Tabloid Edisi 148

Page 20

Kenalkan Alquran dan Hadis Sejak Dini Al quran dan Hadis Harga Mati

Mengaji Guru mengaji bimbing anak mengahafal Al quran/Safrizal

A

l quran dan Hadis sebagai pedoman umat Islam dalam berbuat dan bersikap serta memahami amar makruf nahi munkar, guna mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Selain itu, didalamnya terkandung ilmu pengetahuan sehingga dengan mempelajari Al quran dan Hadis manusia akan tahu manfaat dan segala bentuk keajaibannya serta mampu membersihkan hati, dan menambah keimanan seseorang. Berangkat dari sabda Rasulullah Saw, “Sesungguhnya aku diutus ke permukaan bumi ini, untuk menyempurnakan akhlak manusia,” ujarnya. Oleh karena itu, pengenalan Al quran dan Hadis sejak dini sangat penting, karena anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Realitanya seiring dengan perkembangan zaman dan dibarengi dengan pengaruh Barat yang memunculkan akhlak yang tidak baik, yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap Al quran dan Hadis. Contohnya orang tua kurang mengontrol anakanak dalam menggunakan teknologi dan pergaulan. Dalam hal ini, untuk mewujudkan anak yang berakhlakul kharimah, maka orang tua harus memahami, dan menerapkan hal-hal positif pada dirinya, memberi contoh yang baik kepada anak. Ibnu Khaldun pakar sosiologi Muslim terkemuka berpendapat, mengajarkan Al quran kepada anak-anak adalah lambang Islam. Ini bertujuan untuk meresapkan iman dan meneguhkan akhlak melalui ayatayat sucinya dalam hati yang masih kosong dan bersih. Selain itu, permasalahan pengenalan Al quran salah satunya ialah orang-orang cenderung banyak yang membaca Al quran namun tidak tahu ketentuan-ketentuan

dalam membacanya. Permasalahan tersebut kerap kali tidak menjadi perhatian bagi setiap individunya, padahal ini merupakan kesalahan yang mendasar. Terkait mengenai Al quran dan Hadis Damanik Dosen Tafsir Hadits Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN IB Padang mengatakan, bahwa saat ini anak-anak membaca Al quran hanya terfokus pada murotalnya saja. “Kenyataanya banyak yang murotalnya bagus tetapi kurang memahami isinya dan tidak mengerti dalam menuliskannya,” tuturnya. Penyebabnya sistem pengenalan yang bermasalah, pengenalan Al quran dan Hadis harus dilakukan secara bertahap di awali dengan membaca, menulis, menganalisis dan memahami isi dari Al quran dan Hadis yang telah dipelajari. Lanjutnya, hal ini sudah menjadi warisan dari generasi kegenerasi sebelumnya dan jarang orang yang melakukan renovasi. “Ini yang harus diperbaiki pada saat sekarang ini,” tuturnya. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengenalkan Al quran dan Hadis pada anak. Pembelajaran bisa didapatkan dengan memasukan anak-anak pada sekolah keagaamaan. “Karena tidak semua orang tua yang dapat memahami dan mengajarkan pengetahuan tentang Al quran dan Hadis secara baik kepada anaknya,” jelasnya. Kemudian tidak hanya itu ia juga mengatakan, lembaga-lembaga juga turut berperan penting dalam hal ini, dimana lembaga harus bisa mencetak calon-calon pendidik yang bisa mengajarkan Al quran dan Hadis dengan baik. Pengenalan Al quran dan Hadis sejak dini akan berpengaruh pada akhlak anak berbeda dengan anak yang tidak mendap-

atkan pengenalan. “Akhlak nya akan lebih terarah kepada isi dari apa yang dipahaminya selama pengenalan tersebut,” kata dosen FDIK itu. Katanya, teknologi juga dikatakan sebagai faktor penghambat, karena realitanya tidak hanya orang dewasa yang mengerti dengan teknologi tetapi anak-anak dibawah usia tujuh tahun sudah mengerti gadget. Bahkan orang tua memberikan gadget untuk memenuhi keinginannya, daripada harus mengenalkan Al quran sejak dini pada anak-anaknya. Tambahnya, jangan terlalu lama dalam pengenalan huruf melainkan pengenalan bahasa, menulis dan memahami isi dari Al quran dan Hadis. “Agar anak tidak hanya dapat membaca saja melainkan mengerti dengan isi dan maksud yang disampaikan Al quran dan Hadis itu,” harapnya. Salah satu guru tahfidz Masjid Raya Ampang Safrizal mengatakan, pengenalan Al quran dan Hadis sejak dini sangat berpengaruh pada pola pikir dan tingkah laku anak. “Akhlakul Kharimah anak akan terbentuk dengan baik jika diberi pemahaman Al quran sedari kecil,” ujarnya. Jika dilihat perbandingan pemahaman menghafal anak kecil dengan anak remaja yang sedang belajar sangat jauh berbeda. Perbedaan ini terletak pada kemudahan dalam menghafal dan menirukan oleh anakanak dari pada remaja. “Hal ini disebabkan pikiran anak-anak masih bersih, berbeda dengan remaja yang memiliki emosi labil, namun hal tersebut bukan menjadi hambatan untuk menghafal Al quran, karena semua tergantung niat,” terang Safrizal. Kemudahan menghafal Al quran dan memahami Hadis itu tergantung pada kemampuan anak, karena kemampuan setiap anak berbeda. Namun, dalam hal ini orang tua dan pendidik harus memberikan asupan bimbingan, yang bertujuan untuk mendorong potensi yang dimiliki anak. “Saya berharap Al quran dan Hadis menjadi prioritas bagi umat Islam, terutama bagi orang tua yang harus lebih dulu memahami akan keutamaan Al quran dan Hadis, karena orang tua merupakan sumber utama perolehan pendidikan anak,” katanya saat diwawancarai Via Telephone. Safrizal melanjutkan, dalam menghafal Al quran di rumah tahfidz ini kerja sama dengan orang tua juga sangat dibutuhkan oleh para pengajar. Dimana para orang tua tidak hanya memberikan anak pendidikan agama di luar rumah tapi juga keseungguhannya memberikan dorongan kepada anak untuk mengenalkan Al quran dan Hadis dirumah. Senada dengan Damanik, kata Safrizal metode dalam mengajarkan Al quran tidak perlu lama-lama, yang terpenting anakanak tahu cara membacanya, dengan mengenalkan huruf terlebih dahulu dan mengkaitkan dengan kehidupan sehari-hari. “Contohnya huruf alif seperti tiang, dan huruf ba seperti mangkok, tujuannya agar anak-anak mudah mengingat dan tidak bosan,” jelas mahasiswa Jurusan Komunikas

