Waspada, senin 31 Oktober 2011

Page 14

Opini

B4 TAJUK RENCANA

Keselarasan Dalam Pendidikan

Kontroversi Survei Capres

P

emilihan Umum (Pemilu) dilanjutkan Pemilihan Presiden (Pilpres) sekira 2,5 tahun lagi sehingga wajar mulai ramai berita yang memunculkan nama-nama calon pemimpin bangsa Indonesia di masa mendatang. Berita itu datang dari sejumlah tokoh nasional maupun komentar rakyat biasa, dan belakangan ini sejumlah lembaga survei aktif melakukan tugasnya. Tentu saja, berita-beria seputar Capres itu bisa benar dan tidak. Begitu pula hasil survei, terlebih lagi kalau sarat pesan sponsor alias didanai tokoh tertentu. Terkait berita dan hasil survei belum ada yang bisa dianggap valid (kontroversi). Masing-masing menggunakan cara dan metodologinya sendiri sehingga memunculkan tokoh yang berbeda. Ada lembaga survei yang menjagokan Megawati, namun ada pula lembaga survei yang menjagokan Aburizal Bakrie, Prabowo Subianto, menyusul Mahfud MD, Hatta Rajasa, Pramono Edhi Prabowo, Ani Yudhoyono, Wiranto, Jusuf Kalla dll. Pada tahun depan (2012) kondisi politik dipastikan semakin panas dengan gencarnya rekayasa penokohan figur-figur yang digadang-gadang maju dalam Pilpres. Paling banyak datang dari tokoh parpol, sedangkan calon dari luar parpol dirasakan sangat berat, kecuali peluang menangnya besar dan memiliki dana luar biasa banyaknya. Berbeda dalam Pilkada Gubernur, Walikota, dan Bupati yang membolehkan calon independen, untuk Pilpres peluang calon dari non-partai belum dibolehkan. Karenanya mereka baru bisa bersaing dalam Pilpres kalau dicalonkan oleh parpol. Tidak ada Capres independen kiranya perlu dikaji lagi, melakukan amandemen perundangan karena menghambat hak-hak masyarakat luas untuk dipilih menjadi presiden. Oleh karena itu nama ketua umum parpol memperoleh peluang lebih besar ketimbang kader-kader di bawahnya. Hemat kita, tak lebih dari empat pimpinan partai saja yang berpeluang dalam Pilpres 2014, yaitu Aburizal Bakrie (Golkar), Prabowo Subianto (Gerindra), Anas (Demokrat), dan Megawati (PDIP). Selebihnya paling hanya meramaikan bursa saja. Kalaupun maju sangat sulit mendapatkan simpati dan dukungan dari rakyat karena track recordnya masih belum diperIntisari caya memimpin bangsa ke depan. Persaingan dalam Pilpres 2014 pun lebih Walaupun masih kon- seru dan menarik, tidak lain karena Susilo Yudhoyono (SBY) tidak boleh tamtroversi kans Aburizal Bambang pil lagi karena ketentuan hukum dan perBakrie bisa lebih besar undangan. Kalaupun misalnya SBY dibolehjika Cawapresnya tokoh kan maju kans menangnya diper-kirakan takkan semulus Pilpres lalu, melihat terkenal dari etnis Jawa berat, kinerjanya di bawah harapan publik. Apalagi kalau situasi perekonomian, politik, hukum kita masih belum berubah alias amburadul. Situasinya ke depan pun cenderung semakin parah. Poin yang kita sebut belakangan sangat mungkin terjadi karena bisanya semakin dekat Pemilu dan Pilpres yang namanya kepentingan dan kesejahteraan rakyat semakin terlupakan. Masingmasing parpol sibuk dengan agenda partainya sehingga rakyat semakin terabaikan. Kita mencatat hasil empat lembaga survei: Jaringan Suara Indonesia (JSI), Reform Institute, dan Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) yang berbeda-beda. Survei JSI menempatkan Megawati sebagai kandidat presiden dengan dukungan publik tertinggi, sebesar 19,6 persen, di atas Prabowo (10,8 persen), Aburizal Bakrie (8,9 persen), Wiranto (7,3 persen), Sri Sultan Hamengkubuwono X (6,5 persen), Hidayat Nur Wahid (3,8 persen), Surya Paloh (2,3 persen). Dalam survei SSS, Megawati justru menjadi kandidat presiden dengan dukungan publik terendah, hanya 0,3 persen. Tentu ini tidak masuk akal. Mega kalah jauh dari pasangan mantan wakilnya dalam Pilpres 2009 Prabowo (28 persen), Mahfud MD (10,6 persen), Sri Mulyani Indrawati (7,4 persen), Aburizal Bakrie (6,8 persen), KH Said Aqil Siradj (6 persen), Din Syamsuddin (5,2 persen), Pramono EdhieWibowo (4,2 persen), dan Jusuf Kalla (4 persen). Lain lagi Reform Institute bahkan tidak memasukkan Megawati dalam survei mereka dengan alasan putri Bung Karno itu sudah kalah dua kali. Hal ini juga patut dipertanyakan. Sebab, kans Mega cukup menjanjikan. Survei Reform memunculkan nama kandidat presiden Aburizal Bakrie (13,58 persen), Prabowo Subianto (8,46 persen), Jusuf Kalla (7,06 persen), Hidayat Nurwahid (5,17 persen), dan Ani Yudhoyono (4,13 persen). Sebelumnya survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) mendapatkan tingkat kepuasan publik terhadap pemerintaha Presiden SBY merosot di bawah 50 persen. Survei terhadap kepuasan publik pada bulan Juni 2011 juga turun sekitar 9,5 persen dibandingkan hasil survei pada Juni 2010. Ketidakpuasan publik tercermin pada aspek-aspek ekonomi, politik, penegakan hukum, hingga keamanan. Walaupun terjadi kontroversi dalam berita dan survei bakal Capres, namun kans Aburizal Bakrie (asal Sumatera) bisa lebih besar jika Golkar mampu mendapatkan calon pendamping (Cawapres) yang berkualitas. Nama Mahfud MD dinilai pas, atau dari kalangan ABRI dan harus berasal dari etnis Jawa.+

