"Kedai Merahh: Kumpulan Karangan"

Page 57

jendela, menutup tirai. Tak menarik melihat keluar untuk mengamati pembangunan apartemen dan mal baru di sebelah. Kemarin-kemarin, lima menit melihat crane bekerja malam hari itu adalah selingan bagiku. Kadang aku merasa operator crane di ketinggian itu seperti aku: sendirian, dan mungkin kesepian, di tengah ingar bingar. Tirai tertutup. Meski di luar hitam terasa juga bahwa tertutupnya tirai membuat ruang kecilku jadi agak terasing. Bukan bagian dari geliat kota. Mungkin karena TV mati. Mungkin karena radio mati. Mungkin karena mini-hifi mati. Tapi aneh, aku menikmati sepi ini. Sepi yang terus merambat bersama jarum jam. Kurasakan tonggak, yang hadir setahun sekali, itu mulai dibuai kantuk. Bisikan hatiku kian kuat, berwujud tanya, kenapa dia, yang kunantikan ucapanya, tak menyapa walau sekadar melalui SMS? Kubenamkan tanya itu sebisanya ke dalam kantong gelap diriku. Berulangkali akhirnya berhasil. Lalu aku ke kamar. Ganti baju. Aku kenakan yang baru kubeli pekan lalu tapi belum aku anyari, si hitam terawang baby doll three piece lingerie. Untung tonggak sudah tidur. Aku malu jika dia menanya kenapa lagi-lagi ada crotchless thong, ibarat pintu yang mempersilakan itu. Aku juga malu jika tonggak melihat aku tak segera menghapus rias tipisku dan mencuci muka. Belum, belum terlalu malam. Pergantian hari masih

Kedai Merahh

47


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.