Waspada, Senin 19 Desember 2011

Page 19

Aceh

WASPADA Senin 19 Desember 2011

C1

Waspada/Mohammad Faisal

Waspada/Mohammad Faisal

PEMIMPIN Umum Harian Waspada Dr Hj Rayati Syafrin, MBA. MM berfoto bersama sebagian wartawan Waspada di Provinsi Aceh yang hadir dalam acara Road to Dakwah di Pendopo Ulama-Umara Peureulak, Aceh Timur, Sabtu (17/12).

8 Jembatan Diterjang Banjir 1 Jembatan Di Julok Putus, Ratusan KK Terkurung JULOK (Waspada) : Sedikitnya 8 jembatan di Kecamatan Julok, Kabupaten Aceh Timur, diterjang ketika banjir memuncak di kawasan itu, Minggu (18/12). Salah satunya kini putus total dan mengakibatkan ratusan kepala keluarga di daerah itu terkurung. Jembatan yang hancur akibat banjir kali ini yakni dua jembatan di Bineh Ramphak, empat jembatan di Julok Tunong dan dua jembatan di Blang Jembee. Ambruknya dan putusnya jembatan di Julok Tunong (Julok) semata-mata karena faktor pengerukan sungai tanpa ada tebing sungai yang layak dan standar yang ada. Geuchik Julok Tunong M Yunus mengatakan, jembatan ambruk di desanya terjadi akibat banjir yang meluap selama dua hari terakhir. “Hujan deras yang terjadi di Julok dan beberapa kawasan lain di Aceh Timur terjadi akibat hujan deras, termasuk saat puncak banjir mengakibatkan jembatan ambruk,” sebutnya.

Tak hanya itu, akibat banjir mengakibatkan karamnya areal persawahan dan tergenangnya air dalam rumah-rumah penduduk. “Ketinggian air mencapai satu meter dari permukaan tanah, tapi banjir di Julok Tunong mengakibatkan jembatan putus akibat tanah longsor dan kini ratusan KK terkurung,” kata Yunus. “Pengerukan sungai di Julok tanpa ada pembangunan tebing sungai yang memadai, sehingga terjadi longsor yang begitu parah. Ini tidak bisa dibiarkan dan harus segera ditangani Dinas Pekerjaan Umum,” ujar Ketua Forum Pemuda Julok (FPJ), Hasballah Kadimin, Minggu (18/12) di Julok. Hasballah meminta Kepala BPBD, PU, Bagian Kesra segera ke lapangan melihat langsung sejumlah fasilitas umum yang rusak diterjang banjir. “Jika tidak segera ditangani, masyarakat sengsara, apalagi akses ke ibukota Julok kini putus dan masyarakat terpaksa mencari jalan lain melalui desa tetangga,” katanya. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Timur Muhammad Ikbal saat dimintai keterangan mengaku telah memantau

seluruh kecamatan yang dilanda banjir, terutama di kawasan Julok. “Jika ada yang mengungsi kita akan salurkan bantuan, tapi

sampai saat ini belum ada titik pengungsi,” sebutnya seraya menandaskan, seluruh fasilitas umum yang rusak akibat banjir

kini dalam proses pendataan dan akan dilaporkan ke Bupati Aceh Timur dan BPBA di Banda Aceh. (b24)

dan penghijauan hutan kembali melalui reboisasi. Tapi tidak mungkin, sebab kerusakannya sangat parah,” papar Bupati Aceh Timur Muslim Hasballah kepada Waspada, Minggu (18/ 12) di Idi. Kata Bupati Muslim Hasballah, penebangan hutan adalah salah satu faktor terjadinya banjir. Namun faktor tersebut adalah faktor yang paling besar penyebab banjir khususnya di Aceh Timur. “Sumbatnya sungai dan anak sungai (alur—red) juga pengaruh banjir, tapi kerusakan hutan bertahun-tahun faktor utama. Jadi untuk pemulihan

