Kearifan Lokal danArsitektur Vernakular dalam Transisi Energi Indonesia
Ardhia Sekar
Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam dan budaya, memiliki potensi besar dalam menjalankan transisi energi yang berkelanjutan secara global. Tidak hanya melalui transisi energi yang didasarkan pada penggunaan energi terbarukan, kearifanlokal dankekayaanbudaya jugamemiliki peranpenting serta landasanpengembangan energi terbarukan. Salah satu cara dari bidang ilmu arsitektur melalui kearifan lokal dan kekayaan budaya adalah pemanfaatan dan implementasi prinsip-prinsip arsitektur vernakular. Menurut Kusumawardhani (2024), beberapa kajian mengenai lumbung padi vernakular yang tersebar di seluruh kawasan Indonesia seperti di Sulawesi Barat, Aceh, dan Jawa Timur menunjukkan bahwa konsep lumbung pada mampu menanggulangi permasalahan iklim dan lingkungan setempat, struktur tahan gempa, serta konsep arsitektur hijau yang berkelanjutan secara umum. Melalui pendekatan arsitektur vernakular, proses dan alur transisi energi di Indonesia dapat diperkuat dengan adanya integrasi teknologi modern bersamaan dengan pengetahuan tradisional Dalam esai ini akan mendiskusikan mengenai hubungan kearifan lokal dengan transisi energi di Indonesia, serta potensinya yang dapat dikembangkan untuk menuju konsep dekarbonisasi yang semakin baik.
Arsitektur vernakular merupakan salah satu bentuk kearifan lokal di Indonesia yang diimplementasikan dalam desain arsitektur. Kearifan lokal tidak hanya berfokus pada penghematan energi, tetapi juga melibatkan konektivitas dengan alam kedepannya. Menurut Ardiani (2002) dalam Kusumawardhani (2024), terdapat 6 prinsip arsitektur hijau yang dapat dikaitkan dengan bangunan vernakular. Beberapa prinsip ini juga dapat menjadi acuan dasar mengenai kearifan lokal di lokasi untuk menuju transisi energi yang lebih efektif. Beberapa prinsip, di antaranya:
• Penghematan Energi (Conserving Energy)
Prinsip konservasi energi yang dapat diimplementasikan pada bangunan vernakular adalah meminimalisasi penggunaan energi ataupun mendaur ulang energi bekas serta pemanfaatan energi alam untuk diolah kembali menjadi energi terbarukan, baik dengan bantuan teknologi ataupun non teknologi. Beberapa penggabungan strategi seperti passive cooling dan ventilasi energi mampu meningkatkan efisiensi energi di dalam bangunan.
• Kesesuaian terhadap Iklim (Work with Climate)
Proses perancangan tetap memperhatikan kondisi serta pemanfaatannya mengenai kondisi alam, iklim, serta lingkungan.
• Membatasi Sumber Daya Baru (Minimizing New Resources)
Penggunaan material dalam konsep arsitektur hijau bersamaan dengan arsitektur vernakular juga memerhatikan beberapa aspek seperti kenyamanan dan keamanan pengguna, bersifat biodegradable atau dapat diolah kembali, serta baik dalam tahap pembuatan atau pemasangannya tidak menimbulkan efek kerusakan atau pencemaran terhadap lingkungan.
• Menghargai Pengguna (Respect Users)
Hal ini sangat berkaitan erat dengan kehidupan sosial budaya dalam masyarakat (sustainable society). Dengan menghargai masing-masing pengguna melalui konsep
berkelanjutan, warisan nenek moyang dalam konsep vernakular tetap dapat dipertahankan hingga masa depan.
• Menghargai Tempat/Lokasi (Respects for Site/Location)
Perlunya dalam perancangan memerhatikan lokasi sekitar tanpa merusak keadaan yang telah ada, termasuk dari segi konstruksi, bentuk, serta material lokal yang wajib digunakan.
• Holistik (Holism)
Prinsip-prinsip di atas yang tidak dapat dipisahkan dikarenakan berhubungan satu sama lain dalam konsep holistik.