Oleh Suwardi Lubis Dalam praktek evaluasinya kegiatan pengajaran sering terbatas targetnya pada aspek “Posts tagged with kognitif” kognitif.

A

ntara pendidikan dengan lapangan kerja di negeri ini seperti tidak terjadi koneksi yang intensif. Di satu sisi, jumlah pengangguran masih saja menunjukkan angka yang fantastis, di sisi lain lapangan kerja masih saja kesulitan mendapatkan tenaga terdidik yang handal. Kondisi ini mengingatkan kita atas ungkapan prihatin Dr Gunning seperti dikutip Langeveld (1955) tentang efektifitas pelaksanaan program pendidikan. “Praktek tanpa teori adalah untuk orang idiot dan gila, sedangkan teori praktek hanya untuk orang-orang jenius,” katanya. Ini berarti bahwa sebaiknya pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang yang mampu bertanggung jawab secara rasional, sosial dan moral. Sebaliknya apabila pendidikan dalam praktek dipaksakan tanpa teori dan alasan yang memadai maka hasilnya adalah bahwa semua pendidik dan peserta didik akan merugi. Kita merugi karena tidak mampu bertanggungjawab atas esensi perbuatan masingmasing dan bersama. Pendidikan jika dilihat sebagai gejala sosial dalam kehidupan mempunyai landasan individual, sosial dan kultural. Pada skala mikro pendidikan bagi individu dan kelompok kecil berlangsung dalam skala relatif terbatas seperti antara sesama sahabat, antara seorang guru dengan satu atau sekelompok kecil siswanya, serta dalam keluarga antara suami dan isteri, antara orang tua dan anak serta anak lainnya. Pendidikan dalam skala mikro diperlukan agar manusia sebagai individu berkembang semua potensinya dalam arti perangkat pembawaannya yang baik dengan lengkap. Karena dalam perkembangannya, manusia menjadi individu dan pribadi unik yang bukan duplikat pribadi lain. Tidak ada manusia mempunyai kepribadian sama sekalipun keterampilannya hampir serupa. Dengan adanya individu dan kelompok berbeda akan mendorong perubahan masyarakat dengan kebudayaannya secara progresif. Pada tingkat dan skala mikro pendidikan merupakan gejala sosial yang mengandalkan interaksi manusia sebagai sesama (subjek) yang masingmasing bernilai setara. Selanjutnya pada skala makro pendidikan berlangsung dalam ruang lingkup yang besar seperti dalam masyarakat antar desa, antar sekolah, antar kecamatan, antar kota, masyarakat antar suku dan masyarakat antar bangsa. Dalam skala makro masyarakat melaksanakan pendidikan bagi regenerasi sosial yaitu pelimpahan harta budaya dan pelestarian nilai-nilai luhur dari suatu generasi kepada generasi muda dalam kehidupan masyarakat. Dengan pendidikan skala makro

