Edisi Selasa, 11 Maret 2018 | Balipost.com

Page 16

D aerah

16

Minggu Kliwon, 11 Maret 2018

Ogoh-ogoh Harus Mengandung Etika, Estetika, dan Filosofi

FIGUR

Bangli (Bali Post) Malam pangerupukan di Bangli dipastikan semarak dengan pawai ogoh-ogoh di masing-masing desa. Ogoh-ogoh yang dibuat merupakan bentuk kreativitas anak-anak muda untuk menyemarakkan hari pelaksanaan pangerupukan. Dalam pembuatan ogohogoh ini sekaa harus wajib mengikuti tiga hal penting yakni etika, estetika, dan filosofi. Adanya ogoh-ogoh ini diharapkan mampu meningkatkan srada bhakti umat Hindu kepada Ida Hyang Widhi Wasa.

Tetap Independen

MENGURUS guru adalah gampang-gampang susah. Ini dirasakan oleh Ketua PGRI Cabang Dentim, Drs. I Wayan Darsana, M.G., S.Pd., M.Pd. Gampangnya adalah mudah mengajak mereka berkumpul bersama dan memperjuangkan nasib bersama. Namun, ada juga sisi sulitnya yakni mengajak semua guru untuk menjadi anggota PGRI. ‘’Nah, ini masih kami perjuangkan agar semua guru di Dentim masuk anggota PGRI,’’ tegasnya Sabtu (10/3) kemarin, di sela-sela acara soliditasi serta soasialisasi hasil Konkernas V PGRI di Batam. Wayan Darsana didampingi Skretaris Wayan Kantra, S.D., M.Pd., Bendahara Ni Ketut Aryati, S.Pd., dan Ketua KB PAUD Ni Ekawati, S.S., M.Pd., mengungkapkan anggota PGRI Dentim saat ini 860 orang, namun sekitar 800 guru masih belum tergabung ke PGRI. Soal sikap politik PGRI Dentim di Pilkada 2018, tegas dia, tetap independen. Dia tak ingin aggota PGRI ditangkap Panwaslu karena terlibat dalam politik praktis atau menjadi tim sukses paslon. ‘’Pokoknya harus netral. Soal pilihan dibebaskan sesuai hati nurani,’’ tegasnya. Wayan Darsana menegaskan bahwa tugas guru yang utama adalah mendidik dan mengajar. ‘’Itu saja tugas guru yang utama, jangan mengambil pekerjaan di politik nanti besar risikonya,’’ tegasnya. (sue)

Ketua PHDI Kabupaten B a ng l i I N y o m a n S ukr a mengatakan, pembuatan ogoh-ogoh mulai populer di masyarakat sejak tahun 1980-an. Sebelumnya, warga belum ada yang membuat ogoh-ogoh saat Hari Raya Nyepi. Jelas Sukra, pembuatan ogoh-ogoh ini merupakan hasil kreativitas seni dari anak-anak muda Bali untuk lebih menyemarakkan perayaan Nyepi. Menurut Sukra, awal adanya ogoh-ogoh yang dibuat bentuknya masih sembarangan dalam artian belum berwujud bhuta kala. Tapi seiring berjalannya waktu, PHDI terus mengarahkan supaya pembuatan ogoh-ogoh berbentuk bhuta kala. Karena ogoh-ogoh merupakan simbol untuk membangkitkan energi yang dikeluarkan saat pangerupukan, sehingga saat nyepi energi bagi yang mengarak ogohogoh menjadi berkurang. Karena energinya lemah, maka mereka bisa mengikuti brata panyepian dengan baik dan khusyuk. “Pada dasarnya dengan adanya ogoh-ogoh ini, kita berharap masyarakat Hindu bisa meningkatkan srada bhakti kepada Ida Hyang Widhi Wasa saat Hari Raya Nyepi,” ucapnya. Sukra menjelaskan, karena ogoh-ogoh berkaitan dengan nyomia bhuta kala, maka dalam pembuatan ogoh-ogoh PHDI memberikan batasan-batasan yang wajib diikuti yakni etika, estetika, dan filosofi sebagai orang Hindu. Jelas dia, untuk etika sekaa harus mengarak ogoh-ogoh di wilayahnya dan tidak melewati wilayah lain. Untuk estetika, sekaa harus membuat ogoh-ogoh dengan memakai busana