Penyiaran Islam itu. Pengenalan Al quran dan Hadissejak dini dirasakan oleh Mahasiswa Jurusan Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Bintang Soraya mengatakan, motivasi awal untuk menjadi penghafal AlQuran ialah kedua orang tuanya. Ia mengatakan sejak kecil ia sudah melihat ibunya mengaji dan sering dibawa ayahnya ke masjid untuk melakukan sholat berjamaah, serta menghadiri kajian-kajian. “Saya sudah mulai memahami dan menghafal Al quran ketika saya kelas lima Sekolah Dasar dan kekuatan niat untuk menghafal saya dapatkan dari orang tua,” kata Hafidz 30 juz itu. Bintang melanjutkan, dalam hadist keutamaan Al quran adalah apabila ada salah seorang keluarganya penghafal Al quran. Maka ia bisa memberikan syafaat kepada 10 anggota keluarganya yang sudah wajib masuk neraka. “Jadi ini hadis awal yang saya ketahui, membuat saya terinsipirasi untuk menghafal Al quran,” Selain itu, mahasiswa yang telah menjuarai beberapa lomba hafidz itu mengatakan, sangat penting pengenalan Al quran dan Hadis disuasanakan sejak dini. “Karena memorinya cepat untuk mengingat dan mudah menirukan apa yang ia lihat,” ujarnya. Tambahnya, apapun profesinya dan cita-citanya yang penting ia hafal 30 juz. Hal ini sudah dicontohkan oleh orang-orang terdahulu seperti Ibnu Sina seorang dokter yang terkenal ia hafal Al quran 30 juz dan memahami hadis. “Al quran harga mati, jika sudah ditanamkan Al quran harga mati didalam diri setiap individu maka, NKRI turut menjadi harga mati pula,” tegas Alumni Pondok Pesantren Barid Al-Munawarah Padang Panjang itu. Taktum (50) mulai mengenalkan AlQuran dan Hadits pada anaknya sejak dini. Bersikap tegas agar anak tidak bermainmain dengan kewajibannya. “Langkah awal saya mengenalkan kepada Al quran yaitu dengan membawanya kemasjid untuk shalat berjamaah dan menyuruhnya mengikut anak-anak seumurannya mengaji,” katanya. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan menjadi anak kebanggaan keluarga. “Saya berharap anak saya bisa menjadi ulama dan bermanfaat bagi orang lain,” ujarnya saat diwawancarai Via Telepon. Faktor yang mempengaruhi anak ialah teknologi seperti televisi karena akan merusak anak jika menonton tanpa di awasi oleh orang tua. “Sejak kecil anak saya tidak pernah saya perbolehkan menghidupi televisi jika telah masuk waktu mengaji dan belajar,” paparnya. Taktum juga mengalami kesulitan dalam hal mendidik anak, namun sebagai orang tua harus bersikap tegas kepada anak. “Saya sering menegaskan kepada anak untuk selalu melaksanakan kewajiban sebagai seorang hamba Allah SWT,” katanya. Kemudian Taktum mengaku tidak mengerti agama secara keseluruhan, karena tidak menempuh pendidikan keagamaan sejak kecil. “Karena pengetahuan saya mengenai agama terbatas, saya memilih memasukkan anak saya ke sekolah keagamaan,” jelasnya. Saya berharap sebagai orang tua hendaknya harus melaksanakan kewajiban, seperti mengenalkan agama kepada anak. Karena nanti semuanya akan diminta pertanggung jawaban di akhirat. “Sebagai orang tua kita harus menanamkan nilainilai agama pada diri anak sejak dini karena sudah merupakan tanggung jawab dan kewajiban kita,” jelasnya. Neni Cahnia, Lisa Septri (Mg)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.