Jambi Independent | 05 Oktober 2010

Page 26

Selasa, 05 Oktober 2010

Tambaksari

Tekan Angka Pengangguran di BLK Guna meminimalisir angka penggangguran yang kian sulit terdata, dan menekan angka pencari kerja, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Jambi terus mengintensifkan pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK). Pantauan Jambi Independent di BLK, sejumlah orang muda terlihat mengikuti berbagai pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial itu, setiap harinya. Diakui oleh Kaspul, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Jambi, beberapa waktu lalu (4/10), peserta pelatihan yang mendaftar cukup banyak. Namun dinas tidak melatih semua peserta, mengingat keterbatasan dana yang mereka miliki. “Hanya yang lolos seleksi saja yang dapat mengikuti pelatihan, sebab anggaran yang tersedia untuk pelatihan itu terbatas,” ujarnya. Diketahui, BLK dimaksudkan untuk memberikan berbagai pelatihan keterampilan bagi warga agar mereka mampu mandiri dalam berusaha, dan memiliki bekal keterampilan sebelum terjun ke masyarakat. Pelatihan yang diberikan di tempat itu meliputi ketrampilan perbengkelan, salon, masak-memasak, dan lainnya. “Bagi wanita dapat memilih pelatihan salon, atau perbengkelan, bagi prianya,” ujarnya, lagi. Sejauh ini, aku Kaspul, sudah banyak peserta BLK yang berhasil dalam dunia kerja dan wirausaha, setelah lepas dari tempat tersebut. Bahkan, ada peserta yang dibekali modal usaha dari peme­ rintah, sebagai motivasi bagi calon pencari kerja lainnya yang ingin benar-benar berlatih dan berwirausaha. “Dengan program pelatihan itu diharapkan angka pengangguran dan pencari kerja, khususnya di Kota Jambi dapat ditekan,” pungkasnya.(dwy)

Jambi Independent

�������������������������������������������������

10 CJH Belum Divaksin

Ditunggu hingga 10 Oktober

Dwy Setyowati, Kotabaru Hingga batas akhir peme­ riksaan dan pemberian vaksin meningitis 30 September lalu, hanya 715 calon jamaah haji (CJH) asal Kota Jambi yang lolos pemeriksaan kesehatan. Padahal, total CJH asal Kota

Jambi mencapai 725 orang. Artinya, masih ada 10 CJH yang tidak lolos atau belum melakukan pemeriksaan dan diberikan vaksin meningitis. Belum ada keterangan terkait 10 CJH yang belum memeriksakan diri di RSU Kota maupun Dinkes itu. Namun dite­ ngarai, CJH tersebut sedang ada keperluan lain yang tidak dapat ditinggalkan pada saat jadwal pemeriksaan dilakukan. Kepala Dinas Kesehatan Kota Jambi Irawati Sukandar,

kemarin (4/10), melansir informasi bahwa sepuluh CJH yang belum memeriksakan kesehatan diri mereka ke Dinas Kesehatan Kota Jambi, masih akan dilayani hingga 10 Oktober mendatang. “Hal tersebut dilakukan terkait waktu efektif pemberian vaksin meningitis bagi CJH,” ujar Kabid Pelayanan Kesehatan (Yankes) dr Rajanilawati, kemarin (4/10), kepada Jambi Independent. Diketahui, pemeriksaan CJH asal Kota Jambi telah dilak-

sanakan pada 27 hingga 30 September lalu di RSU H Abdul Manap, dan dilanjutkan di Dinkes Kota Jambi. Usai diperiksa, para CJH yang terindikasi dalam keadaan tidak sehat atau kondisinya tidak memburuk, diberikan catatan mengenai penanganan dan pengobatan. Hasil pemeriksaan itu juga menjadi catatan tim kesehatan jemaah haji dalam menentukan status kesehatan jemaah haji, baik pada saat akan diberangkatkan, saat di Tanah Suci,

maupun saat kepulangan. “Dari hasil pemerikasan itu akan diketahui, apakah yang bersangkutan termasuk CJH mandiri, atau CJH yang perlu dipantau,” jelas Rajanilawati. Bagi CJH yang diketahui memiliki penyakit dengan resiko tinggi (risti), seperti kencing manis atau jantung, masih tetap diberangkatkan ke Tanah Suci. “Mereka tetap akan diberangkatkan, kecuali terindikasi memiliki penyakit menular,” katanya.(*)

