Haluan, 25 september 2011

Page 22

22 K A M P U S

MINGGU, 25 SEPTEMBER 2011 M 26 SYAWAL 1432 H

MEMANFAATKAN JEJARING SOSIAL FACEBOOK

Antara Mencari Jodoh dan Teman Gandrung jejaring sosial, semisal Facebook, Twitter dan jenis lainnya tidak lagi hinggap pada remaja, namun telah merambah ke segala usia.

Dari umur sekolah dasar hingga pekerja kantoran dan ibu rumah tangga pun sudah menggunakan memanfaatkan jejaring sosial ini. Dari tukang ojek hingga pejabat. Hari begini ngak punya akun fesbuk…ketinggalan men… Jejaring sosial ini bisa menyatukan orang dalam ruang “privat” yang disebut dengan “status” di pelbagai penjuru dunia yang secara ekonomis sangat hemat dan efesien, dan tak rumit. Perkenalan, berkomunikasi dengan orang lain pun sangat mudah dan bisa langsung akrab serta “lengket” alias terus berlanjut. Tak sedikit jasa jejaring sosial ini menyatukan insan lain jenis hingga ke jenjang pernikahan, yang berawal dari saling komen di FB dan Twit. Lalu berlanjut… Ooo, iya, tapi jangan terlalu gegabah juga, karena jejaring sosial ini pula beberapa kasus kriminal

mencuat di tengah kehidupan social. Beberapa waktu lalu, terjadi penusukan karena cemburu yang bersumber saling komen status di FB. Ada juga penculikan. Dan banyak lagi yang negatif-negatif itu. Kendati yang positif ada juga, tentunya. Ada beberapa orang yang bertemu jodohnya FB lalu menikah. Tentu bermula dari perkenalan, bertemu atau kopi darat— istilahnya, beberapa kali dan menikah. Nurhusni Aulia, mahasiswi STIKES Mercu Bakti Jaya Padang ini mengaku, mahasiswa yang tidak punya akun Facebook itu kuno. “Facebook adalah komunikasi melalui dunia maya. Berkenalan dengan lawan jenis melalui Facebook itu sudah biasa. Tapi, jika Facebook dijadikan sebagai ajang cari jodoh itu merupakan pengertian yang salah,” tutur mahasiswi yang akrab dipanggil Husni

ini.

Proses pernikahan melalui Facebook ini memang menarik. Tapi, tidak jarang yang pasangan seperti ini bercerai. Sebab komunikasi yang dilaluinya pada tahap perkenalan tidak berlangsung baik. Awalnya hanya berkenalan, bertemu beberapa kali dan langsung menikah. “Bagi saya proses ini memang kurang matang, dan rawan serta riskan konflik. Tapi semua tergantung kedua pihak memanknai perkawinan itu,” analisis Husni. Sebagai seorang mahasiswa, nilainya, harus bisa berpikir secara realistis. Facebook itu berada di dunia maya. Artinya kondisi seseorang yang berada di Facebook itu amat sering tidak sesuai dengan faktanya. “Jangankan untuk mencari jodoh, penipuan yang menghabiskan uang pun sudah sangat sering,” tambah Husni. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Sri Resqita Gustini, mahasiswa IAIN IB Padang. Ia menilai, sudah banyak orang yang memang menjadikan Facebook sebagai ajang mencari

jodoh. Jika Facebook hanya dijadikan lahan untuk perkenalan itu boleh saja. Seandainya memang tertarik dengan pasangan di jejaring sosial tersebut. Lebih baik sebuah pertemuan diatur untuk menjalin keakraban. Jadi tidak hanya didalam Facebook saja “Untuk sebuah ajang pencarian jodoh, Facebook mempunyai keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain visual dan pesan saja. Walaupun sekarang bisa menggunakan webcam, itu juga kurang efisien,” sambung mahasiswi yang akrab disapa Tini. “Berkomunikasi lewat dunia maya sebenarnya tergantung pada niat penggunanya. Karena sisi negatif pada Facebook bisa saja juga muncul. Apabila niat dari penggunanya untuk menipu, mencari jodoh, ataupun tindakan lain yang bersifat melanggar norma. Apakah hanya sebatas menambah teman, atau untuk mengenal siapa dia dan siapa aku,” katanya. Desi Susanti, mahasiswi Universitas Andalas ini mempunyai pendapat yang berbeda. Katanya, biasa saja jika Facebook dijadikan sebagai ajang mencari jodoh. Bagi

