Edisi 18 Mei 2013

Page 4

KARAWANG UTARA

4

FAKTA KARAWANG

SABTU, 18 MEI 2013

WARGA TUDING KADESNYA PALSUKAN KETERANGAN

RENGASDENGKLOK - Kepala Desa Dewisari, Aning Saputra, ditengarai beberapa warganya telah memberikan keterangan palsu pada kasus pengerusakan tempat tinggalnya pada petugas kepolisian di lingkungan Kantor Polsek Rengasdengklok beberapa waktu lalu. Pasalnya, laporan pengerusakan rumah Kades Dewisari tidak sesuai dengan kejadian se-

benarnya. “Kita juga tidak tahu tiba tiba muncul nama saya sebagai pihak yang dituding oleh Pak Kades ke penyidik telah melakukan pegerusakan,”ulas mantan kepala Dusun Dewisari, Safri, ketika ditemui Fakta Karawang. Padahal, ulas Safri, betepatan pada waktu, tempat dan kejadian perkara pengeru-

sakan rumah Kades berlangsung di wilayah Dusun Bengle, Desa Dewisari, diketahui mantan wakil rakyat asal Kampung Bengle sedang tidak ada diwilayah desa setempat. Malahan, sebutnya, kepala dusun asal Dusun Bengle sedang mengurus proses pemberhentian jabatan kepala dusun sesuai dengan surat edaran Pemdes setempat.

“ Kita sedang urus urus kelengkapan administrasi pemberhentian dari jabatan kepala dusun di tempat berbeda dengan TKP. Namun, sepulang ke rumah, justru saya sendiri heran tiba tiba ada identitas saya muncul sebagai pihak yang disebut-sebut warga oleh pendukung Kades pada kasus tersebut,”ulasnya. Malahan, terang Dia,

munurut keterangan Istri Safri, beberapa petugas kepolisian justru tiba tiba bertamu sambil mencari-cari mantan kepala dusun sekitar pukul 12.00 Wib. Kendati, istri kepala dusun hanya mengenali petugas kepolisian dari senjata laras panjang yang dibawa salah satu tamu yang datang untuk mencari Safri. “Istri dan anak saya juga sampai shock Kang( fakta).

Sekiranya bisa diperjelas terkait laporan versi Kades, kami siap menunjukan alibi disaat kejadian berlangsung tidak ikut campur. Malahan, ada kesan laporan Kades pada penyidik direkayasa mengacu pada surat pemberhentian kepala dusun sebelum kejadian,”ulasnya menyebut SP Kades sebagai alat bukti yang bisa digunakan sebagai rekayasan ke penyidik.

Diluar itu, sambungnya, keterangan mantan Kadus Bengle dan istrinya dihadapan salah seorang Pemuka Agama asal desa setempat perlu juga ditindaklanjuti para petugas kepolisian. Alasannya, keterangan mantan Kadus bisa digunakan sebagai bentuk upaya pembuktia terbalik sekaligus menegakan rasa keadilan penegakan hukum di Negara RI. (sgt)

Dadang Suhendar,

Guru yang tak Lelah Mengajar di Lingkungan Marginal

NAMANYA Dadang Suhendar. Semangat pria berusia 49 tahun ini tak pernah padam untuk menyalakan lilin pendidikan. Mulai dari mentransfer ilmu sejarah bangsa, membina anak-anak yatim piatu Forum Pemuda Peduli Anak Yatim, hingga kini menjalankan peran tenaga didik di SMAN 1 Rengasdengklok Karawang. Perjuangan Dadang dimulai saat dia menyelesaikan kuliahnya di IKIP Bandung (sekarang Universitas Pendidikaan Indonesia, red). Dari tempat lahirnya, Dusun Langseb, Kecamatan Pedes, ke Kota Kembang, Ia menempuh pendidikan di tahun 1985. Rupanya nasib baik menyertai Dadang sampai kemudian langsung berperan menjadi tenaga CPNS seusainya lulus kuliah diploma III pada 1987. Terutama di lingkungan tinggalnya, pria kelahiran 15 September 1964 ini tak henti berkarya. Diantara aktifitas yang digalangnya, Dadang aktif menstimulus pemberantasan buta aksara. Ketika itu, terutama menyambikan keilmuan sejarah merupakan kegiatan rutin yang kerap diteruskan untuk anak-anak di lingkungan kawasan tinggalnya. “Saat itu kondisinya berbeda , saya yang didorong orang tua menjadi tenaga didik merasa terketuk. Masih ada saja anak-anak yang nggak bisa belajar, pakai samping doang main di empang atau lapangan tapi kehitung yang bisa baca huruf,” tutur Dadang mengurai awal kiprahnya. Dadang ditemui Fakta Karawang di kediamannya. Setelah merampungkan sar-