LANGGAR Sebuah truk yang mengangkat kendaraan berat, menyenggol pagar pembatas jalan saat akan berputar, di salah satu jalan utama di Kota Jambi, beberapa waktu lalu. Tindakan itu bukan saja melanggar peraturan, tapi juga sudah menimbulkan kerugian bagi masyarakat.

Tanjung Pinang

Perlu Pemekaran RT Kelurahan Tanjung Pinang, Kecamatan Jambi Timur termasuk salah satu kelurahan dengan jumlah KK per RT tidak sebanding dengan luas wilayahnya. Dikatakan oleh M Zen, Lurah Tanjung Pinang, kemarin (4/10), saat ini kelurahannya terdiri dari 33 Rukun Tetangga (RT), dengan luas hanya sekitar 1 kilometer persegi. Satu RT bahkan ada yang berjumlah 50 KK, padahal idelnya hanya 30 KK saja. Sehingga, kawasan pemukiman di kelurahan itu terasa sesak, dan padat, sebab kepala keluarga sudah mencapai 2.400 KK. “Sudah saatnya dibuat pemekaran wilayah RT, karena sudah tidak efektif lagi satu RT menampung lebih dari 50 KK dengan ikuran wilayah yang kecil,” katanya. Padatnya penduduk di kawasan itu tidak saja disebabkan oleh ukuran wilayahnya yang kecil, tapi juga oleh kontur tanah dan medannya yang rendah, berpayao, sehingga rawan banjir. Persoalan tidak berhenti di sana. Diketahui, hampir sebagian besar warga di Tanjung Pinang berprofesi sebagai buruh, se­ hingga standar ekonomi di bawah rata-rata. Tingkat pendidikan secara umum juga dinilai rendah, se­ hingga memicu berbagai persoalan sosial, seperti kriminal dan ketidakacuhan terhadap peraturan, seperti kebersihan. “Kesadaran warga untuk menjaga kebersihan terbilang rendah, sehingga parit-parit kerap mampet dan menimbulkan banjir saat hujan lebat,” ujarnya. Bahkan, jangankan saat hujan lebat, menangis saja seluruh warga secara serentak, maka Tanjung Pinang ini bisa karam oleh air mata, saking rawannya terhadap banjir, kelakar M Zen. Rendahnya tingkat ekonomi dan pendidikan warga di kelurahan itu tercermin juga dari kecilnya target PBB yang ditetapkan pemerintah setiap tahunnya. “Tahun ini target PBB di Tanjung Pinang hanya Rp 140-an juta, tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya,” bebernya. Tak ada aset atau perkantoran yang nilai PBB-nya lebih dari 2 juta. Nyaris seluruh objek pajak di wilayah itu bernilai rendah. (fay)

nurul fahmy / JAMBI INDEPENDENT

Waspadai Cuaca Ekstrem di Makkah Kotabaru-Cuaca ekstrem di Makkah yang dapat mencapai suhu 36-40 derajat celcius pada siang hari, dan turun 5 derajat celcius pada malam hari, ditengarai dapat menurunkan kondisi kesehatan jemaah haji. Maka dari itu, hasil pemeriksaan kesehatan CJH diharapkan dapat menjadi indikatior untuk selalu waspada terhadap kesehatan diri.

