolah dan dianalisis secara kuantitatif otomatis dengan aplikasi
formulir.kemdikbud.go.id.
Sedangkan data
pendalaman
terhadap
dilakukan
melalui
akan
komunikasi wawancara, observasi, atau kuesioner lanjutan yang lebih detil.
Semua
saluran
komunikasi
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
187
seperti telepon, SMS, WA, email, video
dapat
conference, dan lain-lain digunakan
volunteer
untuk mendapatkan data yang lebih
setiap titik?
lengkap. Hasil pengolahan data akan
diandalkan (agen
untuk
menjadi
perubahan)
pada
Berdasarkan kretiteria di atas,
menjadi bahan perbaikan sistem.
maka akan disusun rancangan dasar
Keempat: Pembuatan Model
model yang akan dipresentasikan dan
Model dapat berfungsi sebagai
didiskusikan melalui Forum Group
pola kerja yang akan menjadi acuan
Discussion (FGD) yang melibatkan
seluruh anggota tim dalam menjalan-
ahli teknologi pembelajaran, praktisi,
kan kegiatan. Oleh karena itu, model
dan pemangku kepentingan lainnya.
sangat penting untuk dibuat dan
Kelima: Penyusunan Rancangan dan
disepakati bersama. Model dirancang
Bahan
simpel, tajam, dan fokus ke target
Langkah penyusunan rancangan
yang ingin dicapai, namun harus
dan
komprehensif
dilakukan simultan dengan langkah-
dan
komunikatif.
penyiapan
bahan
Model juga harus menggambarkan
langkah
efisiensi kerja dan optimalisasi dari
rancangan dan bahan mencakup: (1)
berbagai sumber daya.
Penyusunan rancangan model sistem
Sebagaimana disebutkan di atas, model
mengacu
pada
sejumlah
sebelumnya.
dapat
pembelajaran rangka
jarak
Penyusunan
jauh
pengembangan
dalam inovasi
kriteria yang diinginkan. Untuk itu,
pembelajaran berbasis TIK; (2) Pem-
maka
dapat
buatan rancangan aplikasi web model
pertanyaan-pertanyaan
sistem pembelajaran jarak jauh dalam
model
menjawab
diharapkan
yang antara lain berikut ini; (1)
rangka
Bagaimana mengatasi jarak dan akses
pembelajaran berbasis TIK; (3) Peran-
ke titik paling ujung di sekolah
cangan model pembelajaran inovatif
penerima bantuan? (2) Apa yang
berbasis TIK; (4) Penulisan naskah
paling dibutuhkan oleh para guru
video model pembelajaran inovatif
dalam upaya peningkatan kualitas
berbasis TIK; (5) Pembuatan aplikasi;
pembelajaran?
(6)
(3)
Apa
nilai
pengembangan
Pembuatan
tutorial;
perangkat
perangkat dan ruang video conference.
di
sekolah?
(4)
Bagaimana mengatasi keterbatasan menjamin
keberlangsungan
dukungan program? (6) Siapa yang
Penyediaan
Keenam: Implementasi Tahap Awal
waktu dan sumber daya? (5) Bagaimana
(7)
video
utama/nilai terpenting dari kehadiran TIK
dan
program
inovasi
Implementasi dibagi ke dalam dua
tahapan,
yaitu
implementasi
tahap awal dan implementasi tahap
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
188
lanjut.
Implementasi
dimaksudkan persiapan
awal
uji coba video conference ini adalah
sebagai
aktivitas
untuk memastikan kesiapan PJJ, baik
guru
memiliki
secara
agar
tahap
teknologi
maupun
para
kemampuan dasar tentang keteram-
pelakunya. Pada uji coba ini juga
pilan TIK dan dapat membiasakan
sekaligus membiasakan para guru
diri
sasaran
menggunakan
komunikasi
untuk
untuk
secara
terjadwal
koordinasi
jarak
minimal
yang
Selanjutnya dilakukan pelatihan
adalah
melalui video conference yang lebih
email,
terstruktur. Materi pelatihan akan
forum WA, dan video conference dan
fokus pada satu model pembelajaran
mengenal
sistem
yang dapat diimplementasikan oleh
aplikasi PJJ pada fitur-fitur terbatas.
guru sasaran. Pada kegiatan ini, para
Pada implementasi tahap awal juga
peserta akan diminta juga untuk
akan
melakukan
jauh.
dan
TIK
Kemampuan
diharapkan,
antara
membiasakan
lain
penggunaan
dan
diberikan
mencoba
tugas
pengisian
melakukan komunikasi jarak jauh.
praktek
pembelajaran
kuesioner online secara bertahap yang
inovatif dan melaporkan hasilnya
punya dua sasaran sekaligus, yakni
melalui video conference.
penjaringan data dan pembiasaan
Uji coba sistem aplikasi akan
penggunaan aplikasi online. Kegiatan
dilakukan simultan dengan program
tahap
video
implementasi
awal
akan
conference.
Pada
tahap
ini,
mencakup; (1) Pelatihan dan tutorial
peserta diminta untuk mengunggah
tatap muka (kalau dimungkinkan), (2)
(upload)
Uji coba video conference. (3) Pelatihan
pembelajaran, baik dalam bentuk
terjadwal melalui video conference, dan
foto, video pendek, rekaman audio,
(4) Uji coba sistem aplikasi.
maupun bahan presentasi.
Materi pelatihan tatap muka akan mencakup: pengenalan konsep,
Ketujuh:
hasil
praktek
Implementasi
inovasi
Tahap
Lanjut
target, dan sasaran PJJ; pengenalan
Implementasi tahap lanjut akan
model-model pembelajaran inovatif
dilakukan
sesuai Kurikulum 2013; pemanfaatan
pertama selesai. Pada implementasi
perangkat TIK sebagai sarana PJJ;
tahap lanjut, kegiatan PJJ ditujukan
pengembangan pembelajaran aktif;
kepada para guru inovator untuk
dan pengelolaan kelas PJJ.
mengembangkan
Setelah
tatap
muka
setelah
implementasi
inovasi
pembel-
akan
ajaran di sekolah masing-masing.
dilanjutkan dengan komunikasi jarak
Tahap ini akan menjadi poin penting
jauh melalui video conference. Tujuan
dari
seluruh
rangkaian
kegiatan
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
189
penelitian
pengembangan
ini.
langkah
analisis,
perancangan,
Kemampuan guru di daerah 3T
implementasi, evaluasi, revisi, dan
mengembangkan
penyempurnaan
ajaran
inovasi
berbasis
menunjukkan
TIK
pembel-
bukan
peningkatan
saja kom-
dilakukan
pada
siklus yang terus berlanjut. Setiap tahapan
pengembangan
petensi guru di bidang TIK, tetapi
dan
sekaligus juga menunjukkan capaian
dilakukan perbaikan apabila terjadi
tingkat kompetensi tertinggi seorang
kekurangan. Program ini diharapkan
guru dalam mengembangkan strategi
berlanjut sampai dengan sekurang-
pembelajaran Kurikulum 2013.
kurangnya
Kegiatan
implementasi
dikendalikan,
dimonitor
tiga
serta
tahun.
segera
Capaian
tahap
sementara dilaporkan setiap semester.
lanjut akan terdiri dari pelatihan
Berikut ini adalah hasil pada semester
pengembangan model-model pembel-
awal. Hasil sementara mencakup: (1)
ajaran inovatif melalui video conference
telah teridentifikasi sejumlah masalah
secara
aktivitas
temuan lapangan terkait pemanfaatan
pembelajaran melalui aplikasi Pusat
perangkat TIK di sekolah; (2) telah
Sumber Belajar (PSB) Portal Rumah
dilakukan uji coba pendampingan
Belajar secara terjadwal.
jarak jauh melalui video conference dan
terjadwal
Kedelapan:
dan
Evaluasi
dan
Penyempurnaan Sistem Monitoring
pengembangan inovasi pembelajaran; evaluasi
dan (3) telah dirumuskan sebuah
(monev) pada dasarnya dilakukan
model pendampingan pemanfaatan
pada setiap tahapan kegiatan. Monev
TIK melalui pembelajaran jarak jauh.
selama proses kegiatan dimaksudkan
1. Temuan Lapangan
untuk
dan
telah dirancang sebuah ruang lab
mendeteksi
atau
Pada tahap ini telah dilakukan
kelemahan-kelemahan yang mungkin
beberapa kegiatan yang mencakup
terjadi dan dapat segera diatasi dan
langkah awal membangun komuni-
diperbaiki, baik
substansi,
kasi, penyebaran instrumen secara
teknologi.
online,
manajemen,
masalah
terkait
maupun
uji
coba
video
conference
Monev akan dilakukan oleh satu tim
sekaligus pendalaman data, dan lain-
yang
lain.
terpisah
di
luar
tim
pengembang kegiatan ini.