I Nyoman Sukra

BPM/nan

yang indah sesuai dengan norma-norma Agama Hindu. Filosofinya bentuk ogohogoh harus melambangakan wujud bhuta kala. Sebelum diarak ogohogoh juga lebih dulu dilaksanakan upacara pamlaspas dengan menggunakan banten alit berupa pejati atau durmengala sesuai tradisi setempat. Upacara itu bertujuan untuk membersihkan dan menghidupkan wujud ogoh-ogoh sesuai makna dan tujuan. Karena sebelumnya berupa barang mati yang disusun dari campuran segala jenis bahan-bahan yang masih leteh (kotor). Sedangkan jika selesai diarak, ogoh-ogoh wajib untuk di-pralina. Jika tidak di-pralina, ogoh-ogoh harus memiliki tempat. Jika tempat tersebut memang ada dan terawat, tentunya tak menjadi masalah. Tapi kalau dibiarkan begitu saja di jalan raya maupun di tempat yang lain maka akan dapat merusak estetika, katanya. (nan)

Siswi SMP Ditemukan Tewas Gantung Diri Bangli (Bali Post) Kasus bunuh diri dengan cara gantung diri terus terjadi di Bangli. Sabtu (10/3) kemarin, seorang anak di bawah umur di Banjar Buungan, Desa Tiga, Susut, nekat mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di tegalan samping rumahnya. Belum diketahui secara pasti apa motif Eka Putri Wahyuni (15), siswi SMP 1 Susut mengakhiri hidupnya. Kasus tersebut kini telah ditangani Polsek Susut. Informasi yang dihim-

pun menyebutkan, kasus gantung diri dengan korban pelajar SMP tersebut diketahui terjadi sekitar pukul 15.30 wita. Kejadian pertama kali diketahui saksi I Nengah Kenak. Saat itu saksi hendak mencari kayu bakar di tegalan miliknya yang lokasinya tak jauh dari rumah korban. Saat berada di tegalan, korban dari kejauhan melihat celana panjang tergantung di pohon. Namun setelah didekati, celana panjang tersebut ternyata adalah tubuh korban yang

tergantung. Saksi yang terkejut langsung memanggil I Wayan Lega, ayah korban serta warga sekitar. Kejadian tersebut kemudian dilaporkan ke Polsek Susut. Kasubag Humas Polres Bangli AKP Sulhadi mengatakan, setelah menerima laporan dari warga polisi langsung mendatangi lokasi untuk melakukan olah TKP. Dibantu dokter dari Puskesmas Susut, polisi melakukan pemeriksaan terhadap korban. “Dari hasil pemeriksaan tidak

ditemukan adanya tanda kekerasan pada tubuh korban,” terangnya. Dari lokasi kejadian, lanjut Sulhadi, polisi mengamankan barang bukti berupa dua buah selendang warga merah dan ungu yang dipakai korban untuk gantung diri. Hingga saat ini belum diketahui motif korban nekat mengakhiri hidupnya. “Kasus bunuh diri ini adalah yang ke 14 kali di tahun 2018. Pada tahun 2017 tercatat terjadi 18 kasus bunuh diri,” jelas Sulhadi. (kmb40)

Polisi Bekuk Pembuang Orok

AKP Yusak A Sooai

BPM/kmb

Negara (Bali Post) Pascapenemuan orok di Pantai Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jumat (9/3) polisi langsung melakukan penyelidikan. Dari informasi yang diperoleh dan berkat kesigapan, polisi berhasil membekuk pasangan anak di bawah umur pelaku pembuang orok tersebut. Kasat Reskrim Polres Jembrana AKP Yusak A Sooai, seizin Kapolres Jembrana, Sabtu (10/3) membenarkan ibu dari orok tersebut sudah dimintai keterangan dan diamankan. “Masih anak SMA kelas XII di salah satu SMAN asal Manistutu Melaya. Yang cowok asal Banjar Tengah Negara juga siswa SMAN di Jembrana. Ibu si orok masih shock,” kata Yusak. Namun Yusak meminta media untuk bersabar terkait kronologis kenapa orok bisa dibuang dan hal lainnya, karena pihaknya masih mengembangkan kasus itu dan pelaku masih diperiksa intensif. Demikian juga reka ulang juga masih perlu dilakukan.

