Rizky Kertanegara, Gaya Retorika Peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat Dalam Membangun Personal ...
Penelitian ini kemudian ingin melihat citra ini berdasarkan gaya retorika komunikasi politik pada Facebook Page. Gaya retorika ini juga terkait erat dengan merek diri (personal brand). Menurut Montoya, personal brand adalah proyeksi publik dari beberapa aspek kepribadian, skill, atau nilai seseorang. Selain itu, personal brand adalah proses mempertahankan persepsi atas seseorang, dan bukan identitas seseorang sebenarnya. Hal ini yang membedakan personal brand dengan personal image (Montoya, 2002, hal. 9). Dengan demikian, rumusan masalah penelitian ini adalah 1) Bagaimanakah peserta konvensi calon presiden partai Demokat menggunakan gaya retorika dalam membangun personal brand pada Facebook Page? 2) Adakah nuansa karakter sipil dan militer yang masih dibawa dalam gaya retorika peserta konvensi calon presiden partai Demokrat? Tinjauan Pustaka Jika mengacu pada model tindakan komunikasi Harold Laswell, maka fokus penelitian ini adalah pada komunikator (who), dan pesan (says what). Komunikator adalah para peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat yang berlatar belakang sipil (akademisi, birokrat), dan militer. Sedangkan pesannya adalah gaya retorika politik yang mereka sampaikan pada Facebook Page sebagai bentuk membangun personal branding. Gaya Retorika, Komunikasi Politik, dan Persuasi Politik Retorika sendiri merupakan salah satu dari tujuh tradisi dalam teori komunikasi yang dikemukakan oleh Robert T. Craig. Menurut Craig, daya tarik logis dan emosional menjadi ciri dalam teori-teori retorika. Tradisi ini memandang bahwa aktivitas komunikator diatur oleh seni dan metode. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa kata-kata itu memiliki kekuatan. Karena itulah, informasi menjadi penting dalam pengambilan keputusan sehingga komunikasi dapat dievaluasi dan diperbaiki (Littlejohn & Fross, 2002, hal. 13). Gaya retorika merupakan bagian tak terpisahkan dari komunikasi politik. Hakikat komunikasi politik itu sendiri adalah upaya kelompok manusia yang memiliki orientasi pemikiran politik atau ideologi tertentu dalam rangka menguasai atau memperoleh kekuasaan, dan dengan kekuasaan mana tujuan pemikiran politik dan ideologi tersebut dapat diwujudkan (Nasrun & Rauf, 1993, hal. 10). Gaya retorika juga erat kaitannya dengan persuasi politik. Persuasi politik adalah suatu ajakan, bujukan, rayuan tanpa kekerasan yang dilakukan oleh para politikus sebagai komunikator kepada masyarakat khalayak sebagai komunikan dengan tujuan mendapatkan dukungan, respon, dan simpati. Menurut West dan Turner, persuasi adalah inti dari komunikasi publik atau retorika. Retorika adalah kemampuan yang dimiliki oleh pembicara untuk memengaruhi khalayaknya (Turner & West, 2007, hal. 39). Nimmo menyatakan bahwa kampanye persuasi dalam politik kontemporer bergantung pada tiga teknik yang membentuk komunikasi politik yang relevan dengan opini publik. Pertama, persuader harus mengakomodasi penampilannya pada sudut pandang audiens karena audiens memilih komunikasi yang sehaluan. Kedua,
89