Waspada, Senin 24 Mei 2010

Page 27

Aceh

C4

WASPADA Senin 24 Mei 2010

Rekanan Harus Lunasi Retribusi Galian C

Bus Kurnia Kembali Beroperasi Di Pantai Barat Selatan BANDA ACEH (Waspada): Bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) Fa.Kurnia yang pernah jaya di era 90-an, kini kembali beroperasi di wilayah pantai barat selatan dengan mengambil trayek perdana Meulaboh-Medan, Sumatera Utara. Bus Kurnia satu group dengan KAP (Kurnia, Anugrah dan Pusaka), ini dikenal kesohornya sejak lama dan kehadirannya ditunggu-tunggu masyarakat di kawasan itu. Di samping berfasilitas wah, busnya juga memiliki 32 tempat duduk (seat). Pemilik loket CV. Bintang Lestari Tour, Hendri Putra.S, yang ditemui di komplek terminal Blangpidie, kemarin mengaku sejak dua pekan lalu sebanyak empat unit bus kurnia kelas eksekutif sudah beroperasi kembali. Untuk wilayah pantai barat selatan, katanya, tahap awal ini hanya mengambil satu trip per hari dengan empat unit bus secara bergantian. “Kini harapan masyarakat tercapai sudahdengankembaliberoperasinyabusini,”ungkapHendri. Saat ini pihaknya mengambil tarif Rp120.000 untuk Abdya-Medan. Tarif ini katanya jauh lebih murah dibandingkan dengan mobil rental lainnya semisal minibus L.300 yang memungut ongkos Rp140.000, sedangkan travel jenis kijang senilai Rp150.000. “Saya optimis bus Kurnia kembali disukai masyarakat karena selain berfasilitas mewah ongkosnya juga murah,” imbuhnya.(b07)

Pembangunan Terminal Baru Bus Bireuen Belum Jelas BIREUEN (Waspada): Sejumlah awak dan agen bus di Kota Bireuen mempertanyakan kejelasan pembangunan terminal bus antar kota yang belum ada tanda-tanda pelaksanaannya menyusul digusurnya kawasan terminal bus lama untuk pembangunan BPD Aceh Cabang Bireuen. Pasalnya, pekerja bus ini mengaku sering mendapat teguran dari petugas lalu lintas baik polisi atau Dinas Perhubungan karena bus ukuran sedang dan minibus diparkir di sisi dan badan jalan lintas Negara sehingga mengganggu kelancaran arus lalu lintas dan terkesan semrawut. “Kami menilai masih banyak juga supir dan agen yang mau mengikuti aturan dan menjaga ketertiban, tetapi bagaimana lagi, pasca penggusuran kawasan terminal beberapa waktu lalu, sampai sekarang belum ada lokasi atau terminal pengganti, katanya segera dibangun,” kata seorang agen bus, Rusli Jumat (21/5). Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Bireuen, Nasrullah Muhammad mengatakan, pembangunan terminal bus antar kota dengan sumber dana dari tingkat Provinsi Aceh, Pemkab Bireuen dalam hal ini hanya menyediakan tanah lokasi pembangunan. (cb03)

Jembatan Mon Kelayu Rusak Parah KUTA BLANG, Bireuen (Waspada): Masyarakat Desa Mon Kelayu, Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen selama ini resah. Pasalnya, kondisi jembatan di ruas jalan utama desa kawasan tambak lantai dan pondasi sudah rusak parah. Untuk mencegah terjadinya korban jiwa, warga setempat sudah menambal lantai jembatan dengan batang kelapa. Kades Mon Keulayu Muzakir H Hamid kepada Waspada Sabtu (22/5) mengatakan, kerusakan lantai dan pondasi jembatan Mon Keulayu sejak tahun 2004 sudah diusulkan perbaikan ke tingkat kabupaten, namun hingga kini belum ada realisasinya. Mulyadi, 29, warga desa setempat mengatakan, lantai dan pondasi jembatan beton berukuran 4x3 meter itu sudah patah sejak beberapa tahun lalu, meskipun sudah berulang kali diusulkan untuk mendapat perbaikan hingga kini belum ada perbaikan. Dikatakan, jembatan jalan utama Desa Mon Kelayu dapat menghubungi beberapa desa lainnya; Samuti Aman, Samuti Rayek, Samuti Pante dan Meunasah Rayek, tembus ke Simpang Pulo Awe, Kecamatan Kuta Blang.(b16)

