AI and PR

Artificial Intelligence in Public Relations and Association Rule Mining as a Decision Support Tool Kareem Mohamed, Ümmü Altan Bayrakta SSRG International Journal of Humanities and Social Science - 2022

TUGAS MANAGEMENT PUBLIC RELATIONS Dosen Pengampu: Prof. Dr. Widodo Muktiyo, S.E., M.Com

Agung Setyawan S262308004

Review Jurnal

Artificial Intelligence dan Public Relations Berbagai bidang perusahaan/instansi (perbankan, pariwisata, otomotif, kesehatan, pertanian dll) saat ini berusaha memanfaatkan perkembangan teknologi AI untuk dapat membantu pekerjaan agar lebih cepat, efisien, dan efektif. Termasuk pada bidang public relations (PR).

AI dan machine learning sebagai perangkat yang membantu pekerjaan PR lebih baik dan mudah. AI memungkinkan mampu mengukur secara akurat opini masyarakat tentang suatu merek dan membandingkan dengan data real-time.

Twitter, Facebook, Instagram, Tiktok dan LinkedIn telah mengubah bidang PR.

Teknologi AI akan membantu menentukan waktu, penjadwalan, substansi, media, dan audiens target dari suatu kampanye kehumasan. Profesional PR dapat menggunakan AI untuk membuat komunikasi yang spesifik dan tertarger.

METODE PENELITIAN Penelitian ini untuk mengetahui perilkau/ kecenderungan masyarakat di Siprus dan Mesir yang akan berwisata ke Turki terhadap kota-kota paling disukai dan destinasi wisata yang akan dikunjungi.

Analisis kuantitatif dengan memanfaatkan Artificial Intelligence berupa alat Association Rule Mining (ARM) dan Software WEKA (Waikato Environment for Knowledge Analysis). Informasi data didapatkan dari penyebaran quisioner bagi warga Siprus Utara dan Mesir secara acak yang dibagikan melalui Facebook, Gmail, dan Instagram dalam bentuk form Google Docs

Data dikumpulkan: 14 - 31 Maret 2021.

Terdiri dari 2 kuisioner: 1. Pertanyaan tentang kota yang paling banyak dikunjungi di Turki Diisi oleh 301 responden 2. Pertanyaan tentang tempat terbaik yang mereka sukai untuk dikunjungi di kota-kota pilihan di Turki Diisi oleh 300 responden

ANALISIS

KESIMPULAN

Sebagian besar wisatawan tidak mengunjungi Mardin.

Kota-kota yang paling disukai wisatawan: Istanbul, Antalya, Ankara, Bodrum, Konya, dan Edirne.

AI - ARM berkontribusi penting dalam promosi atau kampanye tertarget, bermanfaat bagi tugas PR untuk pengelolaan kegiatan.

Kecenderungan wisatawan terhadap kota di Turki: 98% yang mengunjungi İstanbul juga mengunjungi Antalya, 97% pengunjung İstanbul juga mengunjungi Bodrum.

96% mengunjungi İstanbul dan Edirne 97% mengunjungi Ankara.

Kecenderungan wisatawan terhadap destinasi wisata dan kota pilihan: 1. 98% Wisatawan yang mengunjungi Karatay Medresesi di Konya juga mengunjungi Whirling Dervishes di Konya dan Aya Sophia di İstanbul.

2. 91% wisatawan yang mengunjungi Kastil St. Peter di Bodrum juga mengunjungi Kastil Ankara di Ankara.

3. 88% wisatawan yang mengunjungi Gerbang Mnydos di Bodrum dan Grand Bazaar di İstanbul juga mengunjungi Masjid Selimiye di Edirne.

4. Selain itu, 78% wisatawan yang mengunjungi pantai Semenanjung Bodrum juga mengunjungi Kastil Romawi.

5. 70% wisatawan yang mengunjungi Kota Tua Antalya (Kaleiçi) dan Pelabuhan Tua juga mengunjungi Museum Antalya.

