Dentamedia Volume 26 Nomor 4

Page 1

OSPEK

TRADISI TAK LEKANG WAKTU

Ikat pinggangmu mana!?” bentak salah satu senior dalam kegiatan ospek virtual. Masih jelas dalam ingatan kita semua bagaimana video senior yang membentak juniornya secara daring ini viral pada awal pandemi lalu. Senior tersebut melakukan perploncoan bukan secara tiba-tiba namun masih dalam rangka kegiatan ospek. Ospek yang sejatinya merupakan kegiatan pengenalan kampus bagi mahasiswa baru, tak luput dari bumbu senioritas dan perploncoan. Mungkin masih jelas dalam ingatan kita, saat baru memasuki kampus kedokteran gigi. Mahasiswa kedokteran gigi pun tak luput dari riuhnya perploncoan saat masa Ospek. Ospek yang dulu menjadi ajang perploncoan telah mengalami sejarah yang sangat panjang, bahkan sejak zaman penjajahan Hindia-Belanda. Kegiatan ini telah menjadi tradisi turun menurun dengan nama dan kontroversinya yang berubah-ubah pula.

SEJARAH PANJANG OSPEK DI INDONESIA

Praktik perploncoan di Indonesia sering mewarnai kegiatan ospek untuk menyambut mahasiswa yang baru masuk kampus. Ternyata, perploncoan memiliki sejarah yang panjang di negara kita. Bahkan perploncoan ini ada sejak zaman penjajahan Hindia-Belanda dan zaman penjajahan Jepang. Begini sejarah panjangnya.

Kebiasaan perploncoan pada zaman kolonial Hindia-Belanda tertuang pada buku berjudul 'Bunga Rampai dari Sejarah jilid 3' yang ditulis oleh Mohamad Roem, seorang ahli hukum yang mewakili Indonesia pada perundingan Roem-Royen. Beliau membagikan pengalamannya mengalami perploncoan pada tahun 1924 di sekolah pendidikan dokter untuk pribumi, yaitu STOVIA. Perploncoan yang ia alami berlangsung selama tiga bulan. Proses itu dikenal dengan nama ontgroening dalam bahasa Belanda yang berasal dari kata groen yang berarti hijau yang dianalogikan sebagai murid baru. Sedangkan ontgroening secara bahasa berarti menghilangkan warna hijau atau baru tersebut.

Roem menjelaskan lebih lanjut dalam bukunya, kegiatan selama tiga bulan yang ia jalani antara lain adalah membersihkan kelas atas perintah senior dan perkenalan sesama mahasiswa baru. Kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk membentuk kepribadian siswa baru agar lebih mudah beradaptasi dengan kehidupan selama menempuh studi di sekolah tersebut.

Zaman Pendudukan Jepang

Perploncoan terus berlanjut pada zaman pendudukan Jepang. Bahkan, diperkirakan perploncoan pada zaman Jepang merupakan perploncoan yang paling keras. Jepang menyebut masa perploncoan mereka dengan 'puronko' dan istilah inilah yang menjadi kata serapan yang kita kenal, yaitu plonco. 'Puronko' sendiri berarti kepala gundul. Sesuai dengan namanya, pria peserta plonco harus membabat habis rambutnya hingga gundul. Jepang dalam tradisinya meyakini bahwa kepala gundul melambangkan kekuatan, kedisiplinan, dan kerapian. Atas dasar alasan ini pula, para petinggi militer Jepang selalu memiliki kepala yang gundul.

Para pelajar yang mengalami plonco pada zaman pendudukan Jepang dibentak dan diperintah secara keras layaknya pendidikan militer Mereka juga dipaksa untuk menggunduli kepalanya seperti anggota militer Jepang. Praktik kekerasan ini yang akhirnya banyak diadaptasi oleh berbagai sekolah di Indonesia.

Zaman Pasca Kemerdekaan

Setelah kemerdekaan, kegiatan plonco dilakukan untuk membangun ikatan batin dan setia kawan walaupun dalam kesusahan. Kegiatan ini masih banyak mengadopsi praktik perploncoan dari zaman Jepang. Masih banyak kekerasan pada masa ini, hanya saja sudah tidak ada lagi pemaksaan untuk menggundulkan kepala.

Namun, banyak pula masyarakat yang menentang tradisi plonco ini karena tidak suka atau merasa menderita. Oleh karena itu, Consen-

trasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) yang memiliki afiliasi dengan PKI menjadi garda terdepan untuk menghapuskan tradisi ini.

Pada tahun 1963, perploncoan berganti nama menjadi Masa Kebaktian Taruna. Namun, nama ini tidak bertahan lama. Pada tahun 1966, di zaman orde baru, nama tersebut berganti menjadi Masa Prabakti Mahasiswa (Mapram). Mapram menjadi sarana menanamkan pemahaman dominasi senior.

Nama tradisi ini kembali berubah pada tahun 1991 menjadi Pekan Orientasi Studi. Perubahan nama terakhir terjadi pada tahun 1998, yaitu menjadi Masa Orientasi Studi (MOS) untuk jenjang sekolah dan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) untuk jenjang perguruan tinggi.

Kegiatan apa saja yang tercakup di dalam MOS dan Ospek sendiri dikembalikan pada masing-masing sekolah atau universitas. Walaupun kebanyakan kegiatannya akan memuat pengenalan tempat studi mereka, pembebasan ini berpotensi memasukkan kekerasan dan nilai senioritas sebagaimana yang terjadi di masa lalu.

Dua tahun terakhir, kegiatan ini hanya diselenggarakan secara daring karena pandemi Covid-19. Menyelenggarakan kegiatan ini secara daring memiliki banyak keterbatasan yang memungkinkan nilai-nilai yang ingin disampaikan menjadi tidak tersampaikan. Pertanyaannya, apakah perploncoan ini masih diperlukan sebagai kegiatan pembuka di jenjang studi baru? [Nadia Faradiba, Foto: Kosterman Usri]

2 Bahasan

OSPEK, ORIENTASI YANG TAK SESUAI VISI

Masa orientasi atau pengenalan kampus adalah hal yang lumrah ditemui di setiap memasuki universitas. Istilah yang digunakan pun berganti-ganti, menyesuaikan dengan keadaan ‘zaman’. Dari mulai Ospek, hingga kini awam disebut dengan PKKMB atau Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru.

