SENTRA
PELUANG DIBALIK KETIDAKJELASAN KELAS INTERNASIONAL
i dis pe Ex
4 • EXPEDISI • Mei, 2011
Akreditasi dan fasilitas Menurut Suyoso, akreditasi Pendidikan IPA masih diproses di Jakarta. Banyaknya pergu ruan tinggi yang mengajukan akreditasi juga menja di masalah sehingga membuat proses ini la ma. Untuk Pendidikan IPA dapat diistilahkan sedang memasuki ge lombang kedua yang artinya proses di Dikti atau Badan Ak reditasi Nasional (BAN) sudah dimulai. Nantinya tim aksesor akan turun ke UNY untuk me ngoreksi berkas-berkas yang sudah di kirim dengan bukti-bukti fisik yang ada. “Jadi berkas yang dibutuhkan dikirim untuk di aksesor dan hasilnya akan dico cokan dengan kenyataan dan dikunjungi aksesor,” tegas Suyoso. Keterangan yang sama juga disampaikan Dadan Rosana, “Akreditasi kan hanya proses, nanti juga sekitar bulan Juli akan dapat kita lihat hasilnya.” Di lain sisi masalah yang dikeluh kan oleh mahasiswa adalah fasilitas. Al Fatoni, mahasiswa Pendidikan kelas internasional mengungkapkan fasili tas yang dinikmati masih sama dengan kelas-kelas reguler meskipun dengan SPP yang berbeda. Heru Nurcahyo, M.Si, pembantu dekan II FMIPA juga membenarkan, yang membedakan antara kelas inter nasional dan kelas reguler hanyalah ma salah pengajarannya. Kemudian, untuk fasilitas yang diterima mahasiswa tidak ada pembedaan khusus. Seperti yang diujarkan PR I bahwa tidak ada salahnya memanfaatkan fasili tas yang sudah ada. Karena untuk mem
| da uli
D
emikian diungkapkan oleh Suyoso, M.Si selaku Pemban tu Dekan I FMIPA UNY. Ia ju ga menambahkan, bahwa di Lembaga Pendidikan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang berstandar internasional adalah mata pelajaran yang berkaitan dengan sains. Sehingga, sudah selayaknya UNY mempersiapkan lulu san yang mampu mengisi kebutuhankebutuhan itu. Hal senada juga disam paikan oleh Dr. Dadan Rosana, selaku Ketua Program Studi Pendidikan IPA, “Ya, sebagai lembaga kan harus bisa membaca peluang.” Harapan agar lulusan UNY mampu mengisi peluang-peluang, akan kebutu han guru RSBI juga diungkapkan Prof. Dr. Nurfina Aznam,SU.Apt, selaku Pem bantu Rektor I (PR) UNY. Mengingat sekarang ini banyak sekolah-sekolah RSBI-SBI seperti SMP dan SMA, oleh karena kebutuhan akan guru, yang me miliki kualitas internasion al, sedang ter buka lebar dan UNY diharapkan bisa mengisi itu. Jalan yang ditempuh adalah dengan membuka kelas-kelasinternasi onal, untuk berbagai program studi di UNY termasuk Pendidikan IPA. Pembukaan kelas internasional Pen didikan IPA juga ternyata tidak mengede pankan masalah akreditasi. “Tidak bisa kalau akreditasinya dulu, tapi sebaliknya kita membuka kelas baru akreditasi me nyusul. Kita kan UNY punya segalanya, gedung punya, fasilitas punya, dosen punya. Syarat membuka prodi juga tidak sembarangan seperti harus punya dosen S2 sekian, dosen S3 sekian. Sebenarnya kalau langsung buka internasional juga tidak apa-apa”, ujar Nurfina Aznam ke tika ditemui di ruang kerjanya
Ma
Sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 bahwa setiap satuan pendidikan harus ada kelas internasional, RSBI atau SBI dari tingkat SD, SMP, SMA. Sementara IPA sendiri ditujukan un tuk SMP. Sehingga membaca peluang itu, UNY membuka kelaskelas internasional untuk mensuplai tenaga pengajar kelas internasional.
Suyoso, M.Si selaku Pembantu Dekan I FMIPA
buka kelas internasional tidak akan bisa jika menunggu fasilitas lengkap dulu. “Fasilitas kan bisa sambil jalan, sambil melengkapi, yang penting standar mini mal harus terpenuhi, jadi tidak asal buka kelas internasional,” ujar beliau. Fasilitas yang seringkali dikeluhkan oleh mahasiswa adalah perpustakaan dan laboratorium. Lines (mahasiswa Pendidikan IPA 2009) mengaku, untuk masuk ke perpustakaan dari jurusan lain harus membayar biaya administrasi. PD II sendiri ketika dimintai konfirmasi, tidak terlalu menanggapi hal tersebut, karena hingga saat ini belum ada keluhan langsung dari mahasiswa ke pihak fakul tas. Beliau juga menambahkan, Pemban tu Dekan bukanlah orang yang memiliki kewenangan untuk memutuskan sesuatu, karena keputusan adalah kewenangan dari Dekan. “Selama mereka tidak me ngangkat hal itu dalam forum, pihak fa kultas tidak bisa berbuat apa-apa. Forum bisa melalui BEM” ujarnya. “Akan sangat hebat sekali jika sebu ah prodi memiliki perpustakaan sendiri,” kata Dadan Rosana. Beliau berpendapat bahwa perpustakaan Pendidikan IPA ti