Waspada, Selasa 27 November 2012

Page 19

WASPADA Selasa, 27 November 2012

Ekonomi & Bisnis

B5

Hama Lalat Buah Serang Tanaman Jeruk Di Dairi SIDIKALANG (Waspada): Petani jeruk di Kab.Dairi mengeluh. Hama lalat buah dan penyakit mati tangkai menyerang tanaman mereka. Akibatnya petani mengalami kerugin besar. Salah seorang petani Belawan Sinaga, warga Dusun Lumban Sinaga, Desa Sosorlontung, Kec.Siempat Nempu, berbicara kepada Waspada, Senin (26/11). Katanya, akibat serangan hama tersebut satu tahun terakhir ini, hasil panennya merosot tajam mencapai 50 persen. Belawan, menyebutkan 1.000 batang tanaman jeruknya diserang hama lalat buah dan penyakit mati tangkai. Akibat hama itu buah berjatuhan (gugur) dengan kondisi setengah matang. Serangan hama itu sangat fatal. Tadinya, dalam sekali panen dia bias menghasilkan 8-10 ton, sekarang hanya bisa mendapat 4–5 ton saja. Dikatakan, biaya perawatan jeruk cukup besar. Sebab perawatan harus maksimal, tidak seperti tanaman lainnya. Untuk menghalau serangan dia hanya menggunakan obat seadannya yang dijual di toko.

Selain lalat buah, penyakit mati tangkai juga menyerang tanaman itu. Kendati berbagai macam pengobatan dengan pestisida telah dilakukan, namun tidak juga berhasil. Petani lainnya, Remon Simarmata, warga Desa Sitinjo, Kec. Sitinjo, mengakui hama jenis lalat yang menyerang buah jeruk juga terjadi di sana. Buah yang diserang hama langsung berjatuhan dengan kondisi setengah matang. Sedangkan petani hanya melakukan penyemprotan dengan pestisida, namun penyakit itu tetap terjadi Dia mengatakan, lalat buah menjadi musuh petani jeruk saat ini. Kebanyakan petani masih menggunakan pola yang sama mengendalikan hama tersebut dengan menyemprotkan pestisida. Namun diakui, upaya tersebut kurang maksimal, sehingga perlu penanganan serius dalam pengendaliannya. Para petani mengharap-kan peran serta Dinas Pertanian, untuk memberikan penyuluhan maupun pengendalian hama itu.(a20)

Pengangguran Masih Tinggi Masyarakat Aceh Berlomba Jadi PNS BANDA ACEH (Waspada) : Masih sulitnya merubah pola pikir (mindset) masyarakat merupakan selah satu pemicu masih tingginya angka pengangguran di Provinsi Aceh. Masyarakat, terutama generasi muda masih berlomba ingin menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Wakil Bupati Pidie Jaya HM. Gede Salam, mengakui hal saat ditanya Waspada, Senin (26/ 11). Padahal, katanya, di daerah itu masih cukup banyak tersedia lahan tidur yang bisa digarap untuk dijadikan perkebunan yang dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Sebelumnya Pengurus Pusat Jasa Ketenagakerjaan (PJK) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Nani Darlinda, juga mengatakan hal yang sama. Katanya tingginya angka pengangguran di Aceh tidak hanya disebabkan faktor terbatasnya lapangan kerja. Ada faktor lain, yang salah satunya karena pola pikir masyarakat. “Mindset masyarakat belum berubah. Tenaga kerja di Aceh cenderung memfavoritkan PNS sebagai pekerjaan paling menjamin masa depan ketimbang swasta. Sementara, penerimaan PNS sangat terbatas. Tidak sesuai jumlah tenaga kerja,’’kata Nani. Akhirnya, kata dia, bagi yang tidak lulus PNS memilih jadi pengangguran ketimbang mencari