Istilah yang berganti-ganti ini tak lepas dari kontroversi ospek itu sendiri. Kata ospek sering kali memiliki konotasi negatif. Mendengar kata ospek, yang pertama terbayang adalah mahasiswa yang dimarahi oleh seniornya, dijemur berpanas-panasan di bawah sinar matahari sambil memakai atribut-atribut aneh yang wajib dipakai di pakaian mahasiswa baru.

Tak hanya itu, belakangan ini sering terdengar berita mengenai ospek yang diwarnai dengan perpeloncoan yang melibatkan fisik, penganiayaan, bahkan berujung pada kecacatan atau hilangnya nyawa mahasiswa junior. Hal ini tentu menimbulkan pro kontra mengenai ospek. Perlukah dilaksanakan? Apakah ospek hanya menjadi ajang ‘gagah-gagahan’ dari senior di kampus?

Ospek kerap kali dibumbui oleh senioritas dan perploncoan dari senior kepada juniornya. Budaya ini tak lepas dari budaya pada zaman kolonial yang keras untuk ’membentuk’ diri pemuda yang masih ’hijau’ dengan harapan melahirkan pemuda yang bermental baja. Seiring berkembangnya zaman, paham ini semakin di-

anggap tak masuk akal oleh berbagai pihak. Bukan kekerasan yang dapat membentuk mental manusia. Lalu seperti apa idealnya ospek dilakukan?

Dilansir dari situs dikti.kemenbud. go.id, PKKMB atau Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru diharapkan dapat menjadi wahana penanaman lima program gerakan revolusi mental, yaitu Indonesia melayani, Indonesia bersih, Indonesia tertib, Indonesia mandiri, dan Indonesia bersatu. PKKMB diharapkan dapat mencetak alumni perguruan tinggi yang berilmu, berakhlak luhur, cinta tanah air dan berdaya saing global. Mengacu pada visi tersebut, jelas kekerasan dan perpeloncoan bukan jawaban. Ospek harus menjadi ajang bagi mahasiswa baru untuk dapat berkembang dan mengeksplorasi kemampuan yang ia miliki agar dapat menjadi pembelajar yang mampu berpikir kritis dan berdaya saing global. Tugas-tugas yang diberikan baiknya diganti dengan tugas-tugas yang dapat melatih pola pikir dan pengembangan diri. Saat ini, persaingan di dunia kerja tidak bisa dibilang mudah, jika ospek memang bertujuan untuk melatih ‘mental’ mahasiswa, maka bentakan dan kekerasan dari senior bukanlah cara yang tepat. Tantangan yang relevan dengan pembentukan pola pikir serta dapat membantu penyelesaian masalah yang mungkin timbul di dunia perkuliahan maupun dunia kerja, dapat menjadi pilihan

materi ospek. Namun, ceritanya akan berbeda jika ospek memang masih dianggap sebagai ajang unjuk kekuatan dari senior di kampus. Maka ospek yang membangun, akan selalu sulit diwujudkan. Mentalitas ini akan membuat kata ospek selalu dikenang sebagai momok bagi mahasiswa baru, dan ajang sok jago dari para mahasiswa senior. [Fathin Vania Rahmadina, Foto: kagama.co, Kosterman Usri]

Bahasan 3
Cara berlangganan : Cara pertama : 1. Snap QR Code dengan HP atau buka http://bit.ly/3irknZ3 2. Isi data pembeli, klik berlangganan 3. Lakukan pembayaran sebesar sesuai instruksi Cara kedua : 1. Transfer uang langganan (Rp 100.000 / tahun) ke BCA No 2821430269 a.n. Siti Kusdiarti 2. WA/SMS nama, alamat, tanggal transfer ke 08962836 6161 Biaya sudah termasuk ongkos kirim ke seluruh Indonesia

OSPEK, BEDA KAMPUS BEDA CERITA

OSPEK, BEDA KAMPUS BEDA CERITA

Orientasi Studi atau lebih dikenal dengan “OSPEK” merupakan serangkaian kegiatan pengenalan dan adaptasi kampus yang setiap tahunnya rutin diadakan bagi mahasiswa baru. Kegiatan ini biasanya melibatkan lembaga eksekutif mahasiswa, dosen, hingga seluruh civitas kampus. Beragam nilai dan budaya yang dimiliki setiap Fakultas Kedokteran Gigi disisipkan dalam berbagai kegiatan Ospek. Kegiatan Ospek sendiri tentunya bertujuan untuk menciptakan mahasiswa yang kuat, menjunjung tinggi etika, dan berkarakter dalam menempa ilmu di kampus nantinya.

Universitas Hassanudin memiliki budaya Tabe yang merupakan ciri khas dari suku Bugis-Makassar. Budaya ini menanamkan nilai untuk saling menghormati dan menghargai orang lain. Setelah mengenal budaya Tabe diharapkan para mahasiswa baru memahami bagaimana etika saat berhadapan dengan dosen, senior, dan teman sejawat saat menjalani perkuliahan di Unhas. Hal yang sama dapat ditemukan di Universitas Sumatera Utara (USU)

yang memiliki budaya 4S (Senyum, Sapa, Salam, Semua) agar nantinya para mahasiswa terbiasa untuk saling bercengkrama baik dengan pasien maupun dengan sejawatnya.

Menjalin relasi dengan senior juga kemampuan yang harus dimiliki oleh mahasiswa baru. Oleh karena itu, para mahasiswa baru harus mengenal senior mereka. FKG Universitas Prof. DR Moestopo (B) memilih untuk menggunakan tradisi 'Trah' untuk memperkenalkan para mahasiswa baru dengan senior mereka. Dalam tradisi ini, senior yang tiga tahun lebih tua akan mengadakan acara ospek untuk mahasiswa baru, dengan harapan nantinya masing-masing abang dan kakak sesama 'trah' dapat membantu dan memiliki ikatan yang lebih kepada juniornya yang mempunyai trah yang sama. Universitas Mulawarman memiliki cara lain yaitu dengan memiliki kakak asuh bagi masing-masing mahasiswa barunya, dengan harapan terjadi bonding yang kuat dari kakak dan adik asuh untuk saling bahu membahu melewati kegiatan kampus selama masa kuliah.