Waspada/Muhammad H. Ishak

TERANCAM:Warga sedang melihat tumpukan sampah yang dibawa arus banjir di bawah jembatan negara Jalinsum Banda Aceh - Medan di Desa Julok Tunong, Kecamatan Julok, Kabupaten Aceh Timur, Minggu (18/12).

hutan di Aceh butuh waktu puluhan tahun,” sebutnya. Moratorium loging yang diterapkan Gubernur Aceh beberapa tahun silam adalah salah satu usaha Pemerintah Aceh dalam menjaga dan melestarikan hutan, sehingga alam tidak lagi diganggu dengan aksi-aksi ilegal seperti ilegal loging yang belakangan marak diungkap pihak kepolisian, termasuk Polres Aceh Timur. “Kita harap masyarakat menjaga lingku-ngan dan terus meningkatkan penghijauan khususnya di lingkungan rumah,” tutur Muslim Has-

ballah. Sementara pengamatan Waspada, Kabupaten Aceh Timur dikepung banjir sejak Sabtu (17/12) pagi. Hingga Minggu (18/12) petang, tercatat lebih setengah wilayah dilanda bencana banjir musiman. Kecamatan yang dilanda banjir yakni Kecamatan Madat, Simpang Ulim, Pantee Bidari, Julok, Alue Ie Mirah, Nurussalam, Darul Falah, Darul Aman, Idi Rayeuk, Idi Timur, Peudawa, Peureulak Barat, Peureulak Kota, dan beberapa kecamatan lainnya seperti Idi Tunong dan Banda Alam yang terletak di kawa-

san pedalaman. Akibat banjir yang terjadi dua hari terakhir, aktivitas petani sawah lumpuh total. Bibit padi yang sudah dicabut dan siap untuk dilakukan penanaman hanyut dibawa air banjir seperti di kawasan Meudang Ara, Kecamatan Nurussalam. Hingga berita ini diturunkan, ketinggian air masih di atas satu meter di atas permukaan tanah. Diperkirakan, jika hujan musiman kali ini terus terjadi, maka ketinggian air akan bertambah dan warga diminta oleh pemerintah daerah untuk mengungsi. (b24)

Tenis Meja Bawa Desy Devayanti Keliling Indonesia DESY Devayanti, 16, siswi kelas XI IPS II di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Lhoksukon, Aceh Utara tersenyum malu-malu ketika ditanya Waspada sudah pernah mendapat prestasi apa saja selama hidupnya. Anak sulung dari pasangan Anwar, SPd-Mardhiah, SPd dari Gampong Alue Ie Puteh, Baktya, Aceh Utara itu mengaku sudah keliling Indonesia, gara-gara olah raga tenis meja. Pada tahun 2010, Desy berhasil memboyong juara I kejuaraan nasional di Jakarta, pada tahun yang sama, dia juga berhasil membawa juara II dalam Liga Kasih Bangsa Internasional di Senayan. Pada tahun 2010 juga, Desy menyabet juara I Popwil Sumatera Wilayah I Bangka Belitung dan dara hitam manis ini juga merupakan juara bertahan O2SN tingkat Provinsi Aceh sejak tahun 2004-2011. Selanjutnya, Desy juga sang juara di Kejurda tahun 20092011, Juara I Kejurnas di Jakarta,

Juara I Popda di Aceh Tamiang tahun 2010 dan juara I tingkat Kabupaten Aceh Utara sejak tahun 2005-2011. Dara Aceh yang bercita-cita ingin menjadi Polwan itu mengaku telah mulai menggeluti