Analisis WEKA menunjukkan ukuran data yang mempengaruhi keakuratan.

Semakin besar data yang digunakan, semakin akurat hasilnya.

Disarankan oleh peneliti menggunakan program AR tambahan yang untuk penambahan data baru tanpa menghitung dari awal.

Pengambilan sampel acak dapat digunakan untuk menangani jumlah data yang besar.

Respons terhadap kuesioner terbatas pada pilihan ya atau tidak. Secara umum, AR dapat diterapkan pada data numerik atau kategorikal.

PERBANDINGAN PENELITIAN YANG LAIN Artificial Intelligence in Public Relations and Association Rule Mining as a Decision Support Tool ditulis oleh Kareem Mohamed, Ümmü Altan Bayrakta dan diterbitkan oleh SSRG International Journal of Humanities and Social Science tahun 2022 Association Rule Mining TouristAttractive Destinations for the Sustainable Development of a Large Tourism Area in Hokkaido Using Wi-Fi Tracking Data diterbitkan jurnal MDPI di Basel, Switzerlan, 2019, Oleh: Tosporn Arreeras, Mikiharu Arimura, Takumi Asada dan Saharat Arreeras.

KESIMPULAN Bidang PR adalah suatu bidang yang sangat luas yang menyangkut hubungan dengan berbagai pihak. PR tidak sama dengan sekedar relations, meskipun personal realtions mempunyai peranan yang sangat besar dalam kampanye public relations. (Kasali, Rhenald, 2003) Menurut CIPR (The Chartered Institut of Public Relations) dalam N. Nurlaela Arief (2019) definisi PR yang paling relevan pada masa kini adalah tentang reputasi hasil dari apa dilakukan, apa yang dikatakan, dan apa yang orang lain katakan. Dimana ada tuntutan untuk disiplin menjaga reputasi demi tujuan mendapatkan pemahaman, dukungan, memengaruhi pendapat dan perilaku. Sehingga untuk mencapai semua itu perlu adanya rencana berkesinambungan dan saling pengertian antara organisasi serta publiknya.

Memasuki era Revolusi Industry 4.0 seperti sekarang ini, teknologi informasi dan komunikasi memegang peran yang sangat penting. Perkembangan teknologi telekomunikasi dan komputer telah membawa perubahan mendasar bagi masyarakat yang menempatkan informasi sebagai sumber daya.

Sehingga informasi menjadi komoditas baru, menggantikan produk-produk manufaktur sebagai pencapaian prestasi pada Revolusi Industri 3.0.

(Muktiyo, Widodo, 2020).

Karakteristik Revolusi 4.0 Dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh Gizem Erboz dalam Widodo Muktiyo (2020) yang berjudul How to Define Industry 4.0 The Main Pillars of Industry 4.0, Erboz menunjukkan ada 9 hal yang menjadi karakteristik industry 4.0.

Dari 9 hal yang menjadi karakteristik utama industri 4.0 itu adalah Big Data, Cloud System, Internet of Things, Artificial Intelligent, Augmented Reality dan RoboticsAutomation.

Dalam buku buku Public Relations In The Era of Artificial Intelligent karya N. Nurlaela Arief (2019: 19) sejalan dengan revolusi industri, terjadi pula evolusi pada peran, fungsi dan tugas PR. Era pertama adalah PR 1.0 era di mana praktisi PR harus menjalankan tugasnya secara tradisional. Era kedua PR 2.0 adalah era kelahiran media online, di mana peran praktisi PR sebagai connector. Era ketiga PR 3.0, era dimana media sosial menjadi media yang paling banyak digunakan, paling disukai, dan dipercaya publik. Pada era ini peran PR bukan hanya memonitor media offline dan online, melainkan juga media sosial. Era keempat yaitu PR 4.0, era dimana artificial intelligent (AI) dan era big data hadir. Saat ini robot AI sudah mampu menulis artikel di media dan membantu peran-peran PR lainnya. Berbagai perangkat AI dapat meringankan dan menyimplifikasi tugas PR. Menurut Lasse Rouhiainen dalam N. Nurlaela Arief (2019) Al adalah kemampuan dari mesin dengan menggunakan algoritma untuk belajar dari data, dan menggunakan apa yang telah dipelajarinya untuk mengambil keputusan seperti yang dilakukan manusia. Al adalah sistem yang berpikir seperti manusia; sistem yang bertindak seperti manusia, sistem yang berpikir rasional, dan sistem yang bertindak secararasional.