remaja ataupun mahasiswa, Facebook kerap dijadikan sebagai tempat curhat, cari teman, tempat untuk bercanda ataupun mencari informasi tentang orang yang dikenal ataupun tidak. “Penilaian orang itu relatif terhadap sesuatu. Bagi yang mengatakan Facebook iu bukan ajang cari jodoh itu boleh saja. Bahkan pendapat orang tersebut bisa jadi benar karena melihatnya dari segi negatifnya saja,” kata Desi. Selain itu, jika dilihat dari segi positifnya, maka faktanya akan berbalik. Facebook akan berubah sebagai ajang mencari jodoh. Walaupun demikian, tentu ada batasannya. Batasan tersebut cukup sebagai tempat perkenalan dan keakraban saja. “Perlu diwaspadai bagi pengguna Facebook yang menjadikannya sebagai ajang cari jodoh, yaitu, cara berkenalannya. Selain itu pengguna harus mencari informasi lebih lanjut tentang lawan bicara tersebut,” tutup mahasiswi yang akrab dipanggil Desi ini. (Tim Mahasiswa Jurnalistik IAIN Padang)

DEBAT

Semua Berpulang pada Diri Kita Liza Kurniati, Mahasiswi Jurusan Ilmu lewat Facebook ini juga dilakukan banyak Sosial Politik UNP orang saat ini, tak terkecuali selebritas. Seperti yang telah dilakukan oleh artis Facebook adalah dunia maya yang sering dimanfaatkan serba bisa Dorce. oleh para remaja Menemukan jodoh lewat Facebook Menemukan jountuk mencari tedoh lewat Facebook adalah suatu hal yang wajar dilakukan man, pacar bahkan pada saat ini. Itu semua tergantung adalah suatu hal yang pada diri seseorang untuk menentukan mencari jodoh. Bawajar dilakukan pada saat ini. Itu semua nyak pendapat yang bagaimana cara yang ditempuhnya untuk menentukan siapa yang terbaik tergantung pada diri mengatakan bahwa dijadikan pendamping hidupnya. Facebook hanya unseseorang untuk metuk sekadar mencari nentukan bagaimana teman tidak untuk mencari jodoh, tapi cara yang ditempuhnya untuk menentukan siapa yang terbaik dijadikan pendamping berbeda dengan saya, karena saya hidupnya. berpendapat bahwa Facebook ini juga ajang untuk mencari jodoh. Banyak hal positif yang bisa kita ambil Berawal dari kenalan, cattingan, terus dari Facebook ini. Tergantung bagaimana ketemuan atau kopidarat. Karena sering kita menaggapinya. Kalau kita yakin cattingan lewat Facebook kita menemukan Facebook ini adalah salah satu jalan untuk kemistri. Kita merasa cocok, itulah yang menemukan pendamping hidup, mengapa akhirnya bisa menimbulkan rasa saling kita tidak memanfaatkannya. Iya nggak, suka dan saling memiliki. Ajang cari jodoh iya nggak…

Meria Ernita, Pengembangan Masyarakat Islam(PMI) IAIN IB Padang Bicara masalah Facebook yaitu komunikasi lewat dunia maya adalah hal yang mayoritas dilakukan banyak orang saat ini. Mulai dari kalangan anak-anak, remaja, malahan sampai kalangan tua, sudah mengenal apa itu Facebook. Facebook sungguhlah memberikan manfaat yang besar bagi banyak orang di seluruh penjuru. Dengan Facebook seseorang bisa berkomunikasi dengan rekan-rekannya di luar negeri sana dan melalui Facebook kita bisa memiliki banyak teman kenalan. Komunikasi sangatlah dibutuhkan demi terjalinnya suatu persatuan dan silaturahim, baik dalam bentuk persaudaraan, bisnis, maupun kerja sama lainnya. Di sini Facebook meluncurkan diri demi mewujudkan hal yang demikian. Tapi, dilihat pada saat sekarang, kebanyakan fungsi Facebook disalahgunakan, yang awalnya

hanya sekadar mencari teman akhirnya dijadikan sebagai ajang mencari jodoh oleh para remaja sekarang ini. Padahal kita tidak tahu bagaimana watak dan karakter orang tersebut. “Facebook, Jodoh. Ih malu ah.” Mendengar kenyataan demikian, orang beranggapan dan menilai itu adalah suatu hal yang sepele. Facebook adalah ajang cari jodoh, prinsip demikian hendaklah menjadi sebuah renungan yang mendalam bagi kita. Dengan menerapkan prinsip tersebut butuh pertimbangan yang lebih jauh. Telah ada kita lihat perjodohan ulah Facebook akhirnya malah berakhir dengan perceraian. Jadi pikir dan renungkanlah karena Facebook merupakan interaksi lewat media sebuah layar yang sebenarnya memberikan manfaat tetapi itu tergantung orang yang mengunakannya. Bermanfaat atau tidaknya suatu media tergantung dari orang yang memakainya.

