MAJALAH IDEA

Page 63

[Artikel Lepas] fundamental-filosofis dalam pemahaman dan cara pandang manusia mengenai dirinya dan alam, serta hubungan antar keduanya di dalam keseluruhan ekosistem. Dengan kata lain, manusia keliru memandang alam dan keliru menempatkan dirinya dalam konteks hubungannya dengan alam di dalam ekosistem. Pada gilirannya, kekeliruan cara pandangan IDEA Digital Art ini melahirkan perilaku yang keliru terhadap alam, yakni eksploitasi sumber daya alam (SDA). Agama, Modernitas, dan Krisis Lingkungan Rekomendasi pemikiran yang dikemukakan oleh para pakar lingkungan tersebut sebenarnya berangkat dari pelacakan akar filosofi dan pandangan etis dari perilaku manusia yang tidak ramah terhadap alam. Jika dilacak dari akar filosofisnya berbagai perilaku manusia yang tidak ramah lingkungan tersebut bersumber dari etika antroposentrisme, yang memandang manusia sebagai pusat ekosistem. Etika antroposentris, hampir tak terbantahkan, merupakan penyebab utama munculnya krisis lingkungan. Antroposentrisme juga merupakan sebuah teori filsafat yang mengatakan bahwa nilai dan prinsip moral hanya berlaku bagi manusia, karenanya, etika hanya berlaku bagi dan untuk manusia, bukan untuk alam. Tuntutan perlunya kewajiban dan tanggungjawab moral manusia terhadap lingkungan hidup bagi filsafat ini hanyalah akalakalan yang berlebihan dan tidak berdasar. Kalaupun ada ia hanya semata-mata demi

memenuhi kebutuhan manusia. Cara pandang antroposentris ini menyebabkan manusia mengeksploitasi dan menguras sumber daya alam dengan sebesar-besarnya demi kelangsungan hidupnya sehingga menyebabkan krisis lingkungan. Terdapat pandangan bernada miring yang menganggap agamaagama monoteis (termasuk Islam) sebagai biang keladi munculnya krisis lingkungan yang akhir-akhir ini ramai diperbincangkan banyak orang. Pandangan hidup agama monoteis dituding merupakan pendukung u t a m a e t i k a antroposentrisme, karena m e m b e r i k a n keistimewaan kepada manusia dengan akalnya, sehingga lebih tinggi kedudukannya daripada alam dan anggota ekosistem yang lain (transendensi manusia). Bahkan agama-agama monoteis tidak segansegan menyatakan bahwa alam diciptakan sebagai daya dukung kehidupan manusia. Moralitas yang demikian pada akhirnya menginspirasi manusia untuk mengeksploitasi alam sebesar-besarnya. Dugaan bahwa agama monoteis adalah salah satu inspirator bagi etika antroposentris ini dilandasi misalnya dalam Kitab Kejadian pasal 1 ayat 26-28 yang menyatakan bahwa manusia diciptakan menurut citra Allah. Dari sinilah seorang pemikir seperti Thomas Aquinas menyebut bahwa manusia berada pada posisi yang terdekat dengan Tuhan, bahkan manusia merupakan imago Dei, sementara makhluk selain manusia (alam dan ekosistemnya) begitu jauh

“ Agama-agama monoteheis tidak segansegan menyatakan bahwa alam diciptakan sebagai daya dukung kehidupan manusia. Moralitas yang demikian pada akhirnya menginspirasi manusia untuk mengeksploitasi alam sebesar-besarnya. �

62

IDEA Edisi 32, September 2012


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.