Membangun
komunikasi.
Komunikasi yang baik menjadi modal HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagian keberhasilan inovasi. Pada
Proses penelitian pengembangan ini
langkah pertama sudah ditentukan
dilakukan secara simultan. Langkah-
fokus sasaran adalah guru inovator.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
190
Jadi
dengan
inilah
forum.
harus
untuk uji coba video conference, hanya
dibangun. Namun permasalahannya,
dua sekolah saja yang mengikuti
sampai di sini belum diketahui siapa
kegiatan uji coba ini. Untuk itu, maka
calon guru inovator tersebut. Untuk
dilakukan upaya lain, yaitu melalui
itu
komunikasi telepon oleh tim help desk.
komunikasi
mereka
yang
maka
intens
pertama-tama
ditemukan
nomor
harus
kontak
dari
Bahkan
Pesan
telepon
ketika
agar
diundang
para
kepala
masing-masing kepala sekolah dan
sekolah meluangkan waktu untuk
person in charge (PIC) pengelola TIK di
mengisi kuesioner.
sekolah
masing-masing.
Setelah
Dalam tahap ini, telah diperoleh
nomor kontak diperoleh maka mulai
data sementara sebagai berikut. (1)
dibuat WA (whatsapp) group.
Sudah terdata lengkap mencakup
Dengan mengikuti alur berpikir hirarkikal, dibuat
maka
grup
terlebih
khusus
dahulu
dan nomor telepon, sebanyak 25
para
sekolah. (2) Dari target 25 sekolah
kepala sekolah, dengan alasan mereka
tersebut, hanya 16 sekolah yang
harus
sudah
mengetahui
untuk
nama dan alamat sekolah, nama PIC,
lebih
dahulu
mengisi
kuesioner
rencana kegiatan ini agar mendapat
sekolah
dukungan. Namun setelah grup WA
dihubungi
ini
Pustekkom. (3) Terdapat dua sekolah
terbentuk,
tidak
satupun
lainnya
online,
tidak
oleh
merespon sapaan. Maka selanjutnya,
yang
dibuat grup yang melibatkan para
conference dengan baik.
pengelola TIK di sekolah atau sering
berhasil
tim
dapat
help
melakukan
desk video
Berdasarkan jawaban responden
disebut sebagai PIC (person in charge),
melalui
Ternyata para PIC pengelola lebih
memanfaatkan formulir kemdikbud.
cepat tanggap. Untuk membangun
go.id
komunikasi, maka pada grup ini
ringkas sebagai berikut.
setelah perkenalan diri, dilakukan
kuesioner dapat
Dari
online
dengan
disampaikan
25
sekolah
secara
penerima
diskusi ringan sebelum masuk ke
bantuan perangkat TIK tahun 2017,
pokok permasalahan. Guna memper-
hanya
lancar komunikasi, maka PIC pusat
dihubungi melalui telepon dan dapat
yang sudah dikenal dijadikan admin
mengisi
grup.
Sedangkan 9 sekolah lainnya
Namun
demikian,
melalui
16
sekolah
kuesioner
yang secara
dapat online. tidak
forum grup WA ini pun komunikasi
merespon telepon/SMS/
WA, dan
belum efektif. Sebagian besar tidak
masih belum mengisi kuesioner, serta
aktif merespon pembicaraan pada
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
191
belum dapat dihubungi oleh tim help
internet cukup memadai dan hanya
desk.
25% (4 sekolah) yang menyatakan Perangkat
bantuan
kurang memadai. Hal ini berbeda
sudah
dengan keluhan-keluhan yang sering
diterima oleh 16 sekolah sasaran
didengar tentang tidak berfungsinya
(yang mengisi kuesioner). Namun
koneksi internet USO. Sedangkan
belum
termanfaatkan
perangkat komputer yang terhubung
secara optimal. Terdapat 3 sekolah
ke internet umumnya di atas 5
yang menyatakan perangkat sudah
perangkat, dengan penggunaan di
diterima tapi belum terpasang, 4
atas 3 jam per hari, bahkan sejumlah 9
sekolah
perangkat
sekolah (56,25%) mengaku perangkat
berfungsi dan 2 sekolah
selalu terhubung ke internet lebih
menyatakan perangkat belum dapat
dari 8 jam per hari. Ini menunjukkan
digunakan.
bahwa
penggunaan
sekolah
penerima
Pustekkom
kurang
TIK
tahun
semuanya
2017
menyatakan
sekolah
Walaupun (62,50%)
begitu,
10
menyatakan
perangkat telah terpasang dan telah
internet bantuan
di USO
tersebut cukup tinggi.
berfungsi dengan baik. Untuk 3
Dalam
hal
pemanfaatan
sekolah yang mengaku perangkat
perangkat TIK, semua responden
belum terpasang dan 4 sekolah yang
(100%) menyatakan perangkat TIK
menyebutkan
kurang
bantuan Pustekkom telah digunakan,
belum
baik untuk kebutuhan administrasi
berfungsi,
perangkat
dan
2
sekolah
terpasang akan ditindaklanjuti pada
maupun
kegiatan tahap berikutnya.
besar penggunaan TIK dilakukan oleh
Terkait koneksi internet seluruh responden
menyatakan
telah
para
pembelajaran.
guru
penggunaan
(81,25%), oleh
Sebagian sedangkan
siswa
masih
memiliki koneksi internet. Sekolah
terbatas yaitu sesuai jadwal saja.
sasaran memang telah dipilih dari
Terkait kemampuan TIK guru, lebih
sekolah yang telah menerima bantuan
dari 95% sekolah mengaku memiliki
internet dari program USO tahun
lebih dari 5 orang guru yang telah
sebelumnya.
memiliki kemampuan TIK
Artinya
hal
ini
secara
memperkuat fakta bahwa internet di
baik. Artinya perangkat TIK sudah
sekolah mereka benar-benar telah
dapat digunakan di sekolah-sekolah
terpasang. Tetapi yang mengejutkan
tersebut
adalah
pemberian bantuan ini.
jawaban
kecukupan
mereka
bandwidth,
terkait ternyata
sebanyak 75% (12 sekolah) menjawab
Pada
sesuai
dengan
sekolah-sekolah
tujuan tempat
responden mengajar pada umumnya
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
192
telah diterapkan Kurikulum 2013,
rangka pembiasaan pemanfaatan TIK,
sehingga TIK pun telah dimanfaatkan
serta pemanfaatan rumah belajar dan
untuk
fitur-fiturnya.
menunjang
pelaksanaan
Sedangkan
pengem-
Kurikulum 2013 tersebut. Namun
bangan
demikian, dalam hal pengembangan
berbasis TIK akan dilakukan setelah
inovasi pembelajaran berbasis TIK
para
untuk menunjang Kurikulum 2013
dasar pemanfaatan TIK.
masih terbatas untuk kelas tertentu
pembelajaran
guru
memiliki
Model
sistem
inovatif
kemampuan
pengembangan
saja. TIK untuk pembelajaran baru
inovasi pembelajaran berbasis TIK
digunakan dalam dua hal, yaitu
melalui pendampingan jarak jauh
mencari bahan sumber belajar dan
dapat dilihat pada gambar 2.
sebagai
media
presentasi
dalam
pembelajaran.
