Haluan kepri 20des15 minggu

Page 4

Minggu, 20 Desember 2015

Komunitas

4

EDUKASI SEX CEGAH PERGAULAN BEBAS PADA MAHASISWA PENDIDIKAN seks sudah seharusnya diberikan kepada anak – anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan formal maupun non formal untuk mencegah remaja dalam prilaku seks yang tidak diinginkan. Pemahaman materi sex education ini juga berguna membantu mereka memahami seks secara baik dan benar. Reni Asmayeti Liputan Batam Mahasiswa juga tergolong remaja sangat rentan terhadap informasi salah mengenai seks. Dampaknya adalah mereka akan termakan mitos-mitos tentang seks yang tidak benar, bahkan terjerumus ke dalamnya. Sepertinya ini juga bukan menjadi hal yang tabu bagi anak muda, sehingga mahasiswa manapun sangat antusias jika topik love, dating dan sex diangkat dan dibicarakan, ini dibuktikan dengan kehadiran para mahasiswa dari berbagai kampus yang ada di Batam dalam seminar yang diadakan di Universitas Batam (UNIBA) pada Sabtu (12/12) kemarin. Frince Invo Putra selaku ketua Panitia menyatakan bahwa seminar ini adalah program tahunan yang ada di kampus mereka. “Seminar dengan Tema Love, Sex and Dating ini merupakan salah satu program kerja tahunan yang diadakan oleh UKM PMK Ebenhaezer Universitas Batam”, kata Frince saat memberikan sambutan. Ketua PMK Ebenhaezer Roynaldo Talutu berharap bahwa seminar ini dapat memberikan perubahan paradigm mahasiswa tentang masa depannya. Pengetahuan ini menjadi penting karena akan mempengaruhi rangsang seksual. Sebagai contoh, jika seorang pria memberi perhatian kepada wanita meski tujuannya sebagai teman, akan menimbulkan perasaan dan penafsiran berbeda dari wanita tersebut, karena perhatian dari pria inilah yang wanita harapkan. Sebaliknya, jika pria menggandeng tangan wanita, si pria merasa lebih senang karena memang rangsang seksual pria ada pada visual dan sentuhan langsung, meski si wanita merasa biasa saja dengan hal ini. “Seminar ini bertujuan untuk menambahkan pengetahuan juga meningkatkan pemahaman mahasiswa sehingga semakin sadar bahwa Tuhan berikan untuk merancang sebuah masa depan”, kata Roy kepada Haluan saat diwawancarai. Dalam seminar ini juga mendatangkan Yudhy Sanjaya sebagai salah satu pembicara yang tidak asing lagi dikalangan anak muda Batam. Yudhy mengingatkan peserta seminar untuk memiliki penguasaan diri dalam menghadapi persoalan cinta. “Cinta itu dapat member kehangatan, tapi juga bisa menghanguskan, tergantung bagaimana kita mengambil keputusan dalam bercinta”, ujar Yudhy dengan antusias. Demikian juga pandan-

gannya terhadap sex dikalangan pemuda yang sebenarnya sex itu indah adanya. Penyebab terjadinya free sex tak hanya karena kurangnya pemahaman sex education, tapi juga bisa banyak faktor, diantaranya salahnya pergaulan, maraknya pronografi, pengaruh obat atau alkohol, lemahnya keimanan, adanya kesempatan, tak terbuka dengan orangtua dan sebagainya “Sex itu indah bila di saat yang tepat, pada sasaran yang tepat dan dengan tujuan yang tepat. Banyak orang yang bependapat bahwa zaman sudah berubah dan mereka berpikir bahwa having sex beforemarriage atau melakukan hubungan suami istri sebelum menikah adalah biasabiasa saja. Benarkah pendapat ini? TIDAK. Agar tidak salah pergaulan, maka edukasi tentang sex ini sangat perlu untuk pengetahuan mahasiswa sehingga bisa membedakan mana yang baik dan yang tidak,”, jelas Yudhy. Orang yang melakukan sex sebelum memasuki pernikahan cenderung mengalami pernikahan tidak bahagia, yang seringkali diakhiri dengan pertengkaran atau perceraian. Menurut survey, gadis-gadis akan merasa lebih bahagia ketika memasuki kehidupan rumah tangga jika mereka bisa menjaga kesuciannya. “Pria yang melakukan hubungan sex sebelum menikah akan mengalami apa yang disebut “sexual salivation”, yaitu keinginan untuk melakukan hubungan sex dengan wanita lain secara bergantian. Bukankah jauh lebih baik bagi orang muda berkomitmen untuk menjaga virginity (keperawanan atau keperjakaan) dan mengatakan tidak pada sex, dari pada menyesal seumur hidup,”paparnya lagi. Dampak negatif yang terjadi jika remaja telah melakukan free sex adalah merasa ketagihan, terbebani dosa, hamil di luar nikah, aborsi, terjangkit penyakit menular seksual seperti HIV-AIDS dan lain sebagainya. “Solusi yang bisa dilakukan di antaranya dengan memperdalam keimanan, memilih pergaulan yang positif, selektif