maka perubahan sosial dan kestabilan masyarakat berangsung baik dan bersama-sama. Pada skala ini pendidikan sebagai gejala sosial sering terwujud dalam bentuk “Posts tagged with komunikasi” komunikasi terutama “Posts tagged with komunikasi” komunikasi dua arah. Dilihat dari sisi makro, pendidikan meliputi kesamaan arah dalam pikiran dan perasaan yang berakhir dengan tercapainya kemandirian oleh peserta didik. Kemudian apa yang mesti difahami adalah bahwa praktek pendidikan sebagai ilmu yang sekedar rangkaian fakta empiris dan eksperimental akan tidak lengkap dan tidak memadai. Pendidikan sebagai gejala sosial tentu sebatas sosialisasi dan itu sering beraspirasi daya serap “Posts tagged with kognitif ” kognitif di bawah 100 % (bahkan 60%). Sedangkan pendidikan nilai-nilai akan menuntut siswa menyerap dan meresapi penghayatan 100 %. Itulah perbedaan esensial antara pendidikan (yang menjalin aspek “Posts tagged with kognitif” kognitif dengan aspek afektif) dan kegiatan mengajar yang paling-paling menjalin aspek “Posts tagged with kognitif ” kognitif dan psikomot o r. Da l a m praktek evaluasinya kegiatan pengajaran sering terbatas targetnya pada aspek “Posts tagged with kognitif ” kognitif. Itu sebabnya diperlukan perbedaan ruang lingkup dalam teori antara pengajaran dengan mengajar dan mendidik. Memahami pendidikan Untuk memahami kata “pendidikan”, ada beberapa angle yang bisa digunakan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232, Pendidikan berasal dari kata “didik”. Kata ini mendapat awalan kata “me” sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Uraian dalam UU No.20 tahun