STAI Al-Aziziyah Samalanga Gelar Seminar LHOKSEUMAWE (Waspada) : Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Aziziyah bersama Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga menggelar seminar dan konferensi internasional, Senin (19/12). Kegiatan didukung Forum Keilmuwan Muslim Nusantara (FORKIM) yang berpusat di Malaysia, berlansung selama dua hari. Ketua panitia pelaksana konferensi, Tgk H Helmi Imran melalui siaran persnya kepada Waspada, Minggu (18/12) mengatakan, tema konferensi tentang pendidikan Islam. “Temanya, Nilai Tradisi Pendidikan Islam Dalam Pembinaan Karakter dan Peradaban Melayu di Nusantara : Harapan dan Tantangan Masa Kini,” jelas Tgk Helmi. Tujuan kegiatan, tambahnya, menggali kembali konsep pendidikan berbasis Islam yang relevan untuk diterapkan pada lembaga pendidikan dayah, perguruan tinggi agama dan umum. Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar dan dan Prof Dr H Hasballah Thaib MA, (alumni dayah MUDI Samalanga) dijadwalkan sebagai Keynote speaker.

Sedangkan pematerinya, Prof Dr Badlihisham Mohd.Nasir (Profesor dalam bidang Ilmu Dakwah Fakultas Pengajian Islam Universitas Kebangsaan Malaysia), Tuan Guru Hamiding Sanor MA (Direktur Institut Keguruan Islam Padangru Yala Thailand), Prof Dr Ahmad Nidzammuddin Sulaiman (Peneliti pada Institut Kajian Etnik Universitas Kebangsaan Malaysia) Selain itu, juga sebagai pemateri, Ibrahim Yahya MA (DirekturYayasan Kebudayaan Islam Selatan (Yakis) The Islamic Cultural Southern Border Province). Sedangkan para pemateri dari Indonesia adalah, Tgk HM Yusuf A Wahab Jeunieb, DR Tgk H Ridwan Hasan MTh, Prof Abdul Hadi Arifin, Prof Dr Samsul Rijal MA, Dr Muhammad Abu Bakar. Seminar dan konferensi internasional ini dihadiri para akademisi perwakilan dari USM Pulau Penang, KITAB Pulau Penang Malaysia, IPTIP Perlis Malaysia, PSU Pattani Thailand, PNU Narathiwat Thailand,YMIT Yala Thailand, IKIP JAHA YALA Thailand, UIY Yala Thailand, HSD Makassar dan dari IAIN Medan.(b15)

TSEL Akan Bayar Rumpun Nelayan Aceh Timur

Kerusakan Hutan Penyebab Utama Banjir IDI (Waspada) : Bupati Aceh Timur Muslim Hasballah memperkirakan, banjir yang terjadi sejak 20 tahun terakhir di Aceh, khususnya Aceh Timur akibat penebangan hutan yang terjadi sejak tahun 1980-an. Pemberian izin penebangan hutan melalui program Hak Penggunaan Hutan (HPH)mengakibatkan hutan Aceh rusak dan penampungan debit air yang tersisa sangat kecil. “Akhirnya terjadi banjir sejak tahun 1990 sampai sekarang. Perusakan sudah terjadi sangat parah sejak dulu, sekarang kita punya program pemeliharaan

BUPATI Aceh Timur Muslim Hasballah mengalungkan selendang ulama kepada kepala Litbang H Akmal AZ seusai acara Road to Dakwah di Pendopo Ulama Umara Peureulak, Aceh Timur, selendang ulama juga diberikan kepada Wakil Penanggung Jawab Harian Waspada Sofyan Harahap dan Redaktur Aceh Muhammad Zeini Zen sebagai tanda silaturahmi dan persaudaraan disaksikan Pemimpin Umum Harian Waspada Dr Hj Rayati Syafrin, MBA. MM

dunia olah raga tenis meja sejak masih duduk di bangku kelas IV Sekolah Dasar. Olah raga ini juga yang membuat Desy bisa tukar pengalaman tentang dunia olah raga dengan atletatlet dari luar Aceh dan bahkan di tingkat internasional. Desy Devayanti “ Te n i s meja telah membawa saya keliling Indonesia. Mungkin kalau pakai uang sendiri untuk keliling Indonesia saya tidak sanggup. Keliling Indonesia membuat saya tambah dewasa dan tambah pengalaman juga tambah

