Waspada, Selasa 26 Februari 2013

Page 26

Laporan Khusus

B12

Waspada/Armin Nasution

GUS Irawan Pasaribu dan Soekirman melihat banjir yang menggenangi rumah warga dari sebuah jembatan di Desa Sei Dua Hulu, Kec. Simpang Empat, Asahan.

WASPADA Selasa 26 Februari 2013

Waspada/Armin Nasution

GUS Irawan Pasaribu dan Soekirman menggunakan rakit batang pisang untuk melihat rumah korban banjir di Desa Sei Dua Hulu, Kec. Simpang Empat, Asahan.

Berakit Batang Pisang, Gus Perduli Korban Banjir Asahan USAI menggelar kampanye di Lapangan Parasamya, Kota Kisaran, Kabupaten Asahan, Cagubsu-Cawagubsu nomor urut 1, Gus Irawan PasaribuSoekirman, mengunjungi korban banjir yang sampai saat ini masih mendiami tenda-tenda pengungsian di pinggir jalan, Minggu (24/1). Didampingi anggota DPRRI Nasril Bahar dan anggota DPRD Sumut Muslim Simbolon, Gus dan Soekirman menemui warga Desa Sei Dua Hulu dan Desa Simpang Empat, Kecamatan Simpang Empat,

yang masih bertahan di tenda pengungsian. Di dua desa tersebut, Gus dan Soekirman mendengarkan keluhan warga dengan mendatangi mereka satu persatu menggunakan rakit batang pisang. “Banjir terjadi tiap tahun Pak Gus. Kami berharap pemerintah bangun tanggul penahan sehingga kami tidak kebanjiran terus. Ini banyak rugi Pak Gus, usaha gak bisa jalan, aktivitas terhambat dan anak-anak pun susah sekolah,” ujar Nahar, warga Desa Sei Dua Hulu, kepada Gus. Informasi dihimpun, seba-

nyak 1.800 rumah terendam akibat meluapnya Sungai Asahan sebagai dampak dari rendahnya tanggul penahan. Para pengungsi mendirikan tenda-tenda karena rumah mereka sudah tidak bisa lagi ditempati mengingat ketinggian air sudah mencapai pinggang orang dewasa. Sejauh ini belum ada tanda-tanda air akan surut. Luapan air sudah mencapai satu meter, akibat pintu bendungan Sigura-gura dibuka pihak otorisasi karena tingginya curah hujan. Menurut informasi, wilayah yang digenangi banjir

Waspada/Armin Nasution

GUS Irawan Pasaribu menyalam seorang ibu korban banjir di Desa Sei Dua Hulu, Kec. Simpang Empat, Asahan.

antara lain beberapa desa di Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Sei Kepayang dan daerah sekitaranya. Camat Simpang Empat Supardi, mengatakan, terdapat dua daerah di Kecamatan Simpang Empat yang terendam bajir tahun ini, yakni Desa Sei Dua Hulu, dimana 1.374 rumah terendam, dan Desa Simpang Empat dengan 455 rumah unit terendam. Pantauan wartawan, para perempuan kebanyakan mengungsi di rumah keluarganya dan ditenda. Sedangkan kaum lakilaki tetap bertahan di rumah untuk menjaga harta benda mereka. “Banjir sudah selama empat hari menggenangi dua desa ini, mulai hari Kamis kemarin la,” ungkap Supriadi. Para korban, kata Supriadi, masih membutuhkan bantuan logistik. “Kemarin memang sudah ada bantuan berupa sembako dan mie instan, tapi masih kurang,” ungkapnya. Gus Irawan Pasaribu kepada wartawan mengatakan, dalam kondisi darurat seperti ini, pengungsi harus menjadi prioritas penanganan, khususnya ibu, anak dan orang tua. “Jumlah pengungsi ini cukup banyak, dan ini perlu penanganan serius. Bila tidak dikelola dengan baik, maka beragam persoalan lain akan muncul seperti persoalan kesehatan,” ujar Gus. “Kalau bencana seperti ini terjadi berulang-ulang berarti harus ada langkah serius untuk mengatasinya. Jika memang harus dibangun tanggul penahan air, ya harus dicarikan solusinya dan dieksekusi secepatnya. Kalau dibiarkan, bisa bayangkan berapa kerugian masyarakat setiap tahunnya,” ujar mantan Dirut Bank Sumut ini. Gus menerangkan, selain karena curah hujan di hulu yang cukup tinggi, banjir Asahan juga diakibatkan oleh naiknya debit air Danau Toba yang mengarah ke Sungai Asahan. “Harus ada tindakan cepat.

Ini kan tanggung jawab pemerintah provinsi. Mau tidak mau, Sumut saat ini harus mengakui bahwa ternyata kita tidak mampu mengelola potensi Danau Toba menjadi sumber kesejahteraan. Di bagian lain kita kekeringan, malah disini kita kebanjiran. Serba sulit bila tidak dikelola dengan baik. Air meluap kita kebanjiran. Air kecil turbin tidak jalan, listrik padam,” ujarnya. Dikatakan Gus, potensipotensi yang ada seharusnya dikelola, bukan dibiarkan hingga berdampak pada kerugian di masyarakat. “Pemberdayaan Danau Toba tidak hanya soal pariwisata, tapi juga bagaimana bisa dieksplor untuk kepentingan masyarakat. Misalnya air untuk pembangkit listrik, irigasi, konsumsi, dan sebagainya. Nah inilah tanggungjawab peme-rintah untuk mengelolanya sebaik mungkin,” tegasnya. Jika dipercaya sebagai Gubsu, Gus Irawan menegaskan siap melakukan upaya konkret untuk mengantisipasi persoalan banjir Asahan yang memang sudah terjadi setiap tahunnya. Sementara, Anggota DPRD Sumut Muslim Simbolon mengakui bahwa selama ini telah berupaya memperjuangkan agar persoalan banjir Asahan yang terjadi setiap tahunnya ditangani secara maksimal. Namun sampai hari ini provinsi sendiri belum menunjukkan kemauan yang kuat untuk merealisasikan pembangunan benteng Sungai Asahan. “Kita sudah berkali-kali ajukan ke Pemprovsu, namun belum ada respon. Pertanyaannya apakah kita menunggu sampai ada korban yang lebih banyak baru diatasi. Saat seperti ini kita butuh pemimpin yang berani, responsif dan tentu punya kemampuan komunikasi ke atas yang baik, sehingga mampu mendesak pusat untuk melihat ke bawah. Dan itu yang tidak dimiliki pemerintah kita saat ini,” pungkasnya. (m06)

Waspada/Armin Nasution

GUS Irawan Pasaribu menyalam seorang ibu korban banjir di Desa Sei Dua Hulu, Kec. Simpang Empat, Asahan.

Waspada/Armin Nasution

GUS Irawan Pasaribu tos dengan seorang anak saat ia mengunjungi Desa Sei Dua Hulu, Kec. Simpang Empat, Asahan.

Waspada/Armin Nasution

SOEKIRMAN turun dari rakit batang pisang setelah berkunjung ke rumah-rumah warga.

Waspada/Armin Nasution

ISTRI Soekirman, Nyonya Marliah Panggabean, menyapa warga korban banjir di Desa Sei Dua Hulu, Kec. Simpang Empat, Asahan.

GUS Irawan Pasaribu dan Soekirman menyapa warga korban banjir yang menginap di tenda-tenda pengungsian.

Waspada/Armin Nasution


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.