Warta Unair

Page 12

12

NO :

57

Tahun VI Juni 2010

OPINI

Peran (ke)budaya(an) dalam Membangun Peradaban IPTEKs

Urgensi Value dalam Kebudayaan Kita Mengapa nilai menjadi penting dalam membentuk kemajuan? Lawrence E. Harrison and Samuel P. Hutington (2000) dalam Culture Matter: How Values Shape Human Progress mengatakan bahwa nilai dalam setiap budaya memiliki andil yang menentukan keberhasilan perubahan yang hendak ditentukan. Hutington, dkk (2000: xv) mendefinisikan budaya sebagai istilah yang subjektif seperti nilai-nilai, sikap, kepercayaan, orientasi, dan praduga mendasar yang lazim di antara orang-orang

berbeda yang justru menghambat terjadinya kemajuan bagi negara tersebut.

O leh :

Dok Pribadi -Warta Unair

K

EBUDAYAAN tidaklah bermakna tunggal. Selalu hadir varian kebudayaan tergantung dari paradigma yang digunakan untuk mengkonstruksikannya. Titik singgung yang sama berkaitan dengan kebudayaan menurut JWM. Bakker (1984: 17) bahwa dalam kebudayaan kedudukan manusia adalah sentral, bukan sebagai orang, tetapi sebagai pribadi. Kepadanya segala kegiatan diarahkan sebagai tujuan. Itulah yang katanya membedakan agama dengan kebudayaan. Beda dengan agama, kebudayaan adalah spesifik insani, realisasi dari bawah, bukan rahmat dari atas. Karenanya, tidaklah heran jika dalam setiap konstruksi kebudayaan, peran manusia tidak pernah bisa diabaikan. Melalui kebudayaan, manusia memaknakan kehadirannya di dunia yang berbeda dengan makhluk lain. Pun melalui kebudayaan, manusia merealisasikan nilai-nilai kemanusiaannya demi kepentingan membentuk peradaban yang lebih konstruktif. Berbagai kemajuan peradaban modern seperti temuan di bidang IPTEKS pada dasarnya terlahir karena ada kultur yang mendorong kondusif terciptanya tradisi keilmuan yang baik. Beberapa negara yang menjadi ‘kiblat’ keilmuan modern, seperti Jerman, Inggris, Amerika Serikat, dan juga Jepang sesungguhnya terbentuk melalui pergulatan tradisi filsafat yang cukup panjang. Dialektika keilmuan di negara tersebut terbentuk melalui perdebatan kreatif para filsuf yang justru menggerakkan lahirnya sebuah tradisi berfilsafat demi peradaban keilmuan. Tampaknya, mereka adalah negara yang sadar betapa pentingnya peran kebudayaan dalam menggerakkan terciptanya sebuah tradisi keilmuan yang positif.

Listiyono Santoso (Staf Pengajar Departemen Sastra Indonesia, FIB UA) dalam suatu masyarakat. Mereka memberi contoh dua Negara Ghana dan Korea Selatan yang pada tahun 1960an awal menyebutkan betapa miripnya ekonomi keduanya. Mereka memiliki Produk Domestik Bruto per kapita yang setara, porsi ekonomi mereka yang serupa di antara produk manufacturing dan jasa primer, serta berlimpahnya ekspor produk primer. Pada‘tahun yang sama keduanya menerima bantuan ekonomi dalam jumlah yang seimbang. 30 tahun kemudian, Korea Selatan menjadi raksasa industri dengan ekonomi terbesar ke-14 di dunia, sementara Ghana tidak ada perubahan sama sekali, bahkan PDBnya seperlimabelas dari Korea Selatan. Bagaimana menjelaskan perbedaan yang luar biasa dalam perkembangan ini? Tahun 90an, Hutington dkk meneliti keduanya. Ditemukan fakta mengejutkan bahwa tidak diragukan lagi ternyata budaya memainkan peran besar dalam membentuk peradaban masing-masing. Orang Korea Selatan menghargai hidup hemat, investasi, kerja keras, pendidikan, organisasi, dan disiplin, sebaliknya Ghana mempunyai nilai yang