teman. Selain itu, saya bangga karena dengan tenis meja saya telah mampu meng-harumkan nama Aceh dan Indonesia,” katanya tersenyum. Selain ke beberapa daerah yang telah disebutkan di atas, Desy juga telah pernah ke Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 2004, dan ke Makassar. Ditanya mengapa suka jadi polisi, Desi mengaku biar tampak gagah dan ingin memberikan rasa aman kepada masyarakat. Sang juara tenis meja itu mengaku kepada Waspada sama sekali tidak merasa kehilangan masa remajanya, karena justru dia mengaku sangat enjoy bisa menghabiskan masa remaja untuk menggapai prestasi demi mengharumkan nama bangsa di mata internasional. Menurut dia, pada usia remaja seseorang bisa melakukan apa saja yang diinginkan, sedangkan di masa tua sudah banyak persoalan hidup yang harus dihadapi.

Anak pertama yang terlahir dari keluarga Pegawai Negeri Sipil (PNS) itu mengaku takjub dengan perjuangan Cut Nyak Dhien, Cut Mutia dan beberapa pahlwan wanita Aceh lainnya. Rasa takjub itu muncul karena rasa berani yang mereka meliliki. Dengan keberaniannya, Cut Mutia dan Cut Nyak Dhien berhasil melawan penjajah Belanda demi menyelamatkan Aceh dan Indonesia dari penjahan. Bukan hanya untuk kemerdekaan, dua wanita Aceh tersebut berjuang juga demi menegakkan kalimah Lailahaillaulah. “Karena itu hendaknya, kita bisa menyumbangkan prestasi demi untuk menghormati para pahlawan. Dalam merebut kemerdekaan, mereka rela mengorbankan harta, darah dan nyawa. Jangan membuat para pahlawan itu bersedih,” kata Desy penuh harap. Maimun Asnawi

LANGSA (Waspada) : Perusahaan migas Transworld Seruway Exploration Ltd (TSEL) dalam waktu dekat ini akan membayar ganti rugi 40 rumpon milik nelayan di Aceh Timur. Pembayaran itu dilakukan sebagai bentuk ganti rugi atas pemotongan ketika kegiatan seismik berlangsung. Site Public and Government Relation, Zubir MA, Minggu (18/12) mengatakan, kategori pembayaran rumpon milik nelayan ini dibagi dua jenis, rumpon pinggir dan rumpon menengah. Untuk rumpon pinggir, pihak perusahaan Transworld Seruway Exploration Ltd, akan membayar sekitar Rp5 juta hingga Rp10 juta per rumpon, sedangkan rumpon menengah pembayarannya berkisar Rp20 hingga Rp32 juta per rumpon. Menurutnya, sebelum dilakukan kegiatan seismik, pihak perusahaan telah melakukan koordinasi baik dengan pihak nelayan maupun Pemerintah Kabupaten Aceh Timur. Dan pembayarannya dilakukan sesuai Surat Keputusan (SK) Bupati Aceh Timur yang telah dikeluarkan sebelumnya. Dijelaskannya, sebelumnya pada November 2011 lalu, juga digelar rapat antara Panglima Laot dan pihak Transworld Seruway Exploration Ltd yang difasilitasi Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh Timur, guna membahas persoalan ganti rugi serta hal-hal lain yang dianggap penting. Selanjutnya perusahaan juga mela-kukan sosialisasi dengan perwakilan panglima laot,

