Waspada, Rabu 4 Agustus 2010

Page 26

Ekonomi & Bisnis B12 BI: Jangan Risau Penyederhanaan Rupiah JAKARTA (Waspada): Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution meminta masyarakat tak perlu risau mengenai wacana penyederhanaan nilai mata uang rupiah atau redenominasi. Dia menegaskan redenominasi tidak akan merugikan siapasiapa. “Jadi tak usah risau, tak usah resah. Ini prosesnya panjang,” ujar dia di BI Jakarta Selasa (3/ 8). BI akan melakukan sosialisasi penuh selama dua tahun, yaitu pada 2011-2012. Sementara pada 2013 masuk masa transisi. Dalam masa transisi ini, nantinya label harga barang akan ditulis dalam dua harga, yaitu harga dengan rupiah lama dan rupiah baru. Misalnya Rp 10.000 (uang lama) dan Rp 10 uang baru. Penjual dan pembeli juga bebas menggunakan uang lama dan baru, termasuk kembalian bagi konsumen. Masa ini transisi akan berjalan selama 3 tahun. “Jadi kalau gajinya sekarang Rp 5 juta, kalau uang rupiah baru dibayar Rp 5.000. Kalau anda membeli harga Rp300.000 uang lama bayarnya Rp300 uang baru. Kalau dibayar uang lama gaji Anda tetap Rp5.000.000,” katanya. Kenapa Perlu “Penyederhanaan’’ Kesuksesan penyederhanaan nominal mata uang (redenominasi) yang dilakukan Turki dan Rumania patut ditiru. Sebab Indonesia, sebagai negara pemilik mata uang yang sangat besar, memiliki ketidakefisienan dalam transaksi. Darmin Nasution mengata-

Tahapan Redenominasi Nilai Rupiah BANK Indonesia (BI) telah menyiapkan tahapan-tahapan penyederhanaan nilai mata uang rupiah atau redenominasi, namun bukan sanering. Proses penyederhanaan nilai mata uang rupiah itu akan dilakukan mulai 2011-2020. Berikut ini tahapan pemberlakuan penyederhanaan nilai mata uang rupiah itu: 2011-2012 Masa Sosialisasi Masa menyiapkan berbagai macam hal seperti menyangkut akuntansi, pencatatan, sistem informasi. Bank Indonesia meyakini waktu dua tahun cukup untuk masa sosialisasi. 2013-2015 Masa Transisi Dalam masa ini, nantinya harga barang akan ditulis dalam dua harga yaitu terdiri atas rupiah lama dan rupiah baru. Misalnya, barang seharga Rp10.000 akan ditulis dalam dua harga yaitu Rp10.000 dan Rp10 (baru). Uang saat ini akan disebut rupiah lama, baru akan disebut rupiah baru. Selama masa ini, masyarakat akan menggunakan dua mata uang yaitu rupiah lama dan rupiah baru. Begitu juga untuk pengembalian uang, boleh menggunakan keduanya. BI juga akan perlahan-lahan mengganti uang rusak rupiah lama dengan uang rupiah baru. 2016-2018 Uang kertas sekarang (rupiah lama) akan benar-benar habis. BI akan melakukan penarikan uang lama. 2019-2020 Kata-kata uang baru menandakan pengganti uang lama akan dihilangkan. Indonesia kembali pada rupiah seperti saat ini, namun nilai uangnya lebih kecil. Untuk mata uang kecil berlaku uang koin dan nilai pecahan sen akan berlaku lagi. (vvn) kan, saat ini telah terjadi inefisiensi dalam transaksi disebabkan lamanya waktu maupun biaya transaksi, karena nilai transaksi semakin lama menjadi semakin besar. “Apalagi kalau mengandalkan pembayaran tunai, bisa dibayangkan kalau Anda melakukan pembayaran puluhan juta. Anda harus bawa tas, dan itu membuat rasa tidak aman,” kata Darmin di Jakarta, Selasa (3/8). Untuk mengatasi inefisiensi ini pemerintah maupun swasta perlu membangun infrastruktur sistem pembayaran yang tentunya membutuhkan biaya besar. Darmin juga mengatakan, beberapa digit angka yang panjang juga akan merepotkan. Argometer taksi misalnya, dalam pembayaran Rp120 ribu,