Kegiatan ospek juga seringkali bertujuan untuk mengenalkan budaya dan nilai lokal dari masing-masing kampus kepada mahasiswa barunya. Universitas Yarsi, Universitas Islam Sultan Agung (Unisula), dan Universitas Muhammadiyah Semarang menanamkan nilai-nilai keagamaan pada mahasiswa baru melalui hafalan rutin yang wajib disetorkan dalam periode waktu tertentu, melakukan ibadah bersama-sama, serta tugas-tugas yang sesuai dengan nilai islam. Sedangkan Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) menanamkan nilai-nilai kedisiplinan dan kepemimpinan

pada mahasiswa baru melalui pelatihan militer dalam kegiatan ospek.

Pengenalan lingkungan sekitar kampus juga diberikan pada saat ospek. FKG Universitas Padjadjaran memiliki tradisi unik agar mahasiswa baru dapat mengenal lingkungan kampus sekaligus latihan fisik. Kontur kampus FKG Unpad Jatinangor yang berada di atas bukit sehingga harus melalui ’tanjakan cinta’ untuk sampai di kampus. Pada masa awal kampus FKG pindah ke Jatinangor, para mahasiswa baru diharuskan melewati tanjakan cinta dengan berjalan jongkok selama ospek berlangsung.

Bahasan 4
Tanjakan Cinta Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor [Foto: Correcto.id] Tradisi Formasi Membentuk Lambang UGM oleh Mahasiswa Baru[Foto: Kagama.co]

Beberapa kegiatan ospek juga bertujuan untuk membantu adaptasi mahasiswa. Seperti yang dilakukan di Universitas Andalas (Unand), dimana kehidupan sehari-harinya kental dengan adat Minang. Pepatah mengatakan “dimana bumi dipijak, disitu langik dijunjuang” (dimana bumi dipijak disana langit dijunjung). Berangkat dari pepatah ini, mahasiswa baru yang merantau di Unand diajak untuk belajar bahasa lokal melalui pembuatan kamus berisi 500 kosa kata berbahasa Minang. Seringkali ditemukan ada bahasa baru yang lucu khas mahasiswa baru, seperti kuping menjadi kupiang, padahal dalam bahasa minang seharusnya adalah talingo

Tugas dan hukuman yang identik dengan kegiatan ospek. Para mahasiswa baru diberikan tugas untuk dibawa pada saat ospek dan diberikan hukuman jika terbukti melanggar peraturan kegiatan. Tak jarang tugas dan hukuman ini menjadi ajang kreativitas dan perploncoan yang lumrah terjadi. Di Universitas

Brawijaya, panitia ospek memberikan tugas dalam bentuk teka-teki terkait perbekalan yang harus dibawa di hari selanjutnya. Contoh petunjuk yang harus dipecahkan seperti “Membawa benda dengan 2 huruf awalnya yang merupakan huruf ketiga dan keempat dari sebuah tabung otot yang menghubungkan tenggorokan dengan lambung lalu dengan dua huruf terakhir berada di sebuah infeksi gusi serius yang merusak gusi serta dapat menghancurkan tulang, dia berada di urutan 9 dan 10”. FKG Univeristas Airlangga memiliki cara yang unik untuk mahasiswa baru agar lebih mudah memahami materi kuliah kedokteran gigi. Mahasiswa baru diajarkan untuk menghafal lagu dengan gerakan berisi materi kuliah agar nantinya saat kegiatan belajar mengajar sudah dimulai, informasi akan menjadi lebih mudah untuk dicerna.

Kreativitas dalam segi pemberian hukuman juga berbeda di setiap kampus. FKG Universitas Indonesia misalnya, mengkategori-

kan pelanggaran menjadi tingkat ringan, sedang, dan berat. Hukuman yang diberikan pada pelanggaran ringan, yaitu membuat satu plastik kecil berisi obat kecil seperti cotton pellet, cotton roll dan cotton ball. Pelanggaran sedang, diberikan hukuman membuat satu plastik berisi obat-obatan berukuran sedang, dan pelanggaran berat diharuskan membuat segelas air mineral. Hasil hukuman ini nantinya akan dipakai pada saat kegiatan bakti sosial internal.

Alih-alih mewarnai kegiatan ospek dengan perploncoan, Universitas Ga-

djah Mada (UGM) memiliki tradisi satu tahun sekali pada saat penerimaan mahasiswa baru. Pada akhir masa ospek, seluruh mahasiswa baru UGM yang berjumlah ribuan akan memakai topi caping warna warni dan membuat formasi berbagai macam lambang di lapangan kampus. Lambang raksasa yang dibuat dalam tradisi formasi ini berbeda-beda setiap tahunnya. Para mahasiswa diharapkan belajar bekerja sama, tekun, sabar dan serta semangat persatuan dalam pembentukan formasi raksasa yang tidaklah mudah. [M. Syauqi Syafiq]