Teknologi Al tidak hanya akan merevolusi perusahaan besar, tetapi juga akan merevolusi setiap industri.

Cepat atau lambat, Al akan memberikan pengaruh dalam kehidupan kita. Mulai dari industri keuangan, pertanian, transportasi, edukasi, jurnalisme, maupun public relations tidak akan imun dari AI dan akan terkena dampaknya. Untuk itu diperlukan strategi yang tepat.

Riset CIPR dalam N. Nurlaela Arief (2019) mengenai Al dalam PR telah menghasilkan klasifikasi perangkat yang berasal dari teknologi AI pada pekerjaan PR. Terdapat lima klasifikasi, yaitu (1) simplification of task; (2) social listening; (3) automation of task; (4) AI for structured data; (5) AI for unstructured data.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, N, N. 2019.

P u b lic R e la t io n s I n T h e E r a O f A r t if ic ia l I n t e llig e n c e : B a g a im a n a B ig D a t a d a n A I M e r e v o lu s i D u n ia P R . B a n d u n g : S im b io s a R e k a t a m a M e d i a A r r e e r a s , T o s p o r n . , A r im u r a , M ik ih a r u . , A s a d a , T a k u m i, Arreeras, Saharat. 2019.

A s s o c ia t io n R u le M in in g T o u r is t - A t t r a c t iv e D e s t in a t io n s f o r t h e S u s t a in a b le D e v e lo p m e n t o f a L a r g e T o u r is m A r e a in H o k k a id o U s in g W i- F i T r a c k in g D a t a . S w it z e r la n d : M D P I Kasali, Rhenald. 2003.

M a n a je m e n P u b lic R e la t io n s : K o n s e p d a n A p lik a s in y a d i I n d o n e s ia .

J a k a r t a : P u s t a k a U t a m a G r a f it i M o h a m e d , K a r e e m . , B a y r a k t a r , A lt a n , Ü m m ü . 2 0 2 2 .

A r t if ic ia l I n t e llig e n c e in P u b lic R e la t io n s a n d A s s o c ia t io n R u le M in in g a s a D e c is io n S u p p o r t T o o l. S S R G I n t e r n a t io n a l J o u r n a l o f H u m a n it ie s a n d S o c ia l S c ie n c e . h t t p s : / / d o i. o r g / 1 0 . 1 4 4 4 5 / 2 3 9 4 2 7 0 3 / I J H S S - V X X X X

Dari penjelasan berbagai literatur di atas antara PR dan AI, dapat disederhanakan bahwa dalam era teknologi yang serba digital seperti saat ini praktisi PR dituntut untuk selalu siap, sigap dan tanggap dalam memposisikan diri dengan bekal pengetahuan untuk mampu merancang dan mengendalikan teknologi yang ada. Sehingga tugas-tugas PR dengan memanfaatkan AI dan teknologi lainnya dapat berjalan dengan optimal, sempurna, cepat, terukur dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, maka apa yang menjadi arah dan tujuan organisasi dapat tercapai.

Muktiyo, Widodo. 2020.

G a g a s a n d a n P e m ik ir a n K o m u n ik a s i P u b lik . J a k a r t a : K e m e n t e r ia n K o m u n ik a s i d a n I n f o r m a t ik a R I 2 0 2 0