tertera 120.000. Enam digit angka ini sangat merepotkan konsumen maupun pengemudi taksi. Selain itu, untuk toko-toko kecil mesin hitung yang mereka miliki juga memiliki batas digit. “Pengadaan uang juga semakin mahal. Semakin besar nilainya semakin banyak biaya. Namun ini bukan masalah besar,” katanya. Selain itu, mata uang rupiah mempunyai kendala dalam pencatatan pembukuan. Sebab, digit semakin banyak memiliki risiko kesalahan lebih tinggi. Tentunya bila salah akan menyebabkan biaya lebih tinggi. Darmin Nasution lebih jauh menjelaskan redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang rupiah, tetapi bukan

sanering. “Redenominasi ini terminologi yang tidak terlalu mudah buat lidah kita, tetapi pengertiannya bukan sanering atau pemotongan nilai uang,” ujar nya. Jika diartikan secara sederhana, kata dia, redenominasi berarti penyederhanaan penyebutan satuan harga maupun nilai mata uang. Maksudnya, pecahan mata uang disederhanakan tanpa mengurangi nilai dari uang. Nilai mata uang tetap sama meski angka nolnya berkurang. Misalnya, Rp1000 menjadi Rp1, sedangkan Rp1 juta menjadi Rp1000. Da r m i n m e m b e r i k a n contoh dengan mata uang lama, membeli barang dengan harga Rp300 ribu sama dengan Rp300 dengan mata uang baru. Jumlah barang yang diperoleh juga sama. Begitupun dengan gaji Rp5 juta dengan uang lama sama dengan Rp5000 dalam uang baru. BI mengingatkan nilai pecahan mata uang Indonesia sebesar Rp100 ribu merupakan angka terbesar kedua di dunia. Pecahan mata uang Indonesia itu hanya kalah dari dong Vietnam yang memiliki pecahan 500 ribu. Namun, jika Zimbabw e d i m a s u k k a n , m a k a pecahan Indonesia berada di urutan ketiga terbesar di dunia. BI menganggap uang pecahan cukup besar memang kurang efisien. Masalahnya, uang besar justru membuat proses pembayaran dan transaksi tunai menjadi lebih susah. Jadi, BI menekankan redenominasi berbeda dengan sanering atau pemotongan uang. BI menekankan sanering selalu dilakukan oleh suatu negara dalam kondisi ekonomi tidak stabil. Itu bisa dalam situasi inflasi tinggi sehingga nilai mata uangnya dan daya beli merosot dengan cepat. Karenanya, perlu dilakukan pemotongan nilai uang atau senering. (vvn)

Medan Green And Clean

Jelang Final MDGC, Tim Makin Motivasi Kelurahan MENJELANG final atau penjurian Medan Grean and Clean 2010 yang digagas Unilever, Harian Waspada, Pemko Medan dan Yayasan Bumi Hijau Lestari, tim terus memotivasi semua kelurahan. Dalam gelaran kali ini ratusan kelurahan sudah dilibatkan. Beberapa kelurahan sudah menunjukkan kreatifitasnya. Rombongan Yayasan Unilever Indonesia bersama tim media dari Jakarta dan Medan sudah mengunjungi 2 Kelurahan di Kota Medan yakni Kel. Sei Kera Hilir I, Kec. Medan Perjuangan dan Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia. Rombongan Unilever dan media dipimpin Radit ini, pertama menginjakkan kaki di Kel. Sei Kera Hilir I, tepatnya di lingkungan 4, Jl. Gurilla Gang Ama. Di lorong sempit dan dihuni puluhan KK ini tampak asri, dimana tiap rumah dihiasi dengan sampah serta barang-barang bekas hasil daur ulang. Rombongan disambut Ph.Camat Medan Perjuangan Budi Hariono, Lurah Sei Kera Hilir I Nuhan Hasibuan, SE, Kepling, Alex, para Kopling dan warga setempat. Di lingkungan 4 ini memiliki 75 biopori hasil kerja warga dan program penghijauan Toba (trotoar berbunga) dengan kader inti sebanyak 40 orang. Warga juga mensiasati program penghijauan dengan menggunakan pot dari barang bekas dicat juga kemudian digantung didinding rumah atau rak kayu yang sengaja dibuat untuk mensiasati sempitnya lahan. Warga juga membuat sampah terpisah di dapur untuk sampah basah dan sampah kering. Rombongan selanjutnya mengunjungi Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia tepatnya di Jl. Gurilla Gang Ama. Disini rombongan disambut Camat Medan Helvetia Muhammad Reza, Lurah Tanjung Gusta Aminullah Batubara, Kepling 2 Jumadi, sejumlah Kopling dan warga setempat. Pihak Yayasan Unilever Indonesia bersama tim media dari Medan dan Jakarta juga melihat langsung proses daur ulang sampah. Gang Rahmat dan Gang Rahmat Baru merupakan dua wilayah di Lingkungan 2, Kel. Tanjung Gusta, Kec. Medan Helvetia yang menjadi peserta program Medan Green & Clean sejak tahun 2009. Dua

