Waspada, Senin 19 Maret 2012

Page 14

Laporan Khusus

WASPADA Senin 19 Maret 2012

B1

Dubai Indah Mempesona Pembangunan Proyek Inovatif Dan Mercusuar Tercepat Di Dunia Laporan Waspada Dari Dubai, Uni Emirat Arab TANDA PANAH: Hasil pembangunan Pulau Palem berupa hotel dan perumahan, dilihat dari arah laut menghadap ke kota Dubai.

PULAU PALEM, TIDAK KHAWATIR DENGAN TSUNAMI: Pulau Palem di pantai Jumeirah, berisi hotel-hotel dan perumahan, dihubungkan ke kota Dubai dengan jembatan melalui batang pohon. Tampaknya, tsunami hanya akan numpang lewat untuk memusnahkan pulau buatan itu, tapi hal itu tidak menjadi kekhawatiran pemerintah dan para ahli. Secara seismik, Dubai berada di zona yang sangat stabil — jalur patahan seismik terdekat, Patahan Zargos, terletak 120 km dari UEA dan tidak mungkin memberi dampak apapun terhadap Dubai. Para ilmuwan juga memperkirakan bahwa kemungkinan tsunami di wilayah itu kecil karena perairan Teluk Persia tidak cukup dalam untuk membuat tsunami.

Toto, Juru Masak Hotel Mewah Di Dubai

Waspada/Internet

Senang Tapi Tetap Ingin Pulang Toto Sunarto, 50, termasuk warga Indonesia yang beruntung bekerja di Hotel Burj Al Arab di Dubai, Uni Emirat Arab. Hotel bintang tujuh itu menjadi hotel terkenal di dunia selain karena arsitekturnya, juga karena tarifnya yang mahal dan kualitas layanannya yang luar biasa. Harga kamarnya (pesan lewat Agoda) termurah AS$2450 (Rp22juta lebih) dan termahal Rp45juta per hari. Seminggu di hotel itu sudah sama dengan harga mobil baru. Meski bergaji besar, Toto mengaku tidak pernah lupa akan Indonesia.’’Walau gaji besar, kita tetap akan pulang ke Indonesia,’’ terangnya saat berbincang dengan Waspada di apartemennya yang asri di kawasan properti Al Jumeirah. Dia beristrikan Eva Sari Muliati serta beranak dua, Silvia dan Reza Azakia Bagaimana sampai dia terdampar di negeri kaya itu?Toto pun bercerita.Tahun 1981, dia bekerja sebagai chef (juru masak) di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta. Tidak berapa lama kemudian pria asli Tasikmalaya, Jawa Barat itu pindah ke Sumitmas Building, juga sebagai chef di restoran Jepang. Dia mengaku tidak puas hanya bekerja di restoran, dia mulai mencoba keberuntungan di hotel Atlet Century Park, kawasan Senayan, Jakarta sebagai Japanese lokal chef tahun 19921995. Karena di Century bintang 4,Toto kemudian pindah ke Hotel Shangrila, posisi sama tetapi gaji berbeda karena bintang 4 ke bintang 5. ‘’Saya belum puas, kalau kita lihat perkembangan zaman, dengan gaji yang sedikit paspasan. Saya punya chef dari Italia namanya Luigi Girosa. Luigi pindah dari Indonesia tahun 1998 ke Dubai. Ternyata Luigi punya rencana, akan membuka restoran Jepang di sebuah hotel di Dubai. Dia kemudian menghubungi saya. Karena menurut saya dia chef yang baik, maka tahun 2000, saya bertekad harus ikut dia. Dan alhamdulillah ternyata gaji dibandingkan dengan Indonesia beda jauh, Jadi sudah 12 tahun saya di Dubai,’’ urai Toto. Toto mengaku, perbandingan pendapatan di Dubai sangat jauh dibandingkan saat bekerja di Indonesia. Tanpa menyebutkan jumlah gaji yang diterimanya, dia merasa senang bekerja di Dubai karena negara tidak mengutip pajak, punya akomodasi yang disediakan perusahaan berikut dengan perabotannya. Utility seperti air, listrik juga dibayar perusahaan termasuk transportasi ke tempat pekerjaan. Baginya hal itu sudah lebih dari cukup, apalagi kemudian, anak-anaknya bisa bersekolah di sana. Jadi hal itu membuatnya betah bekerja di Dubai. Di apartemennya, Toto memperoleh fasilitas dua kamar tidur. Anak-anak tidur di kamar sendiri, sesuai dengan peraturan. Dubai memiliki aturan yang ketat dalam keluarga. Jika satu keluarga memiliki anak, maka anaknya harus tidur terpisah dengan orangtuanya. Jadi anakanak harus memiliki kamar sendiri. Begitu juga dengan sekolahnya, anak-anak harus sekolah dan selepas usia 18 tahun sang anak harus memiliki pekerjaan sehingga tidak ada yang nongkrong duduk di pinggir jalan. Diakui Toto, pendidikan bagi anak-anaknya sangat membahagiakannya karena bisa bersekolah di sekolah yang baik di Dubai dan seorang putranya kini melanjutkan sekolah di Jakarta. Sementara putrinya yang cantik dan sudah mirip orang Arab, Silvia, sebentar lagi menyelesaikan bachelornya di Dubai University. Soal rindu suasana Indonesia, Toto menya-