kerja yang lainnya. Padahal, sebetulnya permintaan sektor swasta terhadap tenaga kerja relatif tinggi setiap tahun. Misalnya tahun 2011, sedikitnya ada 11 perusahaan yang menjalin kerjasama dengan PJK dalam melakukan rekrutmen tenaga kerja di Aceh. Perusahaan tersebut antara lain PT Medco di Aceh Timur, PT Lafarge SAI di Aceh Besar, Suzuya dan BTPN. Pengaruh keluarga yang kadang kurang memberi dukungan juga merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya minat kerja di swasta. Apalagi kesempatan itu di luar daerah. “Tak jarang permintaan tenaga kerja datang dari luar kabupaten, bahkan luar provinsi. Tapi kadang keluarganya tak memberikan, sehingga tenaga kerja urung mendaftar,” ujar Nani. Dia juga menilai, faktor kualitas tenaga kerja di Aceh merupakan salah satu penyebab sulitnya terkoneksi antara tenaga kerja dengan dunia kerja. Menurut Nani, sejumlah perusahaan mengaku sulit menemukan sumber daya yang dibutuhkan. “Mereka kadang mengatakan, ‘skornya masih kurang bu’. Bahkan ada perusahaan yang sampai melakukan seleksi dua kali untuk mendapatkan tenaga kerja yang dibutuhkan,” tuturnya.(b09)

Harga Kedelai Impor Mulai Stabil MEDAN (Antara):- Perajin tempe Sumatera Utara mengaku senang. Harga kacang kedelai impor mulai stabil dengan tren menurun. Kini harga komoditas itu berkisar Rp7.100- Rp7.200 per kg. Seorang perajin tempe Budisudarno, berbicara di Medan, Senin (26/11). Katanya dengan stabilnya harga, apalagi dengan tren menurun membuat perajin tidak susah mengkalkulasikan biaya produksi yang berkaitan dengan harga jual. Harga kedelai kembali turun sejak Oktober. Sebelumnya bertahan di harga Rp7.400-Rp7.500 per kg dari harga di bulan Juli yang naik tajam atau mencapai Rp7.850 per kg. Tetapi meski turun, harga belum kembali ke angka normal sekitar Rp5.500 -Rp6.000 per kg. “Karena belum kembali normal, pedagang tempe juga masih tetap melakukan kebijakan pengurangan pembelian kedelai yakni hanya untuk stok 3-4 hari dari sebelumnya yang ratarata untuk 10 hari,”katanya. Pedagang juga masih mempertahankan ukuran tempe yang dibuat dan diperdagangkan dengan lebih kecil, mengingat harga jual tidak bisa dinaikkan dari harga yang sekitar Rp1.600Rp1.800 per potong. Menurut Budisudarno, harga jual kedelai turun karena harga impor juga melemah di tengah permintaan di dalam negeri yang juga melemah

Perajin tempe di Sumut sendiri masih tetap mengandalkan pasokan kedelai impor karena selain pasokan dalam negeri, baik Sumut maupun dari Jawa semakin kecil, juga karena menyangkut kualitas. Agar tempe jadi bagus, diperlukan kedelai yang bagus seperti yang diimpor, katanya. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Suharno, mengakui, produksi kedelai di daerah itu pada angka ramalan (Aram) II hanya 5.923 ton. Produksi kedelai Sumut tahun ini diperkirakan semakin turun jauh di bawah angka tetap (Atap) 2011 yang sudah 11.426 ton. “Jumlah produksi kedelai di Aram II 2012 yang sebesar 5.923 ton itu juga jauh di bawah realisasi atau Atap 2010 yang sudah 9,.439 ton,” katanya. Berdasarkan data, kata dia, produksi kedelai yang turun di Aram II 2012 itu akibat luas areal yang juga jauh di bawah Atap 2011. Luas areal panen kedelai Sumut di Aram II hanya 5.814 hektare dari Atap 2011 yang sudah seluas 11.413 hektare Pedagang sembilan bahan pokok (Sembako) di Pusat Pasar Medan, Ahap, menyebutkan kacang kedelai impor, khususnya dari China, sudah sejak beberapa tahun terakhir merajai pasar di Medan setelah pasokan dari lokal dan Jawa terus menurun. “Tidak hanya kacang kedelai kuning, jenis warna hitam asal China juga beredar banyak di Sumut,” katanya.