K E R J A

Strategi Kebudayaan Apa yang bisa ditangkap kemudian, ternyata nilai memiliki faktor penting dalam mendesain arah kemajuan peradaban kemanusiaan sebuah bangsa, termasuk di dalamnya adalah keinginan perubahan dalam Universitas Airlangga-BHMN. Menjadi lebih konstruktif atau justru destruktif, tergantung bagaimana kita memperlakukan nilai dalam kebudayaan. Sebagai sebuah institusi, Universitas Airlangga juga memiliki berbagai nilai yang harus diperjuangkan bersama dan menjadi praktik hidup setiap melaksanakan tugas, pokok dan fungsinya. Nilai bersama itulah yang kemudian bisa disebut sebagai identitas. Bagi Universitas Airlangga, identitas menjadi penting, agar perjalanan sebagai sebuah institusi, sekaligus warga kampus di dalamnya mencerminkan praktek hidup sebagaimana nilai yang diperjuangkan. Identitas Universitas Airlangga menjadi seperangkat nilai (values system) yang diperjuangkan, dipertahankan dan ditransformasikan kepada setiap warga kampus agar menjadi identitas ke-Universitas Airlangga-an yang sama. Bagaimanapun sebagai institusi pendidikan tinggi, Universitas Airlangga selalu dikembangkan agar tetap seusai dengan perkembangan jaman dan selalu memiliki berbagai inovasi agar memiliki kebaruan ilmu pengetahuan, tekonologi dan seni (Ipteks) yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam setiap kebaruan inovasi yang ditemukan oleh Universitas Airlangga tentu saja berimplikasi pada resiko perubahan dalam sistem sosial dan sistem nilai yang selama ini dipegang teguh atau diperjuangkan. Konsep excellence with morality yang menjadi jargon perubahan memiliki makna strategis dalam rangka menciptakan sumberdaya manusia yang kompeten dalam profesinya dan bermoral sebagai manusia, baik personal maupun sosial. Dalam rangka kepentingan tersebut, strategi kebudayaan menjadi penting dilakukan. Bagaimana menciptakan manusia yang excellence dan bermoral jelas memerlukan strategi pencapaian. Karena problema besar yang selama ini kita hadapi adalah menghasilkan keluaran pendidikan yang integrated, cerdas sekaligus bermoral. Begitu juga, bagaimana pelak-

sanaan Tridharma perguruan tinggi tetap mengedepankan kompetensi, sekaligus berada dalam pagar moralitas. Dalam konteks ini, strategi kebudayaan untuk kepentingan capaian excellence with morality bisa dilakukan melalui 2 cara; teknologisasi kebudayaan dan rekayasa kebudayaan. Teknologisasi kebudayaan merupakan strategi bagaimana memaksa orang agar sesuai dengan prinsip nilai yang hendak dicapai, sedangkan rekayasa kebudayaan adalah melalui cara mendorong orang agar berbuat sesuai dengan prinsip nilai yang ditetapkan. Yang pertama bersifat mewajibkan, sedangkan yang kedua bersifat penyadaran. Tidak menjadi persoalan, mana yang harus didahulukan, mana yang belakangan. Namun, mendorong orang berbuat positif bukankah lebih baik dari pada memaksa orang untuk berbuat positif. Dengan demikian, dalam kondisi-kondisi tertentu memang dibutuhkan teknologisasi kebudayaan. Dalam masyarakat yang serba permisif dan tidak memiliki semangat untuk hidup dalam tertib sosial, dibutuhkan kelompok penekan yang memaksa dan mewajibkannya mengikuti aturan main yang disepakati. Michel Foucault dalam Dicipline and Punish (1930) mengatakan bahwa melalui pemaksaan diri, sebuah kekuasaan dapat mengontrol orang yang dikuasainya agar kian mudah dikuasai. Sementara rekayasa kebudayaan diperlukan pada masyarakat dalam situasi normal, masyarakat yang sejak awal memiliki kesadaran tentang pentingnya aturan main itu. Masyarakat yang sudah terbiasa hidup dalam tertib sosial, bergerak berdasarkan komitmen bersama. Itulah sebabnya, strategi kebudayaan menjadi penting dalam rangka menciptakan keluaran pendidikan sekaligus pengelolaan institusi yang berkarakter Excellence with Morality. Mewajibkan dan mendorong sivitas akademika Universitas Airlangga-BHMN agar menjalankan aktivitas Tridharma sesuai dengan nilai yang hendak diperjuangkan menjadi penting diwacanakan. Tanpa strategi kebudayaan yang jelas, dikhawatirkan jargon tersebut tidak bermakna implementatif. Beban berat ini yang harus dipikul oleh semua sivitas akademik, agar Universitas Airlangga benarbenar menjadi universitas yang melahirkan keluaran pendidikan yang excellence sekaligus bermoral. Semoga.

