Bisnis Jakarta - Senin, 06 Desember 2010

Page 7

Cerem nial

Bisnis Jakarta, Senin 6 Desember 2010

7

Politeknik Telkom Jadi Proyek Percontohan HP BANDUNG - HP kembali menegaskan kepeduliannya terhadap dunia pendidikan Indonesia dengan membuka secara resmi lab dan sarana lokakarya yang dapat digunakan mahasiswa mempelajari hakikat layanan purna jual yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan. Lab yang disebut HP Service Corner pertama dibuka di lingkungan institusi pendidikan yaitu di Politeknik Telkom di mana HP bekerjasama dengan pihak perguruan tinggi tersebut menawarkan program internship atau kerja magang yang dapat diikuti oleh mahasiswa Politeknik Telkom.

Selama tiga bulan, mahasiswa magang akan mendapatkan teori sekaligus praktik secara langsung, termasuk berinteraksi dengan rekan-rekan satu kampus mereka yang merupakan pelanggan HP, karena mahasiswa Politeknik Telkom diberikan secara gratis satu orang satu notebook oleh Politeknik Telkom. Mahasiswa magang tersebut diberikan keahlian tentang bagaimana mengelola layanan purna jual yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan. “HP dengan portfolio produk dan layanan yang sangat luas mampu memenuhi kebutuhan berbagai

segmen, salah satunya adalah segmen pendidikan,” ujar Enterprise & Education Solution Director, Personal Systems Group, HP Indonesia, Christian Kangean. Dengan dibukanya HP Service Corner, kontribusi HP di dunia pendidikan tak terbatas pada penyediaan perangkat komputasi untuk peningkatan kualitas belajar mengajar. ”Namun juga sarana yang dapat dijadikan laboratorium atau tempat melakukan lokakarya bagi siswa dalam rangka mempersiapkan dirinya menjadi SDM yang trampil dan berkualitas,” imbuhnya.

Sementara itu, Direktur Politeknik Telkom, Budi Sulistyo mengatakan di Era Teknologi yang makin berkembang, dibutuhkan para ahli yang terus menggali dan mengembangkan dunia IT, pasalnya kini IT sudah menjadi salah satu penunjang dan penentu keberhasilan dunia industry. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di Bidang IT, Politeknik Telkom yang memiliki tiga program studi yaitu Program Studi D3 Manajemen Informatika, Proram Studi D3 Teknik Komputer dan Progran Studi Komputerisasi Akuntansi, dengan harapan dapat menghasilkan tenaga-ten-

aga yang ahli, terampil serta profesional di bidang IT yang bisa langsung diserap industri (placement oriented). ”Kami menyambut baik kehadiran HP Service Corner di Politeknik Telkom yang berlokasi di Kawasan Yayasan Pendidikan Telkom, Jl Telekomunikasi Terusan Buah Batu Bandung, karena dapat membantu kami dalam menyiapkan tenaga kerja yang berkualitas dan siap menjadi andalan ketika memasuki dunia kerja nanti,” lanjut Budi. Digelarnya program kerja magang HP Corner Service bagi mahasiswa menunjukkan

konsistensi HP dalam memberikan dukungan terhadap dunia pendidikan Indonesia. ”HP sebagai brand bereputasi dunia senantiasa menempatkan layanan purna jual berkualitas prima, terpercaya serta berorientasi kepada kepuasan pelanggan sebagai bagian dari komitmen HP dalam menghadirkan best value kepada pelanggannya” ujar Evelin Setyawati, Total Customer Experience & Quality Manager, Personal Systems Group, HP Indonesia. “Terobosan baru yang kami lakukan baru-baru ini adalah membangun 1000 drop-off point. Kami bekerjasama dengan

para mitra menyediakan tempat bagi pelanggan HP jika ingin mengirimkan produk yang ia miliki ke HP ASC guna perbaikan atau upgrade. Jadi dengan adanya Drop-off Point, pelanggan cukup mencari lokasi terdekat dan tidak perlu lagi harus ke HP ASC,” kata Evelin. Hingga saat ini HP telah menghadirkan 16 ASC di 12 kota di Indonesia serta didukung 29 Authorized Service Partners (ASP) di 25 kota di Indonesia. Sehingga secara total HP didukung 45 pusat layanan purna jual yang tersebar di 37 kota. Ke-16 HP ASC. (grd)