Dua Maling Ditangkap SIGLI (Waspada): Polisi dan warga Desa Pineung, Kec. Mutiara, Kab. Pidie, Sabtu (22/5) sekira pukul 22:00 berhasil menangkap dua maling itik yang selama ini meresahakan warga setempat. Kedua maling itu MY, 32, warga Desa Ceurucok, Kec. Simpang Tiga, Kab. Pidie dan SR, 19, warga Desa Dayah Langgien, Kec. Bandar Baru, Kab. Pidie Jaya. Keduanya nyaris dibal-bal warga bila tidak segera diamankan polisi. Bersama kedua tersangka polisi dan warga berhasil mengamankan barang bukti berupa empat ekor itik dan satu unit sepeda motor jenis bebek. Kedua tersangka maling itik itu diancam lima tahun kurungan penjara. Beberapa warga Desa Pineung mengaku sejak beberapa bulan terakhir ini banyak ternak unggas milik penduduk setempat hilang pada malam hari. Sehingga belakangan ini warga mengintai aksi pencurian tersebut. Kapolsek Mutiara Iptu Jamaluddin melalui Kanit Reskrim Bripka Yuswar, SE kepada Waspada kemarin membenarkan pihaknya telah menangkap dua tersangka pencurian itik bersama empat ekor bebek warna putih. “Kini kedua tersangka bersama barang bukti telah kita amankan di Mapolsek Mutiara untuk dilakukan pengembangan,” kata Yuswar.(b20)

Waspada/Muhammad Riza

MALIK ITIK: Dua maling itek beulati (itik-red) diapit Kanit Reskrim Polsek Mutiara Bripka Yuswar, SE memegang barang bukti itik, Minggu (23/5).

Ketibaan (flight, asal, waktu):

Garuda Indonesia GA 146 Jakarta/Medan

Lion Air

JT 304 Jakarta JT 398 Jakarta/Medan JT 396 Jakarta/Medan

Sriwijaya Air

SJ 010 Jakarta/Medan

Air Asia

AK 305 Kuala Lumpur *

FireFly

Keberangkatan (flight, tujuan, waktu):

15:45 GA 147 Medan/Jakarta

16:30

11:15 JT 397 Medan/Jakarta 16:00 JT 307 Jakarta 19:50 JT 399 Medan/Jakarta

07:20 11:55 16:35

12:50 SJ011 Medan/Jakarta

13:20

12:20 AK 306 Kuala Lumpur *

12:45

FY 3401 Penang 13:50 FY 3400 Penang * Setiap Senin, Rabu, Jumat dan Sabtu.

14:20

SIGLI(Waspada): Pemkab Pidie bertekad meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui sektor retribusi penambangan galian C. Maka dari itu, rekanan yang mengerjakan proyek sumber dana dari APBA dan APBN diwajibkan melunasi retribusi galian C. “Khusus proyek yang bersumber dari APBA dan APBN yang dikerjakan pihak rekanan. Kita telah menyurati Provinsi dan KPN agar setiap rekanan yang bersangkutan harus memlunasi retribusi galian C sebagai kelengkapan administrasi pengamprahan anggaran,” kata Kepala Dinas Penglola Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD) Pidie, Amiruddin, SE kepada Waspada, Jum’at (21/5). Disebutkannya pendapatan di sektor retribusi galian C kali ini diakuinya terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2008 pedapatan asli daerah dari galian C yang ditargetkan senilai Rp15 miliar mampu mencapai target 89 persen, sedangkan pada tahun 2009 dari target Rp17 miliar mencapai 97 persen. Untuk mengejar target Pandapatan Asli Daerah (PAD) di sektor retribusi galian C, Pemkab Pidie bentuk tim peninjau yang akan turun langsung ke lokasi Juni nanti, guna menindaklanjuti target PAD senilai Rp26 miliar tahun 2010 ini. Dilihat dari tingkatan yang dicapai, Pemkab Pidie terus berupaya mencapai target dimaksud. Semisal proyek yang didanai provinsi dan APBN diwajibkan membayar retribusi galian C.(b20) Waspada/Muhammad Riza

GALIAN C: Aktivitas galian C di beberapa daerah di Kabupaten Pidie berdampak buruk bagi lingkungan. Bila tidak segera dihentikan dikhawatirkan bencana alam akan mengancam daerah tersebut.