5 Dentamedia tiap triwulan diterbitkan oleh Lembaga Studi Kesehatan Indonesia (LSKI) Yayasan Bale Cijulang sejak tahun 1997 ISSN 1410-4768 ALAMAT: Office & Beyond Building Jl. CImanuk 6 Bandung 40115, Kotak Pos 7785 Bandung 40122, TELEPON: 0896628366161, FAKS: (022)2502807, EMAIL: dentalmedia@gmail.com SITUS: www.dentamedia.id PENDIRI Kosterman Usri PEMIMPIN UMUM Maryanne Susanti PEMIMPIN REDAKSI Messya Rachmani REDAKSI Fathin Vania Rahmadina, Nadia Faradiba, Rizna Salsadila Shofwa, M. Syauqi Syafiq KORESPONDEN Dhona Afriza (Padang), Ikhsan Dani Putra (Medan), Bertha Aulia (Palembang), Alfini Octavia (Yogyakarta), Ronny Baehaqi (Surabaya), Muhammad Andhyka Fitrianto (Malang), Putra Qodri Fath (Pontianak), Irma Chaerani Halim (Samarinda), Muhamad Ruslin (Makassar), Michael Andrea Leman (Manado), Anak Agung Istri Devi Wulandari Putra (Denpasar),
Septia Indriasari (Mataram) DIREKTUR BISNIS Maryanne Susanti PEMASARAN Joseph Gunawan (Manajer), Alia Intan Kusuma Ramadhani, Felycia Evangeli Andi Arnold ACARA Dian Islamiyati (Manajer) Mulia Ayu Hanifa, Varisati Nalina Vara, Sangga Tirakat, Muhammad Syahid Abdilah, Abigail Thanya Gracesheila, Andrian Fadhillah Ramadhan, Maya Adriati Pramestiningrum, Raisya Aurellia Putri Lesmana, Adira Khansa Mahdiya, Gabriella Tasha, Vita Ekaviasta Putri KEUANGAN Latifah Kaniadewi , Siti Kusdiarti DESAIN GRAFIS Benazir Amriza Dini, Irmayanti Meitrieka, Yuda Haditia Putra, Aulia Dewi PRODUKSI Agus Sono TEKNOLOGI INFORMASI Anzarudin, Anggit Wirasto BIRO JAKARTA Sandy Pamadya (Kepala), Maya Mardiana, Affi Listriani, Ina Sarah Addawiah, Putu Ayu Pradnya BIRO SEMARANG Hayyu Failasufa (Kepala), Ade Ismail Berita/artikel/siaran pers/foto/surat pembaca/iklan/penawaran kerjasama untuk Dentamedia kirimkan ke e-mail ke dentamedia@gmail.com APABILA KEBERATAN DENGAN ISI DENTAMEDIA SILAHKAN KIRIMKAN HAK KOREKSI/JAWAB ANDA KE ALAMAT DENTAMEDIA Mahasiswa FKG Universitas Brawijaya Membawa Perbekalan Sesuai Teka-teki yang Diberikan [Foto: Youtube] Program Pengenalan Lingkungan Kampus oleh Mahasiswa FKG Universitas Indonesia [Foto: Instagram @navigasifkgui] Prosesi Pemasangan Jaket Almamater Mahasiswa Baru UGM [Foto: Youtube gamada].

KEDOKTERAN GIGI MENUJU PULIH BERSAMA

Pandemi Covid-19 dampaknya melanda seluruh kehidupan masyarakat, termasuk di bidang kedokteran gigi. Profesi kedokteran gigi mengalami disrupsi yang tidak ringan. Meski Pandemi Covid-19 belum usai, namun di samping upaya mengatasinya, perlu dilakukan pemulihan pelayanan kedokteran gigi, bersamaan dengan pemulihan seluruh sektor kehidupan masyarakat lainnya.

Telah hampir tiga tahun dunia dilanda Covid-19. Kasus pertama Covid-19 terdeteksi pertama kali di Wuhan Cina pada Desember 2019. Sejak itu Covid-19 menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Pada 30 Januari 2020 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Covid-19 sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat internasional (Public Health Emergency of International Concern), serta kemudian pada 11 Maret 2020 ditetapkan sebagai pandemi.

Di Indonesia, kasus Covid-19 pertama kali ditemukan pada 2 maret 2020. Selanjutnya dengan cepat penyakit tersebut menyebar ke pelbagai wilayah Indonesia. Hingga 12 september 2022, di seluruh Indonesia telah 6.394.340 orang terkonfirmasi Covid-19 dan 157.787 di antaranya meninggal. Sedang di seluruh dunia sebanyak 603.711.760 orang telah terkena dan 6.484.136 orang meninggal karena Covid-19.

Disrupsi Kedokteran Gigi

Pandemi Covid-19 telah menimbulkan disrupsi terhadap pelayanan kedokteran gigi yang dapat dikatakan terparah di zaman modern ini. Dokter gigi dalam menjalankan profesinya rentan terhadap penularan Covid-19. Walaupun sebenarnya selama ini dokter gigi telah melakukan upaya pengendalian infeksi secara ketat, namun dengan merebaknya Covid-19 ternyata tidaklah memadai. Hal ini menyebabkan jatuhnya korban yaitu dokter gigi yang terkena Covid-19 ketika menjalankan praktiknya, serta terdapat pula yang hing-

ga meninggal. Akibatnya dokter gigi menutup praktiknya, atau pun hanya secara terbatas pada kasus gawat darurat yang tidak dapat ditunda perawatannya. Di kalangan masyarakat juga terdapat rasa khawatir untuk menjalani pelayanan kedokteran gigi. Keadaan ini menyebabkan hambatan aksesibilitas untuk mendapatkan pelayanan kedokteran gigi. Sedang di lain pihak, kebutuhan untuk mendapatkan pelayananan kedokteran gigi merupakan kebutuhan yang memang nyata terdapat di masyarakat.

Normal Baru Kedokteran Gigi

Agaknya praktik kedokteran gigi di masa mendatang tidak akan kembali seperti sebelum pandemi Covid-19. Pelayanan kedokteran gigi mengalami perubahan seturut perkembangan yang terjadi. Prosesnya tidak mudah karena sama sekali tidak ada persiapan menghadapi bencana Covid-19 yang tiba-tiba muncul.

Namun profesi kedokteran gigi tidak hendak larut terpuruk dalam disrupsi yang terjadi, melainkan berusaha bangkit mengatasinya. Berkembang pola pelayanan kedokteran gigi di era normal baru yang terjadi karena Covid-19. Berkembang upaya pelaksanaan perlindungan pasien maupun dokter gigi pada pelayanan kedokteran gigi. Selain itu berkembang pula penggunaan teledentistry, semakin disadari perlunya pencegahan penyakit gigi dan mulut, serta meningkatnya pemahaman mengenai pentingnya kesehatan dalam kehidupan masyarakat.

Kini pelayanan kedokteran gigi sudah mulai dibuka kembali, namun dengan pengamanan yang ketat untuk menghindari penularan Covid-19 terutama dalam bentuk penggunaan APD (Alat Pelindung Diri), peralatan untuk mengendalikan aerosol pada kegiatan praktik dokter gigi, penggunaan disinfektans secara meluas, dan tindakan pengendalian infeksi lainnya. Vaksinasi Covid-19 yang dilakukan terhadap tenaga kesehatan gigi serta masyarakat luas juga mendukung dibukanya

kembali pelayanan kedokteran gigi.