BTN Berharap FLPP

Untuk Bank Pemberi KPR JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk berharap dana program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) diprioritaskan untuk bank pemberi Kredit Pemilikan Rumah (KPR). “Kalau kita mau bunga rendah, tentunya kita mendukung agar pengelolaan FLPP juga diberikan kepada bank yang memberi kredit (KPR),” kata Direktur Utama Bank BTN, Iqbal Latanro di Jakarta, kemarin. Namun, hal itu jangan diartikan bahwa bank pemberi kredit KPR selama ini seperti BTN ingin memonopoli. “Kalau (dianggap) mendominasi, itu karena infrastruktur kita memang sudah siap,” katanya. “Idealnya bank penyalur kredit KPR, mendapatkan dana yang lebih besar dibanding bank yang tidak menyalurkan,” katanya belum lama ini. Dengan demikian, ada insentif bagi bank tersebut untuk menyalurkan KPR, khususnya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). “Kalau BTN punya dana lebih banyak, ekspansi kredit tentu akan lebih besar,” katanya. Data Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera), program FLPP yang digelar sejak 1 Oktober 2010 ini, akan menggunakan dana APBN sebesar Rp2,6 triliun.

Dua bank yang sudah komit menyalurkannya adalah PT BTN Tbk senilai Rp1,7 triliun dan sisanya akan disebut-sebut akan dibagi dengan 5-6 perbankan lainnya. Dua bank yang sudah menandatangani nota kesepahaman adalah BTN dan BNI. BTN sudah terlihat ke publik penyalurannya via FLPP, sedangkan BNI belum. Bahkan, Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa pada kesempatan yang sama, menyebutkan, sejumlah Bank Pembangunan Daerah (BPD) juga disebut-sebut berminat. Iqbal melanjutkan, pihaknya juga menduga pemerintah akan menempatkan dana FLPP juga kepada bank yang tidak menyalurkan KPR. Oleh karena itu, kata Iqbal, pihaknya berharap, jika ada dana FLPP tidak dipakai, maka sebaiknya dana itu ditempatkan di Bank BTN. “Tentu, kita bisa menyesuaikan dengan bunga pasar yang ada, misalnya bunga pasar di bank lain lima persen, kita juga siap,” katanya. Menyinggung realisasi penyeluaran KPR Sejahtera dengan pola FLPP hingga Oktober 2010, Iqbal mengatakan, pihaknya telah menyalurkan KPR Sejahtera 2.735 unit dengan nilai KPR sebesar Rp133,6 miliar. (ant)

Bebas Fiskal Akan Pengaruhi

Pariwisata Domestik BOGOR - Direktorat Jenderal Pajak memperkirakan pemberlakuan bebas fiskal keluar negeri mulai 1 Januari 2011 akan berdampak kepada sektor pariwisata dalam negeri. “Dulu pemberlakuan fiskal keluar negeri ditujukan untuk mengerem orang belanja dan tamasya keluar negeri dan lebih memilih melakukan itu di dalam negeri,” kata Direktur Transformasi Proses Bisnis Ditjen Pajak, Robert Pakpahan dalam sosialisasi perpajakan di Ciawi Bogor, Sabtu kemarin. Dengan adanya pembebasan fiskal keluar negeri kemungkinan orang akan memilih ke luar negeri. “Tapi kita tidak bisa lagi menghalangi dampak globalisasi ini, tinggal bagaimana mengupayakan pariwisata domestik tetap menarik,” kata Robert. Dalam praktek internasional, tidak dikenal adanya fiskal keluar negeri, yang dikenal hanya airport tax. Fiskal keluar negeri hanya dikenal di Indonesia. “Lama-lama kita malu juga terus memberlakukan ini. Setiap mau dilepas ada kekhawatiran orang lebih memilih belanja dan wisata ke luar negeri,” katanya. Pada awal 2009, Ditjen Pajak menggunakan pembebasan fiskal keluar negeri untuk men-

jaring mendorong warga negara yang memiliki penghasilan di atas penghasilan tidak kena pajak (PTKP) untuk secara sukarela mendaftarkan diri sebagai wajib pajak. “Hingga saat ini jumlah pemilik NPWP mencapai 18 juta orang. Ini meningkat dibanding 2008 yang mencapai 8,81 juta orang, dan 2009 sebanyak 13,86 juta,” katanya. Peningkatan itu didorong oleh adanya kebijakan sunset policy, pemberlakuan bebas fiskal bagi pemilik NPWP, dan perbedaan tarif pajak antara pemilik NPWP dengan tidak. Sementara mengenai penerimaan negara dari fiskal keluar negeri, Robert menyebutkan, beberapa tahun lalu, penerimaan dari fiskal keluar negeri mencapai Rp1,5 triliun hingga Rp3 triliun. Jumlah tersebut terus turun di mana pada 2008 mencapai Rp2,21 triliun, tahun 2009 Rp771,30 triliun, dan 2010 (hingga 19 November) mencapai Rp558,30 triliun. “Sumbangan ke penerimaan negara ada, persentase tak begitu besar. Saat penerimaan pajak kita Rp300 triliun hingga Rp400 triliun, sumbangan fiskal keluar negeri Rp1,2 triliun hingga Rp3 triliun,” kata Robert. (ant)

