Bimabi edisi 2

Page 29

>>> Artikel original Remaja perlu memahami tentang kesehatan reproduksi, khususnya kesehatan reproduksi remaja, karena keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi mempunyai konsekuensi atau akibat jangka panjang dalam perkembangan dan kehidupan sosial. Masalah yang sering dialami remaja adalah masalah yang berkaitan dengan seksualitas atau kesehatan reproduksi. Perubahan fisik dan mulai berfungsinya organ reproduksi terkadang menimbulkan permasalahan, terutama apabila remaja kurang memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi. Survei dari BKKBN tahun 2004 juga memperkuat fenomena hubungan seksual (HUS) pranikah remaja (BKKBN (2008) dalam Nasution, 2010). Permasalahan lain yang muncul adalah kekerasan seksual terutama pada masa pacaran, kehamilan tidak diinginkan (KTD), aborsi, Penyakit Menular Seksual (PMS), sampai terjangkitnya HIV/AIDS. Permasalahan tersebut merupakan serangkaian damapak minimnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. (Imron, 2012). Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja

Pendidikan kesehatan pada dasarnya merupakan suatu proses mendidik individu atau masyarakat agar dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Tujuan pendidikan kesehatan adalah megajarkan individu, kelompok, atau masyarakat untuk dapat menumbuhkan perilaku sehat (Imron, 2012). Pengetahuan dasar kesehatan reproduksi yang perlu diberikan kepada remaja. 1) Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja). Pengetahuan ini disampaikan agar remaja mudah memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkannya (misalnya tentang haid, mimpi basah dan tentang alat reproduksi laki-laki dan perempuan. BIMABI

Vol. I No. 2 Juni 2013

BIMABI

>>> Artikel original berikan melalui media cetak dan elekronik yang disebut sebagai pendidikan seks, penayangan film tertentu di televisi dapat menyebabkan salah persepsi/pemahaman yang kurang tepat tehadap kesehatan reproduksi. 6) Pengetahuan tentang kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya. 7) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif. 8) Hak-hak reproduksi, keadaan di lapangan menunjukkan bahwa hampir di semua lapisan masyarakat sering terjadi pelanggaran hak-hak reproduksi seperti pelecehan seksual, pemaksaan dalam penggunaan alat kontrasepsi, kekerasan terhadap perempuan oleh suami atau orang lain. Pelanggaran hak reproduksi sering sekali tidak dilaporkan korban karena rendahnya pengetahuan tentang hak-hak reproduksi yang dimilikinya, atau karena tidak tahu kemana harus mengadu atau mencari perlindungan atas segala pelanggaran hak yang dialaminya. Keadaan ini membuktikan bahwa masyarakat kita termasuk para remaja masih belum terpapar oleh informasi tentang hak-hak reproduksi, bahkan pemerintah atau pihak LSM dan swasta juga masih belum menyediakan wadah yang memadai untuk para korban pelanggaran hak-hak reproduksi.

2) Mendewasakan usia kawin serta merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginannya dan pasangannya. Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) adalah upaya untuk meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehingga pada saat perkawinan mencapai usia minimal 20 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi lakilaki. Batasan usia ini dianggap sudah siap baik dipandang dari sisi kesehatan maupun perkembangan emosional untuk menghadapi kehidupan berkeluarga. PUP bukan sekedar menunda perkawinan sampai usia tertentu saja, akan tetapi juga mengusahakan agar kehamilan pertama terjadi pada usia yang cukup dewasa (Muads, 2010). 3) Penyakit menular seksual dan HIV/ AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi. Remaja perlu mengetahui bahwa penyakit menular seksual atau yang disebut infeksi menular seksual dapat ditularkan melalui hubungan seksual antara lain penyakit gonorea (GO), sifilis, klamidia trichomatis, herpes simpleks, virus papiloma, Trichomonas vaginalis dan HIV AIDS. 4) Bahaya penggunaan obat obatan/ narkoba pada kesehatan reproduksi. Penyalahgunaan NAPZA (Narkoba, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya) memberikan dampak negatif dan ketergantungan pada penggunanya. Ditinjau dari segi penyakit bisa terjadi kerusakan hati, paru, hepatitis C, penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV bahkan kematian. Pengaruh NAPZA dapat mengarah ke pemerkosaan, melakukan seks bebas, dan kehamilan. 5) Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual. Banyak sekali informasi melalui media cetak, elektronik yang ditayangkan vulgar dan bersifat tidak mendidik, tetapi lebih cenderung mempengaruhi dan mendorong perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Keterpaparan remaja terhadap pornografi dalam bentuk bacaan berupa buku porno, melalui film porno semakin meningkat. Konsultasi seks yang di-

Media Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Daradjat (1984) mengatakan bahwa pengertian alat pendidikan dan media pendidikan serta sarana pendidikan adalah sama. Media berasal dari bahasa latin dan bentuk jamak dari medium, secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Herdianto, 2005). Untuk menampung dan menjawab kebutuhan remaja dalam memperoleh informasi tentang kesehatan reproduksi dapat dikembangkan forum diskusi dengan mempertimbangkan potensi dan jalur yang sudah ada di masyarakat. Bentuk kegiatannya dapat [48]

BIMABI

Vol. I No. 2 Juni 2013

BIMABI mengacu pada pendidikan kesehatan reproduksi sesuai Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992, serta penyediaan bahan bacaan berkualitas yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi baik dalam isi, format, maupun harga serta jalur distribusinya (Pinem, 2009). Buku Saku Hidayat (2008) mengatakan bahwa membaca buku termasuk salah satu metode bibliokonseling, yaitu konseling yang menggunakan bahan pustaka. Konseling dipahami sebagai suatu strategi untuk membantu klien mengatasi masalahnya. Terdapat beberapa syarat harus dipenuhi pustaka dalam pemberian konseling, salah satunya adalah kemenarikan. Buku yang mungil, ada ilustrasi tingkah laku tertentu. Buku itu bisa berupa buku-buku saku yang dapat dibawa kemana-mana, bahasannya menarik dan sedikit sugestibel. Pengertian buku secara umum adalah kumpulan kertas tercetak dan terjilid berisi informasi yang dapat dijadikan salah satu sumber dalam proses belajar dan membelajarkan. Buku saku adalah buku dengan ukurannya yang kecil dan ringan. Penggunaan media buku saku diharapkan mempermudah untuk dapat membawa kemanapun, dikarenakan ukuran yang kecil memungkinkan untuk dapat di masukan ke dalam saku celana dan mempermudah pengemasan informasi kedalam media buku saku (Muhammad, 2010). Keefektifan buku saku menjadi buku pedoman sebagai media untuk meningkatkan pengetahuan ditunjukkan oleh beberapa penelitian, yaitu pada penelitian yang berjudul “Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Pengetahuan Ibu tentang Gizi Balita Di Desa Argotirto Kabupaten Malang�, hasil uji-t menunjukkan pengetahuan ibu tentang gizi balita pada metode buku saku sebelum penyuluhan gizi termasuk kategori sedang (16,46), setelah penyuluhan gizi pengetahuan ibu meningkat menjadi (22,33). Peneliti menyimpulkan metode buku saku dapat digunakan [49]


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.