PermataBank Lanjutkan Program PermataFamillionaire JAKARTA (Waspada): Dalam upaya untuk meningkatkan jumlah nasabah dan simpanan dana masyarakat, PermataBank senantiasa mengembangkan berbagai program dan kegiatan yang menarik sesuai dengan kebutuhan nasabah dan keluarganya. Setelah sukses dengan Program Permata Famillionaire sebelumnya, PermataBank kembali meluncurkan PermataFamillionaire yang akan berlangsung dari tanggal 1 November 2012 sd 28 Februari 2013. “Sejak diluncurkan pada bulan Juni 2010, PermataFamillionaire mampu meningkatkan pertumbuhan jumlah nasabah secara signifikan dengan peningkatan dana pihak ketiga hingga 75 persen dan dana murah hingga 71 persen dalam periode Juni 2010 sampai dengan September 2012,” jelas Lauren Sulistiawati – Direktur Retail Banking PermataBank, kemarin. Per September 2012 Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat Rp. 85,6 triliun atau meningkat 24 persen yoy. Giro dan Tabungan (CASA), yang menjadi fokus utama Famillonaire, berhasil mencatat kenaikan tinggi masing-masing sebesar 34 persen yoy dan 37 persen yoy menjadi Rp. 18,6 triliun dan Rp. 18,9 triliun, sedangkan Deposito Berjangka mencatat pertumbuhan yang baik sebesar 17 persen yoy menjadi Rp. 48,1 triliun pada akhir September 2012. Hal ini berdampak positif pada perbaikan komposisi DPK dan rasio CASA menjadi 44 persen dibandingkan dengan 40 persen pada periode sama tahun lalu. Dengan mengusung tema Untuk Anda dan Keluarga, PermataFamillionaire dirancang secara nasional ini menawarkan empat program yang menarik yaitu: Undian Uang Tunai dengan total hadiah Rp 8 miliar, akan dibagikan sebesar Rp 2 miliar kepada total 1.008 pemenang (1 nasabah @ Rp 1 miliar, 2 nasabah @ Rp 100 juta, 5 nasabah @ Rp 10 juta, 500 nasabah @ Rp 1 juta dan 500 nasabah @ Rp 500 ribu) setiap bulannya. Program undian ini dapat diikuti oleh nasabah baru dan semua nasabah existing PermataBank. Hadiah tersebut bebas pajak dan bisa dimenangkan berkali–kali setiap bulannya dimana pengumpulkan poin didasarkan atas

kelipatan saldo dan penambahan saldo rekening serta memperbanyak transaksi melalui Permata e-Banking. Bonus Bunga hingga 2 per tahun pa, akan diberikan bonus atas penambahan saldo ratarata rekening setiap bulannya selama periode program dibandingkan dengan saldo rata–rata 1 bulan sebelumnya dan saldo rata-rata bulan sebelum program ini berlangsung. Kategori produk yang diikutsertakan pada Bonus Bunga ini adalah PermataTabungan BEBAS, PermataBintang, PermataMe!, PermataGiro RUPIAH dan PermataGiro GANDA. Adapun untuk produk Syariah, akan memperoleh Bonus Bagi Hasil yang akan setara hingga 2 per tahun, pa untuk produk-produk PermataTabungan iB, PermataTabungan iB Bintang, PermataMe! iB, PermataGiro iB dan PermataGiro iB Ganda. Selain itu ada hadiah langsung dan hadiah tambahan untuk nasabah baru. Untuk menambah semarak program ini, seluruh Cabang PermataBank dipercantik dengan tema PermataFamillionaire. Berbagai kegiatan menarik dapat diikuti oleh semua nasabah dan calon nasabah yang datang ke beberapa cabang pilihan, seperti photo corner dan photo competition. Kegiatan lainnya yang selama ini dilakukan secara berkesinambungan adalah kegiatan weekend banking ‘Fun Famillionaire Carnival’ di beberapa kota di Indonesia. Dengan mengambil tema ‘Taman Impian Keluarga Famillionaire’, kegiatan ini dapat dinikmati oleh seluruh anggota keluarga, mulai dari anak-anak, remaja hingga orang tua. Sementara itu Bianto Surodjo - Head Retail Liabilities, Wealth Management dan e-Channels PermataBank menambahkan, “Respon positif masyarakat yang ditunjukkan dengan peningkatkan dana murah yang cukup besar telah mendorong kami untuk melanjutkan program ini. Di dukung oleh produk-produk yang inovatif dan layanan e-channel yang handal, kami percaya bahwa program ini akan semakin meningkatkan kepuasan dan loyalitas nasabah pada Permatabank.” (rel)