“Sehingga masing-masing CJH dapat mempersiapkan segala sesuatu terkait kesehatannya saat pelaksaaan ibadah haji,” ujar Dr Rajanilawati, Kepala Bidang Pelayanan Ke­ sehatan Dinas Kesehatan Kota Jambi, kemarin (4/10). Selain cuaca ekstrim, berbagai penyakit yang berasal dari jamaah-jamaah dari negara lain juga musti diwaspadai oleh jemaah. Sebab, dalam situasi

ibadah dengan jumlah jemaah mencapai jutaan jiwa, virus-virus penyakit dapat saja menular ke jemaah lainnya. “Makanya CJH sebelum berangkat diberi vaksin meningitis, itu dimaksudkan untuk menciptakan kekebalan tubuh terhadap serangan virus me­ ningitis yang pernah mewabah,” ungkapnya. Bagaimana dengan ibu hamil yang akan berangkat haji? Ra-

janilawati mengutarakan bahwa ibu hamil biasanya tidak akan mengambil risiko diberikan vaksin meningitis. Sebab, dikhawatirkan akan berdampak pada pertumbuhan bayi yang dikandung. Untuk itu, guna menghadapi berbagai kemungkinan pengganggu kesehatan selama di Tanah Suci, seperti cuaca ekstrem, CJH harus menyiapkan mantel, dan segala keperluan

untuk menghadapi kondisi cuaca. Namun, bagi CJH yang akan berangkat dalam waktu dekat ini tidak perlu khawatir secara berlebihan, sebab pemeriksaan kesehatan jemaah akan dilakukan pula hingga mereka kembali ke Tanah Air. “Untuk mengantisipasi penyakit yang dibawa jemaah, saat berada di Tanah Suci,” pungkasnya. (dwy)

Menelusuri Aktivitas Penjual Jamu Gendong (2-habis)

Gendong Bakul Seberat 10 Kilo Setiap Hari Berdasarkan penelitian, resep jamu gendong dari zaman ke zaman tak pernah berubah. Para penjual jamu umumnya memiliki pengetahuan yang sama tentang penggunaan jamu tersebut. Bahan-bahan yang digunakan juga hampir mirip. NURUL FAHMY, Jelutung Setiap hari Bik Min, penjual jamu yang biasa berkeliling di kawasan Jelutung, menyiapkan bahan-bahan untuk minuman jamu yang akan dijual pada sore hingga malamnya. Pekerjaan itu diseling dengan pekerjaan rumah tangga lainnya. Sebab, tak ada asisten atau pembantu yang mengerjakannya. Ibu lima anak yang sudah dewasa ini menumbuk sendiri beras dan kencur, kunyit, daun sambiloto, dan bahanbahan jamu lainnya, kemudian diulek di cobek. Ada dua cara dalam membuat jamu gendong. Pertama, dengan merebus semua bahan. Kedua, dengan memeras sari yang ada, kemudian mencam­purnya dengan air matang. Pagi-pagi benar, setelah semua perlengkapan jualan dan bahan-bahannya siap, Bik Min mulai berjalan menggendong bakul jamunya mengelilingi kawasan pemukiman di seputaran Jelutung hingga ke Thehok, bahkan kadang sampai ke Pasar. Seperti Bik Min, Mbak Siti (36), penjual jamu yang juga biasa berkeliling dari rumah ke rumah, di kawasan Jelutung hingga Talangbanjar, juga mendapat pengetahuan membuat jamu secara temurun dari keluarganya di Jawa. Hingga kini, sudah empat tahun ia berjualan jamu di Kota Jambi. Sebe­

nurul fahmy / JAMBI INDEPENDENT

BERAT: Mbak Siti (kiri) dan Bik Min (kanan), saat menjajakan jamu gendong berkeliling. Berat bakul dan isinya yang digendong keduanya mencapai 10 kilogram.