Dublin Port Gagal Investasi Di Sabang SABANG (Waspada): Perusahaan asing dari Irlandia Dublin Port yang bergerak di bidang pengelolaan pelabuhan, rencananya akan berinvestasi di Pelabuhan Sabang, namun sudah mengurungkan niatnya, meskipun sudah banyak menurunkan biaya operasional selama membuka perwakilannya di Sabang. Plt. Kepala BPKS, Ir. Nasruddin Daud ketika dihubungi Waspada via ponselnya mengatakan, perusahaan Dublin Port Irlandia yang membuka kantor perwakilan di Jakarta sekarang ini sudah terjadi pergantian pimpinan dan rencana pembangunan Pelabuhan Sabang sebagai pelabuhan peti kemas menjadi batal. Salah seorang perwakilan Dublin Port yang ditempatkan di Sabang sudah kembali ke Jakarta dan menyatakan perusahaannya sudah membatalkan berinventasi di Kawasan Sabang. Kepala Unit Usaha Pelabuhan BPKS Agus Salim SE MSi juga mengatakan, ka-

bar ini pukulan pahit bagi Sabang, harapan semula agar Dublin Port Company dapat segera berinvestasi di Sabang sudah dipastikan tidak terwujud sebagaimana yang diharapkan, pihak Dublin Port sendiri sudah menyampaikan secara resmi tidak jadi berinvestasi di Sabang. Dijelaskan, pernyataan gagalnya Dublin Port itu keputusan final dari pihak manajemen Dublin Port yang berbasis di Irlandia dan diteruskan kepada anak perusahaan Dublin yang ada di Indonesia. Dari keputusan dan kesepakatan itu kata Agus, sudah tertuang dalam surat resmi yang dilayangkan pihak Duplin Port tertanggal 17 April 2010 kepada Pemerintah Aceh dan BPKS yang langsung disampaikan melalui perwakilan Dublin di Aceh Mr Kan Wehlen. “Dalam surat itu, Dublin Port menyatakan permohonan maaf kepada kita karena tidak jadi meneruskan rencana kerjasama investasi di kawasan pelabuhan bebas Sabang,” jelas Agus dengan nada kecewa yang menyatakan alasan Dublin Port membatalkan investasi itu tidak dijelaskan

dalam surat tersebut. “Kita juga heran, pihak Dublin Port tidak ada menjelaskan dalam surat apa alasan mereka tidak jadi beriventasi, bahkan secara formal utusan Dublin Port Mr Kan Wehlen secara lisan sudah menyampaikan kepada kita, tapi alasan kenapa mereka tidak jadi berinventasi juga tidak dijelaskan,” terangnya. Padahal lanjut dia, pihak Dublin Port sendiri selama membentuk perencanaan dan menyusun program kerjasama dengan BPKS dilaporkan sudah menghabiskan dana operasional senilai Rp15 miliar. Seperti diketahui, bebagai persiapan dan perencanaan sebenarnya sudah menuai kesepakatan final karena sebelumnya pihak Dublin Port melalui anak perusahaan di Indonesia sudah merencanakan pada tahun ini akan memperbaikisejumlahgudangpenumpukan kontainer di pelabuhan BPKS. Bahkan harapan dan penantian Dublin untuk action pertengahan bulan ini hanya tinggal kenangan, seiring batalnya pihak Dublin Port untuk berinvestasi.(b29)