TINJAU ULANG BMTPS

Antara

Pekerja memoles lapisan roti di pabrik roti Bogor Indah, Jakarta, Senin (26/11). Rekomendasi Kementerian Perdagangan mengenai Bea Masuk Tindakan Pengamanan Sementara (BMTPS) sebesar 20% selama 200 hari terhadap tepung terigu asal negara lain dapat menyebabkan para produsen dan pedagang kecil mengalami kesulitan mendapatkan harga terigu yang terjangkau dan terancam gulung tikar. Kementerian Keuangan diharapkan dapat meninjau kembali rekomendasi BMTPS.

Nasib Petani Garam Di Aceh Memprihatinkan BANDA ACEH (Waspada) : Nasib ribuan petani garam di Provinsi Aceh, sejak puluhan tetap memprihatinkan. Mereka selalu menjadi permainan para tengkulak yang ingin mengeruk keuntungan sangat besar.

Senin (26/11),Waspada menemui sejumlah petani garam di Aceh Besar, Pidie dan Pidie Jaya. Diperoleh keterangan bahwa petani garam tidak mandiri dalam menentukan harga jual. Para tengkulak sangat menguasai mereka dalam penetapan harga. “Para tengkulak membeli

garam dari petani dengan harga jauh lebih murah dari harga di pasaran. Ini membuat nasib kami tak pernah berubah, karena selalu ditekan oleh tengkulak,’’ kata Maimunah, saat menjual garam hasil produksinya di Pasar Peunayong, Banda Aceh. Hal sama diakui beberapa

petani garam di Blang Paseh, Kota Sigli dan Desa Cebrek, Simpang Tiga, Kab. Pidie. Mereka menyebutkan nasib petani garam sangat tergantung pada para tengkulak. Mereka menetapkan harga sangat jauh dari harga pasar. Kalau di pasar harga garam Rp5.000 per kg, maka tengkulak membayar setengahnya kepada petani. Di Pidie, ada sekira 500 lebih masyarakat yang berprofesi sebagai petani garam. ‘’Meski kondisi demikian sudah berlangsung puluhanh tahun, namun hingga kini belum ada pihak yang peduli terhadap nasib mereka, “sebut Amin, petani garam di Peukan Sot.

Impor Karet Sumut Naik MEDAN (Antara): Nilai impor karet dan barang dari karet Sumatera Utara pada triwulan III 2012 naik 15,35 persen menjadi 104,106 juta dolar AS saat ekspor golongan barang itu menurun cukup besar hingga 33,43 persen. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Suharno, berbicara di Medan, Senin (26/11). Menurutnya, berdasarkan data, nilai impor karet dan barang dari karet Sumut hingga September 2012 mencapai 104,106 juta dolar AS atau naik 15,35 persen dari periode sama tahun lalu yang tercatat 90,256 juta dolar AS. Impor barang itu antara lain dari Malaysia dan Thailand yang juga dikenal sebagai negara produsen utama seperti halnya Indonesia. “Nilai impor memang naik