Selain tindakan untuk pengendalian infeksi dalam pelaksanaan praktik kedokteran gigi juga semakin dikembangkan kedokteran gigi dengan tindakan invasif seminimal mungkin (minimally invasive dentistry). Hal ini dilakukan untuk menjamin keselamatan bukan hanya tenaga kesehatan namun juga pasien pada pelaksanaan praktik kedokteran gigi.

Berkembang teledentistry yakni pelayanan kedokteran gigi menggunakan peralatan komunikasi untuk menghubungkan pasien dengan dokter gigi. Dengan teledentistry tidak lagi seluruh pelayanan kedokteran gigi perlu berlangsung secara tatap muka.

Teledentistry mengisi kebutuhan pada era pandemi Covid-19 ketika pelayanan kedokteran gigi terbatas, atau bahkan sama sekali tidak dapat dilaksanakan. Terjadinya pandemi Covid-19 telah mengakselerasi peningkatan perkembangan teledentistry. Keadaan ini diperkirakan akan berlangsung terus meskipun kelak pandemi Covid-19 telah berlalu.

Teledentistry bermanfaat pula untuk proses seleksi terhadap pasien yang sebenarnya tidak perlu melakukan kunjungan ke klinik gigi. Selanjutnya teledentistry efektif pula untuk melaksanakan pendidikan kesehatan gigi serta pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan cakupan wilayah serta jumlah peserta yang meluas.

Covid-19 menyebabkan kesulitan dalam aksesibilitas untuk mendapatkan pelayanan kedokteran gigi. Pada situasi ini tumbuh kesadaran mengenai semakin pentingnya pencegahan penyakit gigi dan mulut. Sebenarnya penyakit gigi dan mulut tidak perlu terjadi, apalagi sampai menimbulkan dampak yang parah, bila dilakukan upaya pencegahan.

Peningkatan kesadaran terhadap pencegahan penyakit gigi dan mulut perlu ditanggapi dengan baik oleh kalangan profesi kedokteran gigi. Perlu dirancang program pencegahan penyakit gigi dan mulut secara lebih intensif

Opini 6
Oleh : drg. Paulus Januar Anggota Pengurus Besar PDGI

dan meluas. Inilah kesempatan untuk meningkatkan kegiatan seperti pendidikan kesehatan gigi bagi masyarakat, anjuran menyikat gigi secara teratur dan benar, pengendalian diet, hingga fluoridasi serta juga pemeriksaan untuk deteksi dini penyakit gigi dan mulut, Dampak Covid-19 yang menimbulkan distrupsi dalam seluruh sektor kehidupan masyarakat juga semakin menumbuhkan kesadaran akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan masyarakat. Dengan tumbuhnya kesadaran akan pentingnya kesehatan, terdapat pula peluang bagi profesi kedokteran gigi untuk menumbuhkan pemahaman masyarakat bahwasanya kesehatan gigi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh kesehatan tubuh.

lut. Kebersamaan bukan hanya di kalangan profesi kedokteran gigi, namun juga dengan tenaga kesehatan lainnya, pemerintah, para pengambil keputusan, LSM, perguruan tinggi, dunia usaha, serta seluruh masyarakat. Dengan keterpaduan bersama diharapkan melahirkan tekad bersama untuk ditingkatkannya upaya kesehatan gigi.

nya. Meski demikian harus tetap taat menjalankan protokol kesehatan.

Kementerian Kesehatan sejak 2011 menetapkan tanggal 12 september sebagai Hari Kesehatan Gigi Nasional (HKGN). Hari Kesehatan Gigi Nasional merupakan momen untuk menggugah kesadaran mengenai peran kesehatan gigi dalam menunjang kesejahteraan masyarakat serta menggalang kebersamaan untuk mengatasi permasalahan kesehatan gigi dan mu-

Tahun ini dalam kaitan dengan bangkit dan pulihnya kehidupan masyarakat dari pandemi Covid-19, maka tema HKGN 2022 adalah: Pulih Bersama Dengan Senyum Sehat Indonesia. Tema ini menunjukkan komitmen profesi kesehatan gigi untuk berperan serta dalam upaya seluruh masyarakat untuk bangkit dan pulih dari pandemi Covid-19. Pelbagai kegiatan dilakukan dalam rangka HKGN 2022 seperti bakti sosial pemeriksaan dan pengobatan gigi, seminar, penyuluhan, perlombaan, kampanye kesehatan gigi, dan juga talk show serta konferensi pers. Dalam rangka hari kesehatan gigi dilakukan pula program penjangkauan masyarakat secara meluas melalui media massa maupun media sosial.

Walau pandemi Covid-19 belum berakhir, namun kegiatan HKGN di tahun 2022 ini lebih leluasa dilakukan dibanding tahun-tahun sebelum-

Hal yang menonjol pada HKGN tahun 2022 ini adalah PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) menyelenggarakan kegiatan sikat gigi massal bagi siswa sekolah yang dijalankan di seluruh wilayah Indonesia. Dicanangkan kegiatan sikat gigi massal diikuti sekitar 700 ribu siswa dari 2.521 sekolah dasar di seluruh Indonesia, serta dicatatkan sebagai rekor MURI.

Kegiatan sikat gigi massal dijalankan sesuai dengan kesadaran untuk pencegahan penyakit gigi yang semakin tumbuh di era pandemi Covid-19. Selain itu pada HKGN 2202 juga dijalankan bentuk baru yaitu kegiatan bakti sosial berupa teledentistry yang semakin berkembang akhir-akhir ini.

Kegiatan HKGN 2022 merupakan dedikasi kalangan profesi kesehatan gigi untuk pemulihan bersama kehidupan masyarakat. Pulih bersama termasuk pula di bidang kesehatan gigi sebagai bagian integral seluruh kehidupan masyarakat. Dengan pulihnya pelayanan kesehatan gigi berarti akan semakin mewujudkan senyum sehat Indonesia!