WASPADA Rabu 4 Agustus 2010

Antara

REDENOMINASI RUPIAH. Pjs. Bank Indonesia (BI), Darmin Nasution (tengah) didampingi Deputi Gubernur BI Bidang Sistem Pembayaran, Budi Rochadi (kiri) serta Direktur Perencanaan Strategis dan Humas, Dyah NK Makhijani (kanan) memaparkan kajian tentang penyederhanaan dan penyetaraan nilai Rupiah (redenominasi), di Jakarta, Selasa (3/8). Redenominasi merupakan penyederhanaan nilai uang maupun barang dan jasa dengan pengurangan beberapa angka nol yang diikuti dengan penyederhanaan sistem akutansi dalam sistem pembayaran tanpa menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian.

Redenominasi Rupiah Bisa Kacaukan Ekonomi JAKARTA (Waspada): Ekonom Danareksa Reseach Institute, Purbaya Yudhi Sadewa, menilai rencana Bank Indonesia (BI) mengurangi nilai mata uang tanpa nilai dari uang tersebut (redenominasi) rupiah dapat mengacaukan sistem ekonomi jika tidak dilakukan sosialisasi yang baik. Menurutnya, BI membutuhkan sosialiasi luar biasa agar semua masyarakat paham. Padahal, masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai tingkatan ekonomi dan pendidikan. Purbaya menilai, BI selama ini lemah dalam hal sosialisasi. Dia menambahkan, ditakutkan masyarakat malah akan khawatir nilai uangnya terpotong, padahal tidak. “Nantinya, orang akan beramairamai menukarkan rupiah ke dolar, karena pemerintah AS menjamin dolar yang telah dikeluarkan tidak akan diganti dan dikurangi,” ujarnya. Jika sudah begitu rupiah bisa terpuruk. Dalam situasi rupiah yang tenang, sebaiknya

BI tidak melakukan redenominasi karena dapat membingungkan masyarakat. Menurutnya, tidak mudah untuk menciptakan sistem yang baru. Selain itu, ia tidak melihat keuntungan diperoleh dalam melakukan redenominasi. Hal itu, karena sistem pembayaraan saat ini bisa diterima masyarakat. Sementara itu, pemerintah juga tampak terkejut dengan rencana Bank Indonesia melakukan rencana redenominasi rupiah. Menteri Keuangan Agus Martowardojo menuturkan, dirinya belum mendengar rencana BI tersebut dan justru bertanya kepada wartawan. “Ah nggak mungkin, masa sih,” Ujar Agus di Menko Perekonomian Jakarta, Senin. Dia berjanji, akan membicarakan dengan BI untuk membahas wacana tersebut. Namun tampaknya, Agus belum bisa memahami wacana BI. “Maksudnya dia (BI) mung-

kin mengeluarkan uang koin. Aku bahas dengan BI dulu ya, aku tidak tahu ya maksud kalian apa,” katanya. Begitu halnya dengan Menko Perekonomian Hatta Rajasa

ketika ditanya mengenai Redenominasi. Dirinya mengaku belum pernah mendengar hal tersebut. “Saya belum merespon sesuatu yang belum saya paham,” ujarnya. (vvn)

Pedagang Kompor Minah Di Madina Kembali Bergairah PANYABUNGAN ( Waspada) : Para pedagang kompor minyak tanah di Mandailing Natal yang sempat kolaps akibat kelangkaan minyak tanah dan program konversi ke gas elpiji kembali bergairah. Hal ini tidak terlepas dari maraknya ledakan tabung gas elpiji. “Maraknya ledakan gas elpiji yang belakangan terjadi membuat sebagian warga beralih kembali memburu kompor berbahan bakar minyak tanah, bahkan pedagang kompor minyak tanah pun kewalahan melayani permintaan pembeli, sementara kompor gas kini sudah mulai tidak lalu karena ditinggal konsumen,” ujar Ah-

mad Husein Lubis, 45, salah satu pembeli kompor minyak tanah di Panyabungan, Selasa (3/8). Kata dia, ledakan gas elpiji yang marak terjadi akhir-akhir ini memang patut diwaspadai oleh setiap penggunanya,agar terhindar dari ledakan gas, sehingga pantas sebagian warga di Madina kini memburu kompor minyak tanah untuk kebutuhan rumah tanggapnya. Hasil pantauan Waspada di tiga pasar tradisional di Madina seperti Panyabungan, Kotanopan dan Siabu, tingginya permintaan kompor minyak tanah membuat para pedagang sempat kewalahan karena stok mereka hamper habis.(a24)