di tengah terjadinya penurunan ekspor produk yang sama,” katanya. Nilai ekspor karet dan barang dari karet Sumut hingga triwulan III tahun ini turun 33,43 persen dari sebesar 2,763 miliar dolar AS tahun lalu menjadi 1,839 miliar dolar AS. Meski impor naik, nilai impor golongan barang itu tetap masih jauh di bawah nilai ekspor. Mengutip pernyataan im-portir, impor karet dan barang dari karet Sumut itu hanya untuk pendukung kebutuhan pabrikan. Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, menyebutkan, nilai ekspor yang menurun itu akibat turunnya volume ekspor dan harga jual. Penurunan penjualan dan

harga itu merupakan dampak krisis global. Harga jual karet SIR 20 di bursa Singapura pada tanggal 23 November misalnya ditutup masih di bawah 3 dolar AS per kg atau 2,818 dolar AS per kg untuk pengapalan Desember. Belum naiknya lagi harga ekspor karet itu menyebabkan harga jual bahan olah karet (bokar) di pabrikan Sumut relatif stabil di kisaran Rp22.400 Rp24.400 per kg. Pengaruh harga jual yang masih murah tentunya juga berdampak pada tetap murahnya harga karet di petani, katanya. Petani karet di Sumut, K.Siregar menyebutkan, harga jual karet hanya berkisar Rp13.000 -Rp15.000 per kg. Petani semakin sulit karena di tengah harga murah, produksi juga lagi sedikit.

Selama ini pemerintah tidak serius membantu petani garam. Padahal, mutu garam Pidie lebih bagus dibanding dengan garam produksi Madura. Tapi, karena harga beli di bawah standar, petani sulit berkembang. Desebutkan, produksi garam Pidie cukup baik. Kandungan yodiumnya lebih tinggi dan alami. Tapi saying, harganya selalu selalu dipermainkan, sehingga nasib mereka tidak pernah berubah lebih baik. Petani lainnya Hamzah, mengatakan, mereka sejak lama sudah mendambakan kehadiran sebuah koperasi. Sebab, dengan adanya koperasi, daya saing dan harga pun akan lebih baik.

Data diperoleh Waspada di Disperindagkop Pidie juga menunjukkan kesejahteraan petani garam daerah itu jauh dari harapan. Kehidupan mereka masih pas pasan. Hal itu tak lain karena hasil produksi garam tidak kontinu, sehingga koperasi pun sulit dihadirkan kepada mereka. Seorang staf Disperindagkop Pidie, menyebutkan di musim kemarau produksi garam melimpah sehingga harganya turun drastis. Sebaliknya, pada musim hujan berkepanjangan produksi garam nyaris tak ada, sehingga harga di pasar melonjak. Begitulah kondisi yang diharapi petani garam sejak turun-temurun. (b09)

Korea Investasi Di Sabang BANDA ACEH (Antara): Investor Korea mulai membangun pabrik perakitan solar cell di kawasan pelabuhan dan perdagangan bebas Sabang, Provinsi Aceh. Mereka menanamkan modalnya sekitar Rp120 miliar. Gubernur Aceh Zaini Abdullah, menerima pimpinan perusahaan Korea di Banda Aceh, Senin (26/11). Dia mengatakan kehadiran investor negeri Ginseng itu diharapkan mampu menguubah situasi kawasan Sabang lebih baik dari sebelumnya. Dalam pertemuan itu pihak swasta Korea dihadiri Presiden Direktur Myrae Energy Co Ltd, Han Seung SIK, Wakil Direktur Yuu, Dan General Manejer Lee Hyun OK. “Harapan saya supaya terjadi suatu perubahan di Aceh dengan hadirnya perusahaan yang bergerak dengan energi listrik. Selama ini banyak masalah kurangnya energi listrik di daerah ini,” kata Gubernur Zaini Abdullah. Karenanya, Zaini Abdullah, didampingi Kepala Badan Pengusahaan kawasan Sabang (BPKS) Fauzi Husin, juga berharap kerja sama antara BPKS dengan swasta Korea itu bisa dilakukan sungguh-sungguh. Dia berahrap investasi ke depan tidak hanya di kawasan Sabang, tapi juga wilayah lain di Aceh sebagai upaya bersama menekan angka pengangguran dengan membuka pekerjaan kepada penduduk. Dalam kerja sama itu, pihak BPKS menyediakan lahan seluas satu hektare dan berbagai persyaratan terkait dengan administrasi. Sementara swasta Korea membangun gedung dan fasilitas industri lainnya.

