Berita Cianjur - Ratusan Massa Tolak Gugatan Wisma Karya

Page 8

twitter @berita_cianjur

facebook beritacianjur.com

HOTLINE : 0263-2283283 Klik! beritacianjur.com

BC8 JUMAT, 17 FEBRUARI 2017

Khawatir Buliran Padi Menjadi Busuk Akibat Curah Hujan Tinggi

Petani Memilih Panen Padi Lebih Awal TINGGINYA curah hujan yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir membuat para petani disepanjang Jalan Raya Bandung, Sadang, Kecamatan Karangtengah lebih memilih memanen padi mereka lebih awal. Hal itu dilakukan untuk menghindari padi membusuk akibat banyak terendam air.

M

e n u r u t seorang petani Yoyo S u p i a n (45), tana­ man padi dilahan miliknya sebenarnya belum saatnya untuk dilakukan panen. Na­ mun karena pertimbangan cuaca dengan curah hujan masih cukup tinggi, ia me­ mutuskan untuk memilih panen lebih awal. “Sengaja di panen lebih awal, mengingat cuaca yang kurang mendukung. Dita­ kutkan nantinya malah ru­ sak semua, bisa busuk kalau terus­terusan terendam air hujan seperti saat ini,” kata Yodo saat ditemui “BC”, Ka­ mis (16/2/2017). Diakuinya, akibat pa­ nen lebih awal berdampak pada jumlah padi yang di­ hasilkan. Meski demikian pihaknya mengaku lebih yakin masih untung diban­ dingkan memanen hingga pada waktunya jika cuaca masih seperti saat ini yang

sering turun hujan. “Pasti akan terjadi pe­ nyusutan, karena buliran padi belum tua semuanya. Tapi saya rasa tidak akan banyak penyusutan diban­ dingkan menunggu sampai saatnya penen. Bisa­bisa padi semuanya akan mem­ busuk karena terendam air terus menerus. Paling ka­ lau biasanya panen 6,5 ton, karena lebih awal menjadi 5,5 ton,” paparnya. Selain memanen lebih awal, ia masih bersyukur karena tanaman padinya tidak ikut diserang hama wereng seperti sawah lain­ nya. Hanya saja masalah air yang terus menerus menggenang menjadi ma­ salah karena terus menerus diguyur hujan. “Serangan hama ti­ dak ada, tapi curah hujan tinggi yang jadi masalah, karena pada proses pema­ tangan padi kondisi air ha­ rus kering, bisa busuk nanti padinya kalau dibiarkan

BERITACIANJUR/ CR8

PANEN - Akibat hujan yang terus menerus terjadi dalam beberapa pekan terakhir, membuat para petani memilih panen lebih awal. Mereka kawatir jika tanaman padi dibiarkan sampai saatnya waktu panen, buliran padi akan membusuk. Meski mengalami penyusutan hasil panen, petani menganggap lebih beruntung.

terlalu lama,” jelasnya. Berbeda dengan, Yuyun (45) petani lainnya. Ia me­ ngaku sawahnya memang sudah waktunya masa pa­ nen, sehingga tidak khawat­ ir akan mengalami penyusu­ tan hasil panennya. “Sudah waktunya panen, jadi saya tidak khawatir masalah pe­

NET

(16/2/2017). Menurut Enggar, selama ini perusahaan yang sudah berdiri diharuskan untuk perpanjang izin. Seharus­ nya, perusahaan lama yang sudah kredibel tidak perlu lagi memperpanjang izin karena untuk mempermu­ dah kegiatan berusaha. Penghapusan perpan­ jangan izin bagi perusahaan eksisting rencananya akan mulai minggu depan. “Nanti dibuat surat edaran bahwa

itu tidak diperlukan per­ panjangan,” ungkap Enggar. Enggar menyebut peng­ hapusan perpanjangan SIUP TDP ini telah didiskusikan bersama Menko Perekono­ mian Darmin Nasution. “Minggu depan, perusa­ haan yang sudah jalan nama tidak berubah, segala macam ngapain lagi diperpanjang, tadi sudah disiapakan oleh Pak Menko (Menko Pereko­ nomian Darmin Nasution),” ujarnya. (net/bis)

Aher Yakin Laporan Keuangan Pemprov 2016 Akan Mendapatkan WTP GUBERNUR Jawa Barat Ahmad Heryawan menga­ takan sebelum diperiksa secara merinci, BPK akan melakukan pemeriksaan pendahuluan LPJ yang telah disiapkan pemprov dari lapo­ ran masing­masing organisa­ si perangkat daerah (OPD). “Laporan dari BPK Provinsi Jawa Barat bahwa pemeriksaan awal untuk anggaran tahun 2016 akan dimulai selama 35 hari ke depan,” kata Heryawan usai menerima perwakilan BPK Provinsi Jawa Barat di Gedung Pakuan, Kota Ban­ dung, sebagaimana dilansir laman bisnis.com, Kamis (16/2/2017).