PENGELOLA PJJ PUSAT
PJJ
2. Model Sistem Pendampingan Melalui PJJ Rancangan pendampingan
model
sistem
pemanfaatan
TIK
GURU INOVATOR
sudah dipresentasikan dan direviu oleh
sejumlah
(pengembang
tenaga
ahli
teknologi
TTM
PTP
pembel-
ajaran), praktisi TIK, dan juga pejabat pengambil kebijakan. Secara umum,
Kelas Inovatif
Kelas Inovatif
konsep dasar model disetujui dengan Kelas Inovatif
beberapa catatan, antara lain bahwa mengingat
Pustekkom
bukan
lembaga penyelenggara pendidikan
Gambar 2. Model Pemanfaatan TIK untuk Pengembangan Inovasi Pembelajaran pada
jarak jauh, maka yang dimaksud
Sekolah di Daerah 3T melalui Pendampingan
dengan PJJ dalam kegiatan ini lebih
Jarak Jauh (PJJ).
merupakan pendampingan jarak jauh dalam untuk
rangka
pembelajaran.
pendampingan solving
pemanfaatan mencakup
terhadap
pemanfaatan
Fokus problem
kendala-kendala
perangkat
Pada
TIK
TIK
di
lapangan, bimbingan teknis dalam
gambar
2,
skema
ini
tampak bahwa fokus sasaran adalah guru
inovator.
inovator menciptakan
Dipilihnya
dimaksudkan
guru untuk
sekurang-kurangnya
seorang agen perubahan di setiap titik
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
193
sekolah.
Agen
perubahan
adalah
3. Lab Inovasi Pembelajaran
orang yang dapat memberi inspirasi,
Dalam kegiatan pendampingan
memotivasi, dan mengajak teman-
ini, video conference digunakan dengan
teman sejawatnya untuk mengem-
banyak fungsi, yaitu antara lain: (1)
bangkan inovasi di lingkungan kerja
sebagai
masing-masing.
mengetahui
Dengan
fokus
sarana
monitoring kekuatan
untuk besaran
sasaran pada guru, hal ini juga dapat
bandwidth koneksi internet bantuan
sekaligus sebagai upaya mengen-
USO, (2) melakukan bimtek dan
dalikan dampak buruk dari internet
problem solving terhadap pemanfaatan
sebagaimana yang disarankan oleh
perangkat
Subroto
mendorong pembiasaan bagi para
bahwa
agar
mengeliminasi
pemerintah
di
sekolah,
(3)
negatif
guru di sekolah untuk mengenal dan
dapat
memanfaatkan fasilitas TIK untuk
mengendalikan sistem informasi yang
pembelajaran, (4) melakukan survei
dapat diakses di sekolah (Subroto,
dan analisis kebutuhan pemanfaatan
2015).
TIK untuk pembelajaran, dan (5)
internet,
dampak
TIK
pemerintah
harus
Terwujudnya kelas inovatif atau terjadinya
inovasi
pembelajaran
meningkatkan kompetensi SDM guru ataupun
tenaga
kependidikan
di
menjadi target utama dari kegiatan
sekolah dalam rangka pemanfaatan
ini. Dukungan argumentasi mengapa
TIK untuk pembelajaran.
inovasi pembelajaran adalah inovasi
Dari sejumlah uji coba video
pembelajaran merupakan inti dari
conference dengan beberapa titik, pada
pemanfaatan TIK di sekolah dan
umumnya kekuatan bandwidth cukup
inovasi
memadai, walaupun untuk beberapa
pembelajaran
merupakan
amanah dari Kurikulum 2013. Ada
sejumlah
model
kasus yang
terdapat
gangguan
yang
sifatnya temporer. Dengan demikian,
direkomenda-sikan Kurikulum 2013
aktivitas
(Haroshid, 2017), antara lain: (1)
diterapkan untuk menunjang kegiat-
Saintifik, PBL, Inquiry, Discovery, Flipp,
an
dan
inovasi
dihadapi pada penyelenggaraan video
dilakukan
conference adalah kesulitan dalam
dengan bantuan TIK yang minimal
memberikan respons dari PIC sekolah.
sekalipun, dan (3) inovasi dapat
Dalam
bervariasi
dilakukan,
lain-lain,
pembelajaran
(2) dapat
sesuai
dengan
masing-masing sekolah.
kondisi
video
conference
selanjutnya.
uji
coba
dapat
Kendala
yang
yang
sudah
baru terlaksana dengan
beberapa sekolah di Papua Barat.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
194
Guna terbaik,
memberikan di
layanan
Pustekkom
mengingat
bahwa
bantuan
TIK,
telah
khususnya VSAT untuk daerah 3T
disediakan satu ruangan khusus video
sesungguhnya dimaksudkan untuk
conference yang disebut sebagai lab
mengatasi kendala akses tersebut.
pengembangan inovasi pembelajaran.
Namun ternyata penempatan VSAT
Dengan nama tersebut, dimaksudkan
dengan investasi yang cukup besar
agar ruangan ini tidak semata-mata
tersebut
sebagai tempat vicon, tapi betul-betul
kendala komunikasi. Akan tetapi,
di situ terjadi proses inovasi, baik dari
yang menarik bahwa berdasarkan
sisi
pemberi
jawaban terhadap kuesioner, sebagian
layanan, maupun inovasi pembelajar-
besar reponden mengatakan bahwa
an yang dilakukan oleh para guru di
koneksi
sekolah. Di ruangan ini, nantinya
memadai. Hal ini menjadi masukan
akan berlangsung berbagai aktivitas,
penting untuk lebih diperdalam pada
antara
tahap lebih lanjut.
Pustekkom
lain
sebagai
bimtek
jarak
jauh,
pelatihan TIK jarak jauh, dan berbagai inovasi
pengembangan
model
belum
internet
dapat
mereka
Rekomendasi diusulkan
mengatasi
cukup
yang
dapat
(1)
perlu
adalah;
pembelajaran jarak jauh. Ruangan ini
dikembangkan rancangan pendam-
secara bertahap akan memberikan
pingan jarak jauh yang sistematis dan
warna terhadap perubahan budaya
terintegrasi dengan memanfaatkan
kerja, pemangkasan birokrasi, dan
perangkat TIK yang tersedia, (2)
tentu saja efisiensi sumber daya. Di
pendampingan dilaksanakan secara
samping itu, dengan adanya lab
periodik
inovasi ini maka menjadi peluang
Rumah Belajar sehingga berkembang
juga bagi para tenaga fungsional PTP
menjadi
untuk mengembangkan kreativitas-
dipersiapkan agar ada seorang guru
nya
layanan
di setiap sekolah yang berperan
pendekatan
sebagai guru inovator dan ada satuan
dalam
terbaik
memberikan
berdasarkan
disiplin ilmu teknologi pembelajaran.
melalui budaya
aplikasi kerja
portal
baru,
(3)
tugas dibentuk di tingkat pusat/ provinsi/kabupaten yang melibatkan
SIMPULAN
semua stakeholders, (4) dirancang dan
Berdasarkan temuan di atas, dapat
dikembangkan bahan-bahan tutorial
diketahui bahwa hambatan komuni-
serta berbagai ontoh pemanfaatan
kasi menjadi masalah utama pada
TIK untuk pembelajaran, dan (5)
kegiatan ini. Hal ini akan menjadi
diberikan apresiasi/penghargaan bagi
bahan
diskusi
yang
menarik,
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
195
sekolah
yang
relatif
menonjol
kinerjanya.
menjadi bagian dari komitmen dan tugas harian yang berkelanjutan.