jananya pada 1993, Dadang yang sempat membuka kelas terbuka kecil bagi anak-anak di kawasan kampungnya terus berkelana memikirkan membuka akses sosial melalui berbagai wadah masyarakat sejak lulus diploma III. Tujuannya satu, menyemangatkan semangat pendidikan generasi Karawang. “Beruntung, temen temen mengajak saya memberanikan diri untuk membuka ruang belajar masyarakat waktu itu. Sekaligus pula membuka wadah pembinaan pada kalangan anakanak yang termarginalkan. Kami pun bertekan membuka forum peduli anak yatim yang bersemangatkan pendidikan rakyat di Kampung Langseb ini,” kisah Dadang. Apa yang dicari Dadang bersama rekan-rekannya tersebut rupanya sesuai harapan. Dahulu saat wadah forum itu awal dibuka perjalanannya tidak seperti saat ini. Tokoh masyarakat setempat yang dilibatkan hanya bermodalkan alas tikar dan tanpa memiliki gedung sendiri. Tapi peluh keringat para pendiri dan penggurus forum ternyata terbayar. Selain kini sudah punya tempat sendiri, forum yang dinamakan peduli anak yatim tersebut juga mampu membina anggota binaan lebih dari 100 orang anak. Terutama anak dari golongan tidak mampu dan yatim piatu. Tahun berganti tahun itu, langkah Dadang bukan tanpa halangan. Ketika berproses itu dukungan terhadap apa yang dikelola bersama rekan-rekannya minim perhatian. Akhirnya pada tahun

2002 forum binaan Dadang dan kawan kawan berhasil melegitimasi keberadaannya hingga mendapat pengakuan berbagai unsur masyarakat. Tidak terkecuali pemerintah atau dari pihak ketiga. Kini, di tempat binaan Dadang ada pondokan dan ruang inap selain fasilitas pendopo untuk ruang belajar anak binaan di desanya. Dadang dan kawankawan yang melibatkan pula kepengurusannya bersama para tokoh masyarakat di dalamnya bahkan mampu membuka rumah singgah yang dioperasikan 1 km sebelum lokasi pondokan binaan anggota forum. Malah bila ada yang kedapatan sakit, forum sudah bisa memberikan pengobatan cuma-cuma kepada anak binaan bekerjasama dengan rumah klinik H. Aef Saepudin SKM di Desa Payungsari Kecamatan Pedes. Dadang juga memiliki toko kelontong pertanian kecilkecilan di dekat forum itu saat ini. Dia juga memiliki pekerjaan sampingan lain, seperti beternak dan menjual benih ikan lele bila ada yang membutuhkan. Hasilnya, disisihkan untuk membantu menyokong operasional forum selain untuk menghidupi anak-anak binaan forum. Harapannya kini, Dadang menginginkan ruang-ruang belajar terbuka serupa yang digarap bersama-sama tersebut bisa diadopsi atau menstimulus kewenangan pemerintah untuk kembali meneruskan aksesnya demi edukasi masyarakat serta kemaslahatan sosial. (sgt)

Drs. Dadang Suhendar

SENTRA BATA : Salah satu rumah di daerah sentra bata Desa Karyasari Rengasdengklok.

Sentra Bata, Tapi Banyak Rumah Semi Permanen

RENGASDENGKLOK Tempat tinggal dan menetap dari sebagian besar jumlah penduduk di wilayah sentra produksi cetakan batu bata masih di dominasi jenis rumah dengan type semi permanen. Meskipun, persediaan tanah sebagai bahan baku utama menghasilkan ribuan batu bata tidak perlu untuk mengeluarkan anggaran. Seperti diketahui, Kades Karyasari, Asur Pundian, ketika ditemui Fakta Karawang menerangkan, persediaan tanah yang digunakan warga kampung gudang bata alias GB berasal dari lokasi bantaran tanggul sungai Citarum. Logikanya, aktifitas produksi pembuatan batu bata di Du-

sun Krajan A dan B, Desa Karyasari, ditunjang oleh dampak sedimentasi aliran sungai terpanjang di Jawa Barat. “Untuk satu cetakan batu bata sipa pakai, pengusaha batu bata mematok harga Rp. 350 rupiah. Selanjutnya, pihak yang disebut sebagai penyedia batu bata memberikan penawaran harga mencapai rp. 500 rupiah,”terangnya. Idealnya, sebut Kades, sumber daya alam berupa tanah dengan pengelolaan di bawah aturan main Perusahaan Jasa Tirta Desa Karyasari, Kecamatan Rengadengklok, menyeragamkan jenis tempat tinggal penduduk setempat dengan type permanen. “Ka-

laupun bahan baku utama pembuatan batu bata yang dihasilkan warga Desa Karyasari dan desa desa lainnya sudah tersedia secara alami. Masalahnya, usaha jual-beli batu bata sulit berkembang dan maju akibat kesadaran sumber daya masyarakat setempat,”terang Kades lagi. Senada diulas aktifis grend rangger asal Karyasari, Itho Bule, aktifitas galian tanah di sepanjang bantaran tanggul sungai Citarum, diakui menjadi nilai komersil yang begitu potensial. Mengingat, selisih pendapatan bagi pengusaha batu bata cukup besar melihat jumlah produksi batu bata. “Setiap tahun, jumlah batu bata siap pakai