KOMENTAR

Cari Jodoh diFacebook, Ngak Banget Deh… Roza, Teknik Sipil Universitas Bung Hatta SAYA tidak setuju dengan ajang pencarian jodoh melalui Facebook. Kita sama-sama tahu kalau Facebook itu adalah dunia maya segala sesuatu yang ada di dalamnya belum pasti kebenarannya. Berkenalan dengan seseorang lewat dunia nyata secara langsung, tatap muka saja masih bisa tertipu apalagi di dunia maya yang segala sesuatunya bias dibuat sesuka hati apalagi masalah jodoh. Jodoh adalah orang yang akan menjadi teman hidup kita yang perlu kita ketahui bagaimana watak dan perilakunya lebih dalam. Karena itu untuk mengenal seseorang itu tidak cukup hanya melalui Facebook saja yang mana kita hanya bias melihat fotonya saja, sedangkan kebenaran data yang ada di Facebook belum tentu semuanya benar. Alangkah baiknya kalau kita kenal seseorang lewat dunia nyata saja. Marlis, Mahasiswa Fisika UNP MENCARI jodoh melalui Facebook saya tidak setuju karena akibat yang ditimbulkannya tidak baik karena kita belum mengetahui bagaimana sifat, sikap dan karakter seorang yang kita temukan di Facebook . Bisa-bisa kita tertipu karena sifatnya jelek tidak sesuai dengan apa yang dikatakannya sewaktu online , bahkan parahnya, ada seorang yang sengaja untuk melakukan kejahatan. Untuk itu, lebih baik mencari jodoh di dunia nyata dari pada di Facebook. Kalau di dunia nyata kita bisa langsung mengetahui bagaimana sifat langsung, dan dapat mengetahui gimana karakternya sesungguhnya. Uteri Kurnia Dewi, Mahasiswa Matematika STAIN Bukittinggi KALAU mencri jodoh melalui Facebook menurut saya tidak usahlah dilakukan. Masalahnya akibat yang di timbulkan tidak selamanya baik, banyak dampak yang negative di timbulkannya. Misalnya penipuan dengan mengatakan statusnya lajang malah kenyataanya terbalik dengan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Bukan itu saja sifat dan wataknya pun sulit untuk kita mengetahui kalau kita tidak berinteraksi dan bertatap muka dengan orang itu langsung, yang nyata saja juga susah untuk mengenali watak seseorang apalagi melalui Facebook, ngak banget deh… Lili Arlani, Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum, UMSB FACEBOOK ajang mencari jodoh. Setuju aja asal kita harus teliti dan tahu gimana pasangan yang kita kenal di Facebook, walaupun sudah tahu sebagai mana pasangan yang kita temukan secara detail. Kita juga harus mengenalnya secara nyata dan berinteraksi langsung tatap muka dengan pasangan yang kita temukan di Facebook. Sebelum memutuskan apapun bahkan sesuatu yang lebih mendalam lagi. Kalau seorang serius untuk mencari pasangan hidupnya melalui Facebook pasti dia mengkomfirmasi dan menyimpan datadata yang benar dalam Facebooknya. Walau gimanapun kita juga harus tetap waspada jangan sampai hal yang tidak di inginkan tidak terjadi.

KABAR

REHAL Judul Harapan Penulis Editor Penerbit Tebal Origami—Anwar Nasihin, Maya Hirai, dan beberapa peserta foto bersama sambil memperlihatkan hasil karya origaminya. vino

