KARYAKU
Setitik harapan dari bakat terpendam Tia Alfiyah (9D)
D
i suatu perkampungan kecil dan kumuh seorang remaja berusia limabelas tahun tengah asyik memulung sampah di TPA dekat kampungnya, remaja itu bernama Santi hastuti. “San ayo makan dulu!” ajak ibu “Iya bu” jawab Santi semangat. Dalam hati ia sangat bahagia karena hari ini ia makan makanan kesukaanya yaitu nasi teri. “San, sehabis maka kamu bantu ba pakmu ya di toko bangunan sana.” pinta ibu. “iyyaaa bu.” jawab Santi sedikit lesu. Padahal sehabis makan ia berencana akan pergi ke kampung sebelah untuk menonton dangdutan bersama teman nya Iroh. Terpaksa Santi membatalkan niatnya untuk pergi menonton dang dutan bersama Iroh. Dari rumah sampai toko bangunan mulutnya tak pernah berhenti menyanyi, sampai membantu bapaknya pun ia masih juga menyanyi. Para pembeli di toko bangunan itu sampai heran melihat Santi yang dari tadi
mengangkat barang sambil menyanyi dangdut. Salah seorang pembeli tertarik pada suaranya yang bisa dibilang mirip ratu dangdut, siapa lagi kalau bukan Elvi Sukaesih. Memang dari kecil Santi suka sekali musik dangdut ia juga sangat mengidolakan Elvi Sukaesih. "Adek suka menyanyi dangdut ya?” tanya seorang pembeli “oh iya pak,dari kecil saya suka sekali musik dangdut, bisa dibilang I love dangdut hehehehe.” jawab Santi “Adek sekolah dimana? kelas berapa?” tanya pembeli tadi “Eeeeemmmm saya tidak sekolah pak” jawab Santi sedih “lhohhh kenapa kok tidak sekolah?” tanya pembeli tadi “Orang tua saya tidak punya uang lagian percuma saya sekolah pak,saya ini siswa paling bodoh dikelas. Teman-teman saya selalu mengejek saya karena saya ini bodoh padahal saya sudah berusaha agar saya bisa menjadi sedikit lebih pandai tapi
MABAZKA 31