Bisnis Jakarta/ant

KERJASAMA MANDIRI - Direktur Institutional Banking Bank Mandiri Abdul Rachman (2 kiri) berjabat tangan dengan Ketua BANI, Priyatna Abdurrasyid usai penandatangan kerjasama untuk memudahkan penyelesaian sengketa perbankan di luar pengadilan.

Pemerintah Siap

Ekspor Beras Premium JAKARTA - Pemerintah Indonesia merencanakan untuk melakukan ekspor beras premium atau kualitas tinggi mulai tahun depan. Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar di Jakarta, kemarin mengatakan, untuk itu produksi beras premium dalam negeri akan ditingkatkan. “Beras premium boleh diekspor. Tahun depan kalau bisa digenjot (produksinya),” katanya. Dikatakannya, beras premium atau super kualitas yakni beras yang memiliki kadar patahan sebesar lima persen. Karena itu, lanjut Mustafa, berbagai upaya akan dilakukan untuk meningkatkan produksi beras premium antara lain produktivitas tanaman dinaikkan begitu juga dengan mutu varietas padi. Selain itu, penanganan pasca panen juga akan diperbaiki untuk meningkatkan kualitas hasil produksi serta mengurangi tingkat kehilangan hasil. Sementara itu, tambahnya, Unit Pengolahan Gabah dan Beras (UPBG) milik Perum

Bulog juga harus dioptimalkan operasinya. Pada kesempatan itu Mustafa juga menyatakan, ke depan Bulog dapat menjadi pembeli utama beras premium petani agar petani tidak rugi menanam komoditas tersebut. Sebelumnya di sela-sela media gathering 2010 forum wartawan Bulog di Cisarua, Bogor, Meneg BUMN mengatakan, pemerintah Pakistan menawarkan ekspor beras ke Indonesia. Menurut dia Pakistan sebenarnya telah lama menawarkan beras produksi negara itu, dan pemerintah Indonesia masih mempertimbangkan seandainya impor beras dari Vietnam dan Thailand ternyata masih belum cukup memenuhi kebutuhan dalam negeri. Saat ini, Indonesia telah melakukan deal impor sebanyak 600 ribu ton, plus deal baru 230 ribu ton dari Thailand. “Kami menyambut baik tawaran ini, siapa tahu sewaktu-waktu butuh bisa impor dari sana,” katanya. Sementara itu Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso pun membenarkan

kalau pemerintah akan mengadakan perjanjian impor dengan Pakistan. Konsep perjanjiannya nanti, impor akan mengikuti perjanjian Government to Government dengan Thailand dan Vietnam yang sebelumnya sudah dilakukan. “Nanti kita akan menandatangani semacam MoU sebanyak 1 juta ton sesuai kemampuan Pakistan mempasok ke Indonesia,” katanya. Walaupun Pakistan mengalami anomali iklim, namun masih bisa mengekspor beras sebanyak satu juta ton. Untuk mengetahui kualitas beras dari Pakistan, Sutarto menyatakan akan mengirimkan peneliti ke negara tersebut. Mengenai harga, ia masih belum mengetahui harga yang ditetapkan Pakistan, namun Bulog mengusahakan agar harganya jauh di bawah harga dalam negeri. “Kami belum tahu persis kualitas beras Pakistan, sementara mengenai harga pasti menganut prinsip impor pada umumnya yaitu harus di bawah harga beras dalam negeri,” katanya. (ant)

