Bulang Cahaya

Page 111

Bulang Cahaya

telah termakan racun yang diberikan oleh orang suruhan Tun Dalam. Tun Dalam tidak perduli dengan kabar-kabar angin dan tuduhan itu. Kini dia sudah jauh di Terengganu.Tinggal Tengku Muda yang diam-diam melakukan perlawanan terhadap orangorang Bugis. Meskipun tidak sekasar Tun Dalam, tetapi kebenciannya kepada pihak Bugis tetap bagaikan bara.Tak terkecuali yang berdarah Melayu Bugis. Hanya terhadap Raja Djaafar, dia memang agak serba salah. Dia tahu, anaknya, Tengku Buntat, sedang jatuh cinta pada Raja Djaafar. Anak Bugis itu juga tidak sangat tampak kesombongan Bugisnya. Anaknya lembut, sopan, dan tahu adat-istiadat. Karena itu, meski dia masih sulit menerima kenyataan bahwa anaknya menginginkan suami keturunan Bugis, tapi sebagai anak Temenggung dan dituakan oleh parea pemuka Melayu, dia juga harus tegas dan konsekuen. Kalaupun nanti Djaafar menjadi menantunya, dia harus menguntungkan orang-orang Melayu dan mau menyingkirkan orangorang bugis dari pusat kekuasaan Riau. “Ayahanda lihat Ananda berbaik-baik benar dengan si Djaafar itu. Bahkan selalu pula anak Bugis itu bertandang ke rumah. Ananda tahu apa yang sudah dilakukan orang-orang Bugis itu kepada kita, orang Melayu?� kata Tengku Muda suatu kali kepada anaknya, Tengku Buntat. Ia ingin mengajuk hati anaknya, dan ingin tahu sejauh mana sebetulnya hubungan kedua orang muda itu. Tengku Buntat terduduk. Wajahnya memucat dan nyaris layu. Hilang semu merah yang selama ini menjadi cahaya dan kecantikannya. Tubuh anak gadis itu tampak gemetar. Takut, cemas dan putus asa. Tengku Muda sadar hal itu. Dia tahu, pertanyaannya sudah dirasa anaknya sebagai isyarat hubungan cinta mereka akan kandas. Dia tahu hati anaknya kecut. Karena itu, setelah mengajukan pertanyaan, dia tidak meneruskan dengan pertanyaan 104


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.