Edisi 22 April 2013

Page 10

10

SENIN, 22 APRIL 2013

TERISOLIR, RATUSAN WARGA BUNIKASIH

TAK NIKMATI LISTRIK TAK NIKMATI LISTRIK. Warga Kp. Bunikasih Desa Cupunagara Kecamatan Cisalak tengah menjalankan aktivitas di rumahnya yang sederhana berbentuk panggung dan berdinding bambu yang kondisinya telah lapuk serta atapnya bocor, kemarin (21/4). Akibat letaknya yang terpencil dan terisolir di pedalaman pegunungan, sekitar 120 warga yang tinggal di wilayah ini dipaksa harus hidup dalam kegelapan karena tiadanya jaringan listrik. foto: usep

SUBANG - Ratusan warga yang tinggal di Kp. Bunikasih Desa Cupunagara Kecamatan Cisalak terpaksa puluhan tahun hidup dalam kegelapan, akibat tidak adanya jaringan listrik yang masuk ke daerah itu. Ya, kampung terletak di kaki Gunung Gede yang berada di ketinggian 1.100 meter diatas permukaan laut (DPL) itu masuk wilayah terujung di Selatan Kabupaten Subang, dan berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat serta Sumedang. Kampung berpemandangan sangat indah, berudara segar nan sejuk yang berjarak lebih dari 50 kilometer dari pusat

pemerintahan Kabupaten Subang dan dihuni oleh 36 KK (Kepala Keluarga) atau sekitar 120 warga berprofesi sebagai petani atau pekebun (petani sayuran) itu bisa dibilang sebagai daerah terpencil nan terisolir. Bukan perkara mudah untuk bisa mengunjungi daerah ini. Dari jalan raya Cisalak, tepatnya Desa Darmaga Kecamatan Cisalak, jarak yang harus ditempuh untuk sampai ke kampung tersebut mencapai 22 kilometer dengan waktu tempuh lebih dari 3 jam. Sebelum sampai di Kp. Bunikasih, terlebih dahulu harus menempuh perjalanan ke Kp. Bukanagara Desa Cupunagara

berjarak 17 kilometer dengan waktu sekitar 2 jam. Perjalanan menuju Kp. Bukanagara ini cukup sulit, beresiko dan melelahkan. Sebab selain harus naik-turun gunung yang dipenuhi hutan belantara, satu-satunya akses jalan menuju kesana kondisinya hancur, bergelombang, berkelok-kelok, berbatu-batu tajam dengan ukuran besar alias taringgul. Di sisi kiri dan kanan jalan, yang tampak hanya jurang berkedalaman ratusan meter lebih serta tebing tinggi penuh pepohonan besar atau semak belukar, yang kondisinya rawan longsor. “Di musim hujan ini, jalan

menuju Bukanagara sering longsor, juga pohon tumbang yang menghalangi jalan. Kalau itu terjadi, warga disini praktis gak bisa keluar (terisolir—red)”, ujar tokoh pemuda Desa Cupunagara yang juga Ketua Pengurus Kecamatan KNPI Cisalak, Abdul Muid (33), kemarin. Begitu sampai di Kp. Bukanagara, untuk mencapai Kp. Bunikasih diharuskan kembali menempuh perjalanan sepanjang 5 kilometer dengan waktu tempuh sekitar satu jam melewati jalan sempit yang juga kondisinya hancur, licin, terjal, berbatu-batu tajam dan naik-turun gunung. Meski ti-

Warga Cupumagara Cisalak Kecewa ke PLN SUBANG - Minimnya ketersediaan infrastruktur di Kp. Bunikasih Desa Cupunagara Kecamatan Cisalak, seperti tiadanya jaringan listrik, dikeluhkan oleh berbagai kalangan. Informasi yang dihimpun, instansi pemerintah yang mengurusi listrik, yakni PT. PLN (Perusahaan Listrik Negara), kabarnya menolak untuk merambah pembangunan jaringan listrik di wilayah Kp. Bunikasih. Alasannya, letak kampung tersebut terpencil, medan geografisnya yang bergunung-gunung dinilai menyulitkan pembangunan jaringan dan berbiaya tinggi. Ketua RW 01 Kp. Bukanagara Desa Cupunagara Kecamatan Cisalak, Jajang Darmawan membenarkan hal tersebut. Dia mengaku sempat mengusulkan kepada PLN agar membangun jaringan listrik sampai ke Bunikasih, tapi mereka menolak. “PLN gak mau bikin jar-