Adapun solusi yang ditawarkan
Langkah tindak lanjut yang
untuk permasalahan tersebut adalah
perlu
konsisten dengan model yang sudah
berikut. (1) Dibentuk tim satuan
dikembangkan, yaitu meliputi; (1)
tugas. Guna menjamin terlaksananya
Dalam
menjamin
dan keberlangsungan program ini,
keberlangsungan pemanfaatan TIK
maka manajemen perlu membentuk
untuk
kualitas
tim yang diformalkan dengan surat
pembelajaran di daerah 3T, perlu
tugas atau surat keputusan. Hal ini
dilakukan pendampingan jarak jauh
penting
dengan memanfaatkan perangkat TIK
program
itu sendiri, (2) Pada setiap titik
kepada masyarakat yang memiliki
sekolah di daerah 3T diperlukan
target dan tujuan yang terukur, akan
sekurang-kurangnya satu orang guru
berlangsung dalam jangka waktu
yang bertindak sebagai guru inovator
yang
(agen
berbagai
upaya peningkatan
perubahan)
penggerak
dan
inovasi
sebagai
dilakukan
adalah
dilakukan ini
mengingat
merupakan
cukup
sebagai
lama,
layanan
melibatkan
stakeholder,
serta
pembelajaran
memerlukan dukungan program dan
berbasis TIK, (3) Pendampingan jarak
anggaran yang berlanjut. (2) Libatkan
jauh perlu dirancang sedemikian rupa
stakeholder. Pembinaan sekolah di
sehingga
dari
daerah 3T merupakan tugas bersama
komitmen layanan Pustekkom yang
baik pusat maupun daerah. Oleh
sistematis dan terintegrasi, (4) Perlu
karena itu, koordinasi dan sinergi
dikembangkan
bahan
program baik di antara unit pusat
tutorial jarak jauh dan contoh-contoh
maupun antara pusat dan daerah
pendayagunaan
untuk
sangatlah penting. Stakeholder yang
pembelajaran, (5) Perlu dikembang-
langsung terkait dengan program ini,
kan sistem (aplikasi) sederhana dalam
antara lain; Kemendikbud, Kemen
fitur portal Rumah Belajar sebagai
PDT,
sarana praktek pembelajaran berbasis
Berikan
web dan sekaligus merupakan media
Pemberian apresiasi kepada peserta
pengendali
dimaksudkan
untuk
mendorong/
jauh,(6) Perlu dikembangkan sistem
memotivasi
peserta
mengikuti
pendampingan
dapat
kegiatan ini sampai tuntas. Apresiasi
baru,
dapat diberikan baik dalam bentuk
menjadi
menciptakan
bagian
berbagai TIK
pembelajaran yang budaya
kerja
jarak
sehingga pendampingan jarak jauh
dan
Kemen
apresiasi
pengakuan
Kominfo. untuk
formal
(3)
peserta.
(pemberian
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
196
sertifikat
keikutsertaan/kelulusan),
yang diakui sebagai salah satu poin untuk kenaikan pangkat. Apresiasi juga dapat diberikan dalam bentuk lain berupa penghargaan ataupun keterlibatan
yang
bersangkutan
dalam forum-forum yang relevan. PUSTAKA ACUAN Creswell, John W. 2012. Educational Research, Planning, Conducting, and Evaluating Qualitative and Quantitative Research, Four Edition, Boston: Pearson. Haroshid, Harun, 2017. Kurikulum 2013 Revisi 2017, (paparan pdf.) Jakarta: Puskurbuk-Balitbang, Kemendikbud.https://docplayer. info/57639039-Kurikulum-2013revisi-2017-harun-harosid.html (diakses 27 11 18). Jeffrey, M Lynn, John Milne, and and Gordon Suddaby, 2014. Blended Learning: How Teachers Balance the Blend of Online and Clasroom Components, Jurnal of Information Technology Education; Research, Vol 13, 2014.http://www.jite.org/docu ments/Vol13/JITEv13ResearchP 121-140Jeffrey0460.pdf (diakses 27 11 18) Pustekkom, 2015. Nota kesepahaman antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Komunikasi dan Informatika nomor 583/M.KOMINFO/HK.03.02/ 8/2015, nomor 06/VIII/NK/2015 tentang Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk
Meningkatkan Kualitas Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Kementerian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Nurhayati, Ai Sri. 2016. Pengembangan Model Pembelajaran Project-Based Learning, Modul Pelatihan, Ciputat-Tangerang Selatan: Pustekkom Kemdikbud. Purwanto, dkk., 2009. Tigapuluh Tahun Kiprah Pustekkom dalam Pendidikan. Ciputat-Tangerang Selatan: Pustekkom-Depdiknas. Santoso, Ari. 2017. Program Akses Internet Redesain USO untuk Pendidikan, Paparan dalam bentuk powerpoints (ppt). Tidak Dipublikasikan. Siahaan, Sudirman dan Rivalina, Rahmi. 2012. Perkembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh di Indonesia, Jurnal Teknodik Vol. 16 No. 1, Maret 2012, hal. 59-72. Subroto, 2013. Peran dan Tantangan TIK (Internet) dalam Pembangunan Pendidikan, Jurnal Teknodik, Vol. 19 No. 2, Agustus 2015. Panen, Paulin. 2016. Kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh dan Elearning di Indonesia, Kemenritek Dikti, Paparan pdf, http://kopertis3.or.id/v2/wpcont ent/uploads/Paulina-PannenKebijakan-PJJ-dan-Elearning.pdf (diakses 26 11 18). Peraturan Pemerintah No 78 tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Daerah Terting-
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
197
gal,www.hukumonline.com/ pusatdata/download/ (diunduh 13 Nov 2018). Permendikbud No. 72 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pneidikan Layanan Khusus, http://pelayanan.jakarta.go.id/do wnload (diunduh 13 Nov 2018). Undang Undang No. 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. http://kelembagaan. ristekdikti. go.id/wp-content/ uploads/2016/ 08/UU_no_20_th_2003.pdf (diakses 27 11 18). Wahono, Romy Satria, 2008. Meluruskan Salah Kaprah tentang E-learning, http://romisatriawahono.net/2008/01/23/melurus kan-salah-kaprah-tentang-elearning/ (diakses 26 11 18) Waldopo, 2013. Studi Evaluatif Respon Terhadap TIK untuk Pembelajaran di Daerah Perbatasan, Jurnal Teknodik Vol. 17 No. 4, Desember 2013.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
198
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol: 06/02 Desember 2018. Online ISSN: 2622-4283, Print ISSN: 2338-9184
http://dx.doi.org/10.31800/jtp.kw.v6n2.p199--211
PEMANFAATAN APLIKASI WHATSAPP PADA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MATA KULIAH AKUNTANSI INTERNASIONAL DI UNIVERSITAS PGRI MADIUN Utilization of Whatsapp Application on Problem-based Learning for International Accounting Subject at Universitas PGRI Madiun Supri Wahyudi Utomo*, Moh. Ubaidillah Universitas PGRI Madiun Jl. Setiabudi No.85, Kanigoro, Kartoharjo, Kota Madiun, Jawa Timur 63118 Pos-el: supriutomo@yahoo.co.id INFORMASI ARTIKEL Riwayat Artikel: Diterima : 25 November 2018 Direvisi : 30 November 2018 Disetujui : 30 November 2018
Keywords: Problem Based Learning, Whatsapp, Learning Achievement Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Whatsapp, Hasil Belajar
ABSTRACT The selection of learning methods becomes essential in teaching and learning process to improve student’s learning outcomes. The fault in choosing a learning method, will negatively affect the student’s learning outcomes. In addition to learning methods, learning media must be considered to support and facilitate learning to achieve the learning objectives. This study aims to identify the impacts of problem-based learning models on student learning outcomes by using Whatsapp applications. The research types was expost facto quantitative using quota sampling method, which determined as many as 32 7B semester students of the Accounting Education Program at the University of PGRI Madiun. The data collection technique was observation by applying questionnaires, and document of student learning outcomes. The method of analyzing questionnaire data in this study used the structural equation modeling (SEM) with partial least squares (PLS) tool. The results showed that problem-based learning model with Whatsapp application positively affected the students’ achievement for the International Accounting Subject. The students’ achievement was above the threshold level. Students could easily communicate, coordinate and discuss materials before presentation without direct interaction.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
199
ABSTRAK Pemilihan metode pembelajaran merupakan hal penting dalam proses belajar-mengajar untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Sebaliknya, kesalahan memilih metode pembelajaran akan berdampak negatif terhadap hasil belajar mahasiswa. Selain metode pembelajaran, pemanfaatan media pembelajaran juga harus diperhatikan untuk mendukung dan memudahkan pembelajaran sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau dampak penerapan model pembelajaran berbasis masalah yang memanfaatkan aplikasi Whatsapp terhadap hasil belajar mahasiswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuntitatif ex-post facto. Pengambilan sampel menggunakan metode quota sampling sebanyak 32 mahasiswa semester 7B program studi pendidikan akuntansi Universitas PGRI Madiun. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan tes hasil belajar mahasiswa. Teknik analisis data kuesioner menggunakan structural equation modeling (SEM) dengan alat partial least squares (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan aplikasi Whatsapp berpengaruh atau berdampak positif yang ditunjukkan hasil belajar mahasiswa untuk mata kuliah Akuntansi Internasional berada di atas kriteria capaian yang ditetapkan. Mahasiswa lebih mudah dalam komunikasi, koordinasi, dan diskusi sebelum melakukan presentasi tanpa harus bertemu secara langsung.