“Nanti, Selasa keterangan lengkapnya oleh Bapak Kapolres,” tandasnya. Pihaknya juga mengirim jasad orok bayi yang ditemukan warga dengan kondisi hancur di pantai Pebuahan, Desa Banyubiru ke R S U P Sa n g l a h , De n pasar untuk diotopsi. Otopsi tersebut diperlukan guna mengetahui usia bayi, perkiraan kapan kematiannya dan penyebab kemtiannya. Mengingat otopsi tidak bisa dilakukan di RSUD Negara. Diberitakan sebelumnya, warga di pinggir pantai Pebuahan Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Jumat (9/3) geger dengan adanya penemuan mayat bayi. Mayat bayi tersebut ditemukan di pinggir pantai Pebuahan, tepatnya sebelah barat lesehan Pondok Waru Kecamatan Negara. Mayat bayi tersebut ditemukan pertama kali oleh Mukarana (65) dari Pebuahan. Dari informasi, Jumat siang itu Mukarani dipanggil anaknya Subahan (40) seorang nelayan. (kmb)

BPM/adhi

SIAP PARADE - Ogoh-ogoh dari Banjar Sebita, Sempidi, Badung siap mengikuti parade keliling desa saat pangerupukan nanti.

Tinju dan Politik

BANYAK orang tersentak menyaksikan video blog (Vlog) yang mengunggah aktivitas tinju yang dilakukan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Awalnya, dikira hoax mengingat maraknya berita atau isu bohong yang tersebar di dunia maya, terutama terkait politik. Setelah sebuah TV swasta menayang ulang video tersebut disertai wawancara, barulah masyarakat yakin kalau presiden mereka benar-benar punya hobi baru, yakni olahraga tinju. “Biasanya, menurut pengakuan Jokowi, waktu luang di Istana Bogor diisinya dengan jogging dan panahan. Namun sejak Sabtu (3/3) lalu, dia tergerak melakukan latihan tinju yang pelatihnya dipilih dari Pertina Bogor bernama Abed. Presiden ke-7 RI tersebut tampak serius mengikuti instruksi pelatih dalam pukulan jab-straight kadangkadang upper cut ke boxing pad yang dipegang Abed. Di samping latihan dengan pelatih, dia juga melakukan latih tanding dengan ajudannya bernama Teddy. Dengan kaus oblong hitam, Jokowi tidak tampak kerempeng seperti yang pernah dituduhkan orang. Sebab, kedua lengannya tampak berotot menandakan kalau mantan pengusaha mebel itu, sering berolahraga yang menguras tenaga pada masa mudanya. Ya, Jokowi tercacat sebagai anggota Mapala Silvagama UGM saat kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Mendaki gunung dan memanjat tebih adalah hobinya, sehingga saat jadi wali kota dan gubernur, termasuk sekarang jadi presiden, jarang lelah untuk blusukan. Seusai latihan, Jokowi berkomentar, selain kekuatan firik, tinju juga memerlukan konsentrasi pikiran. Kepada masyarakat dia berpesan, rajinlah berolahraga agar badan dan pikiran selalu