takan, di Dubai para warga Indonesia membentuk persatuan Indonesia. Di sana beragam kegiatan dilaksanakan. Mulai dari arisan, pengajian, sepakbola, tidak ketinggalan untuk perayaan 17-an dengan pertandingan gaplek (domino). Disebutkan Toto, di Dubai sesuai mengikuti aturan pemerintah, maka jam kerja adalah 5 hari kerja dengan dua hari libur, Jumat dan Sabtu.’’Di situlah baru (warga Indonesia) berkumpul dan menikmati suasana Indonesia dengan minum kopi bersama di warung-warung Indonesia. Kita saling diskusi tentang apa saja dan kalau mau ngeban kita punya alat band. Dan kalau lebaran, khususnya tidak pulang kampung, kita semua lebaran di konsulat,’’ urai Toto. Namun bagi Toto, kerinduan akan kampung halaman tidak pernah padam walaupun bekerja dengan gaji yang sedap dan serba mendapat fasilitas. Kerinduan itu juga terkadang terobati manakala ada tamu dari Indonesia dibawanya singgah ke apartemennya. Seperti rombongan asal Medan yang datang ke apartemennya. Toto dan istri menyambutnya dengan nasi putih, mie instan yang dimasak secara ramai-ramai, ada tahu isi sebagai makanan pembuka dan juga nasi dan mie goreng. Semua makanan yang tersaji disantap habis rombongan asal Medan. Menurut Toto, kedatangan tamu seperti inilah yang bisa membuatnya melepas rindu kampung halaman. Namun terlepas dari itu semua, Toto punya niat kembali ke Indonesia jika anak-anaknya sudah menyelesaikan sekolahnya.’’Saya pingin pulang dan membuka restoran, itu saja untuk menikmati masa tua,’’ harap Toto. Itulah sebuah harapan mulia dari anak bangsa yang akan memberikan devisa bagi Negara sendiri. *Muhammad Zeinizen

Waspada/M.Zeinizen

JUTAAN ton batu disusun rapi sebagai bendungan dan benteng untuk Pulau Palem, sedang diperhatikan oleh Waspada. Uang APBN dan pinjaman luar negeri negara itu nampak hasilnya.

Waspada/M.Zeinizen

TAKSI DI DALAM MAL disediakan karena besar dan luas mal mencapai 2,1 juta m2, difoto bersama Bupati Sergai HT Erry Nuradi (kanan). Siapa capek jalan boleh naik.

BURJ KHALIFA (mengabadikan nama Presiden Uni Emirat Arab, Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahayan) berdiri di Dubai sebagai gedung tertinggi di dunia di banding gedung-gedung lainnya. Di dalamnya terdapat masjid tertinggi di dunia. Tinggi Makkah Clock Tower masih kalah tapi Arab Saudi tidak mau kalah karena sedang membangun Kingdom Tower setinggi 1.007 meter, siap tahun 2016.