PENDAHULUAN
berpengaruh terhadap sumber daya
Perguruan tinggi merupakan tempat
mahasiswa adalah tenaga pengajar
untuk mencari ilmu pengetahuan
atau dosen.
yang lebih tinggi setelah SMA dan
Dosen sebagai fasilitator dalam
sederajat yang mampu meningkatkan
mentransfer
ilmu
pengetahuan
sumber daya yang baik. Kualitas
kepada
sarana dan prasana tidaklah cukup
model pembelajaran yang memung-
untuk meningkatkan sumber daya
kinkan
mahasiswa. Salah satu yang sangat
materi.
mahasiswa mudah
memerlukan
dalam
Model
menguasai
pembelajaran
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
200
merupakan mengajar
konsep untuk
cara
belajar-
mencapai tujuan
pembelajaran yang tercermin dari
masalah, belajar otentik dan menjadi pebelajar yang independen. Menurut
Manaf,
Ishak,
dan
hasil belajar yang dicapai. Jika dosen
Hussin (2011) model problem based
salah memilih model pembelajaran,
learning adalah model pembelajaran
maka akan berdampak pada hasil
yang menantang, tetapi menawarkan
belajar.
manfaat
Model digunakan
besar
karena model
pembelajaran
yang
membantu
dosen
akan
meningkatkan kerjasama kelompok,
tidak
berlangsung secara maksimal tanpa pemanfaatan media. Adapun model
peserta
didik
ini
untuk
komunikasi dan soft skill lainnya. Menurut Siburian
dkk. (2010),
pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran
penelitian
adalah model pembelajaran yang
ini
pembelajaran dengan
adalah
model
berbasis
masalah
berasosiasi
pemanfaatan
aplikasi
kontekstual.
Whatsapp.
masalah
dengan
pembelajaran
Proses
pembelajaran
dihadapkan pada suatu masalah dan
Menurut
Hamruni
pembelajaran adalah
berbasis
berbasis
rangkaian
(2011), masalah
aktivitas
pem-
belajaran yang menekankan pada
melalui pemecahan masalah, siswa belajar
keterampilan-keterampilan
yang lebih mendasar. Menurut
Phumeechanya
&
proses penyelesaian masalah secara
Wannapiroon
(2014),
model
ilmiah. Menurut Rusman (2011), salah
pembelajaran
berbasis
masalah
satu ciri dari model pembelajaran
adalah model yang sangat sesuai
merbasis masalah adalah pembel-
untuk diterapkan karena memberikan
ajaran berpusat pada siswa, yaitu
kemudahan
pembelajaran yang menuntut siswa
mengakses
berperan sebagai stakeholder dalam
meningkatkan pengetahuan.
menemukan, merumuskan, mengumpulkan
fakta-fakta,
membuat
bagi
siswa
informasi
Menurut
dan
Moutinho,
untuk dapat Torres,
Fernandes, dan Vasconcelos (2015),
pertanyaan-pertanyaan sebagai solusi
pembelajaran
berbasis
alternatif
adalah model
pembelajaran yang
dalam
menyelesaikan
masalah
masalah. Sementara, Arends (2012)
memungkinkan siswa untuk lebih
menyatakan bahwa model problem
aktif dalam belajar secara mandiri
based learning membantu mahasiswa
dengan melakukan process percobaan
belajar
sendiri.
mengembangkan
keteram-
pilan berpikir dan menyelesaikan
Syed
Hassan,
Yusof,
Mohammad, Abu & Tasir (2012)
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
201
menyatakan bahwa model problem
sama dalam kelompok guna mencari
based learning mampu meningkatkan
solusi bagi masalah yang nyata.
minat
belajar
Model pembelajaran ini, masalah
mandiri karena siswa dituntut untuk
digunakan untuk mengaitkan rasa
mampu
keingintahuan, kemampuan analisis,
mahasiswa
dalam
menyelesaikan
masalah
dengan baik tanpa harus menunggu
dan
instruksi dari dosen.
materi pelajaran.
Model
pembelajaran
berbasis
inisiatif Model
mahasiwa
terhadap
pembelajaran
berbasis
masalah juga menjadikan peserta
masalah mempersiapkan mahasiswa
didik
bertanggung
untuk berpikir kritis dan analitis dan
jawab dalam belajar. Hal ini sesuai
menggunakan sumber belajar yang
pendapat yang dikemukakan oleh
sesuai.
Aka, Guven
pendapat Tatar dan Oktay (2011)
yang
menjadi
lebih
dan Aydogdu (2010)
menyatakan
pembelajaran
bahwa
model
berbasis
yang
Hal
ini
sesuai
menyatakan
dengan
bahwa
setiap
masalah
proses yang telah dilalui mahasiswa
memungkinkan siswa untuk lebih
dengan model problem based learning
bertanggung jawab terhadap tugas
mampu meningkatkan minat siswa
dan
dapat
dalam
dalam
konsep,
kewajibannya.
Siswa
berdiskusi
bersama
menyelesaikan
masalah
eksperimen
dengan
dan
ber-
berbagai
kemungkinan yang bisa dilakukan. Lebih lanjut, Unal dan Ă–zdemir (2013)
menyatakan
bahwa
pengetahuan,
pemahaman
kemamdirian,
kreatifitas,
berpikir kritis, dan komunikasi serta kerjasama Hasil
yang
baik
penelitian
Senemoglu
(2013)
mahasiswa.
