RADAR LAMPUNG | Kamis, 8 Desember 2011

Page 26

26

KAMIS, 8 DESEMBER 2011

RADAR LAMPUNG

SHARE

TOKOH DUNIA

Aktivis HAM Indonesia MUNIR Said Thalib lahir di Malang, Jawa Timur, 8 Desember 1965. Ia meninggal di Jakarta jurusan ke Amsterdam, 7 September 2004, pada usia 38 tahun. Dia adalah pria keturunan Arab yang juga seorang aktivis HAM Indonesia. Jabatan terakhirnya adalah direktur eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia (HAM) Indonesia Imparsial. Saat menjabat Dewan Kon tras, namanya melambung sebagai seorang pejuang bagi orang-orang hilang yang diculik pada masa itu. Ketika itu, dia MUNIR membela para aktivis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar dari Kopassus. Setelah Soeharto jatuh, penculikan itu menjadi alasan pencopotan Danjen Kopassus Prabowo Subianto dan diadilinya para anggota Tim Mawar. Jenazah Munir dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Kota Batu. Istri Munir, Suciwati, bersama aktivis HAM lainnya terus menuntut pemerintah agar mengungkap kasus pembunuhan ini. (net/lydia mawar/irfa)

X - GOKIL

Hitam Segalanya ALKISAH di negara Afrika sana, manusia paling hitam adalah yang paling hebat! Hitam dalam arti hitam segala-galanya, itulah Negro sejati! Ada tiga orang anak kecil yang sedang membandingkan kehitaman bapaknya. Anak Ke-1: Babe gue kemarin sedang ngupas apel, eh...tangannya terluka. Darahnya hitam!!! Anak Ke-2: Papiku kemarin sedang benerin parabola, eh...terjatuh sampai patah tulang. Tulangnya hitam!!! Anak Ke-3: Hem... Itu belum seberapa! Tadi malam waktu kami sedang nonton TV di ruang keluarga, tiba-tiba bokap gua kentut. Eh...tiba-tiba seluruh ruangan jadi gelap!!! (net/irfa)

Tanda Lalu Lintas UDIN yang ngajar di sekolah dasar sedang kesal dengan Anton. Siswa yang satu itu akhirakhir ini sering terlambat datang. ’’Ton, ini untuk kali kelimanya kamu terlambat. Sebenarnya ada apa?” tanya Pak Udin. ’’Maaf, Pak,” sahut Anton. ’’Itu gara-gara tanda.” Pak Udin bengong. ’’Itu Pak, tanda lalu lintas,” tambah Anton. Pak Udin menyahut, ’’Memangnya ada apa dengan tanda itu?” Anton menukas, ’’Tanda itu ada tulisannya ’Awas sekolahan, jalan pelan-pelan’.” (net/irfa)

Aura Ilang karena Difoto? PAGI X-readers! Semoga masih dalam keadaan baikbaik aja ya. Untuk tema hari ini bakalan ngupas abis tentang mitos aura bakalan hilang kalau difoto. Wah, semakin seru deh sepertinya! Sebagian orang memang mempercayai hal ini, tapi banyak juga yang tidak

mempercayainya. Seperti kata temen kita yang satu ini nih, siswi SMA Al-Azhar 3 Bandarlampung. Menurutnya, hanyalah mitos zaman dulu yang sekarang nggak berlaku lagi. ’’Ah, gue mah nggak percaya tuh. Buktinya, temen-temen gue yang cakep dan yang punya muka standar tetep aja auranya muncul. Padahal tuh orang banci yang memang bener-bener banci kamera, juga termasuk gue,” papar Annisa Trihara dengan tertawa riang. Berbeda dengan pendapat

Nadia, salah seorang siswi SMAN 5 Bandarlampung. ’’Gue sih sebenernya percaya nggak percaya. Kalau mau ngikutin perkembangan zaman, ya gue agak meragukan mitos itu. Toh, gue juga sering foto dan auranya masih nempel kayak prangko,” ungkapnya dengan pede. Percaya nggak percaya, hal itu memang bisa dibilang ada maupun nggak ada. Bergantung bagaimana orang akan menilai hal itu. Mungkin sebagian orang yang beranggapan mitos itu benar adanya akan merasa auranya hilang. ’’Gue sih karena memang dasarnya nggak hobi foto kali ya, jadi kalau foto ya aura gue memang seolah-olah nggak ada aja

gitu. Lagi pula foto suka menipu sih, nggak sesuai dengan yang asli. Kadang aura lebih kelihatan bagus difoto, tapi nggak sesuai aslinya,” tutup Renata yang tengah asyik berduaan dengan pacarnya. (agnes/ irfa)

So What Gito Lho?!

dr. Zenobia Dokter Kecantikan Inasa

Jadikan Bahan Koreksi Diri MEMILIKI aura yang terpancar positif pastinya merupakan idaman setiap orang. Namun, belum tentu semua orang mengalaminya. Aura positif biasa terpancar ketika diri kita memiliki inner beauty yang juga ditopang penampilan fisik terawat. Kecantikan dari dalam memang menjadi hal penting. Misalnya, dari cara bicara, pola pikir, dan lainnya. Penampilan luar juga mendukung. Bukanlah kecantikan dan ketampanan, tapi lebih pada kepedulian untuk merawat diri sehingga tampil fresh dan bersih. Dari situ, kita bisa mengetahui bahwa aura terpengaruh melalui dua faktor itu sehingga mematahkan mitos bahwa aura bisa berkurang akibat keseringan difoto. Menurut saya, aura yang hilang dimaksud adalah kehilangan daya tarik dari objek foto itu. Intensitas berfoto yang tinggi juga pasti memengaruhi intensitas kita untuk memperhatikan objek foto bahkan secara detail. Sehingga tidak lagi merasakan chemistry seperti kali pertama melihatnya. Selain sebagai koreksi, aura objek foto juga bisa hilang jika difoto dengan keadaan mood yang tidak mendukung. Jadi, jangan takut untuk sering berfoto! Sebab, berfoto itu justru bisa kita jadikan bahan koreksi untuk kebaikan ke depannya. (enny simanjorang/irfa)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.