ingan listrik disana, katanya lokasinya terlalu jauh, geografisnya sulit dan akan memakan biaya besar. Kalau dibangun jaringan lengkap, katanya biayanya bisa nyampe Rp. 800 juta. Biaya sebesar ini menurut mereka (PLN—red) terlalu berat”, beber Jajang, kemarin. Dia menerangkan, kecuali Bunikasih, tiga kampung lainnya di Desa Cupunagara telah dialiri listrik. Masuknya jaringan listrik ke desa yang dihuni oleh sekitar 3 ribu jiwa ini dimulai sejak tahun 1997 atau 1998 silam. Karena letak desa yang jauh dari Kota Subang, listrik yang masuk ke desanya menggunakan jaringan dari Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Meski demikian, karena letak Bunikasih jauh dari Bukanagara dengan kondisi geografi bergunung-gunung, pihak PLN keberatan untuk melanjutkan pembangunan jaringan listriknya hingga ke kampung tersebut. “Kalau jaringan listriknya

dibikin lurus membentang langsung menuju Bukanagara, panjangnya bisa mencapai 3,5 kilometer, tapi kalau mengikuti alur sepanjang jalan, panjangnya bisa nyampe 5 kilometer. Mungkin ini alasan mereka enggan melanjutkan jaringan listrik hingga Bunikasih”, ucapnya. Namun demikian, dia mengaku tetap menyesalkan sikap instansi negara itu yang enggan meneruskan jaringan listrik hingga ke wilayah terpencil itu. “Sebagai perusahaan negara yang bertugas melayani kepentingan masyarakat, mereka harusnya bisa mengupayakan solusi cerdas untuk mengakomodir kebutuhan, hak dasar warga kami terhadap pelayanan listrik, sebagaimana hak itu bisa dinikmati oleh warga lainnya”, tandasnya. Kekecewaan terhadap instansi yang mengurus listrik itu juga dilontarkan oleh tokoh pemuda Kecamatan Cisalak, Abdul

Muid. Sebagai perusahaan milik negara (BUMN), sebut dia, sikap PLN itu dinilainya keterlaluan dan mengangkangi konstitusi yang menjamin pemenuhan hak dasar warga negara akan kehidupan yang layak. Menurutnya, kisah mengenai adanya warga yang tidak menikmati listrik di abad serba maju ini mungkin tidak akan terjadi, jika saja ada political will yang kuat dari pemerintah untuk berkomitmen mensejahterakan masyarakatnya. “Toh, tanpa menggandeng pihak swasta pun, pemerintah dari pusat, propinsi hingga daerah, punya anggaran untuk merealisasikan itu, apalagi jika anggaran tersebut ditambah dengan sumber-sumber potensial dari dana sosial ata CSR perusahaan-perusahaan besar semisal perbankan, industri dan lainnya. Kita berharap, kondisi ini bisa segera diatasi oleh pemerintah”, pungkas Pengurus Karang Taruna Kabupaten Subang ini. (usp)

dak melewati hutan belantara, dan hanya berupa kebun teh, tapi kiri-kanan jalan banyak terdapat jurang. Jalan setapak ini pun tak pernah tersentuh perbaikan. Kehidupan penduduk Kp. Bunikasih sangat sederhana dan banyak bergantung pada alam sekitar. Rumah-rumah penduduknya berbentuk panggung, berdinding bilik bambu, beratap genting. Namun kini, banyak bangunan rumah kondisinya lapuk dan atapnya bocor. Sebagian warganya berprofesi petani padi, lainnya sebagai pekebun atau petani sayuran. Dia mengaku, sebagai