SMS 08974718101

Faks 061 4510025

Email komentar@waspada.co.id

+6282165293457 Yth.Pak Arifin Srg, Bagi kami amalan kami dan bagimu amalanmu. Sesungguhnya dugaan tidak dapat menggantikan kebenaran, kebenaran yang pasti hanyalah dari Allah, pendapat manusia sering salah. Kebenaran yang datang dari tuhanmu, umat Islam hendaknya selalu menjaga kesatuan dan persatuan. Perpecahan sering terjadi karena sangat fanatik memegang salah satu mazhab, maka tidak ada jalan lain selain daripada menjaga persatuan dan kesatuan. +6281973008504 PULANGLAH NAK. Sebuah pesan ingn aku sampaikan,kata seorang ibu pd anaknya yg menghabiskan hidupnya di pasar. “Kau seakan tak punya saudara, bahkan org tua yg pernah melahirkan& membesarkanmu.Dgn air mata,darah&nyawa. Aku&bapakmu bukan org kaya, yg bisa memberimu susu,roti&keju. Hanya kayu bakar&sebuah priuk yg tetap tertonggok diatas tungku, biar asap terus mengepul. Jika kau lapar,aada BERAS RASKIN yg siap dimasak utk mendaptkan air tajin&bubur sbg pengganti susu,krn bertahan hidup,walau ibu lapar&gemetar tak sanggup utk tetap berpuasa. Kau selalu kenyang, krn kau tak mengerti ttg arti berpuasa. Kau tak punya perasaan,kejam, sombong&serakah. Padahal sejak kecil ibu telah mendidikmu ttg kasih sayang, cinta, ketulusan&rendah hati.Tapi pasar telah mengajarkan sifat AROGAN, sbg SUNNATULLAH?. Dan hidup adalah CERMIN. Saat anakmu hanya berkata”AH..” apalagi durhaka, hatimu akan luka.Seperti luka puluhan tahun yg kau coreng, sehingga pasar&okn. Beberapa x jasad diusung dgn kerenda didepan matamu&harta yg mereka miliki jadi sengketa.Tak cukupkah ini sbg pelajaran, bahwa hidup akan binasa? Ini hanya pesan Nak, bahwa Ibu msh punya anak, agar kelak diyaumil ma’sar, jasad ibu tidak terhina. Hidup hanya sementara, tidak ada yg fana. Hanya pesan yg ingn ibu sampekan agar kau segera pulang” +628566238659 Innalillahi Wainnaillahi Roji’un. Semoga almarhum Moammar Khadafi ditempatkan Allah SWT dalam Maqqam Nya yang mulia.Amin Sebagai muslim Almarhum Moammar Khadafi adalah seorang pemimpin negara Islam didunia ini yg sangat berani menantang kebijakan negara Barat/AS & Imperialis Eropa lainnya dlm menegakkan “KEADILAN” terhadap umat Islam didunia ini, 1.Khadafi adalah sosok Pemimpin yang sgt peduli terhadap Islam, semua orang tau beliau banyak membantu negara yg mayoritas umat muslimnya miskin, sebagian besar negara-negara di Afrika, Asia, termasuk Indonesia & kepemimpinannya spt Umar Bin Khatab, 2.Khadafi satu-satunya pemimpin dunia islam yg berani menentang Kebijakan Tidak Adil/Standar Gandanya negara Barat/AS dlm nenegakkan Keadilan utk Islam, 3.Kepedulian utk terbentuknya negara “Palestina Merdeka” tdk diragukkan oleh semua umat Islam diseluruh dunia, termasuk konsep usulannya adalah membentuk negara “ISRAPINA” (Israel-Palestina), krn Israel tetap sj menetang berdirinya negara Palestina & keberadaan negara zionis yg anak emasnya AS ini didukung Barat 4.Terorisme sesungguhnya diciptakan oleh Barat/AS utk mengadu domba Islam agar perang, shg persenjataan AS laku & beliau sgt menentang terorisme. Irzam.

2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Penterjemahan pendidikan ini seterusnya dalam bentuk kurikulum yang disusun berlandaskan teori-teori pendidikan yang relevan. Terkait ini ada empat teori pendidikan yang disampaikan Nana S. Sukmadinata (1997). Pertama, pendidikan klasik. Teori ini berlandaskan filsafat klasik, seperti filsafat perenialisme, essensialisme, dan eksistensialisme. Teori ini memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugastugas dari pendidik. Kedua, pendidikan pribadi. “Teori Pendidikan” Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah punya potensi. Maka selanjutnya tugas pendidikan mengembangkan potensi itu dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam teori ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik. Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis), Ketiga, teknologi pendidikan. Ini adalah konsep tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Dalam

teknologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama. Dalam teori pendidikan ini, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus, berupa data-data obyektif dan keterampilan-keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan vocational. Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara individual. Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan polapola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar, lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan. Keempat, pendidikan interaksional. Ini suatu konsep pendidikan berlandaskan pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerjasama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru. Lebih dari itu, dalam “Teori Pendidikan” teori pendidikan ini, interaksi juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar mempelajari fakta-fakta. Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksi sosial. Penutup Telaah lengkap atas tindakan manusia dalam fenomena pendidikan melampaui kawasan ilmiah dan memerlukan analisis yang mandiri atas data pedagogik (pendidikan anak) dan data andragogi (pendidikan orang dewasa). Adapun data itu mencakup fakta (das sein) dan nilai (das sollen) serta jalinan antara keduanya. Data faktual tidak berasal dari ilmu lain tetapi dari objek yang dihadapi (fenomena) yang ditelaah Ilmuwan itu (pedagogik dan andragogi) secara empiris. Begitu pula data nilai (normatif) tidak berasal dari filsafat tertentu melainkan dari pengalaman atas manusia secara hakiki. Itu sebabnya pedagogi dan andragogi memerlukan jalinan antara telaah ilmiah dan telaah filsafah. Selalu saja begitu. Dalam pendidikan ada dua kutub yang mesti selaras dan padu. Dalam bahasa agama, dia dikenal dengan habllumminannaas dan hablumminallah.Tanpa itu maka efektifitas pendidikan nasional akan selalu menemukan kendala. Penulis adalah Guru Besar USU Dan STIK-P.