INDAH, mempesona. Demikian kesan Waspada setelah dibawa jalan-jalan di kota Dubai dalam perjalanan pulang ke Indonesia dari negara kepulauan Seychelles, Afrika, pada minggu pertama bulan ini. “Ini lah kota wisata pantai pertama yang saya kagumi keindahannya dan kebersihannya. Mengalahkan kotakota wisata pantai di AS, Eropa dan Australia,” ujar Pemred Waspada H. Prabudi Said. Waspada berkunjung ke sana bersama rombongan Bupati Sergai HT Erry Nuradi, seusai menuai sukses dalam Carnaval International de Victoria 2012 di Victoria, Seychelles. Salah satu keistimewaan dan kemenangan Dubai terletak pada Palm Island, pulau buatan yang menjorok ke laut, sekitar 280 meter dari bibir pantai Jumeirah. Sesuai namanya, pulau buatan itu berbentuk pohon palem, dibuat dari timbunan pasir yang dikeruk dari dasar laut. Dibentengi juga oleh pulau buatan dimana daratannya dua meter lebih tinggi dari permukaan laut, sementara pinggiran luarnya diperkuat dengan susunan bebatuan sebagai penahan ombak besar. Hasil pembuatan pulau itu, digunakan untuk membangun sejumlah hotel, 2500 apartemen dan 1400 villa, dimana keluar masuk kenderaan bermotor dari pulau ke kota Dubai dan sebaliknya dihubungkan dengan jembatan dan terowongan bawah laut. Pemandangan di sekitar pulau terlihat indah sekali, terlebih jika kita berdiri di depan Hotel Atlantis menghadap ke laut Teluk Persia yang hijau dan tenang bersahabat. Pantainya putih bersih. Akan menyenangkan bagi setiap peminat wisata pantai. Bukan hanya Pulau Palem itu, Dubai juga membangun 300 pulau buatan dengan bentuk peta dunia, dinamakan The World (dunia) untuk diramaikan dengan berbagai pembangunan termasuk perhotelan dan perumahan. Di dalam kota Dubai sendiri, pusatpusat perbelanjaan yang kolosal berdiri megah, gedung-gedung pencakar langit menjulang tinggi dan infrastruktur berupa jalan yang besar, lurus dan mulus, menambah keindahan negeri itu. Gedung pencakar langit yang terkenal adalah Burj Khalifa, merupakan gedung pencakar langit tertinggi di dunia dan menjadi lokasi tertentu yang serba tertinggi dunia pula. Tingginya 824 meter, terdiri dari 158 lantai dimana di tingkat tersebut terdapat masjid tertinggi di dunia. Di lantai 143, sayangnya (karena berada di bawah masjid), terdapat night club tertinggi di dunia. Di lantai 124, dek observasi dapat melihat negara Iran sedangkan di lantai 76 terdapat kolam renang tertinggi di dunia. Rekor ketinggian gedung Burj Khalifa tersebut akan bertahan sampai bangunan yang lebih tinggi selesai dibangun tahun 2016 di Jeddah, Arab Saudi, dinamakan Kingdom Tower, setinggi 1007 meter. Berdekatan dengan Burj Khalifa, terdapat Dubai Mall, pusat perbelanjaan terbesar di dunia sebagai tempat shopping ekstravaganza, disebut juga sebagai“surga”nya tukang shopping (belanja). Bayangkan, luasnya mencapai 6,5 juta ft2 atau 2,1 juta m2, berisi pertokoan 2,4 juta ft2. Sangkin besarnya mal itu, pengunjung boleh naik taksi di dalam mal jika keletihan berjalan ke pintu keluar tempat parkir atau ingin pergi dari satu toko ke toko lainnya yang letaknya saling berjauhan. Di dalamnya terdapat berbagai toko barang beragam harga, restoran, akuarium raksasa, lapangan hoki es indoor untuk ice skating, dan lain-lain. Di luar mal-mal besar, agak sedikit ke pinggir kota, ada pasar murah dinamakan Global Village sebagai tempat festival shopping barang-barang kelontong produksi negara-negara Timur Tengah, Asia dan Eropa. Ramai masyarakat mengunjunginya karena harganya yang relatif murah tanpa harus pergi ke negara-negara tersebut. Di sana dapat dibeli tudung pashmina eksklusif produksi India, jaket kulit buatan Pakistan dan Turki serta suvenir-suvenir khas Mesir, disamping maduYaman, kurma Madinah dan barangbarang lainnya. Harga-harganya sangat terjangkau. Tidak kalah pentingnya bagi kami warga Indonesia, di kota itu terdapat beberapa restoran Indonesia berdiri di bangunan dan lokasi strategis dengan sajian makanan khas Indonesia. Saya merasa bagai berada di kampung halaman sendiri meskipun lingkungannya serba modern dengan gedung-gedung pencakar langit ala Manhattan di New York, AS. Masjid-masjidnya juga