terhadap media, memahami perbedaan rangsang seksual antara pria dan wanita, membawa diri baik cara berpakaian dan bertindak yang dilandasi norma agama dan sosial, serta membangun komunikasi yang efektif dalam keluarga,”ujar pria ramah ini. Selain masalah cinta dan sex, bagaimana berpacaran yang sehat juga diulas dengan lugas oleh pembicara ini. Banyak orang pada waktu berpacaran menjadi eksklusif, nempel kayak perangko, rasa cemburunya meningkat, mulai meninggalkan pelayanan, dan sebagainya, bentuk pacaran seperti ini tidak sehat. Lalu apa yang harus dikerjakan pada masa pacaran? Yudhy pun menjelaskan bahwa ada beberapa poin target pacaran yang sesungguhnya perlu diperhatikan, yaitu: Proses peralihan dari “subjectivelove” ke “objectivelove” “Subjective love” sebenarnya tidak berbeda daripada “manipulative love”, yaitu kasih dan pemberian yang diberikan untuk memanipulir orang yang menerima. Pacaran adalah saat yang tepat untuk mematikan “sinful nature” atau tabiat dosa dan mengubah kecenderungan “subjective love” menjadi “objective love”, yaitu memberi sesuai dengan apa yang baik,

yang betul-betul dibutuhkan oleh si penerima. Proses peralihan dari “enviouslove” ke “jealouslove” “Envious” sering diterjemahkan sama dengan “jealous”, yaitu cemburu. “Envious” adalah kecemburuan yang negative yang ingin mengambil dan merebut apa yang tidak menjadi haknya,

sedangkan “jealous” adalah kecemburuan yang positive yang menuntut apa yang memang menjadi hak dan miliknya. Proses peralihan dari “romanticlove” ke “real love” “Romantic love” adalah kasih yang tidak realistis, kasih dalam alam mimpi yang didasarkan pada pengertian yang keliru bahwa kehidupan ini manis sematamata. Kaum muda yang berpacaran biasanya terjerat pada “romantic love”. Proses peralihan dari “activitycenter” ke “dialog center” Pacaran dari kebanyakan hampir selalu “activity center”. Isi dan pusat dari pacaran tidak lain dari pada aktivitas,

misalnya nonton, jalanjalan, duduk berdampingan, cari tempat rekreasi, dsb., sehingga pacaran 10 tahun pun tetap merupakan 2 pribadi yang saling tidak mengenal. Proses peralihan dari “sexualoriented” ke “personal oriented” Pacaran bukanlah saat untuk melatih dan melampiaskan kebutuhan sex, tetapi pada pengenalan pribadi yang mendalam. Jadi, masa pacaran tidak lain daripada masa persiapan pernikahan, oleh karena itu pengenalan pribadi yang mendalam adalah suatu keharusan. “Pacaran adalah masa pengenalan menuju pernikahan. Salah berpacaran maka pernikahannya akan mendatangkan kesengsaraan. Pacaran semestinya lebih mengutamakan dialogis daripada hanya sekedar aktivitas”, kata Yudhy. SelainYudhy, seminar tersebut juga menghadirkan ketua Himpunan Psikologi Indonesia Wendi Nur Anisa sebagai narasumber. Wendi member

tinjauan psikologi dalam menjalin hubungan dalam pacaran yang sehat. “Perlu adanya tiga unsur yang penting dalam pacaran yaitu kedekatan, passion dan juga komitmen”, ujar Wendi yang sehari-harinya berprofesi sebagai psikolog di sebuah rumah sakit di Batam. Dalam seminar yang dihadiri lebih dari 200 mahasiswa dari berbagai kampus ini pun tampak riuh, ketika pembicara memberikan waktu untuk tanya jawab. Suasana riuh menjadi-jadi ketika mahasiswa melontarkan ide, merespons pertanyaan, dan memaparkan secara bergantian. Para peserta seminar juga diberikan sertifikat sebagai tanda kehadiran. Dari edukasi ini juga dapat disimpulkan bahwa kiranya selain pemahaman benar yang didapat, diharapkan peserta juga ada keberanian untuk menentukan langkah mereka menuju masa depan mereka. Jangan karena kesenangan sesaat memberikan dampak penderitaan yang berkepanjangan.***

NET

Editor: Reni, Layouter: Mario S


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.