200 Orang Ikuti Workshop dan Pameran Origami 200 orang siswa dan mahasiswa yang ada di Kota Padang mengikuti workshop dan pameran origami di Balairung Caraka Universitas Bung Hatta (UBH). Acara tersebut terselenggara berkat kerja sama antara Jurusan Sastra Jepang dengan Sanggar Origami Indonesia, yang disponsori oleh Sinar Dunia. “Sebenarnya yang mendaftar melebihi 200 orang, namun kami membatasinya,” tutur Oslan Amril, kepada Haluan (24/9). Turut hadir dalam acara itu, Maya Hirai Pendiri Sanggar Origami Indonesia, Anwar Nasihin Ketua Jurusan Sastra Jepang, dan beberapa orang dosen serta panitia. Origami ialah seni melipat kertas dari Jepang. “Origami ada 3 tingkatan. Tingkat dasar, menengah, dan intermediate. Kita memberikan pengajaran di tingkat dasar saja. Tak hanya itu saja, talk show dengan Maya Hirai, yang boleh dikatakan Ibu Origami Indonesia yang dulunya pernah kuliah di Jepang turut dihadirkan untuk menunjang acara ini. Dan penampilan tarian Jepang oleh Sakura Dancer Club UBH,” tuturnya. Acara itu bertujuan untuk mengenalkan budaya Jepang melalui origami kepada masyarakat luas. Sekaligus mempromosikan Sastra Jepang kepada peserta. Banyak hal yang dapat kita ambil dari Origami tersebut, seperti melatih kesabaran dan kerapian dalam membentuk sebuah kertas biasa menjadi bernilai. Harapannya ya semoga kebudayaan Jepang, khususnya Origami dikenal luas oleh masyarakat,” ulasnya. Sementara itu, Maya Hirai selaku pendiri Sanggar Origami Indonesia turut berkomentar mengenai pelaksanaan acara itu. “Apa yang sudah terlaksana ini luar biasa, karena masanya ialah mahasiswa dan siswa, sehingga proses pengajaran lebih cepat, mereka lebih cepat paham dan mengerti. Kemudian model yang diajarkan pun bisa loncat, dari dasar ke menengah. Mahasiswa memang potensial sekali bilamana menyebarkan kembali Origami ini kepada masyarakat Kota Padang khususnya. Apalagi pada hari ini, ada 200 orang yang hadir. Kemudian untuk siswa sendiri, masa mereka untuk menyebarkan juga lebih panjang. Kalau harapan sendiri, para peserta tersebut bisa menjadi cikal bakal untuk memperkenalkan Origami ini,” ungkap Maya Hirai kepada haluan. Di sisi lain, Anwar Nasihin Ketua Jurusan Sastra Jepang mengatakan kegiatan ini cukup sukses. “Karena antusias dari peserta yang mendaftar melebihi target. Walaupun kami tetap membatasinya sampai 200 orang. Saya optimis, Origami ini peminatnya akan luar biasa banyak. Karena dari pantauan saya di daerah, seperti Painan, Payakumbuh, dan tempat lainnya Origami telah mulai berkembang. Selain itu, sifat dari kebudayaan kita yang terbuka, tak menutup kemungkinan untuk berkembangnya Origami ini. Tak hanya itu saja, ini kan kertasnya motif Jepang ya, nanti kan kita bisa mengubahnya dengan motif batik, sehingga menjadi lebih Indonesia. Untuk rencana kedepan, kita akan mengadakan workshop untuk para instruktur, dari situlah nanti kebudayaan Jepang akan berkembang. Selain itu, setiap tahun di bulan Mei kan ada festival Kebudayaan Jepang, yang mana Origami juga termasuk dalam acaranya. Dilihat dari komunitas kami yang bernama Klub Origami Universitas Bung Hatta yang berdiri tahun lalu, kami mendapatkan tanggapan yang positif dari masyarakat. Sekaligus dalam acara ini, komunitas kami menjadi bagian dari Sanggar Origami Indonesia,” ungkap Anwar Nasihin Ketua Jurusan Sastra Jepang UBH. Salah satu peserta workshop tersebut menanggapi acaranya bagus. Kalau bisa acaranya sering dilaksanakan. Agar orang-orang lebih mengenal Jurusan Sastra Jepang UBH dan kebudayaan Jepang makin berkembang,” tutup Putra mahasiswa UBH. Setelah acara berakhir sekitar pukul 13.00 WIB yang dimulai jam 08.00 WIB tersebut, para peserta mendapatkan sertifikat Nippon Origami Association. (h/vin)

: : : : : :

Politik Perjalanan Politik Perempuan Indonesia Pasca-Reformasi Ani Soetjipto Fitri Bintang Timur Marjin Kiri, Jakarta Cetakan pertama, April 2011 139 hal + xxi