cantik-cantik, berada di lokasi yang tidak berdekatan. Itulah gambaran sekilas Dubai masa kini, pembangunannya demikian pesat dibanding sepuluh tahun lalu. Gurun pasir telah tersunglap jadi gedung-gedung mewah, kata Toto Sunarto, seorang WNI yang sudah menetap di sana selama 12 tahun, guide dan driver kami mengeliling Dubai di waktu siang dan malam hari. “Dulu ini padang pasir, pak, sekarang berdiri bangunan-bangunan bertingkat, baik perkantoran maupun pertokoan” katanya kepada Waspada menunjuk ke arah lokasi di depan hotel kami di tengah kota. Pembangunan kota itu melejit sejak Pemerintah Dubai memvariasikan pedagangan berbasis ekonomi minyak hingga layanan mengarah kepada pariwisata, membuat bisnis real estate maju pesat sejak tahun 2004-2006. Konstruksi dalam skala besar telah meletakkan Dubai sebagai salah satu kota dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Pendapatan Uni Emirat Arab dari real estate dan konstruksi saja menyumbang 22.6 persen kepada ekonomi tahun 2005, Perdagangan 16 persen, sedangkan pendapatan minyak bumi dan gas alam kurang dari 6 persen (2006) dari total produk domestik bruto senilai AS$ 37 miliar (2005). Pada tahun 2011 anggaran belanja negara meningkat menjadi sebesar AS$ 41 miliar dari total $122 miliar hingga tahun 2013. Hingga saat ini Dubai adalah zona bebas pajak, tidak ada direct atau indirect taxes untuk mendukung biaya pembangunannya. Tidak pula ada kasino dan judi lotere untuk meningkatkan pendapatan negara sebagaimana dilakukan di banyak negara Barat. Semua proyek inovatif dan mercusuar di Dubai menjadi daya pikat tersendiri bagi dunia wisata, meningkatkan jumlah turis asing serta menggairahkan bisnis perdagangan dan properti/ real estate. Rata-rata sekitar enam juta turis asing berkunjung ke Dubai setiap tahun, empat kali dari jumlah penduduk Dubai sendiri, berdasarkan data tahun 2005-2006. Para turis asing itu keluar masuk bandara internasional Dubai yang besar dan modern, yang tercatat pada tahun berikutnya melayani 34 juta penumpang dengan 260.000 penerbangan. Keamanan turis pun terjamin, demikian pula dunia usaha aman dari preman, rampok dan pungli. Terlepas dari tunggakan utang luar negeri Dubai sebesar AS$26 miliar (sempat dibuat perjanjian refinancing pada pertengahan tahun 2011 akibat terjadinya booming real estate dan kredit macat), kemajuan pembangunan Dubai yang dilakukan oleh pemerintah PM Sheikh Mohammad Al Maktoum itu patut dipuji. Sebagai pemilik grup (Jumeirah) dari berbagai proyek inovatif dan mercusuar itu, Sheikh Al Maktoum tidak hanya memikirkan pembangunan untuk kepentingan golongan “the haves”. Dia mencoba memperkecil jurang pemisah dengan memberikan kesejahteraan sebagian rakyatnya/karyawannya, antara lain membangun kompleks-kompleks apartemen fully furnished sebagai tempat hunian gratis. Ada ribuan orang mendapat fasilitas apartemen gratis di kompleks itu Adalah Toto Sunarto, seorang WNI yang bekerja sebagai chef di hotel Burj Al Arab (milik grup Sheikh Al Maktoum), termasuk orang yang beruntung menikmatinya. Dia dan keluarganya menghuni sebuah apartemen dengan dua kamar tidur secara cumacuma. Demikian pula perabotan ruang tamu, tempat tidur, isi dapur termasuk kulkas dan televisi, semuanya sudah lengkap tersedia (fully furnished) tanpa beli. Pendidikan anak-anaknya digratiskan pemerintah sampai usia 18 tahun. Air dan listrik juga gratis. Transportasi ke tempat pekerjaan disediakan. Gaji yang diterima besar, lebih dari cukup sebagai tabungan masa depan. Bagi Toto, semua fasilitas ini, semua hasil pembangunan di Dubai masa kini, merupakan nikmat Allah di negeri muslim ini. “Alhamdulillah,” ujarnya mensyukuri. “Semuanya sudah ada disini, pak. Surga dunia sudah dapat nih, pak,” ujar Toto tersenyum. Memang, Toto hanya diantara sejumlah besar rakyat setempat dan tenaga kerja pendatang yang beruntung. Tentu sejumlah besar lainnya masih mengharap-harap pemerataan dan keadilan sebagaimana diberitakan media massa Barat di internet. Mereka menunggu giliran sejahtera dari pemerintah Sheikh Al Maktoum. Muhammad Zeinizen


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.