“Change is avoidable because of continuous evolution, but the meaning attached to building architecture needs to be maintained due to its relation to the cultural and social values of the local community. It is important to note that vernacular building space is a place for social activities and contains historical meaning that can be applied to modern buildings” (Rahim et all, 2022)
Kearifan lokal atau local wisdom memiliki peran penting sebagai guide atau arahan dalam pengembangan bentuk, struktur, dan konstruksi untuk mempertahankan nilai-nilai dalam arsitektur vernakular. Bangunan dengan menerapkan konsep vernakular menghadirkan solusi yang maksimal terhadap permasalahan nasional karena hubungannya yang harmonis dengan alam,daya tahan (durability), kesehatanserta keberlanjutan.Arsitektur vernakular menerapkan konsep keberlanjutan dengan melalui eksplorasi morfologi, varian, material, serta solusi konstruktifnyayangmenjadikanhal-haltersebutsebagaibagiandariidentitasbudayadarisuatu negara, wilayah, atau tempat tertentu.
Bangunan-bangunan arsitektur vernakular di Indonesia dibangun dengan dasar pengaruh dari iklim lokal Dari proses perancangan untuk menciptakan kenyamanan termal untuk penggunanya, para perancang di masa lalu juga mempertimbangkan bentuk bangunan, orientasi bangunan, sistem struktur, serta material yang digunakan. Dari sinilah proses transisi energi dapat diimplementasikan melalui local wisdom yang telah ada, tanpa merusak konsep terdahulu tetapi juga diimbangi dengan perkembangan teknologi masa kini. Utamanya mengenai penggunaan material yang tidak merusak iklim lingkungan, bersifat berkelanjutan sepertibambuataupuntimberyangsecarabersamaanmaterialtersebutmampumenyerappanas dan mengeluarkan dingin apabila suhu turun secara drastis.
Salah satu contoh penerapan warisan kearifan lokal yang berkelanjutan melalui lumbung padi vernakular di Indonesia dengan menerapkan prinsip arsitektur hijau adalah Kasepuhan Gelar Alam, di Sukabumi. Dalam jurnalnya, Kusumawardahni menyampaikan hasil penelitiannya mengenai lumbung padi vernakular milik warga atau yang bisa disebut Leuit. Dalam bangunannya, Leuit didesain untuk memaksimalkan sinar matahari yang dapat masuk sehingga mampu menjaga butiran gabah di dalam ruangan tetap kering dan tidak lembab. Bersamaan dengan orientasi bangunan dari utara-selatan yang tidak hanya menerapkan aspek berkelanjutan, tetapi juga mencerminkan integrasi nilai-nilai bdaya, pengalaman praktis, dan adaptasi oleh kondisi lingkungan lokal.
Dari sinilah beberapa bangunan modern telah mulai mengimplementasi kearifan lokal ini melalui konsep arsitektur hijau agar tetap selaras dalam aspek modern di sekitar lokasi. Penerapan kearifan lokal tetap berlangsung di beberapa lokasi, sehingga aspek-aspek berkelanjutan tetap berlangsung dengan baik.
Kearifanlokalbersamaan denganarsitektur vernakularmemegang peranpentingdalam transisi energi Indonesia, utamanya dalam bidang infrastruktur. Diharapkan dalam pembangunan kedepannya tidak hanya mempertimbangan estetika bangunan, tetapi juga menyelaraskan kearifan lokal lokasi atau tapak pembangunan serta perkembangan zaman di masa depan.
Daftar Pustaka
Kusumawardhani, Seruni. (2024). Penerapan Prinsip Arsitektur Hijau pada Lumbung Padi Vernakular Kasepuhan Gelar Alam – Sukabumi, Indonesia: Warisan Kearifan Lokal yang Berkelanjutan. Waca Cipta Ruang: Jurnal Ilmiah Desain Interior, 10 (2), 86-95. DOI: 10.34010/wcr.v10i1.13470
Rahim,Mustamin,Arham Munir,Firdawati Marasabessy,Darmawijaya.(2023). Local Wisdom and Sustainable Features of Tidore Vernacular Architecture. Civil Engineering and Architecture, 11(2), 531-534. DOI: 10.13189/cea.2023.110201
Rajendra,Anom. (2021). Contemporary Challenges of the Indonesian Vernacular Architecture in Responding to Climate Change. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science, 824. DOI: 10.1088/1755-1315/824/1/012094