segar!“ tutur Rubag. “Begitu banyaknya cabang olahraga bela diri, pasti ada alasan tertentu penyebab presiden memilih tinju, padahal semua martial arts memerlukan ketahanan fisik dan konsentrasi. Sesuai namanya, tinju atau boxing hanya menggunakan lengan dan kepalan sebagai alat menyerang dan bertahan. Kepalan pun tidak semua bagiannya bisa digunakan untuk memukul lawan. Yang mendapat nilai dalam memukul dengan kepalan hanya buku jari atau knuckle, sedangkan genggaman dianggap open glove dan punggung kepalan akibat back hand drive dianggap tidak sah, malah akan diperingati wasit kalau dilakukan. Memukul dengan buku jari juga tidak boleh sembarangan. Misalnya belakang kepala, punggung, dan area di bawah pusar disebut low blow, yang bila dilakukan dengan sengaja dapat mengurangi nilai petinju yang bersangkutan. Bila dilakukan terus meski sudah diperingatkan lebih dari dua kali, petinjunya akan didiskualifikasi wasit. Memukul lawan yang sudah terjengkang di kanvas, seperti di mixed martial arts, tidak diperbolehkan dalam tinju. Demikian pula menggunakan sikut dilarang, kendati ada petinju yang melakukan dengan berpura-pura melayangkan upper-cut. Mungkin karena ketatnya aturan dalam olahraga tinju menyebabkan Jokowi memilih tinju sebagai hobi barunya,“ papar Ngurah Pong. “Makanya sebelum melangkah ke tinju profesional, diharapkan semua petinju terjun ke amatir dahulu. Di sini, para petinju digojlok bukan hanya dalam bertinju tapi segala aturan agar kelak kalau berada di atas ring tidak melakukan pelanggaran, baik sengaja maupun tidak. Sebab dalam tinju ada sebuah moto yang harus dicamkan maknanya oleh setiap petinju. ‘Bersikap ksatria di atas maupun di bawah ring!‘ begitu motonya. Abed adalah pelatih Persatuan Tinju Amatir Indonesia Wilayah Bogor, yang tentunya paham betul semua aturan tinju, termasuk makna moto itu. Menerima keputusan wasit berdasar penilaian para juri atau hakim pertandingan adalah sikap ksatria utama

dalam tinju. Jangan sampai gara-gara petinju ngengkel atau ngotot, demikian pula pelatihnya, menyebabkan keributan massal, seperti yang sering terlihat di cabang olahraga lain di Tanah air. Wasit juga berwenang menghentikan pertandingan sebelum waktunya, bila melihat pertandingan tidak seimbang atau salah seorang petinju mengalami cedera yang tidak memungkinkan buat melanjutkan pertandingan. Itu disebut referee stop contest disingkat RSC!“ komentar Rahtut Sudarsana. “Agaknya moto tinju itu beranak-pinak menjadi ‘menerima kekalahan dengan besar hati dan menyambut kemenangan dengan bersyukur tanpa jemawa‘. Berikutnya, ‘Kekalahan adalah kemenangan yang tertunda‘. Karena itu, dalam tinju ada pertandingan ulang atau revanche, sehingga tidak ada petinju yang terus menang sampai menggantung sarung tinju. Mohammad Ali yang aslinya bernama Cassius Clay pernah kalah lima kali yakni dari Joe Frazier, Ken Norton, Leon Spiks, Larry Holmes, dan Trevor Berbick. Ini membuktikan ungkapan ‘Di atas langit masih ada langit!‘. Nah, kalau Jokowi latihan tinju bukan berarti dia ingin jadi petinju seusai menjadi RI 1. Kebiasaannya menyikapi segala fenomena dengan bahasa simbol, sebaiknya latihan tinju Jokowi dikaji lewat ilmu semiotika. Suasana politik yang memanas menjelang Pilkada serentak tahun 2018, juga terkait Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden 2019, kukira, menjadi alasannya memilih tinju sebagai hobi baru. Para politisi yang menjadi kontestan buat menduduki jabatan sebagai penyelenggara negara sepatutnya meniru sikap ksatria para petinju. Moh. Ali disebut petinju legendaries, bukan hanya karena kemampuan bertinjunya yang lincah dan bersih, namun kebesaran hatinya menerima kekalahan dan tidak jemawa saat menang. KPU dan Bawaslu dalam Pemilu dapat diandaikan sebagai wasit dan dewan juri di dunia tinju, yang keputusannya harus dihormati, agar kancah politik tidak selalu menjadi sumber kegaduhan,“ ujar Made Widia. (aridus)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.