tentang kegiatan seismik di lepas pantai Aceh Timur ini. Tujuannya agar nelayan dapat mengetahui aktivitas seismik, sehingga nelayan tidak melakukan kegiatan melaut di sekitar areal seismik, demi menghindari hal-hal berbahaya bagi nelayan. “Kapal untuk kegiatan seismik ini berjumlah enam unit, satu di antaranya kapal induk dan lima sebagai kapal pengawal kabel sepanjang 7.000 meter dan lebar 700 meter di laut. Jadi di areal tersebut nelayan harus menghindari aktivitasnya untuk menghindari hal yang berbahaya,” katanya. Sementara itu, Zubir juga membantah isu bahwa beberapa hari lalu pihak Transworld Seruway Exploration Ltd pernah mengancam dengan menggunakan senjata terhadap nelayan yang melakukan aktivitasnya di laut. Yang pernah terjadi, katanya, dilakukan tembakan suar untuk mengarahkan nelayan keluar dari jalur areal berbahaya kegiatan seismik. “Ini harus kita luruskan, dan isu tersebut sengaja dihembuskan pihak lama yang tidak senang dengan keberadaan seismik, mereka sengaja hendak mengganggu kegiatan seismik. Namun persoalan ini telah selesai dan nyatanya nelayan tidak terprovokasi atas tindakan pihak tak bertanggungjawab tersebut, karena sebelum kegiatan seismik di laut lepas Aceh Timur ini kita lakukan, jauh hari nelayan telah diberikan pemahaman dan sosialisasi yang sebenarnya,” katanya. (b20)

Setahun Pengurus MPU Tak Terima Gaji IDI (Waspada) : Pengurus Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) kecamatan di seluruh Kabupaten Aceh Timur dikabarkan tidak menerima gaji selama setahun terakhir mulai Januari hingga Desember 2011. Padahal dalam SK kepengurusan disebutkan segala biaya yang timbul akan dibebankan pada APBK setempat. Pihak sekretariat MPU kabupaten mengaku sudah mengajukan dana untuk honor pengurus MPU kecamatan, namun sampai sekarang belum ada realisasi, baik dalam APBK atau dalam APBK-P. Sekretaris MPU Kecamatan Peureulak Barat, Anwar Abda, Jumat (16/12) mengatakan, beberapa waktu lalu pengurus MPU kecamatan sudah meneken pernyataan bersama agar Bupati Aceh Timur memberikan honor. Namun surat yang diteken pengurus MPU kecamatan itu tidak diteruskan, lantaran pihak sekretariat MPU kabupaten sudah melayangkan surat yang sama. “Meski demikian sejauh ini honor yang dimaksud belum juga ada realisasinya,” katanya seraya menambahkan, dasar pengurus MPU kecamatan menagih honornya sesuai SK yang tertera pada poin 8 dan peraturan daerah No: 21 tahun 2000 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Majelis Permusyawaratan Ulama.

Dalam keputusan tersebut menetapkan pada angka kesatu MPU masa khidmat 20082012 bahwa segala biaya yang timbul akibat dikeluarkan keputusan tersebut akan dibebankan pada APBK Aceh Timur. Anwar Abda juga menunjukkan fococopy surat sekretariat MPU kabupaten yang pernah ditujukan kepada Bupati Aceh Timur c/q Sekretaris Daerah Syaifannur. “Di surat ini disebutkan, setelah disahkan APBK tahun anggaran 2011 ternyata honorarium untuk MPU kecamatan tidak dianggarkan lagi di masing-masing kecamatan,” katanya. Sekretariat MPU juga mengusulkan mendahului anggaran perubahan tahun 2011 di RKA/ DPA perubahan sebesar Rp225.600.000. “Honor untuk ketua MPU kecamatan Rp200.000,Wakil Ketua Rp150.000, Sekretaris Rp100.000, uang meugang dan biaya BOP. Kita mengharapkan agar ini bisa diakomodir,” sebut Anwar. Sekda Aceh Timur Syaifannur ketika dikonfirmasi kemarin mengatakan, pihaknya sebagai panggar eksekutif telah memberikan platfon besaran anggaran untuk MPU. “Misalnya platfonnya Rp200 juta. Berapa untuk sekretariat dan berapa untuk kecamatan. Jangan tidak ada sama sekali. Tapi itu semua akan kita cek kembali,” tandasnya singkat. (b24)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.