Selamat Hari Kesehatan Gigi Nasional 2022

Pulih Bersama Dengan Senyum Sehat Indonesia
7

PDGI KEMBALI PECAHKAN REKOR MURI

Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) kembali memecahkan Rekor Muri, kali ini untuk katagori “Sikat Gigi Secara Daring di Lokasi dan Peserta Terbanyak” yang dilaksanakan bertepatan dengan Hari Kesehatan Gigi Nasional (HKGN), 12 September 2022.

Tercatat ada 2.521 Sekolah Dasar dengan 708.266 Siswa di seluruh Indonesia yang turut serta dalam kegiatan sikat gigi massal pemecahan Rekor Muri ini. Di tingkat pusat, acara perlangsung di Plaza Utara Gelora Bung Karno (GBK) yang dihadiri Pejabat Kementerian Kesehatan, Pengurus PDGI, para Dekan Fakultas Kedokteran Gigi, para Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut, para siswa Sekolah Dasar, perwakilan PT Unilever

Indonesia selaku sponsor, serta dimeriahkan oleh para artis seperti Ringgo Agus, Sabai Dieter, Agatha Suci, Ivan Gunawan, Wulan Guritno, Yuni Shara.

Kegiatan HKGN di GBK pada tanggal 12 September 2022 sekaligus juga merupakan penanda dimulainya Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) yang merupakan kerjasama PDGI, Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI) serta Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Indonesia (ARSGMP). BKGN merupakan kegiatan tahunan yang rutin diselenggarakan, namun sudah dua tahun terakhir diselenggarakan secara daring akibat pandemi. Oleh karena itu, kegiatan HKGN 2022 yang mengusung tema “Pulih Bersama dengan Senyum Sehat Indonesia” meru-

Kisah

BHINEKA TUNGGAL IKA UNTUK GIGI SEHAT

Kesehatan gigi dan mulut merupakan penyakit yang terkait perilaku (behaviour disease). Perilaku adalah tindakan yang didasari suatu input, kondisi lingkungan atau keadaan yang disadari atau tidak, terbuka atau rahasia. Salah satu hal mendasar dari kesehatan gigi adalah perilaku menggosok gigi Tahun 2000, siang itu baru saja berakhir masa istirahat makan siang dan hampir semua anggota mahasiswa S3 baik yang dokter gigi maupun insinyur di Biomaterial Universitas Kyushu sudah berada di ruangan. Tiba-tiba pintu terbuka dan T Sensei Lektor Kepala di sana masuk dalam kondisi sedang menggosok gigi. Beliau berbicara kepada salah seorang mahasiswa Jepang dengan posisi tangannya kanannya memegang sikat gigi dan tetap menggosok giginya. Pemandangan ini bukan hal

aneh lagi bagi kami mahasiswa asing di sana. Mereka orang Jepang menggosok gigi sambil ngobrol dengan teman sebelahnya, sambil di depan komputer atau sambil membaca. Walaupun begitu, kami mahasiswa asing tidak mendadak mengikuti perilaku itu, mungkin merasa bukan budaya kami untuk ‘unjuk gigi’ menggosok gigi di depan umum. Tetapi, ada salah seorang mahasiswa asing sebutlah insinyur teknik Mr.K yang mulai mencoba melakukannya. Siang itu beberapa saat setelah istirahat makan siang, kami asyik berbincang sambil duduk di kursi tempat kerja masing-masing. Mr.K datang dalam kondisi sedang menggosok gigi. “SREK, SREK,” nyaring bunyi sikatnya. Dia mulai terlibat di perbincangan dan mencoba bicara sambil menggosok gigi. Tidak jelas bicaranya karena mulutnya penuh ludah dan

pakan simbol bangkitnya perawatan kesehatan gigi dan mulut Indonesia dan mulai diselenggarakannya kembali secara luring. Rangkaian kegiatan BKGN berupa pemeriksaan dan perawatan gigi dan mulut gratis di 28 Fakultas Kedokteran Gigi dan Rumah Sakit Gigi dan Mulut di seluruh Indonesia. Serta dilengkapi dengan Program 21 Hari Menyikat Gigi di Sekolah serta Teledentistry yang juga akan diikuti oleh Cabang PDGI terpilih.

Dalam kesempatan tersebut Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin yang memberikan sambutan secara daring mengatakan kesehatan gigi harus dijaga sejak masa kanak kanak, sehingga di masa tua, kondisinya tetap terjaga dengan baik. Untuk itu selain rajin menyikat gigi secara teratur, Menkes juga meminta masyarakat untuk rutin memeriksakan kondisi giginya ke dokter gigi. “Saya mengamati banyak anak yang takut/malas ke dokter gigi, karena mendengar bunyi dan melihat alat-alatnya terkesan menakutkan. Akibatnya banyak masyarakat kita yang kurang terawat gigi dan mulutnya” ujar Menkes Budi. [Berita : Nadia Faradiba, Foto: Humasdatin PDGI]

busa. Tiba-tiba ia membuang air ludahnya melintas dengan pola parabola melewati dua kursi temannya masuk ke tong sampah di ujung lorong. Sontak kami kaget melihat kejadian tadi. Hening sesaat, sebelum ramai pecah tawa, sambil ribut, “Kamu lihat tadi? HAHAHAHA, unbelievable! HAHAHAHA…..” Saya yang sedang hamil dan ikut melihat kejadian itu, tiba-tiba mual. Padahal, orang Jepang saat menggosok gigi tidak berbusa, perlahan setiap sesudah makan dan tidak meludah di tempat terbuka. Mungkin semenjak Covid kebiasaan menggosok gigi di depan umum itu sudah tidak dilakukan lagi. Saya sendiri mulai terpengaruh kebiasaan menggosok gigi orang Jepang ini, menggosok gigi sambil membaca atau nonton di rumah.

Saya yakin perbedaan pola kebiasaan atau perilaku yang dilakukan oleh suatu bangsa atau sekelompok orang itu akan memperkaya referensi kita untuk terus menyempurnakan perilaku kita menjadi lebih baik untuk suatu tujuan. Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi satu tujuan untuk senyum gigi sehat kita semua.