Erdogan
dan
menunjukkan
model
bahwa model problem based learning
problem based lerning memungkinkan
memiliki pengaruh yang signifikan
siswa untuk menumbuhkan kemam-
terhadap
prestasi
puan proses berpikir ilmiah melalui
tingkat
pengetahuan,
kegiatan mengidentifikasi masalah,
pemahaman, dan tingkat yang lebih
menentukan
melakukan
tinggi (sintesis, analisis, dan evaluasi).
percobaan guna menguji hipotesis,
Sementara, menurut Marsnik dan
hipotesis,
(2013),
mahasiswa
tujuan
di
tingkat
menemukan hasil dan solusi terhadap
Thompson
pembel
masalah yang dihadapi.
ajaran berbasis masalah yaitu untuk
Menurut Dutch (dalam Amir,
mempersiapkan mahasiswa menjadi
2009), model pembelajaran berbasis
mandiri, pembelajar seumur hidup,
masalah adalah pembelajaran yang
dan penyelesai masalah praktis. Hasil
menantang untuk belajar
yang sama juga ditunjukkan oleh
bekerja
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
202
penelitian Jalani dan Sern (2015)
pengguna.
bahwa penggunaan model problem
layanan Whatsapp dapat dibuat tanpa
based
syarat, dan pembuat grup dapat
learning
mempermudah
Obrolan
grup
mahasiswa dalam mengasosiasikan
menam-bahkan
konsep dan pemahamannya dengan
mencapai batas maksimal.
masalah yang baru, mengaplikasikan solusi
yang
kehidupan
ditemukan
nyata
serta
dalam memberi
dalam
anggota
hingga
Salah satu model pembelajaran dengan
memanfaatkan
yang
dapat
aplikasi digunakan
penjelasan tentang langkah-langkah
dosen adalah model pembelajaran
penyelesaian yang diambil secara
berbasis masalah. Model pembel-
baik dan jelas.
ajaran ini mempunyai banyak kele-
Untuk
mendukung
penerapan
bihan khususnya dalam meningkat-
model pembelajaran berbasis masalah
kan keterampilan berpikir ilmiah dan
perlu adanya media pembelajaran
kemandirian belajar.
atau alat. Fungsi dari media adalah untuk
memudahkan
antara
indiviu
komunikasi
dengan
individu,
Hal ini didukung hasil penelitian Tauglu
dan
menyatakan
Bakac
(2010)
bahwa
yang
penggunaan
individu dengan kelompok. Media
problem based learning terbukti efektif
komunikasi
dalam
dalam
pembelajaran
meningkatkan
kemampuan
sangat dibutuhkan untuk memudah-
konseptual.
kan berbagi materi perkuliahan dan
berdasarkan langkah-langkah pem-
tempat diskusi.
belajaran yang sudah disetting dan
Peneliti mencoba mengguna-kan
Mahasiswa
bekerja
melakukan kegiatan secara langsung
media komunikasi dengan meman-
guna
faatkan aplikasi Whatsapp. Aplikasi ini
permasalahan yang dilontarkan oleh
mempunyai fitur yang lengkap, cepat,
dosen.
mudah mengoperasikan, dan praktis
membuat mahasiswa menjadi sangat
hanya
aktif dalam mengumpulkan informasi
handphone.
dengan
menggunakan
Aplikasi
memiliki banyak fitur obrolan. Salah
menemukan Model
jawaban
pembelajaran
dari ini
yang dibutuhkan guna mendukung konsep yang dipelajari.
satu fitur tersebut adalah obrolan
Penelitian Yew & Goh (2016) juga
grup atau group chat. Fitur tersebut
menunjukkan bahwa pembelajaran
memungkinkan peng-guna Whatsapp
menggunakan model problem based
mengobrol
learning mampu melatih keterampilan
dalam
sebuah
ruang
obrolan yang biasa disebut sebagai
dan
mempersiapkan
mahasiswa
grup. Jumlah maksimal anggota 250
untuk bisa terjun ke dunia kerja
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
203
secara nyata serta lebih peka dan siap
Whatsapp dibagi menjadi 6, yaitu;
menghadapi perubahan. Sementara,
grup Whatsapp untuk reuni, grup
hasil penelitian Ari dan Katranci
Whatsapp untuk diskusi, mengirim
(2014) menunjukkan
undangan acara, menelepon, berbagi
aplikasian
bahwa pengbased
lokasi, dan Whastapp Web. Adapun
bagi
indikator penggunaan Whatsapp yang
untuk
digunakan sebagai media pembel-
yang
ajaran dalam penelitian ini adalah
permanen dan berkesan sehingga
grup Whatsapp untuk diskusi. Hal ini
dapat diingat seumur hidup namun
dapat dikategorikan pada indikator
beban yang diberikan kepada dosen
tersebut
menjadi jauh lebih besar.
kemungkinan terjadi diskusi dalam
learning
model sangat
mahasiswa
problem bermanfaat
terutama
memberikan
pembelajaran
Berdasarkan
hasil-hasil
pene-
litian terdahulu tentang penggunaan model problem based learning dapat disimpulkan
bahwa
tidak
tertutup
grup antara mahasiswa dengan dosen maupun antara mahasiswa. Penelitian
terkait
pemanfaatan
pem-
aplikasi Whatsapp saat ini belum
belajaran ini sangat efektif untuk
banyak dilakukan, sementara aplikasi
meningkatkan aktifitas dan keman-
ini banyak dimanfaatkan mahasiswa
dirian
belajar.
untuk komunikasi sosial. Berdasarkan
meng-
permasalahan tersebut, tujuan pene-
melalui
litian ini adalah untuk mengetahui
mahasiswa
model
karena
dalam
Mahasiswa
dilatih
untuk
konstruksi
pengetahuan
pemecahan masalah.
pengaruh
Dikutip dari laman Google Play
berbasis
model masalah
pembelajaran terhadap
hasil
Store untuk aplikasi Whatsapp bahwa
belajar mahasiswa pada mata kuliah
Whatsapp Messenger adalah aplikasi
Akuntansi
gratis untuk pengiriman pesan yang
pemanfaatan aplikasi Whatsapp sangat
tersedia untuk Android dan ponsel
menarik untuk dilakukan.
Internasional
dengan
cerdas lainnya. Aplikasi ini dapat dioperasikan menggunakan koneksi internet telepon seperti sambungan
METODE PENELITIAN Jenis
penelitian
ini
adalah
4G, 3G, EDGE, atau Wi-Fi agar
penelitian ex-post facto. Penelitian ex-
pengguna mampu
post facto adalah penelitian yang
mengirim dan
menerima pesan, panggilan, foto,
variabel
video, dokumen, dan pesan suara.
sehingga perlakuan tidak diberikan
Rohmadi bahwa
(2016)
indikator
bebasnya
telah
terjadi
menyatakan
pada saat penelitian berlangsung.
penggunaan
Penelitian
ini
dilakukan
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
di
204
Universitas PGRI Madiun dengan
populasi mahasiswa program studi
kelompok
pendidikan akuntansi dan sampel
kelompok yang presetasi. Keenam,
penelitian
mahasiswa
kelompok yang presetasi harus siap
semester 7B sebanyak 32 mahasiswa
menguasai materi dan bisa meme-
dengan metode quota sampling.
cahkan kasus dan memberikan solusi
ini
adalah
Teknik pengumpulan data meng-
kelas lain
terhadap
untuk yang
kasus
berdiskusi
kuesioner. Hasil belajar digunakan
kelompok presentasi.
pengukuran
variabel
Kuesioner
digunakan
pengukuran
variabel
dependen. untuk independen berbasis
(model
masalah)
moderasi
pembelajaran
di
Ketujuh,
mengkritisi
tersebut
gunakan tes evaluasi hasil belajar dan untuk
dibaca
dengan
grup
kelompok
penyaji
mempresentasikan materi dan studi kasus,
memberikan
kesempatan
bertanya, masukan atau saran dari
dan
variabel
kelompok lain dan kelompok penyaji
(pemanfaatan
aplikasi
menjawab sesuai dengan pertanyaan
Whatsapp).
dari
Langkah-langkah yang dilakukan
kelompok
langkah
lain.
kedelapan,
Akhirnya,
dosen
meng-
dalam penelitian ini adalah sebagai
evaluasi dari presentasi dan tanya
berikut. Pertama, dosen menjelaskan
jawab.
tujuan
dari
menerapakan
model
Pengukuran model pembelajaran
pembelajaran berbasis masalah dalam
berbasis masalah ada 3 dimensi yang
mata kulian akuntansi internasional.
disebutkan
Kedua, pembuatan kelompok yang
berpikir,
terdiri dari 5 mahasiswa dalam satu
dan mengolah data (FKD1, FKD2,
kelompok. Ketiga, dosen memberikan
FKD3, FKD4, FKD5, FKD6, FKD7,
tugas per kelompok sesuai dengan
FKD8,
FKD9,
materi dan studi kasus di silabus dan
sebagai
kata
dipresentasikan.