Laporan dari BPK Provinsi Jawa Barat bahwa pemeriksaan awal untuk anggaran tahun 2016 akan dimulai selama 35 hari ke depan.” Gubernur menuturkan BPK akan memeriksa awal secara umum kepada bebera­ pa hal penting dari laporan keuangan Pemprov. Di anta­ ranya pengelolaan aset, pe­ nyelenggaraan PON XIX dan

Selain kualitas hasil panen­ nya yang tidak bagus, para petani mengaku merugi, karena tidak berimbang dengan biaya tanam. “Hasil padinya jelek pa­ nen kali ini, mungkin kare­ na tadinya sempat terserang hama ditambah lagi cuaca yang kurang bersahabat,

buliran padinya tidak bisa berkembang maksimal. Bi­ asanya dapan satu ton, kali ini setengahnya saja sudah untung,” kata Enang (47) petani di Desa Sukamanah, Kecamatan Cugenang. Ia mengaku, panen kali ini dirasakan panen yang terburuk sepanjang

ia menanam padi. Karena padi yang dihasilkan tidak sebanding jika dijual de­ ngan biaya menanam dan merawat padi hingga pa­ nen. “Kalau dihitung sama biaya menanam, beli obat dan lainnya, panen kali ini pas­pasan, bahkan merugi,” katanya. ( bis/cr8)

HKTI Desak Pemerintah Agar Lebih Responsif Atasi Kenaikan Harga Cabai Merah

Pemerintah akan Hapus Aturan Perpanjangan SIUP dan TDP

PEMERINTAH akan meng­ hapus aturan perpanjangan Surat Izin Usaha Perdaga­ ngan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP). Penghapusan ini berlaku bagi perusahaan yang sudah ber­ jalan atau eksisting. “Perusahaan yang ada ngapain lagi dibikin perpan­ jang perpanjang lagi,” ujar Menteri Perdagangan, Eng­ gartiasto Lukita, di Kemen­ terian Koordinator Pere­ konomian, Jakarta, Kamis

nyusutan, mudah­mudahan hasilnya untuk musim pa­ nen sekarang lebih banyak dari yang lalu,” harapnya. Berbeda dengan petani yang ada diwilayah Keca­ matan Cugenang. Meski sudah panen pada saatnya, hasil panennya jauh menu­ run akibat terserang hama.

Peparnas XV, penerimaan pajak kendaraan bermotor dan bantuan partai politik. Pemeriksaan ini merupa­ kan bagian untuk mereview awal secara umum sebelum nantinya diperiksa secara lebih terinci setelah dise­ rahkan resmi. Sehingga bisa menjadi gambaran dan eva­ luasi awal penggunaan ang­ garan selama 2016 oleh Pem­ prov Jabar. Meski begitu, dirinya tetap meyakini laporan keuangan Pemprov kembali akan meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK. Seperti pada lima tahun sebelumnya yang telah diraih Jabar. (net/bis)

KETUA Himpunan Kerukunan Tani Indo­ nesia (HKTI) Jabar, En­ tang Sastraatmadja me­ minta pemerintah harus lebih responsif menyikapi mahalnya harga komoditas cabai rawit merah. Sebab, meskipun bukan terkatego­ ri komoditas pangan pokok, kenaikan harga komoditas cabai rawit merah bisa ber­ dampak pada inflasi. Bila tidak segera dita­ ngani, kondisi bisa lebih buruk dari saat ini. “Peme­ rintah jangan sampai ter­ lena dengan komoditas padi, jagung, dan kedelai saja. Sebab, dengan menge­ sampingkan salah satu ko­ moditas hortikultura dalam hal ini cabai rawit merah, pemerintah secara tidak langsung memberi celah pada terjadinya inflasi. Oleh karena itu, kami sangat berharap pemerintah bisa lebih responsif. Kami me­ nilai selama ini perhatian pemerintah pada komodi­ tas hortikultura, terutama cabai rawit merah, masih minim,” ujar Entang seba­ gaimana dilansir pikiranrakyat.com Menurut Entang, tidak sulit untuk membuktikan­

NET

nya. Melonjaknya harga cabai rawit merah hingga Rp 170.000 per kg di pasar tradisional merupakan buk­ ti buruknya perhatian ter­ hadap komoditas tersebut. “Padahal, banyak poten­ si BUMN dan BUMD yang bisa digerakan untuk me­ nangani hal tersebut. Tidak sedikit lembaga yang bisa dimanfaatkan sebetulnya, tinggal secakap apa peme­ rintah dalam menggerakan berbagai lembaga tersebut. Apalagi lembaga itu juga memiliki CSR yang bisa di­ manfaatkan secara produk­ tif,” kata Entang. Berdasarkan pantauan

ke pasar tradisional, harga cabai rawit merah saat ini sudah mencapai kisaran Rp 170.000 per kg. Adapun har­ ga komoditas cabai rawit hi­ jau di kisaran Rp 80.000 per kg. Pada kondisi cuaca ek­ strim seperti saat ini, sulit untuk memprediksi apakah cuaca akan semakin bersa­ habat atau tidak. “Kalau bersahabat ya bagus, tapi kalau semakin buruk sementara respon pemerintah masih lamban­ lamban saja, tidak menu­ tup kemungkinan harga ko­ moditas cabai rawit merah akan semakin mahal,” kata Entang.

Salah satu pedagang sa­ yur H. Ece (43) mengaku harga cabai rawit merah yang melambung tidak ter­ lepas akibat minimnya paso­ kan. Selama ini cabai ke­ banyakan dipasok dari Jawa Tengah dan Jawa Timur ser­ ta dari luar pulau jawa. Saat ini disejumlah daerah terse­ but sedang dilanda bencana banjir yang mempengaruhi produksi cabai. “Saya rasa akibat paso­ kannya yang tersendat, se­ hingga harga cabai melam­ bung. Saya saja saat ini beli Rp 100 ribu per kilogram, apalagi kalau dipasaran. Bisa mencapai Rp 150 ribu lebih per kilonya,” kata H. Ece bandar asayuran asal Kampung Loji, Desa Cibeureum, Kecamatan Cu­ genang. Diakuinya, mahalnya harga cabai tidak banyak membawa untung bagi pe­ dagang. Sebab dengan cabai mahal, para pedagang kesu­ litan untuk menjual kepada konsumen. “Bagi pedagang yang berjualan ngecer, jelas mahalnya harga cabai tidak menguntungkan. Tidak hanya stok barang yang ter­ batas, cara menjualnya juga sulit,” paparnya. (net/bis)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.