Puluhan Ha Sawah Merekah ALUE IE PUTEH, Aceh Utara (Waspada): Sedikitnya 50 hektar (Ha) tanaman padi berusia sekitar 20 hari pasca tanam, di Desa Alue Buya dan sebahagian Desa Matang Cut serta Matang Raya Timu, Kecamatan Baktiya, Aceh Utara, kini terancam mati akibat kekeringan. Bahkan, sebagian hamparan sawah di ketiga desa itu kini sudah merekah. “Sejak awal musim tanam kali ini, kami belum kebagian air irigasi. Saat persemaian bibit, kebetulan ada air hujan. Namun setelah siap tanam, pertumbuhan padi tidak normal lantaran intensitas hujan berangsur kurang dan air irigasipun tidak sampai ke kawasan ini,” kata Tgk Ajuran, Kejruen atau Petugas Penjaga Pintu Air (P3A) Desa Alue Buya kepada Waspada, Selasa (18/5). Menurut Tgk Ajuran, distribusi air dari saluran induk Irigasi Langkahan ke kawasan Desa Alue Buya dan Desa Matang Cut, terhambat karena saluran sekunder dari Darul Aman Seunuddon (BPL 18) hingga ke Desa Alue Buya (BDA2) terlalu sempit dan lebih dangkal daripada saluran hulu, sehingga aliran air tidak lancar. Demi mengairi sawah, sambung Ajuran, pihaknya bersama masyarakat pernah beberapa kali bergotongroyong mengeruk saluran tersebut dengan menggunakan cangkul dan sekrup. Setelah dikeruk, aliran air sempat normal sekitar dua hari, tapi selanjutnya aliran air kembali tersendat karena material tanggul yang dibangun dari tanah pasir tergerus air dan kembali menyumbat saluran. “Saluran irigasi sepanjang 1200 meter ini pernah direhab Juni 2009. Dananya disebut-sebut mencapai Rp 750 juta dari APBK Aceh Utara Tahun Anggaran (TA) 2008. Entah atas izin siapa, rekanan menggunakan tanah pasir yang dikeruk

Waspada/Musyawir

MEREKAH: Puluhan hektar sawah siap tanam di Desa Alue Buya dan sebahagian Desa Matang Cut serta Matang Raya Timu, Kecamatan Baktiya, Aceh Utara, merekah akibat kekeringan. Aliran air irigasi Langkahan tidak sampai ke kawasan itu karena saluran irigasi sekunder menyempit dan dangkal. di kawasan sekitar untuk menambah ketinggian tanggul. Buntutnya, tanggul tidak kokoh dan mudah runtuh, lebih-lebih saat musim hujan. Seharusnya, rekanan menggunakan tanah liat atau tanah gunung,” imbuh Tgk Ajuran didampingi warga Desa Alue Buya lainnya Tgk Zulkifli. Tgk Ajuran juga mengaku sudah berulang kali mengeluhkan soal tidak adanya air di sawah Alue Buya dan sekitarnya kepada Petugas Pintu Air (PPA). Bahkan, PPA berjanji akan segera mencari solusinya.Tetapi kenyataan yang terjadi, air dalam saluran tidak cukup untuk membasuh muka dan sawah warga pun tetap kering kerontang. Secara terpisah PPA Baktiya, Ismail

alias Mae Matang Jeulikat ketika dikonfirmasi via telefon, kemarin, membenarkan aliran air irigasi tidak sampai ke Desa Alue Buya, Desa Matang Cut dan sebagian sawah di Desa Matang Raya Timu. Namun Ismail membantah hal itu akibat saluran sekunder dari BPL 18- BDA 2, direhab asal jadi. “Aliran air tersendat karena saluran sudah dipenuhi endapan lumpur, bukan karena tersumbat pasir material tanggul. Dan ini tidak saja terjadi di BPL 18-BDA2, tapi juga di saluran lainnya. Bila kurang yakin, silakan cek langsung ke lapangan. Saya juga minta pejabat terkait segera ke lokasi. Sebab sebagai petugas lapangan saya sudah kewalahan menghadapii situasi ini,” tandas Ismail.(cmus)

