Quran Terjemah & Tafsir

Page 7

HAL PENTING YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MEMBACA QUR’AN

ht tp

://

st u

di

qu

ra

n.

co

m

Dalam Qur’an, terdapat keanehan dalam tulisan, yang harus diperhatikan oleh para pembaca. Naskah Qur’an seperti yang ditulis oleh para juru tulis pada zaman Nabi Suci benar-benar utuh, dan seluruh dunia Islam tetap memiliki Qur’an yang sama, baik tulisan maupun qirâ’atnya. Misalnya kata , kecuali dalam empat tempat yang hanya ditulis qâla selamanya ditulis alif di belakang qaf yaitu dalam 21:4, 112; 23:112, 114. Demikian pula kata bâraka dan bâdengan alif di atas qaf dan . Tulisan inilah yang raknâ, dan sebagainya, selamanya ditulis dengan alif di atas ba’ menyebabkan Dr. Mingana keliru membaca bâraknâ seperti baraknâ, yang berlainan sekali artinya. Keanehan dalam tulisan inilah yang akan kami beritahukan kepada pembaca. 1. Kadang-kadang, ada huruf lam yang berarti niscaya ditulis dengan alif di belakangnya, yang merupakan bagian dari kata yang bersangkutan. Dalam hal ini, orang yang baru belajar membaca Qur’an, akan membacanya lâ yang artinya tidak. Padahal seharusnya dibaca la yang artinya niscaya atau pasti. Perhatikanlah contoh berikut ini: (la ilallâh). Alif di belakang lam merupakan tambahan a) Dalam 3:158 terdapat kalimat yang tidak boleh dibaca. Jadi, kalimat ini harus dibaca la ilallâh, artinya pasti kepada Allah, dan tak boleh dibaca lâ ilallâh, artinya bukan kepada Allah. . Huruf lam-nya dihubungkan langsung dengan nun yang b) Dalam 3:159 ada tertulis dibubuhi sukun di atasnya. Ini harus dibaca lanfadldlû, artinya mereka pasti bercerai-berai. Tetapi di sini tak mungkin salah membaca, karena lam dihubungkan dengan nun pada yang bersangkutan, yang dibubuhi jazm (sukun). (lattaba’nâkum). Seperti halnya point (b), dua alif-nya tak c) Dalam 3:167 terdapat kata dibaca, dan lam-nya dihubungkan dengan ta dengan tasydid di atasnya. yang harus dibaca la audla’û. lam-alif-nya dibubuhi d) Dalam 9:47 terdapat kata-kata fat-hah, sedangkan alif dari audla’û, sekalipun ditulis, tetap tak dibaca, karena tak dibubuhi fat-hah. , artinya pasti ia akan kusembelih. Hal ini sama seperti e) Dalam 27:21 terdapat kata point (d). , artinya pasti masuk Neraka. Alif pada lam-alif dibubuhi f) Dalam 37:68 terdapat kata kasrah di bawahnya, sedang alif pada kata ila, sekalipun ditulis, tetap tak dibaca. Jadi, kata itu harus dibaca la ilal-jahîm, bukan lâ ilal-jahîm. yang harus dibaca la antum, artinya pasti kamu. Lamg) Dalam 59:13 terdapat kata-kata alif-nya dibubuhi fat-hah, sedang alif pada kata antum, sekalipun ditulis, tetap tak dibaca. 2. Contoh-contoh lain tentang alif yang tak dibaca adalah seperti: a) Di seluruh Qur’an, kata , artinya saya. Sekalipun terdapat alif di belakang nun, yang menurut aturan harus dibaca anâ, tetapi kata ini selamanya harus dibaca ana. , yaitu kata lâkin yang digandeng dengan ana, sekalipun menurut b) Dalam 18:38, kata aturan harus dibaca lâkinnâ, tetapi oleh karena kata itu merupakan gabungan dari kata lâkin dan ana, maka kata itu harus dibaca lâkinna. (tsamûd) ditambahkan huruf alif di c) Dalam 11:68; 25:38; 29:38; dan 53:51, sesudah kata (tsamûdâ), tetapi harus dibaca tsamûda. belakangnya. Namun, sekalipun ditulis


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.