8
Oleh: Tengku Chairun Mamnun
Berita

Tajuk

RAMAI WISATA DOKTER GIGI DI TURKI

Wisata gigi sedang ramai di Turki, di mana klinik gigi baru dibuka setiap bulan untuk melayani pelanggan dari luar negeri yang mencari perawatan gigi murah. Menurut Turkish Dental Association (TDB), Turki menjadi salah satu tujuan utama wisata kedokteran gigi masyarakat dunia. Paket wisata gigi yang paling menarik misalnya saja adalah paket liburan veneer Turki. Paket ini termasuk veneer zirkonium 8 gigi bagian atas dan 6 gigi bagian bawah. Akomodasi hotel bintang lima dan transfer VIP dari bandara, dan antara klinik dan hotel juga ditanggung. Daya tarik wisata gigi di Turki lainnya adalah, pasien memiliki kesempatan untuk menjelajahi jalan-jalan lokal Istanbul, kota bersejarah, di mana mereka dapat mencoba masakan lokal yang terkenal atau duduk dan bersantai di hamparan pantai putih di sepanjang Laut Mediterania. Maraknya peminat wisata gigi di Turki membuat setiap klinik gigi bersaing untuk menjadi yang terbaik. Pasiennya bahkan datang dari luar negeri. [detik.com]

2023 WAJIB REKAM MEDIK ELEKTRONIK

Pemanasan global merupakan tantangan utama yang menyebabkan perubahan iklim pada abad ini. Penyebab yang paling dominan adalah karena aktivitas manusia, salah satunya adalah yang kegiatan praktik kedokteran gigi. Praktik kedokteran gigi termasuk salah satu pelayanan kesehatan yang mengambil porsi cukup besar dari total limbah di bumi dan berdampak besar pada lingkungan dan ekosistem. Jumlah limbah klinik gigi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah sarana layanan kesehatan. Setiap tahun praktek dokter gigi di dunia menghasilkan 3.8 juta ton limbah merkuri, 2.8 juta liter x-ray beracun dan 1.7 juta bahan sterilisasi.

Green Dentistry

naan foto rontgen konvensional menghasilan limbah perak yang berasal dari fixer yang tidak terpakai dan film yang tidak terpakai.

kesehatan

melakukan pencatatan riwayat medis pasien dalam rekam medis secara elektronik selambat-lambatnya tanggal 31 Desember 2023.

Peraturan ini merupakan kerangka regulasi pendukung dari implementasi transformasi teknologi kesehatan yang menjadi bagian dari pilar keenam Transformasi Kesehatan. Kebijakan ini hadir sebagai pembaharuan dari aturan sebelumnya yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008 yang dimutakhirkan menyesuaikan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan pelayanan, kebijakan dan hukum di masyarakat. Peraturan rekam medis elektronik ini akan diperkuat dengan beberapa regulasi lain seperti telemedisin, kemudian penerapan bioteknologi, dan juga teknologi yang lain dengan menggunakan dasar rekam medis elektronik. Demikian disampaikan sumber Kementerian Kesehatan pada jumpa pers tanggal 9 September 2022. [Dentamedia.id, Foto: Getty Images]

Limbah yang dihasilkan oleh praktik kedokteran gigi termasuk material berbahaya dan infeksius. Prosedur kegiatan praktik kedokteran gigi yang berkontribusi atas sebagian besar dari limbah klinik gigi adalah penggunaan bahan tambal amalgam, penggunaan foto rontgen konvensional, pengunaan bahan sekali pakai seperti tampon, sarung tangan lateks dan sistem vakum saliva ejektor konvensional. Limbah merkuri pada bahan tambal amalgam ini mengkontaminasi lingkungan karena segera setelah merkuri masuk kedalam air atau tanah, bakteri akan mengubahnya menjadi suatu neurotoksin yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia. Penggu-

Salah satu upaya untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan (mitigasi) adalah melalui green dentistry Green dentistry merupakan inovasi yang menghemat waktu, mengurangi konservasi energi dan polusi dan mengeliminasi hazard toksin yang berdampak negatif pada pasien dan lingkungan. Green dentistry mengacu pada 4R yaitu Memikirkan kembali (Rethink), Mengurangi (Reduce), Menggunakan kembali (Reuse), dan Mendaur ulang (Recycle). Adaptasi teknologi tinggi dapat menjadi solusi misalnya penggunaan foto rontgen digital karena menghasilkan kualitas gambar yang lebih baik disamping mengurangi jumlah radiasi. Solusi lainnya adalah memisahkan limbah timah, melakukan filter fixer, mengencerkan developer, menggunakan developer non kromium atau melakukan recycle menjadi besi. Limbah disposable pada klinik gigi dapat dilakukan reprocessing kemudian gunakan gelas kumur dan tip suction saliva logam yang dapat digunakan kembali (Reuse) dan menggunakan sistem sterilisasi kain operasi.

Adaptasi dari green dentistry ini dapat mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan dan menjadi bagian dari kedokteran gigi yang ramah lingkungan.

9 Sekilas
Melalui Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) nomor 24 tahun 2022 tentang Rekam Medis, fasilitas pelayanan diwajibkan Oleh : Denisa Aulia Rachmadani

PERLU INSENTIF AGAR DOKTER GIGI MAU KE DAERAH

Agar dokter gigi mau praktik di daerah terpencil, Ketua PB PDGI Usman Sumantri mengusulkan insentif khusus minimal 25 juta perbulan. Ini dilakukan agar dokter gigi di daerah terpencil memiliki pendapatan relatif setara dengan bila praktik di kota besar Demikian disampaikan oleh Ketua PB PDGI saat pelantikan Pengurus PDGI Wilayah Jawa Barat serta PDGI Cabang se-Jawa Barat di Gedung Sate Bandung 6 November 2022. Selain itu Ketua PB PDGI juga menyoroti sedikitnya jumlah produksi dokter gigi setiap tahunnya dari tiap institusi pendidikan, beliau mengusulkan penambahan kuota atau pendirian institusi pendidikan baru agar

dapat memenuhi kebutuhan dokter gigi nasional.

Sementara itu Nina Susana Dewi selaku Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dalam sambutannya mengatakan bahwa Puskesmas di Jawa Barat-pun belum semuanya memiliki dokter gigi. Beliau sepakat perlu dicari terobosan agar dokter gigi tertarik untuk bekerja di Puskesmas yang belum memiliki dokter gigi.

