BERBURU JEJAK TERORIS

Page 17

INILAH GRUP : INILAH KORAN PORTAL NEWS : WWW. INILAH.COM, WWW. INILAHKORAN.COM, WWW.YANGMUDA.COM, WWW. JAKARTAPRESS.COM MAJALAH INILAH REVIEW

JUMAT 10 MEI 2013

>17

Lima KPR dari Bank Permata INILAH/DICKY ZULFIKAR NAWAZAKI

TAHUN 2013, sejumlah perbankan seperti Bank Permata menilai pertumbuhan properti di Indonesia, khususnya Jawa Barat masih kinclong.

P

ertumbuhan itu terlihat dari perkembangan properti di Jabar, terutama Bandung. Pengembang besar maupun kecil sukses memasarkan produknya. Bahkan kini bermunculan pengembang pribadi yang hanya membuat dan memasarkan rumah dalam jumlah terbatas. “Banyak pengembang pribadi yang, misalnya, membangun 20 rumah. Biasanya rumah-rumah tersebut dipatok dengan harga yang tinggi. Tapi itu membuktikan bisnis ini menggiurkan,” ujar Head Sale and Service Management Otto Giarto Sidharta kepada INILAH, belum lama ini. Otto tidak mempermasalahkan pertumbuhan pengembang pribadi ini. Selama mereka memenuhi persyaratan untuk bekerja sama dengan perbankan, Bank Permata akan membantunya. Itulah mengapa hampir seluruh pengembang di Jabar, khususnya Bandung, bekerja sama dengan Permata. Hanya saja, untuk sementara, Bank Permata belum melayani pengajuan kredit rumah bersubsidi atau FLPP. Selama ini, Bank Permata main di kelas menengah, atau rata-rata berkisar di angka Rp700 juta-1 miliar. “Secara natural, orang yang membeli rumah tergolong middle income. Karena untuk memenuhi persyaratan kredit, penghasilan mereka minimal tiga kali lebih besar dari angsuran,” tutur Otto.

INILAH/DICKY ZULFIKAR NAWAZAKI

Banyak pengembang pribadi yang, misalnya, membangun 20 rumah. Biasanya rumah-rumah tersebut dipatok dengan harga yang tinggi. Tapi itu membuktikan bisnis ini menggiurkan.” Selain itu, rata-rata nasabah Bank Permata adalah first home buyer. Untuk nasabah yang ingin membeli rumah atau apartemen dengan tujuan investasi, biasanya tingkat kehati-hatian diperkuat. Apalagi standar kredit Bank Permata cukup ketat. Meski cukup kuat, keuntungan yang ditawarkan di Bank Permata sangat banyak, karena memberikan berbagai varian dan pilihan. Hal ini memungkinkan nasabah lebih leluasa memilih

kredit yang cocok untuknya. Seperti diketahui, setidaknya Bank Permata memiliki lima jenis produk kredit properti. Pertama, Permata KPR Keluarga. Produk ini menghubungkan KPR nasabah dengan tabungan keluarga, maksimal lima rekening. Poin kelima rekening ini akan meringankan beban bunga KPR. Kedua, Permata KPR Bijak. Dengan produk ini, berapapun jumlah tabungan nasabah akan diperhitungkan untuk mengurangi cicilan KPR, sehingga ke-

inginan untuk memiliki rumah sendiri bisa semakin cepat menjadi kenyataan. Keuntungan dari Permata KPR Bijak adalah 75% saldo tabungan diperhitungkan sebagai pengurang pokok pinjaman dalam perhitungan bunga KPR. Lalu, semakin besar saldo tabungan, semakin kecil bunga KPR, sehingga kredit nasabah pun akan cepat lunas. “Produk kami tersebut satu-satunya di Indonesia, bahkan untuk produk pertama telah mendapatkan penghargaan dari Mu-

seum Rekor Indonesia,” tutur Otto. Ketiga, Permata KPR Cicilan Tetap. Produk ini memungkinkan nasabah untuk lebih mudah mengatur keuangannya. Karena, suku bunga tetap hingga akhir masa perjanjian kredit. “Kami juga masih memiliki banyak produk unggulan KPR lainnya. Turunan dari produk KPR dan KPA masih sangat banyak. Kami adalah leader dalam berbagai inovasi produk tersebut,” pungkasnya. (reni susanti/ing)

BNI Sediakan Kredit Kepemilikan Rumah Senilai Rp33 Triliun KREDIT pemilikan rumah masih sangat kuat di PT Bank Negara Indonesia (BNI). Target mereka, tahun ini bisa menyalurkan kredit senilai Rp33 triliun. BNI optimistis, bisnis KPR di Indonesia masih akan terus berkembang dan jauh dari risiko bubble (penggelembungan). Pasalnya, pemberian kredit untuk sektor perumahan masih cukup kuat, dengan tingkat non performing loan/kredit macet (NPL) terjaga baik di kalangan industri perbankan. “Bubble itu masih jauh. Bahkan, penurunan suku bunga di sektor KPR juga tidak akan mempengaruhi buruknya pemberian kredit, yang nantinya berdampak kepada bubble-nya sektor keuangan terhadap KPR,” kata Direktur Konsumer & Ritel BNI, Darmadi Sutanto saat ditemui di Gedung BNI Pusat Jakarta, Selasa (7/5). Darmadi optimis, sektor properti di Indonesia masih jauh dari penggelembungan ekonomi atau bubble. Dilihat dari kebutuhan akan perumahan yang masih jauh lebih tinggi dari ketersediaan rumah.

INILAH/SYAMSUDDIN NASOETION

“Kami optimis bubble itu risiko yang tak perlu dikhawatirkan. Demand untuk beli rumah lebih tinggi dari supply, berarti permintaan lebih tinggi. Orang yang beli untuk dipakai,

banyak,” kata Darmadi. Menurut Darmadi, tingkat pemberian kredit untuk KPR sekarang masih sangat kuat. Itu terlihat dari tingkat NPL yang masih terjaga. Dar-

madi mencontohkan, tingkat NPL Bank BNI pada sektor KPR saat ini masih diangka 2,1%. “Ini menunjukan sektor KPR di BNI masih dapat dijaga dengan baik

dan tetap memperhatikan kualitas pemberian kredit,” ujar Darmadi. Terkait pemberian kredit kepada masyarakat, bank pelat merah tersebut juga tidak akan memberikan secara asal-asalan. Karena, hal tersebut akan berdampak kepada liarnya tingkat NPL di sektor KPR. “Bila hal itu terjadi dan tetap dibiarkan, maka bukan tidak mungkin industri perbankan terkait akan mengalami kebangkrutan. Makanya, kita memberikan kredit kepada mereka yang mampu, tidak kepada mereka yang tidak mampu. Kalau itu tetap diberikan, bisa saja bank itu tutup, karena kredit macetnya besar,” ucap Darmadi. Secara keseluruhan, menurut Darmadi, BNI mematok target pemberian KPR mencapai Rp33 triliun sampai akhir tahun ini. Angka itu berarti bertambah sebesar Rp8 triliun dari capaian KPR BNI tahun lalu yang sebesar Rp25 triliun. “Jadi target KPR kami tahun ini naik Rp 7 triliun sampai Rp 8 triliun,” papar Direktur Konsumer dan Ritel BNI itu. (tio sukanto/ing)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.