lumnya, ia berjualan di Sarolangun, dan kota kelahirannya di Wonosari. Dalam sehari, baik Bik Min atau Mbak Siti mampu mengumpulkan uang antara Rp 60 hingga 80 ribu. Pendapatan itu ia sisihkan sebagian untuk modal esoknya sebesar Rp 35.000, dan sisanya ditabung buat keperluan sehari-hari, atau tambahan biaya rumah tangga. Meski ekonomi keluarga tidak se­ penuhnya bergantung dari pendapatannya sebagai tukang jamu gendong, ka­ rena suaminya juga berdagang, namun Bik Min mengaku, dari hasil jamu itu, setidaknya ia sudah berhasil menyekolahkan anak-anaknya, hingga ada yang jadi polisi. “Anak saya yang polisi pernah melarang saya berjualan, karena menurutnya, saya sudah tua, sudah waktunya istirahat, namun saya tidak mau berhenti, sebab saat ini, bagi saya bukan lagi uang yang dicari, tapi kesibukan dan pengisi waktu luang,” katanya, bangga. Bagaimana tidak, perempuan kebanyakan yang sebaya dengannya

sudah banyak yang tidak sanggup lagi bekerja berat. Tapi dirinya masih kuat menggendong bakul jamu berisi botolbotol dengan kapasitas tidak kurang dari 10 kilogram, berkeliling sekitar empat sampai lima jam sehari. “Alhamdulilah, kesehatan saya adalah karunia Tuhan, yang diberikannya melalui jamu-jamu yang saya minum dan jual setiap hari,” ujarnya, lagi. Khasiat jamu-jamu yang dijualnya sangat beragam, tergantung yang dikonsumsi oleh pelanggan. Seperti beras kencur, jamu yang terbuat dari beras dan kencur itu berkhasiat me­ ngobati masuk angin, radang lambung (mag), batuk pilek, panas dalam, atau keracunan. Sementara itu gula jahe, yang banyak disukai anak-anak karena rasanya manis dan hangat, bermanfaatnya menjaga stamina, mencegah masuk angin, dan mengobati batuk. Resep jamu gendong umumnya ada delapan macam, yaitu beras kencur, kunyit asem, sinom, cabe puyang, pahitan, kunci suruh, kudu laos, dan uyup-uyup.

Semua bahan itu sebagian ia ambil dari kebun sendiri, dan sebagian lagi ia beli di pasar. Namun, katanya, ia tidak saja menjual jamu racikan sendiri, atau jamu gendong saja, tapi juga menjual jamu dalam kemasan, dengan berbagai khasiat. Sebab, terkadang permintaan pelanggan beragam. Maka selain jamu dalam kemasan, ia juga menambahkan pilihan pembeli dengan telur ayam kampung. Menariknya, seperti dikatakan oleh Bik Min dan Mbak Siti, meski kini telah banyak penjual jamu di depot-depot khusus, namun ia tetap memiliki pelanggan setia. Artinya tak terpe­ngaruh dengan keberadaan penjual jamu lainnya. Langganannya kebanyakan adalah perempuan, ibu muda dan laki-laki pekerja berat. Mereka rutin meminum jamu, bagi yang perempuan biasanya minum berasa kencur, namun yang laki-laki, biasanya memesan jamu kuat kerja, ditambah kocokan kuning telur ayam kampung. Kalau singgah di lokasi bangunan atau pergudangan, maka para pekerja itu mengantre membeli jamu saya, sebab menurut mereka, setelah minum jamu racikan saya, semangat kerja mereka bertambah, ujar Mbak Siti yang berwajah manis itu. Meski setiap hari bertemu dengan banyak orang dan berbagai macam karakter, diakui oleh Mbak Siti, dirinya anteng wae, karena pengalaman sudah mengajarkannya untuk berhati-hati dan bersikap sabar menghadapi berbagai macam gangguan. “Tapi selama ini saya belum pernah diganggu secara kasar, paling hanya dicagil, ya, biasalah, namnaya juga perempuan, pasti pernah diganggu,” katanya sambil tersenyum. Perempuan yang mempunyai anak balita itu mengaku, masih ada anggapan sebagian orang bahwa penjual jamu dipandang dengan berbagai sindiran. Namun, baginya semua itu tak menjadi rintangan untuk tetap terus berjualan. (*/Selesai)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.