Memberantas Korupsi Oleh Irwan Saleh Dalimunthe

APA KOMENTAR ANDA

WASPADA Senin 31 Oktober 2011

Tidak tanggung-tanggung, pelaku korupsi dilakukan secara bersama-sama.Akibatnya, di beberapa daerah, sejumlah anggota legislatif diperiksa bersama-sama dan akhirnya juga masuk penjara bersama-sama.

S

angat tidak mengenakkan kedengaran, ketika saat ini Indonesia sudah dikategorikan sebagai negara dan bangsa berbudaya korupsi. Tapi melihat kenyataannya memang tidak bisa terbantahkan oleh siapapun, sebab dari seluruh aspek kehidupan berbangsa perilaku korupsi itu telah nyata adanya dan sudah menjadi trend berkehidupan. Dalam lingkaran aparat penegak hukum sekalipun korupsi itu juga telah menjalar sedemikian kencang. Kita lihat saja di sepanjang jalan ketika kita bepergian, para pengguna jalan yang hanya lewat untuk berusaha atau sebatas bepergian, mereka tidak luput dari aksi pungutan liar dari pihak aparat penegak hukum dan pengawal penjaminan stabilitas pada pengguna jalan. Demikian pula perspsi masyarakat yang sudah sangat biasa untuk tidak mematuhi aturan pemakaian jalan, mereka sangat tidak perduli dengan berbagai aturan berkenderaan. Karena dibenak mereka soal hukum di perjalanan cuman diselesaikan dengan sekedar uang rokok. Konon lagi bila secara sengaja berurusan dengan menggunakan jasa dan prosedur birokrasi kenegaraan, yah sudahlah, permainan uang sangat amat lumrah, karena kecendrungan pemanfaatan jabatan untuk mengeruk uang sudah menjadi kebiasaan pula. Masyarakat yang diliputi oleh suasana korup yang dilakukan tidak saja oleh pejabat birokrasi pemerintah, melainkan juga oleh lembaga-lembaga swasta—mengundang pertanyaan besar. Apalagi anehnya pelaku korup ternyata juga dilakukan oleh orang-orang yang sehari-hari terlibat memberantas korupsi itu sendiri. Kalau demikian, pertanyaan mendasar yang perlu diajukan ialah apakah korupsi sudah merupakan karakter bangsa? Sangat mengejutkan fenomena yang muncul akhir-akhir ini, menyangkut tentang korupsi ini. Lembaga eksekutif

yang telah memiliki perangkat hukum, sistim manajemen dan akuntansi yang mantap, sarana pengendalian yang cukup handal melalui program-program komputerisasi dan lain sebagainya. Tetapi pada kenyataannya masih tetap terjadi korupsi yang jumlah pelaku dan nilai dana yang dikorup tetap tinggi. Begitu pula lembaga legislatif, yang semestinya melakukan peranperan kontrol, ternyata tidak sedikit kasus-kasus korupsi justru dilakukan oleh banyak anggota legislatif. Tidak tanggung-tanggung, pelaku korupsi dilakukan secara bersama-sama. Akibatnya, di beberapa daerah, sejumlah anggota legislatif diperiksa bersama-sama dan akhirnya juga masuk penjara bersama-sama. Peristiwa ini sesungguhnya sangat memalukan. Yang pada akhirnya korupsi dianggap menjadi sesuatu yang biasa, wajar dan lazim. Dan justru sering menjadi aneh jika terdapat pejabat pemerintah atau juga swasta yang mampu menjaga diri untuk tidak melakukan korupsi. Dan luar biasa anehnya di tengah masyarakat yang korup, justru orang yang tidak aman adalah orang-orang yang jujur yang tidak mau melakukan penyimpangan dan masyarakat korup ternyata juga membenci siapa saja yang jujur. Orang jujur dianggap tidak menguntungkan bagi orang-orang yang menyukai korupsi. Biasanya orang jujur kemudian tersisihkan, dan jangan berharap dalam proses pemilihan kepemimpinan yang berjalan secara demokratis di tengah-tengah masyarakat korup ia akan dipilih menjadi seorang pimpinan. Oleh karena itu sesungguhnya tidak selalu benar pandangan yang mengatakan bahwa orang jujur itu selalu dibutuhkan di segala jenis masyarakat. Justru orang jujur di tengah-tengah masyarakat korup akan selalu disisihkan dan tidak mendapat ruang gerak.