Sisa Dana Otsus Dan Migas Tak Jelas Di Pidie SIGLI (Waspada): Keberadaan sisa dana Otonomi Khusus (Otsus), Minyak Dan Gas (Migas) tahun 2009 untuk Kabupaten Pidie ditengarai tidak jelas. Disebut-sebut sisa dana tersebut mengendap di Provinsi Aceh. Sekretaris Bappeda, Kabupaten Pidie Muhammad Adam, saat ditanya Waspada, Jumat (21/5) tentang kebaradaan sisa dana Otsus dan Migas tahun 2009 tidak dapat menjelaskan dengan alasan dirinya tidak mengantongi data. Bahkan untuk memperjelas tentang keberadaan sisa dana itu pihaknya telah beberapa kali melakukan koordinasi dengan pihak Provinsi Aceh. Tetapi dirinya tidak memperoleh jawaban pasti. “Sisa dana Otsus dan Migas sampai saat ini masih berada di provinsi. Kami tidak mengetahui jumlahnya secara rinci. Apakah masih ada atau tidak,” sebut Muhammad Adam. Menurut dia, meskipun proyek pembangunan yang menggunakan dana Otsus dan Migas itu proses tendernya dilakukan Pidie, tetapi pengelolaannya dilakukan Pemerintah Provinsi Aceh. Elsesnya, pihaknya sulit mengetahui sisa keberadaan dana tersebut. Muhammad Adam menuturkan, tahun 2009 Pemkab Pidie memperleh dana senilai Rp111.940.000.000 bersumber dari Otsus dan Migas. Danadana itu dianggarkan untuk bidang pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dari dari dana tambahan hasil Migas senilai Rp2.482.600.000 dan Otsus Rp62.198.420.000. Bidang pemberdayaan ekonomi rakyat dan pengentasan kemiskinan dana yang bersumber dari Migas senilai Rp4.062.500.000 dan Otsus Rp3.175.000.000. Sedangkan bidang pendidikan, kesehatan, pelaksanaan keistimewaan dan sosial budaya sumber dana dari Migas senilai Rp12.064.900.000 dan Otsus senilai Rp27.956.580.000. “Rincian angka total sumber dana dari Migas tahun 2009 Pidie senilai Rp18.610.000.000 dan Otsus senilai Rp93.330.000.000. Kalau ditanya sisanya saya tidak tahu. Sebab dana ini dikelola langsung Pemprov Aceh,” katanya. Dia memperkirakan sisa dana itu telah ‘hangus’ karena proyek dari sumber dana tidak selesai dikerjakan. Maklum, batas waktu yang ditentukan sangat mepet. Sedangkan untuk tahun 2010 dana yang bersumber dari Otsus dan Migas senilai Rp120.104.014.326. (b20)

BPM Gelar Lomba Inovasi TTG Terbarukan Se-Aceh BANDA ACEH (Waspada): Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Aceh menggelar lomba inovasi alat teknologi tepat guna (TTG) terbarukan se-Aceh II dengan total hadiah Rp.105 juta. Dan kepada Juara I akan diikutsertakan pada Gelar TTG Nasional XII bulan September 2010 di Yogjakarta. Kepala BPM Aceh, Drs. H. M. Ali Basyah, MM dalam pernyataanya, Jumat (21/5) di Banda Aceh, menyebutkan kegiatan lomba inovasi TTG dilaksanakan dengan tujuan mempercepat pemulihan ekonomi, meningkatkan dan mengembangkan kegiatan usaha ekonomi produktif masyarakat. “Juga memperluas lapangan kerja dan usaha serta meningkatkan produktivitas dan mutu produksi,” kata Ali Basyah. Selain itu, tambahnya, menunjang pengembangan wilayah melalui penemuan TTG berbasis potensi daerah menuju keunggulan kompetitif dalam persaingan lokal, regional dan global. Dikatakannya, TTG adalah teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dapat menjawab permasalahan masyarakat serta tidak merusak lingkungan. TTG ini juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara mudah serta menghasilkan nilai tambah dari aspek ekonomi dan lingkungan hidup. Peserta dapat mengirim atau mengantar dokumen usulan TTG yang akan diperlombakan kepada Panitia Penyelenggara Lomba Inovasi Alat TTG Terbarukan se-Aceh II BPM Aceh, cq Bidang Pengembangan Teknologi Perdesaan, Jl. Tgk Syeh Mudawali No.E-19, Banda Aceh. (b04)

Tepas Bambu Bireuen Diminati Warga Malaysia BIREUEN (Waspada): Tepas bambu hasil kerajinan tangan warga Desa Buket Teukuh dan Blang Reuling, Kecamatan Kota Juang, saat ini diminati warga negeri jiran Malaysia. Namun, warga atau perajinnya belum memenuhi pertmintaan karena terkendala dana memproduksinya. Demikian Nurleli, seorang perajin tepas bambu di Desa Buket Teukueh baru-baru ini. “Saya diberitahu tetangga yang berobat ke Rumahsakit Lam Wah Ie Pulau Penang Malaysia bahwa ada lima keluarga yang meminta untuk dibawakan tikar anyaman bambu yang kami rajut atau produksi, namun kami belum mampu memenuhi permintaan itu, selain barangnya tak mencukupi juga tidak memiliki modal usaha memproduksi dalam jumlah banyak sesuai permintaan,” katanya akhir pekan lalu. Geuchik (kepala desa) Blang Reuling, M. Nasir Adam yang ditanya secara terpisah membenarkan informasi tepas made in warganya diminta warga Malaysia. “Warga saya menganyam tikar dan merajut tepas itu pekerjaan membantu suaminya,” katanya. Menurut M. Nasir, hingga kini mereka belum pernah mendapatkan bantuan baik dari dinas terkait maupun NGO. “Saya sendiri mengharapkan ada kepedulian pemerintah kepada warga kami yang memproduksi tepas bambu ini,” harapnya.(amh)