Nasabah Dan Pedagang Pasar Sentral Banjiri Mandiri Belanja Untung MEDAN (Waspada): Ratusan nasabah dan pedagang membanjiri acara undian berhadiah Mandiri Belanja Untung di Pasar Sentral dalam rangka promosi tabungan bisnis untuk nasabah dan mesin edc bagi pedagang yang melayani kartu kredit Mandiri. Menurut Unit Marketing Mandiri Medan Balai Kota Ade Firdaus, Selasa (3/8), even yang berlangsung saat itu memasuki hari ketiga setelah program Mandiri Belanja Untung di Medan dimulai sejak 1 Agustus hingga 8 Agustus. Nasabah yang membanjiri acara tersebut diperkirakan meningkat 100 persen dibanding

dua hari sebelumnya, hal tersebut terlihat dari ramainya antrian melakukan transaksi undian mendapatkan hadian Mandiri Belanja Untung, ujarnya. Sementara itu sesuai data tercatat pada hari pertama jumlah nasabah dan pedagang bertransaksi sebanyak 502 orang, sedangkan hari kedua meningkat menjadi 745 orang, sebutnya. Sarat mengikuti Mandiri Belanja Untung adalah pengguna kartu kredit dan debit Mandiri pada hari itu berbelanja dengan transaksi minimal Rp200 ribu secara kredit dan secara tunai minimal Rp300

ribu, terangnya. Bagi nasabah memenuhi persaratan tersebut dapat menukarkan struk belanjanya ke booth Mandiri Belanja Untung untuk mendapatkan kupon undian yang hadiahnya 80 handphone merek Cina. Disamping itu penyelanggara juga menyediakan ratusan hadiah menraik lainnya seperti delapan kamera, delapan handphone Nokia, delapan Blackberry, delapan televisi dan hadiah menarik lainnya, tuturnya. Sementara itu bagi pedagang yang mengikuti program tersebut disediakan hadiah Toyota Yaris, satu paket wisata ke Hongkong, satu paket untuk

ke Bali dan puluhan voucher berhadiah senilai jutaan rupiah. Selain di Pasar Sentral yang diperuntukkan bagi nasabah yang berbelanja di Pusat Pasar, Medan Mall dan Pasar Sentral sendiri juga diadakan di beberapa titik lainnya seperti Sukaramai, Jalan Cirebon, Asia dan Ahmad Yani. Program Mandiri Belanja Untung bagi pengguna dan pedagang yang melayani kartu kredit dan debit Mandiri di pasar tersebut juga dalam rangka memperkenalkan tabungan Mandiri Bisnis dan mesin edc Mandiri untuk pedagang, terangnya. (m40)

Pemkab Madina Perlu Ulang Kejayaan Jeruk Manis Sibanggor ANTUSIAS: Warga antusias mendengarkan penjelasan dari Dewi Budiati Teruna Jasa Said tentang berbagai hal menyangkut MDGC dan pemanfaatan sampah barubaru ini. kawasan ini telah melahirkan 40 kader inti lingkungan yang berasal dari kelompok perempuan dikawasan tersebut. Di lingkungan ini ada 168 KK berasal dari masyarakat ekonomi menengah ke bawah, namun tidak menyurutkan keinginan warga berpartisipasi aktif dalam menciptakan lingkungan bersih, sehat dan asri melalui kegiatan rutin setiap Jumat dan Minggu. Di dua kelurahan Medan Perjuangan dan Medan Helvetia tersebut, rombongan didampingi Purnama Dewi, selaku Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Medan, dan Dewi Budiati Teruna Jasa Said selaku relawan Medan Green & Clean. Kemudian sosialisasi untuk menciptakan kota Medan yang hijau dan bersih oleh Komunitas Peduli Lingkungan (Koppling) terus berlanjut di Kelurahan Labuhan Deli, Belawan. Selain memberikan pengarahan tentang menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, warga juga diajak untuk dapat memanfaatkan sampah untuk dijadikan produk daur ulang. Dalam kesempatan tersebut, Dewi Budiati juga ikut mempraktikkan cara mendaur ulang sampah dengan menggunakan bahan-bahan tak terpakai seperti kertas koran, gelas minuman kemasan dan lainnya.