Prof. Imam Suprayogo, seorang akademisi dari Jawa Timur dengan nada pesimis mengatakan bahwa memberantas korupsi di tengah-tengah masyarakat yang menjalani kehidupannya dengan korupsi ternyata tidak mudah. Pengadilan yang kukuh yang ditopang oleh sistem manajemen maupun akuntansi yang kuat ternyata juga masih belum berhasil menghilangkan tindak korupsi ini. Fenomena lain, suatu lembaga yang amat sederhana, diurus oleh orang yang secara ekonomis rendah, tidak didukung manajemen dan akuntansi yang akurat, tetapi justru di sana tidak ada korupsi. Semua keuangan tidak ada yang diselewengkan. Para pengelolanya memiliki ketulusan yang tinggi. Laporan keuangan tidak dibuat secara rumit, akan tetapi uang yang ada selamat dari kemungkinan penyimpangan. Lagi-lagi, mengapa hal itu terjadi. Pertanyaannya, apakah semakin pintar masyarakat justru kemungkinan penyimpangan juga semakin besar terjadi dan begitu juga sebaliknya? Wallahu a’lam, hanya Tuhanlah yang paling mengetahui itu semuanya. Tapi AllahYang Maha Bijak itu, memberi isyarat; Pada kitab suci yang diturunkan melalui para Nabi; banyak bertebaran perintah untuk berjuang. Bahkan, ada perintah agar berjuang dengan sebenar-benarnya berjuang untuk Allah. Dari berbagai perintah untuk berjuang ini, dan hampir dipastikan bahwa bangunan masyarakat yang berTuhan sesungguhnya adalah masyarakat yang selalu diliputi suasana perjuangan. Karena agama manapun tetap menganjurkan untuk berjuang menegakkan keadilan, menebar kasih sayang dan sebagainya. Pesan itu setiap saat bergema di masjid, gereja, vihara, kelenteng dan media agama yang ada. Sayang sekali bila Tuhan saja sudah menjadi bahan mainan pada bangsa ini, tidaklah salah lagi logika yang berkesimpulan bahwa bangsa ini sudah bangkrut. Bangsa ini tinggal menunggu terbenam saja dalam timbunan lumpur siksa kepedihan sebagai hadiah tangan kotor keseluruhan elemen bangsa ini. Cuma mumpung masih ada waktu, barangkali jika semua bergegas untuk menyadari kesalahan langkah yang

diayunkan selama ini—sembari berinisiatif untuk sama-sama tidak mengolokolok ajaran agama sebagai tonggak berkebangsaan dengan menciptakan rasa malu dihadapan Tuhan—mungkin menjadi obat yang ampuh untuk keluar dari budaya korup saat ini. Untuk itu Ulama, Pendeta, Bitsu dan tokoh-tokoh agama yang ada harus ambil peran dalam penyelamatan bangsa, tapi bukan dengan BOM akan tetapi dengan kemaslahatan. Penulis Adalah Dosen STAIN Padangsidimpuan.

Pengumuman Redaksi menerima kiriman karya tulis berupa artikel/opini, surat pembaca. Kirim ke alamat redaksi dengan tujuan ‘Redaktur Opini Waspada’ dengan disertai CD atau melalui email: opiniwaspada@yahoo. com. Panjang artikel 5.000-10.000 karakter dengan dilengkapi biodata penulis dan kartu pengenal (KTP). Naskah yang dikirim adalah karya orisinil, belum/tidak diterbitkan di Media manapun.Tulisan menjadi milik Waspada dan isi tulisan menjadi tanggungjawab penulis.

SUDUT BATUAH * DPRDSU dinilai tidak berwibawa - Wak perlu instropeksi neh! * BKKBN ajak masyarakat sukseskan program KB - Kayaknya masyarakat sudah lupa ber-KB * Kemampuan tim ekonomi diragukan - Berarti salah pilih orang?

oel

D Wak


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.