pembelajaran
Keempat,
setiap
Sanjaya
(2011)
berkomunikasi,
mencari,
FKD10). kunci
Masalah
dari
(MKP11,
yaitu
proses MKP12,
mahasiswa wajib menginstal aplikasi
MKP13, MKP14, MKP15, MKP16),
whatsapp dan membuat group kelas
dan
dan kelompok.
menggunakan pendekatan berpikir
Selanjutnya
langkah
kelima
pemecahan
masalah
dengan
secara ilmiah (PMI17, PMI38, PMI19,
adalah bahwa tiga hari sebelum
PMI20).
perkulihan,
aplikasi Whatsapp yang diungkapkan
kelompok
yang
Aji
Pengukuran (2018)
pemanfaatan
presentasi wajib mengirim makalah
oleh
yaitu:
tampilan,
serta studi kasus ke dosen dan group
materi, fungsi, dan manfaat (WHT21,
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
205
WHT22, WHT23 WHT24, WHT25,
Teknik analisis data kuesioner
WHT26, WHT27, WHT28, WHT29,
menggunalan
WHT30, WHT31, WHT32, WHT33).
equation modeling (SEM) dengan alat
Pengukuran variabel hasil belajar
partial
least
analisis square
structural
(PLS)
mahasiswa dari hasil belajar yang
mengetahui
pengaruh
diperoleh melalui tes tulis, keaktifan,
pembelajaran
berbasis
dan tugas kelompok dan individu
terhadap
(HLB34,
mahasiswa
HLB35,
HLB36)
dengan
minat
untuk model masalah
hasil
dengan
belajar
pemanfaatan
mengkonversi nilai sesuai dengan
aplikasi Whatsapp sebagai variabel
skalai Likert. Berikut tabel konversi.
moderasi.
Tabel 1. Konversi Nilai
Nilai
HASIL DAN PEMBAHASAN
Skala Likert 90-100
5
Hasil penelitian ini menunjukkan
70-80
4
bahwa
50-60
3
30-40
2
10-20
1
pemanfaatan
aplikasi
Whatsapp pada model pembelajaran berbasis masalah adalah kemudahan dalam menyebarkan materi perkuliahan,
Sumber: Hasil Konversi Nilai (2018)
berkomunikasi
dan
berdiskusi, dan melalui kemudahan Teknik analisis data hasil belajar mahasiswa model
dengan
menerapkan
pembelajaran
berbasis
yang sedemikian ini, hasil belajar mahasiswa pemanfaatan
meningkat.
Kendala
aplikasi
masalah, untuk mengetahui keber-
adalah
hasilan atau kekurangberhasilannya,
mahasiswa
peneliti
powerpoint (ppt.), dan pdf. sehingga
menggunakan
standar
dikarenakan tidak
capaian dengan nilai 71. Jika 80%
mahasiswa
mahasiswa
menggunakan laptop.
mencapai
nilai
hasil
handphone
support
tersebut
word, dituntut
belajarnya 71 maka penerapan model pembelajaran
berbasis
masalah
Hasil Belajar
berhasil; dan sebaliknya, jika ada
Hasil belajar mahasiswa terdiri
mahasiswa yang nilai hasil belajarnya
dari tugas, ujian tengah semester, dan
kurang dari 71, maka mahasiswa
ujian akhir semester yang diakumu-
tersebut akan mengikuti ulang model
lasikan. Berikut tabel hasil belajar.
pembelajaran yang sama sampai tiga kali.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
206
Tabel 2. Hasil Belajar Nilai
Nilai
Bawah
Atas
81,00
kriteria Jumlah
Bobot
Huruf
100,00
4
A
13
71,00
80,00
3
B
19
57,00
70,00
2
C
41,00
56,00
1
D
0,00
40,00
0
E
Mahsiswa
0,5
makanya
dinyatakan
valid. Pengukuran reliabilitas menggunakan Cronbachs Alpha dengan kriteria 0,6. Hasil olah smartPLS nilai tertinggi sebesar 1 dan nilai terendah sebesar 0.69595 menunjukkan bahwa semua
Total
konstrak
32
dan
dimensi
sudah
memenuhi syarat, sehingga dinyata-
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2018)
kan reliabel semua konstrak dan Tabel 1 merupakan hasil belajar mahasiswa
yang
menunjukkan
dimensi. Berikut tabel AVE dan Cronbachs Alpha.
bahwa semua mahasiswa dinyatakan
Tabel 3. AVE dan Cronbachs Alpha
lulus di atas nilai 71, hal ini sesuai siswa
mendapatkan
Cronbachs
AVE
dengan kriteria penilaian. 13 maha-
Alpha
mendapatkan
FKD
0.70257
0.778887
nilai A dan 19 mahasiswa menda-
HLB
0.54493
0.707704
patkan B tanpa ada remidi.
MKP
0.57686
0.816754
PBM
0.57327
0.916207
PMI
0.76681
0.69595
WHT
0.62595
0.918312
Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model) Outer
model
ini
merupakan
tahapan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas yang menghubungkan dengan
variabel
laten.
Untuk
mengetahui validitas diukur dengan menggunakan outer loading dan AVE. Syarat untuk memenuhi validitas harus di atas 0,50. Pengukuran outer loading ada 15 indikator yang tidak valid yaitu FKD1,
FKD2, FKD3,
FKD4, FKD7, FKD9, FKD10, MKP16, PMI18, WHT29,
PMI19,
WHT26,
WHT32,
WHT28,
WHT33.
Pada
pengukuran AVE semua kontrak dan dimensi
memenuhi
syarat
dari
Sumber: Hasil Pengolahan Data SmartPLS 2 (2018)
Struktur Model (Inner Model) Model
struktural
dianalisis
dengan menggunakan R-square (R²) untuk konstruk dependen, dan uji t serta
signifikan
dari
koefisien
parameter jalur struktural. R² dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen terhadap variabel
laten
mempunyai substantif.
dependen pengaruh
Tabel
4
apakah yang
menunjukkan
bahwa R-Square yang paling rendah 0.4397 ini termasuk kategori cukup
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
207
dan
yang
tertinggi
0.94239
ini
termasuk kategori kuat.
menunjukkan bahwa konstrak model pembelajaran
masalah
berpengaruh positif terhadap nilai
Tabel 4. R-Square
mahasiswa
R Square FKD
0.87403
HLB
0.4397
MKP
0.94239
dengan
pemanfaatan
aplikasi Whatsapp. PEMBAHASAN Tabel 5 path coefficients menun-
PBM PMI
berbasis
jukkan
0.77188
bahwa
pembelajaran
WHT Sumber: Hasil Pengolahan Data SmartPLS 2 (2018)
dengan Whatsapp
Evaluasi Goodness of Fit fit sebesar 0,691534526 diatas kriteria 0,50 sehingga model penelitian ini dikategorikan fit. Berikut adalah hasil perhitungan goodness of fit dengan rumus:
model
berbasis
masalah
memanfaatkan
aplikasi
berpengaruh
berdampak
Hasil perhitungan nilai goodness of
penerapan
atau
positif terhadap hasil
belajar mahasiswa dengan T-statistik sebesar 2,311455 dan original sampel 0,458438.
Hasil
ini
menunjukkan
bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah berkontribusi positif terhadap peningkatan hasil belajar
mahasiswa
karena
dalam
proses belajar, mahasiswa dituntut untuk belajar mandiri dalam memecahkan masalah dan memberikan solusi. Dengan demikian, mahasiswa akan dituntut untuk banyak membaca dan
Uji Signifikansi Hasil uji moderasi pada tabel 5
memahami
isi
permasalahan
materi, sedangkan untuk mempermu-
model
dah komunikasi dengan kelompok-
pembelajaran berbasis masalah (PBM)
nya, mahasiswa dapat menggunakan
dikali dengan pemanfaatan Whatsapp
aplikasi Whatsapp.
dapat
dilihat
(WHT)
bahwa
terhadap
hasil
belajar
Penggunaan
aplikasi tersebut
mahasiswa dengan nilai T-statistik
membuat mahasiswa akan mudah
2,311455 di atas 1.96 atau signifikan
mendistribusikan
5%,
sebasar
materi dan dapat berdiskusi dangan
0,458438 yang menunjukkan jumlah
kelompok di luar jam perkuliahan
angka
melalui Whatsapp grup kelompok
dan
koefisien
yang
jalur
positif.