Pembangunan Indonesia Masih Melekat Watak Patriarki “Whatever women do they must do twice as well as men to be thought half as good. Luckily, this is not difficult.” (Charlotte Whitton) KUTIPAN di atas menjadi pamungkas pengantar Rocky Gerung dalam buku kedua yang ditulis oleh Ani Soetjipto, Politik Harapan: Perjalanan Politik Perempuan Indonesia Pasca-Reformasi. Gerakan politik perempuan Indonesia telah mencapai beberapa kemajuan penting, kuota bagi perempuan di kursi dewan salah satunya. Tetapi, apakah capaian kuantitatif cukup dijadikan dasar bagi keberhasilan sebuah gerakan perempuan di Indonesia secara menyeluruh? Tujuan transformasi politik bukanlah pekerjaan rumah yang mudah, susah-susah gampang. Tantangan feminisasi kemiskinan, struktur birokrasi dan institusi pembangunan di Indonesia yang masih dilekati oleh “watak patriarki”. Maka, pertanyaan besarnya adalah bagaimana gerakan perempuan Indonesia harus menyikapi kondisi secara politik? Pengamat politik senior Ani Soetjipto memaparkan temuan-temuan empiris serta pemikirannya tentang tantangan dan masa depan gerakan perempuan dalam konstelasi politik Indonesia terkini dalam sebuah buku. Diawali dengan tajuk “Politik Harapan” tidak berlebihan rasanya di tengah arus menggila dan menggilas belakangan ini, para pembaca diberikan setitik cahaya. Optimisme. Bingkai pendahuluan menjadi sesi perkenalan dari penulis kepada pembaca tentang apa yang ingin disampaikan dalam buku ini. Disampaikan lugas dan tidak bertele-tele, pembaca bisa dengan mudah memahami apa isi buku. Uraian singkat tersebut setidaknya menjadi acuan penting bagi pembaca sebelum memulai tur babak pertama hingga ketiga.

Bab pertama memaparkan perkembangan gerakan perempuan di arena politik formal di Indonesia. Penulis menggunakan pendekatan periodical pada bab ini, yaitu fokus temuan dari tahun 1998 – 2008. Isinya merupakan kombinasi hasil studi dan analisis esai, memaparkan capaian, kendala dan tantangan yang dihadapi oleh gerakan perempuan. Premis besar dalam bab pertama buku ini adalah tantangan implementasi pengarusutamaan gender (PUG), khususnya pejabat publik dalam kebijakan, program, dan penganggaran. Gerakan sosial, (semestinya) juga gerakan perempuan pada masa kekinian lebih direlasikan dengan masyarakat sipil, bukan ekonomi bahkan politik. Salah satu penelitian empiris menemukan “struktur kesempatan politik” yang diusung gerakan sosial (justru) bias gender. Partai politik dan negara (lokal dan nasional) cenderung didominasi oleh laki-laki. Analisa dan jawaban tentang tantangan tersebut dipaparkan secara komprehensif dalam bab pertama. Bab kedua berisi catatan advokasi yang berfokus pada upaya mendesak perubahan sistemik lewat amandemen paket Undang-Undang Politik yang berlangsung sepanjang 2007-2009. Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) menghantam gerakan perempuan dengan kejutan pada akhir 2008. Pembatalan Pasal 214 Undang-Undang Nomor 10/ 2008 yang mengatur tata cara penentuan calon terpilih menggunakan nomor urut namun di sisi lain menerima secara konstitusional Pasal 53 dan 55 yang mengatur tentang kebijakan alternatif untuk kelompok perempuan. Inkonsistensi sikap politik pejabat publik pembuat dan pemutus kebijakan terpapar dalam pembahasan bab ini. Penutup dalam buku ini lebih

Halaman terselenggara atas kerja sama Harian Haluan dengan Komunitas Jurnalistik IAIN Imam Bonjol Padang. Penanggung Jawab: Maya Lestari Gf. Grup facebook: Haluan Kampus

kepada ajakan penulis untuk bersamasama kita mewujudkan mimpi gerakan perempuan Indonesia dengan format dan strategi baru. Reformasi 1998 yang dianggap sebagai tonggak pembaharuan kehidupan politik dan upaya membangun pemerintahan yang demokratis tentunya tidak bisa lepas dari gerakan perempuan. Pengarusutamaan gender dan engendering democracy dianggap sebagai jawaban yang tepat untuk tantangan situasi gerakan politik perempuan di Indonesia saat ini. Ulasan buku ini menjadi jawaban atas kebutuhan mendesak politik perempuan. Bahwasanya, politik perempuan adalah politik untuk memperbaiki peradaban, yaitu upaya historis untuk membebaskan kemanusiaan dari cengkeraman kekuasaan (patriarkis). Membaca buku ini memberikan segurat harapan dan semangat optimisme bahwa politik perempuan perlu dan tidak mungkin tidak dijalankan.(Sumber: http:// www.ti.or.id)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.