SUBANG - Warga Kecamatan Pagaden Barat memprotes kerusakan infrastruktur di wilayah mereka yang bertahun-tahun tidak kunjung diperbaiki, diantaranya ruas jalan yang menghubungkan Desa Cidadap dengan Desa Margahayu sepanjang lebih dari satu kilometer. Saat ini, kondisi jalan itu hancur, berlubang dan jika turun hujan lubang-lubang itu berubah jadi kubangan air, sehingga seolah membentuk kolam-kolam yang cukup dalam serta kerap membahayakan pengendara. Warga Desa Cidadap yang berprofesi sebagai petani, Didi (50) menyampaikan kekesalannya atas kondisi kerusakan jalan yang sudah bertahun-tahun tidak kunjung mendapat perbaikan dari pemerintah. Menurutnya ruas jalan itu sangat penting artinya bagi warga petani karena tiap hari dilewati warga dan akses utama menuju lahan pertanian warga. “Jalan itu sangat penting bagi kita, tiap hari kita lewat ke situ. Warga yang mau ke pasar, berdagang atau berangkat ke sawahnya pasti lewat jalan itu. Disini juga banyak petani yang lahan sawahnya ada di sepan-

wilayah terpencil di Kabupaten Subang, selama puluhan tahun kampungnya nyaris tidak ikut menikmati derap kemajuan pembangunan. Salah satunya di bidang layanan listrik PLN. Akibatnya, mereka “dipaksa” harus hidup dalam kegelapan. Kalaupun ada penerangan, itu hanya mengandalkan lampulampu cempor berbahan bakar minyak tanah dengan jangkauan penerangan pas-pasan. “Tapi sejak beberapa tahun terakhir, minyak tanah mengalami kelangkaan, juga harganya mahal. Kami terpaksa gunakan solar untuk bahan bakar lampu cempor”, keluh pria tua yang mengaku asli warga

Bunikasih dan sudah tinggal disana sejak 1973 silam, seraya dia berharap, Pemkab dan instansi terkait setempat bisa bersedia membantu memfasilitasi pembangunan infrastruktur di wilayahnya, diantaranya listrik dan perbaikan jalan. Sementara itu, nasib sama dialami oleh penduduk Kampung Adat Palasari Desa Sukakerti Kecamatan Cisalak. Seperti halnya warga Kp. Bunikasih Desa Cupunagara, sebanyak 7 KK (Kepala Keluarga) atau sekitar 37 warga penghuni kampung ini juga selama puluhan tahun tak sempat ikut menikmati penerangan listrik. (usp)

Jalan Berkubang Warga Meradang jang jalan tersebut. Udah bertahun-tahun gak pernah diperbaiki, akibatnya kerusakannya terus bertambah, lubang-lubang besar disanasini. Kalau orang-orang yang lewatnya gak hati-hati bisa celaka, apalagi kalau bawa muatan banyak. Pemerintah harusnya cepat tanggap donk memperbaiki soal ini”, keluhnya, kemarin (21/4). Warga lainnya, Tatang (33) mengaku sering merasa kerepotan ketika melewati jalan itu, terutama di saat kondisi musim hujan. Sebab di musim hujan, lubang-lubang jalan itu berubah menjadi kubangan-kubangan air yang jika malam hari kerap menjadi jebakan berbahaya bagi pengendara yang melewatinya. “Bahkan motor saya saja sempat mogok saat lewat kubangan air yang cukup dalam, sementara kita lagi buru-buru untuk mengantar barang. Memang kalau lagi hujan, kubangan-kubangan

itu berubah jadi kolam-kolam air yang kalau malam hari mah membahayakan yang lewat”, terangnya. Terkait ini Tatang mengharapkan ada sikap pro aktif dan kepeduliannya dari pemerintahan setempat untuk memprioritaskan perbaikan sarana umum yang betul-betul dibutuhkan warga. “Dewan dari daerah ini kan banyak, kalau gak salah ada 7 orang. Masa gak ada satupun yang mampu memperjuangkan kepentingan warga? Harusnya mereka-mereka itu rajin meninjau ke lapangan. Biaya perbaikan jalan kan gak mungkin ngambil dari kantong pribadi mereka, anggarannya kan disediakan oleh pemerintah. Mereka tinggal ngusahain gimana supaya dana itu bisa dipergunakan buat ngebetulin sarana umum yang rusak yang dibutuhkan warga. Saya yakin pemerintah punya anggaran kok”,pungkasnya. (usp)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.