Publik 10 - 2012

Page 19

pentas

H Amran HA Batalipu SE MM berusaha memblokir jalan. Mobil Amran pun melaju, meninggalkan sepeda motor yang berantakan diterjang. Setelah melarikan diri penangkapan pertama, Amran ditetapkan sebagai tersangka. Dua pekan kemudian Amran mulai menghuni ruang tahanan. Dari rangkaian penyadapan telepon, penangkapan, berlanjut pemeriksaan, terseretlah nama Hartati Murdaya dan Artalyta Suryani. Apa kaitan keduanya? Nama Hartati Nama Hartati disebutsebut tersangkut dalam dugaan suap oleh Yani Anshori, General Manager PT

Hardaya Inti Plantation yang memberikan uang ke Bupati Buol Amran Batalipu. Rupanya dugaan suap itu terkait dengan pengurusan hak guna usaha perkebunan sawit milik PT Citra Cakra Murdaya dan PT Hardaya di Kecamatan Bukal, Buol. Hartati dikenal sebagai pemilik kedua perusahaan itu. Belakangan, KPK menyatakan duit yang diduga untuk menyuap Bupati Amran mencapai Rp 3 miliar. Karena kasus ini pulalah KPK mencegah Hartati ke luar negeri sejak 28 Juni lalu dan kemudian menetapkan anggota Dewan Pembina Partai Demokrat itu sebagai tersangka. Sementara Artalyta muncul setelah KPK melayangkan surat panggilan pemeriksaan sebagai saksi pada tanggal 16 Juli lalu. Ayin, begitu dia biasa disapa, tak datang kala itu karena mengaku sakit dan sedang berada di Singapura. KPK hendak mengklarifikasi apakah benar Ayin juga ikut menyuap bupati Buol Amran Batalipu. Awalnya, tim KPK menelusuri mengenai rencana PT Hardaya Inti Plantation milik Hartati Murdaya yang akan memperluas lahan perkebunannya menjadi seluas 75 ribu hektar. Diduga dalam proses permohonan perluasan lahan ini dilakukan dengan penyuapan kepada Bupati Buol Amran Batalipu yang telah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Nah, perluasan lahan perkebunan itu ada kaitannya dengan lahan perkebunan sawit yang dimiliki oleh Artalyta. Kedua lahan itu berdekatan. Lewat pengacaranya Teuku M Nasrullah, Ayin mengakui anaknya, Rommy Dharma Satryawan, memiliki perusahaan PT Sonokeling Buana di Buol. Namun Ayin mengaku tidak pernah mengurusi perusahaan anaknya itu. KPK lantas memanggil Rommy diperiksa sebagai saksi. “Rommy, pemegang saham PT Bukit Berlian Plantation diperiksa sebagai saksi untuk tersangka SHM,” ujar Juru Bicara KPK, Johan Budi. Peneliti ICW Febri Diansyah menilai, kasus Buol ini menarik karena diduga melibatkan dua nama besar di kalangan pengusaha sawit. “Kasus Buol ini meskipun terjadi nun jauh di sana tampaknya bisa menjadi kasus strategis bagi KPK. Strategis dalam artian, bisa jadi jalan awal untuk mengungkap korupsi besar

yang saling terkait antara kepentingan politik dan bisnis,” kata Febri. Menurut Febri, momen ini bisa dijadikan untuk mengungkap lebih jauh praktik suap di balik sejumlah konsensi kehutanan dan pembukaan perkebunan kelapa sawit. “Modus perizinan tersebut bisa jadi lahan basah,” imbuhnya. Sedangkan Hartati Murdaya membantah memberikan suap kepada Amran. Dia mengatakan uang itu tidak lebih dari sumbangan kepada pemerintah daerah untuk kerja sosialnya. “Dan itu tidak langsung menjadi Rp3 miliar,” katanya. Atmajaya Salim, pengacara Murdaya, juga membantah ada percakapan telepon antara kliennya dan Amran. “Itu tidak mungkin,” katanya. “Ibu Hartati bahkan tidak tahu nomor telepon seluler Amran itu.” Sedangkan advokat Amran, Amat Y Entedaim menegaskan telah terjadi pertemuan antara kliennya dan Murdaya. Dia mengatakan pada waktu itu Amran telah meminta Rp3 miliar untuk mendukung upaya pemilihannya kembali. “Ibu Hartati setuju, tetapi tidak diberikan langsung karena akan melanggar peraturan untuk memberikan sumbangan selama pemilu.” Amat mengatakan bahwa uang itu tidak ada hubungannya dengan izin usaha atau lahan perkebunan Hal ini karena, lanjut dia, setelah menerima uang itu, Amran diminta untuk menandatangani surat hutang. Selanjutnya, dua anak buah Hartati, Gondo Sudjono dan Yani Anshori menurut salah satu pengacara Hartati, Patra M Zein, membantah tudingan menyuap bupati, tetapi diperas. Patra juga menambahkan kalau Hartati bukanlah inspirator penyuapan. Sedangkan kubu Amran membalasnya dengan mengatakan pernyataan Hartati itu tidak masuk akal. “Masakan yang diperas malah mendatangi yang memeras,” begitu kata pengacara Amran. Proses hukum belum selesai. Semua akan lebih terbuka di Pengadilan Tindak Pidana Tipikor. Hasil penyadapan telepon, konfrontasi antartersangka, pernyataan para saksi, dan semua alat bukti akan menjadi pertimbangan majelis hakim.v GE

majalah PUBLIK - edisi 10/III oktober 2012

19


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.