Coffindo Raih

Penghargaan Eksportir Kopi JAKARTA - Produsen dan eksportir kopi nasional, PT Coffindo, menyabet penghargaan Perusahaan Eksportir Hasil Perkebunan 2010 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Sepak terjang kami telah mendapatkan kepercayaan baik di dalam dan luar negeri. Kami telah melakukan ekspor selama 10 tahun terakhir,” ujar Direktur Utama Coffindo Irfan Anwar dalam siaran pers di Jakarta, kemarin. Irfan menerangkan, masyarakat kini tidak lagi menjadikan kopi hanya sekedar minuman pembuka di pagi hari atau santai, melainkan juga menjadikan kopi sebagai gaya hidup. Filosofi inilah, kata Irfan , yang dipegang Coffindo dalam menjamah pasar ekspor. Selain itu, perusahaan selalu

berupaya menjaga mutu agar memberikan kepuasan bagi konsumen. Sebab, bisnis kopi dibangun atas dasar kepercayaan antara pembeli dan penjual. Coffindo mengekspor hasil perkebunan kopi Aceh, Sumatera Utara, Lampung dan Sulawesi dengan total tenaga kerja 300 orang. Coffindo mengekspor biji kopi ke beberapa negara, seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Timur Tengah. Coffindo memproduksi kopi luwak (premium) lewat merek Original Luwak. Perusahaan juga menjual sembilan macam varian kopi dalam merek Indonesia Specialty Coffee yang tersedia dalam bentuk biji kopi hijau, kopi goreng maupun kopi bubuk siap minum. (grd)

Thailand Tawarkan Insentif

Bagi Pelaku Pameran MENCARI pasar baru, itulah yang tengah dilakukan Thailand Convention & Exhibition Bureau (TCEB) dalam road shownya di Jakarta, Indonesia, akhir pekan kemarin. Dalam kegiatan yang digunakan sebagai ajang mempromosikan peluang bisnis yang lebih luas di ASEAN tersebut, TCEB menggelar forum bisnis dengan sejumlah pelaku pameran di Indonesia. Sejumlah insentif pun telah disiapkan bagi stakeholder kunci di antaranya penyelenggara pameran, exhibitor dan pengunjung pameran. Wakil Sekjen Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (Asperapi), Eko Prabowo menyebutkan, pihaknya telah melakukan survey ke sejumlah tempat di Thailand untuk menggelar pame-

ran. ”Saat itu, kami mendapat sambutan yang luar biasa. Baru mengatakan akan menggelar pameran di sana, walaupun baru lisan, mereka sudah menyiapkan akomodasi bagi kami di sana,” ungkap Eko Prabowo, yang mendampingi Ketua Federation of Thai Industries (FTI), Chen Namchaisiri dan Direktur Pameran TCEB, Supawan Teerarat di

Jakarta, Jumat kemarin. Pada kesempatan tersebut, Duta Besar Thailand untuk Indonesia, Thanatip Upatising juga hadir dan berharap hubungan bilateral Indonesia dan Thailand serta kerja sama ASEAN dapat membangun hubungan yang baik antar kedua negara sebagai negara pendiri ASEAN. ”TCEB melakukan road show di Indonesia guna memperkenalkan peluang bagi Indonesia untuk mempertimbangkan kekuatan Thailand di industri pameran. Kami yakin Thailand dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai pintu gerbang yang potensial untuk memperkenalkan peluang perdagangan dan investasi di Indonesia ke negara-negara ASEAN dan luar ASEAN,” pa-

par Thanatip. Di pihak lain, Chen Namchaisiri mengungkapkan, Indonesia dan Thailand menyadari pentingnya konglomerasi dari komunitas Ekonomi ASEAN dan akumulasi daya belu pendukungnya yang mencapai lebih dari 590 juta jiwa. ”Kami ingin mendorong manfaat mutual antara kedua negara ke area perdagangan melalui platform pameran Thailand,” kata Chen. Supawan Teerarat mengakui saat ini, Indonesia merupakan pasar berkembang dan berkontribusi besar bagi industri pameran Thailand. Kontribusi tersebut berupa jumlah exhibitor dan pengunjung pameran yang meningkat pesat tiap tahunnya. ”Sebagai lembaga pemerintah di sek-

tor industri pameran di Thailand, TCEB telah menjalin kerja sama dengan berbagai organisasi internasional di berbagai negara,” ungkap Supawan. Selain mendapat kesempatan mengembangkan bisnis mereka, delegasi Indonesia dapat menikmati beragam fasilitas yang ditawarkan dalam kampanye Extra Night, Extra Smile, yang menawarkan fasilitas ekstra bagi peserta pameran. Untuk komponen Extra Smile, dari insentif tersebut menghadirkan special fast track dan airport transfer, tour dalam kota Bangkok gratis menggunakan mobill tram, dan diskon khusus di beberapa tempat perbelanjaan dan tempat hiburan. (grd)

Bisnis Jakarta/grd

PROMOSI PAMERAN – Eko Prabowo (dua kanan) berbincang bersama Dubes Thailand, Thanatip Upatising didampingi Chen Namchaisiri (kiri) dan Supawan Teerarat (kanan) di Jakarta akhir pekan kemarin.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.