Movie Magz Edition XIII

Page 49

dilakukannya ternyata berkembang di luar kendali dan seperti tidak akan pernah bisa dihentikan. Transcendence memang menjadi debut penyutradaraan Wally Pfister, namun sebenarnya ia bukan orang asing lagi ketika berada di belakang kamera. Pfister adalah sinematografer hebat yang juga langganan Christopher Nolan dalam melensakan film-film sang master dari Memento sampai The Dark Knight Rises. Tetapi debutan tetaplah debutan, dan meskipun Transcendence terasa solid di konsep dan visualnya ia masih punya banyak kekurangan mendasar. Selain menyianyiakan beberapa cast-nya macam Morgan Freeman dan Cillian Murphy, yang jelas terlihat adalah bentukan plotnya yang berjalan lambat, terutama pada pembukaan sampai 20-30 menit selanjutnya, yap, itu sedikit membosankan dan minim emosi belum lagi premisnya yang Review By Hary Susanto MOVIENTHUSIAST

sedikit berat. Tetapi setelahnya, ketika karakter Will mencapai tahapannya bermain sebagai Tuhan, Transcendence perlahan mulai mengeluarkan kekuatannya. Daya pikatnya ada pada kejaiban teknologi yang menakjubkan yang berhasil diciptakan Will dalam wujud AI. Will melakukan banyak hal yang belum pernah disentuh oleh manusia, membuat mereka kagum sekaligus takut di saat bersamaan akan sepak terjang sang mesin yang seakan tidak pernah berhenti. Dan seperti penontonnya, para karakter manusianya pun meragukan apakah benar-benar masih ada Will di sana. Nah, krisis kepercayaan dan ketakutan manusia akan teknologi yang berkembang terlampau pesat ini memang yang sepertinya menjadi bahan menarik untuk diperbicangakan dalam Transcendence. Pfister cukup pintar untuk menutupi beberapa hal

yang membuat para karakter dan penontonnya punya alasan besar untuk meragukan kemanusiaan Will, apakah sang dokter masih sama seperti yang dulu? Apakah kini ia hanya komputer super canggih yang punya ambisi menguasai dunia dengan kecerdasaan tanpa batasnya? Romasanya sepertinya memang sengaja harus sedikit dikorbankan untuk menciptakan teritori beranama “keraguan” dan “ketakutan”, sekali lagi kita tidak tahu apakah Will masih benarbenar mencitai Evelyn atau ia hanya memafaatkan istrinya untuk ambisinya. Dan penampilan Depp yang ‘normal’ dan dingin membuat semuanya menjadi terasa kabur. Ya, kita tidak benar-benar tahu apa yang terjadi sampai Transcendence berakhir nanti, yang pasti ada aroma penuh ancaman yang terbentuk dari setiap teknologi baru buatan Will yang menakjubkan sekaligus mengerikan.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.