yang dihasilkan warga setempat ditaksir mencapai hingga ratusan ribu. Tapi, potensi keuntungan dari usaha batu bata kerap disesalkan, mengingat bentuk tanggungjawab instansi pengelola bantaran tanggul sungai terhadap sisa lokasi galian C,”terangnya. Berdasarkan hasil monitoring instansi pemerintah desa dan kecamatan setempat, sisa-sisa aktifitas produksi batu bata yang dikerjakan para pengusaha dengan sistim pemberdayaan warga kerap melubangi kulit bumi dengan kedalaman hingga 5-10 meter. Ironisnya, pemahaman masyarakat terhadap dampak kerusakan kulit bumi sangat minim. (sgt)

Lagi, Keberadaan Evi Karaoke Disoal Ulama RENGASDENGKLOK Minimnya lahan parkir kendaraan roda empat bagi para pengunjung Evi Karaoke & Resto Selby Plaza Rengasdengklok memicu sejumlah pihak sangsi terhadap izin tempat hiburan keluarga memang resmi. Pasalnya, kelengkapan sarana dan fasilitas umum sering kali memicu perseteruan antar pengunjung dan pemilik toko yang berdekatan. Bahkan, pemilik toko pakaian disamping Evi Karaoke mencibir pemilik kendaraan roda empat type toyota avanza yang diketahui merupakan petugas lembaga pengawasan independen di bidang perijinan, “Mobil saya baru saja parkir lima menit sudah disoal pemilik toko sebelahnya, pantas saja sering kali evi karaoke memicu laporan keributan antar warga,”ulas Jae, ketika ditemui Fakta Karawang. Alhasil, sambung dia, beberapa pegawai toko pakaian di samping tempat hiburan milik pengusaha asal Purwakarta meminta pada petugas jaga dari internal manajemen untuk segera mengusir kendaraan pengunjung dari lokasi. Ditenggarai, Evi Karaoke & Resto menggunakan izin bodong untuk meraup keuntungan sesuai target pemiliknya. “Izin itu baru keluar setelah sarana dan kelengkapan pengunjung ada, kalo seperti ini apa kata dunia. Izin saja belum dipastikan resmi, hasil pengawasan pihak manaje-

men sudah diisi nama-nama dari lembaga Negara yakni KNPI, Banser dan lainnya. Herannya, Satpol PP melalui kasi trantib kecamatan sebagai pelaksana aturan cuma bisa instruksi, udah kaya upati saja,”heran Jae. Terpisah, salah satu alumni MBU Yaya Wicaksana 39 Dusun Kalijaya, Desa Rengasdengklok Selatan, mengamini keberadaan tempat hiburan di Selby Palsa Rengasdengklok cukup disesalkan beberapa ulama sampai beroperasi. Pasalnya, keberadakan Bisnis Hiburan Malam (Karaoke) di area pusat pertokoan Selby Plaza Rengasdengklok, Karawang, berpotensi merusak generasi muda. “MBU tetap berpegam teguh agar bisa mewujudkan Dengklok Tegar Beriman, sehingga kami menyesalkan terkait masalah pemberian izin dari warga setempat yang terkesan belum resmi,”ulasnya. Bahkan, sambung Ust. Yaya, proses perijinan disinyalir tembang pilih dan hanya masarakat tertentu yang dapat mengetahui nya. Setelah dikonfirmasi, diakui beberapa masyarakat setempat keberatan dengan keberadaan Evi Karaoke. Kendati, petugas jaga dari anggota Banser sebagai utusan dari pihak manajemen berbendera KNPI, Abdul Mujid, mengklaim keberatan warga sebagai bentuk sikap yang pro dan kontra. “Kalau lembaga dan pemerintah sudah diberdayakan, umumnya keluhan

warga hanya dianggap tong kosong,”ujarnya Diakui salah satu petugas jaga keamanan sebagai bagian dari utusan manajemen, diyakini saat ini pihak manajemen baru sebatas mencapai 50 persen warga memberikan persetujuan untuk menindaklanjuti perijinan yang kerap mengundang pro dan kontra dan juga perbedaan pendapat,” Yang pro baru 50 persen, maklum saja pasti ada pro dan kontra,”ulasnya meski bersikap diam saat disinggung ‘arti’ keberatan warga

disebabkan tidak kebagian jatah kue. Supervisor Evi Karaoke & Resto Famili di Rengasdengklok Pani ketika diklarifikasi mengaku dilematis atas soal tersebut. “Saya cuma supervisor kang disini, semuanya sama manager kalau urusan itu, yaitu Pak Majid,” katanya. Pani juga mengklarifikasi keberadaan karaoeke Evi tidak seperti yang ditudingkan, karena dioperasikan sesuai ketentuan yang sudah disepakati oleh pihak-pihak terkait. Diantaranya, seperti tidak menjual miras. (sgt)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.