Pada kegiatan yang dihadiri oleh Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, unsur Forkopinda dan pengurus organisasi profesi kesehatan, dilantik Ketua PDGI Pengwil Jawa Barat yaitu Rahmat Juliadi untuk masa jabatan periode 2022-2025.

Sementara Ketua PDGI Cabang se-Jawa Barat

yang juga dilantik pada kesempatan yang sama adalah: Budhi Cahya Prasetya Cabang Cimahi, Deni Sumantri Latief Cabang Kabupaten Bandung, Margaretha Kurnia Cabang Kota Bogor, Cep Heri Purnama Sakti Cabang Kuningan, Prasetya Erlangga Lawendatu Cabang Kabupaten Bogor, Herman Hambali Cabang Cianjur, Myrzan Agung Cabang Karawang, Dina Puspita Cabang Purwakarta, Muhsin Cabang Tasikmalaya, Fahrur Rozi Cabang Garut, Dikdik Lazuardi Fahriza Cabang Subang, Evie Triyanti Cabang Ciamis Banjar, Hendra Hendriyana Cabang Su-

kabumi, Agus Wibowo Cabang Indramayu, Inge Purnama Cabang Bandung Barat, Gilang Adi Dharmawan Cabang Majalengka, Gurnita Wisnu Rahmawan Cabang Kabupaten Bekasi, Fajarrudin Malik Cabang Kabupaten Cirebon, Tri Widodo Cabang Kota Bekasi, Setiawan Witjaksana Cabang Kota Depok, Hana Zaitunah Fuadi Cabang Sumedang, Eduard Charles Matindas Cabang Cirebon, Eko Rotary Nurtito Cabang Kota Bandung, serta Asep Kemal Pasha Calon Cabang Pangandaran. [Berita: Kosterman Usri, Foto: Anak Agung Istri Devi Wulandari Putra]

AJANG BERTUKAR ILMU DOKTER GIGI

SPESIALIS KONSERVASI GIGI

Ikatan

tukar

11-13 November 2022 di ICE BSD Tangerang. Kegiatan ini menjadi ajang bagi para dokter gigi ber-

V,

Sp.KG,

ilmiah rutin setiap dua tahun sekali. “Tahun ini dihadiri oleh 1.300 orang, terdiri dari 1000 dokter gigi spesialis konservasi gigi atau

anggota IKORGI seluruh Indonesia, serta 300 orang dokter gigi, dokter gigi internship dan residen,” kata Rina di sela acara pembukaan SINI V (11/11/2022). Dia menyebutkan, dokter gigi harus selalu memperbarui ilmu dan juga dituntut melakukan penelitian, menulis hasil penelitian, serta membedah referensi. “Jadi tidak cuma update ilmu, tetapi juga upgrade keterampilan,” ujarnya.

Ditambahkan oleh Ketua Pengurus Pusat IKORGI, Dr. drg. Dudi Aripin Sp.KG, masa pandemi membuat riset klinis menurun, se-

hingga pada ajang SINI V ini lebih banyak yang dipresentasikan hasil laporan kasus dan review literatur. Dalam kegiatan ini juga diundang pembicara nasional dan internasional untuk membahas berbagai topik, termasuk hasil-hasil penelitian terbaru. “Sesuai dengan tema SINI V tahun ini, From Scientific to Clinical Practice in Conservative Dentistry, semua yang dilakukan dokter gigi terhadap pasiennya harus berdasarkan studi klinis atau penelitian, tidak bisa sembarangan,” katanya.

[Berita, Foto: Kompas.com]

Berita 10
Konservasi Gigi Indonesia (IKORGI) menyelanggarakan Seminar Nasional IKORGI (SINI) yang kelima yang berlangsung pada ilmu. Dijelaskan oleh Ketua Panitia SINI Dr drg.Rina Permatasi SINI merupakan pertemuan

ASAL USUL FLUOROSIS

Fluorosis adalah istilah medis yang merujuk pada kondisi perubahan tampilan enamel gigi yang umumnya ditandai dengan munculnya bintik putih atau coklat. Pada mayoritas kasus, kondisi tersebut hampir tidak terlihat dan tidak mempengaruhi fungsi gigi. Fenomena fluorosis pertama kali mencuat pada awal abad ke-20 di kawasan Colorado Springs, Amerika Serikat. Mengutip Crandall Dentistry, pada 1901, seorang lulusan sekolah kedokteran gigi muda bernama Frederick McKay pindah ke Colorado Springs untuk membuka praktik kedokteran gigi. Di sana, ia dibuat terperanjat oleh banyaknya penduduk yang memiliki noda coklat pada gigi mereka.

Melihat hal itu, McKay

kemudian mengundang seorang peneliti gigi terkemuka bernama GV Black untuk membantunya menemukan akar penyebab timbulnya noda hitam itu. Pada 1909, Black tiba di Colorado Springs. Selama enam tahun, keduanya bekerja bersama dan menemukan bahwa hampir 90 persen anak-anak asli Colorado Springs menderita noda tersebut.

Setelah dilakukan penelitian, diketahui bahwa noda tersebut disebabkan oleh tingginya kadar fluoride dalam pasokan air di tempat itu. Menariknya, orang dengan noda ini justru memiliki daya tahan yang tinggi terhadap gigi berlubang.

Mengutip All Kids Pediatric Dentistry, mengetahui temuan McKay dan GV Black, National Institute of Health

(NIH) pun akhirnya turun tangan untuk menyelidiki fluoride yang terbawa air, dan efeknya pada gigi. Trendley Dean dan Elias Elvove pertama kali menemukan metode untuk mengukur kadar fluoride dalam air. Mereka secara kolektif mengembangkan metode canggih untuk mengukur kadar fluoride dalam air dengan akurasi 0,1 bagian per juta (ppm).

Pada akhir tahun 1930-

an, NIH menyimpulkan bahwa kadar fluoride hingga 1,0 ppm tidak dapat menyebabkan fluorosis. Hal ini memicu ide untuk memasukkan fluoride ke dalam persediaan air publik pada tingkat yang dapat mencegah gigi berlubang tanpa menyebabkan munculnya noda. Penemuan Mckay dan GV Black ini kemudian berperan dalam digunakannya fluoride untuk kesehatan gigi. [Fathin Vania Rahmadina]

Wawasan 11