Giliran Pegawai Sekdakab Bireuen Kumpul Uang Bayar Tunggakan Listrik BIREUEN (Waspada): Aksi solidaritas kumpul koin yang digelar aliansi masyarakat sipil Bireuen, kabarnya diikuti para pegawai di Setdakab Bireuen. Namun, aksi mereka bukan untuk mendukung aksi yang digelar aliansi masyakat sipil itu, namun untuk membantu Pemkab Bireuen untuk melunasi tunggakan rekening listrik yang disebut-sebut selama 11 bulan mencapai Rp9,214 miliar lebih. Informasi yang diperoleh Waspada kemarin, setelah sejumlah LSM mengelar aksi kumpul koin dipusat kota, sejak Senin (17/5) pagi. Sementara, sejumlah pegawai Sekdakab Bireuen usai apel sore, atas dasar solidaritas berinisiatif membantu Pemkab dengan cara mengumpulkan duit pecahan seribu dari pegawai di kantor pemerintahan itu. ”Pengutipan sumbangan mereka lakukan bukan untuk menjatuhkan harkat dan martabat Pemkab Bireuen, tapi sebatas wujud rasa solidaritas para pega-

wai di sekdakab ini,” kata Adli seorang pegawai Sekdakab Bireuen. Menurutnya, inisiatif pengumpulan uang membantu pemkab setempat membayar tunggakan rekening listrik itu, karena selain Pemkab Bireuen sedang krisis dana, juga yang paling dikhawatirkan adalah bila tunggakan listrik tersebut belum dilunasi tentunya suplai arus listrik terancam diputuskan sementara waktu. “Nah, kalau sempat listrik diputuskan, imbasnya pelaksanaan tugas menjadi tidak optimal,” ujarnya, seraya mengatakan, setelah koin terkumpul sampai satu karung 50 kilogram, baru diserahkan kepada Bupati dan Ketua DPRK Bireuen. Sementara itu, Manager PT PLN Ranting Bireuen Ridwan Adam, yang dikonfirmasi wartawan secara terpisah kemarin mengatakan, tunggakan tekening listrik Pemkab Bireuen sejak

Juli 2009 hingga Mei 2010 atau sekitar 11 bulan sebesar Rp 9,214.125.460 miliar. Tunggakan itu adalah, untuk Penerangan Jalan Umum (PJU) tunggakan Rp 6.938.917.640 miliar. Tunggakan rekening listrik khusus Kota Bireuen baik lampu jalan dan perkantoran Rp 2.275.207.820 miliar. ”Dengan tidak menguranggi rasa hormat, sampai batas pembayaran setiap tanggal 20 belum dilunasi, suplai arus listrik dibeberapa perkantoran, akan diputuskan sementara,” tegasnya. Menurut Ridwan Adam, sebagai upaya menarik tunggakan tersebut, PLN ranting Bireuen selama ini sudah berupaya melakukan penagihan secara persuasif tapi sudah 11 bulan belum terlunasi. Bahkan permasalahan ini menjadi perhatian Gubernur Aceh melalui surat ditandatangani Wakil Gubernur Muhammad Nazar.(amh)

Waspada/Abdul Mukthi Hasan

TEPAS BAMBU BUKET TEUKUEH : Seorang pedagang tepas bambu yang diproduksi warga Buket Teukueh, Kota Juang, Bireuen, belum lama ini menggelar dagangannya di pasar Gandapura, pada hari pekan (Selasared). Tepas bambu hasil kerajinan warga Buket Teukueh itu telah terkenal sejak lama, bahkan telah dipasarkan kemana-mana di Aceh, termasuk yang dipesan khusus.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.