Hal
ini
makalah
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
atau
208
maupun
grup
ini
atau tugas, kemudian diwujudkan
berjalan
dalam bentuk nilai. Hasil belajar ini
dengan lancar, mempermudah untuk
menunjukkan kemampuan yang telah
belajar dan tidak harus bertemu
dikuasai peserta didik dan besarnya
dangan kelompoknya sehingga lebih
tingkat penguasaan peserta didik.
menjadikan
kelas.
Hal
komunikasi
praktis.
Hamalik
(2014)
menyatakan
Berkaitan dengan hal tersebut di
bahwa bahwa bukti seseorang telah
atas, proses kognitif yang merupakan
belajar adalah terjadinya perubahan
proses pengolahan memori dalam
tingkah laku. Tingkah laku memiliki
otak
unsur subyektif dan unsur motoris.
menunjukkan
tahapan
belajar,
bahwa
setiap
pada
individu
dituntut untuk berfikir dengan meng-
Unsur
subyektif
adalah
unsur
rohaniah sedangkan unsur motoris
Tabel 5. Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values) Original
Sample
Sample (O)
Mean (M)
PBM -> FKD
0.934719
0.93459
Standard
Standard Error
T Statistics
(STERR)
(|O/STERR|)
0.007987
0.00799
117.02614
Deviation (STDEV)
PBM -> HLB
0.160666
0.291312
0.248479
0.24848
0.6466
PBM -> MKP
0.970736
0.970617
0.003709
0.00371
261.709929
PBM -> PMI
0.878779
0.877851
0.019716
0.01972
44.571281
0.458438
0.632708
0.349564
0.34956
2.311455
0.265126
0.271771
0.210633
0.21063
1.258712
PBM * WHT > HLB WHT -> HLB
Sumber: Hasil Pengolahan Data SmartPLS 2 (2018)
olah informasi yang diterima untuk
adalah unsur jasmaniah. Seseorang
kemudian disimpan dalam memori
sedang berpikir dapat dilihat dari
sehingga menghasil-kan perubahan
raut muka dan sikapnya, sedangkan
sebagai hasil dari proses tersebut.
rohaniahnya tidak bisa dilihat.
Hasil belajar yang tersimpan dalam memori menunjukkan bahwa belajar
SIMPULAN
tidak dapat dipisahkan dari proses kognitif. Hasil
Berdasarkan hasil pembahasan di atas
belajar
diukur
dengan
dapat
penerapan
disimpulkan model
bahwa
pembelajaran
menggunakan tes atau tugas-tugas
berbasis masalah
dengan peman-
yang diberikan dosen. Hal ini sesuai
faatan aplikasi Whatsapp berpengaruh
dengan pendapat
Catanach dan
atau berdampak positif terhadap hasil
Fieldmann (2010) yang menyatakan
belajar mahasiswa. Hasil belajar yang
bahwa hasil belajar diukur melalui tes
diperoleh mahasiswa secara keselu-
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
209
ruhan (32 mahasiswa) adalah nilai 77 sampai 97 di atas kriteria capaian yang ditetapkan nilai 71. Mahasiswa lebih
mudah
berkoordinasi,
berkomunikasi, dan
berdiskusi
sebelum melakukan presentasi tanpa harus bertemu secara langsung. PUSTAKA ACUAN Aji, H. S. 2018. Pengembangan Aplikasi Layanan Pesan Instan Whatsapp Sebagai Sumber Belajar Mandiri Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Fisika Materi Pokok Efek Rumah Kaca Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Purwokerto, Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta. Amir, M. T. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Aka, E. G., Güven, E., & Aydoğdu, M. 2010. Effect of Problem Solving Method on Science Process Skills and Academic Achievement. Journal of Turkish Science Education. Volume 7, Issue 4. Hal 13-25. Arends, R. I. 2012. Learning to Teach. Ninth Edition. New York: The Mc Grow Hill Companies. Ari, A. A. & Katranci, Y. 2014. The Opinion of primary Mathematics Student-Teachers on Problem-Based Learning method. Procedia Social and Behavioral Science. Elsevier
Science Direct. Vol. 116. Hal. 1826-1831. Catanach, A. H., & Fieldmann, D. 2010. Advances in Accounting Education: Teaching and Curriculum Innovations. Bingley: Emerald Group Publishing Limited. Erdogan, T., & Senemoglu, N. 2013. Problem-Based Learning in Teacher Education: Its Promises and Challenges. Procedia-Social and Behavioral Sciences. Elsevier Science Direct. Vol. 116. Hal. 459463. Hamalik, O. 2014. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Hamruni. 2011. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani. Jalani, N.H., & Sern, L.C. 2015. Efficiency Comparisons between Example-Problem-Based Learning and Teacher-Centered Learning in the Teaching of Circuit Theory. Procedia - Social and Behavioral Sciences. Elsevier Science Direct. Vol. 204. Hal. 153 – 163. Manaf, N. A. A., Ishak, Z., & Wan Hussin, W. N. 2011. Application of Problem Based Learning (PBL) in a Course on Financial Accounting Principles. Malaysian Journal of Learning & Instruction mjli. Universitas Utara Malaysia. Vol. 8, Hal.21-47. Marsnik, S. J., & Thompson, D. B. 2013. Using Contract Negotiation Exercises to Develod Higher Order Thingking and Strategic Business Skills. Journal of Legal Studies Education.Vol. 2.(2013) hal. 201248.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
210
Moutinho, S., Torres, J., Fernandes, I., & Vasconcelos, C. 2015. ProblemBased Learning And Nature Of Science: A Study With Science Teachers. Procedia-Social and Behavioral Sciences. Vol. 191,(2015). hal. 1871-1875. Phumeechanya, N. & Wannapiroon, P. 2014. Design of problem-based with scaffolding learning activities in ubiquitous learning environment to develop problem-solving skills. Procedia - Social and Behavioral Sciences. Vol. 116 (2014). hal. 4803-4808. Rohmadi, A. 2016. Tips Produktif Bersosial Media. Jakarta: Gramedia. Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Siburian, J. 2010. Model Pembelajaran Sains, Jambi: Universitas Jambi. Syed Hassan, S.A.H., Yusof, K.M., Mohammad. S., Abu, M.S., & Tasir, Z. 2012. Methods to Study Enhancement of Problem Solving Skills in Engineering Students through Cooperative Problem-Based Learning. Procedia - Social and Behavioral Sciences. Vol. 56 (2012). hal. 73-746. Tatar, E. & Oktay, M. 2011. The Effectiveness of Problem-Based Learning on Teaching The First Law of Thermodynamics. Research in Science & Technological
Education Aquatic Insects. Vol. 29, No. 3 hal. 315-332. Taúglu, A.K., & Bakaç, M. 2010. The Effects of Problem Based Learning and Traditional Teaching Methods on Students’ Academic Achievements, Conceptual Developments and Scientific Process Skills According to Their Graduated High School Types. Procedia Social and Behavioral Sciences. Vol. 2 (2010). hal. 2409–2413. Ünal, C. & Özdemir, O. F. 2013. A Physics Laboratory Course Designed Using Problem-Based Learning for Prospective Physics Teachers. European Journal of Science and Mathematics Education Vol. 1, No. 1. hal. 29-33. Yew, E.H.J. & Goh, K. 2016. ProblemBased Learning: An Overview of its Process and Impact on Learning. Health Professionals Education Vol. 2, No. 9, hal. 75-79.
K- JTP: Vol. 06, No.02/Desember 2018.
211