S A M A

Kerjasama Penelitian dan Pendidikan FK Unair-KMU Taiwan FK – Warta Unair. Program internasionalisasi kegiatan akademik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga berlanjut. Program yang terbaru adalah jalinan kerjasama yang diresmikan melalui penandatanganan Memorandum of Understanding dengan Kaohsiung Medical University (KMU), Taiwan, pada hari Selasa (11/6) di Ruang Sidang Khusus FK Unair. Penandatanganan dilakukan sendiri oleh Dekan FK, Prof. Dr. Muhammad Amin, dr. Sp. P(K) dan Dekan Kaohsiung Medical University Chung Sheng Lai, M.D., Ph.D. Acara tersebut disaksikan pula oleh utusan dari KMU, yaitu Vice President sekaligus Chair Professor KMU Department of Public Health KMU Chien-Hung Lee PhD., Ying-Chin Ko MD PhD., dan Director MD PhD Program KMU Aij-Lie Kwan MD PhD MSc. Dalam sambutannya, Prof. Amin mengatakan, bahwa sebenarnya kerjasama antara ke dua institusi tersebut sudah berlangsung sejak 2007, dimana direktur program MD PhD KMU Taiwan menawarkan kerja sama kepada pegawai dan mahasiswa FK Unair untuk belajar ilmu bedah saraf atau

neurosurgery di kampusnya. Selain bekerja sama di bidang ilmu bedah saraf, para dokter dari Taiwan sebenarnya tertarik untuk meneliti potensi tanaman pinang dan sirih. Alasannya, ke dua tanaman itu ternyata berkhasiat sebagai pencegah kanker mulut. “Tanaman itu bisa dengan mudah kami temukan di Surabaya,” tambah Ying Chin Ko dalam bahasa Mandarin. Prof. Amin menyambut baik keinginan itu. “Berdasarkan ketentuan Pemerintah tentang Material Transfer Agreement (MTA), kami tetap akan melakukan penelitian sesuai dengan peraturan yang ada, dimana seluruh aktivitas penelitian di lakukan di dalam negeri, mulai dari pengambilan sampel hingga proses penelitiannya”. Ditambahkan oleh Prof. Amin, dalam kerjasama tersebut, KMU juga menawarkan beasiswa Program Pascasarjana S2 dan S3 untuk FK Unair.”Tawaran beasiswa tersebut merupakan peluang emas, mengingat jumlah tenaga doktor di FK Unair masih mencapai angka 60-70%. Diharapkan, peluang itu akan meningkatkan jumlah tenaga yang bergelar doktor” ungkapnya. fy

Bes-Warta Unair

Dekan FK, Prof. Dr. Muhammad Amin, dr. Sp. P(K) dan Dekan Kaohsiung Medical University Chung Sheng Lai, M.D., Ph.D. (kanan) dalam acara penandatanganan nota kesepahaman Fakultas Kedokteran Unair dan Kaohsiung Medical University (KMU), Taiwan


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.