Madu Hutan Tak Semanis Rasanya BERJALAN menempuh kelam malam, di hutanhutan berpohon tua, seperti Hutan Krueng Raya, Janthoe, serta hutan Lhoong, Aceh Besar, ke sana Apa Din, dan kawan-kawan pemuda kampong Krueng Raya, Aceh Besar ini mencari madu. Mencari madu, disebutkan Apa Din, Sabtu (24/11), di Krueng Raya, tidak bisa dilakukan pada siang atau malam saat terang bulan. Lebah-lebah akan sangat mudah mengenali manusia, sebagaimana mereka mengenal sarangnya sendiri. Apa Din, memang bekerja sebagai pencari madu. Di kampongnya dia juga dikenal dengan sebutan Apa Din Madu. Saat bertemuWaspada pagi hari itu, dia bersama tiga pemuda kampong lainnya membawa dua jerigen madu segar seberat 40 liter. Ada beberapa bekas gigitan lebah pada tangannya,

Waspada / Rusli Ismail

APA DIN MADU sedang memasarkan madu hutan kepada pelanggannya di Neusu, Kec. Baiturrahman, Banda Aceh, Sabtu (24/11). tapi tidak dirasanya lagi. Madu itu sendiri sudah menjadi penawar bisa lebah hutan yang marah ketika tahu sarang mereka dijarah.

Sekilas, Apa Din, menceritakan beratnya medan yang harus dilalui untuk mencapai pohon-pohon purba tempat lebah membuat puluhan sarang

besar. Tidak hanya berbagai persyaratan, tapi juga harus menuruti hukum-hukum hutan, dalam rimba berkeliaran harimau dan binatang buas lainnya. Alam dan lingkungan telah melatih mereka berkomunikasi cara alam yang tidak boleh menyebutkan sembarangan. Di antara jurang, hutan yang menbal, daun-daun menutupi jalan, perangkap, serangga-serangga berbisa tidak dikenali jenisnya, mereka lalui dengan mendaki bukit terjal, dan onak yang tersebar. Hutan Lhoong dan Gle Jantho, merupakan daerah incaran pemburu madu, tapi tidak semua wilayah terjamah. Selain medannya sulit dan menyimpan malapetaka. Suara dengungan lebah layak kenderaan umun di tengah kota, semacam suara teror dan alam gaib bagi pendatang baru di hutan sana. Apa Din, dan rekannya tidak punya pilihan lain kecuali berburu madu hutan di rimba. Hanya pada malam-malam gelap mereka berburu. Mereka adalah orang-orang pemberani

dan kuat mental. Dalam seminggu, ayah tiga anak ini bisa mengumpulkan 100-150 liter madu alam. Setelah dibagi dengan tiga rekan lainnya, rata-rata mereka berpenghasilan Rp500.000-Rp600.000 per minggu. Tapi pendapatan itu tidak menentu, karena ratarata pembeli madunya adalah perorangan. Belum ada penyalur resmi yang datang ke sana. Jumlah yang didapat selama seminggu itu, tidak setimpal dengan tenaga yang dikeluarkan dan resiko yang dihadapi. Harga jual madu secara eceran Rp100.000 per botol ukuran 360 mililiter. Benar, hasil perburuan madu lebah ini ternyata tak semanis rasanya. Karena itu mereka hanya berharap adanya kepedulian pemerintah daerah membantu mencarikan pemasaran. Agar madu hasil petikan mereka dapat dtampung dengan harga yang pantas. ‘’Hanya itu harapan kami,’’ kata Apa Din. � Rusli Ismail


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.