Antusias warga yang hadir dalam acara sosialisasi tersebut terlihat dalam sesi tanya jawab seputar sampah dan penanganannya serta cara penghijauan dan manfaatnya. Dalam pengarahannya Prof. Rauf mengingatkan pentingnya lingkungan hijau bagi warga di daerah tersebut. Satu pohon saja penting artinya karena dapat memenuhi kebutuhan oksigen dua orang dewasa. “Mengerti atau tidak, masalah dampak pemanasan global harus disampaikan agar kita peduli dengan lingkungan,” ujar Rauf. Hasil penelitian mendapati bahwa setiap pohon dapat menghasilkan Oksigen (O2) rata-rata sebanyak 1,4 kg per hari. Untuk bernafas, manusia membutuhkan sebanyak 0,5-0,8 kg O2 per orang per hari. Hal ini disampaikannya terkait masalah pemanasan global yang tengah terjadi, serta pentingnya penghijauan lingkungan mencegah dampak kerusakan lingkungan lebih luas lagi akibat ketidaksadaran masyarakat akan pentingnya penghijauan. “Sebagai seorang muslim, layaknya kita rajin beramal. Ibaratnya, sepolit-politnya orang jika dia punya pohon mangga dan buahnya tak rela diambil orang, tapi dia telah beramal dengan memberi oksigen secara cuma-cuma untuk bernafas bagi rata-rata 2 orang per hari,” pungkasnya.

PANYABUNGAN ( Waspada) : Guna peningkatan roda perekonomian masyarakat, Pemkab Madina dalam hal ini Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Mandailing Natal diharapkan melakukan program nyata dalam menggali sekaligus mengulang kejayaan berbagai tanaman pertanian dan perkebunan sudah tinggal nama. Seperti jeruk manis Sibanggor yang masa kejayaannya sempat terkenal di berbagai propinsi di Indonesia, kian hari kian mengalami kepunahan. Kekhasan rasa jeruk Sibanggor terbilang lebih manis dan jeruk kebiasannya kini hanya tinggal nama. Kepunahan karena adanya hama CCPD atau jamur merah yang menyerang tanaman sejak tahun 2001 dan hingga kini belum dapat diatasi.Wajar saja kalau masyarakat selama ini menggantungkan hidup dari jeruk manis di kawasan sejumlah desa yakni Sibanggor Julu, Sibanggor Tonga, Sibanggor Jae, Hutanamale, Hutatinggi dan Huta Lombang dilanda keresahan. Pasalnya, tanaman jeruk manis selama ini merupakan

andalan mata pencaharian di lembah Gunung Sorik Marapi, kini tidak lagi hidup subur akibat serangan jamur merah itu. Beberapa warga di lembah Gunung Sorik Marapi kepada Waspada, Senin ( 2/8), menceritakan masa kejayaan jeruk manis. Di samping tubuh subur di pekarangan rumah-rumah penduduk, buahnya sangat besar-besar bahkan hasilnya telah dinikmati warga di sana untuk menyekolahkan anakanaknya ke jenjang perguruan tinggi maupun membiayai warga untuk naik haji. Namun sejak munculnya hama, setiap kali warga menanam selalu gagal sebab belum cukup umur, tanaman jeruk ditanam kering dan lama kelamaan mati. Kejadian menurut warga,sudah dikonsultasikan dengan Dinas Pertanian di Panyabungan dan setelah ada hasil penelitian ternyata hama menyerang tanaman jeruk penduduk bernama CCPD atau jamur batang merah/api, tetapi sampai saat ini belum bias ditanggulangi. Meskipun dalam keterpurukan, harapan warga beberapa desa di Kecamatan Puncak Sorik

Marapi itu untuk kembali mengulang gemilangnya tanaman jeruk masih belum sirna, maka beberapa petani masih berusaha untuk melestarikan pohon jeruk untuk dijadikan bibit mereka yakini dapat menanam dalam jumlah besar. Harapan dinanti ternyata datang juga dengan adanya bantian pihak pemerintah melalui Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Madina. Dinas itu memberikan sejumlah bibit,namun sayangnya bantuan bibit belum memberikan mamfaat besar kepada petani. Untuk mengulang kesuksesan tanaman jeruk manis Sibanggor menurut petani, bukan kebutuhan bibit semata dibutuhkan, tetapi bagaimana pemerintah terlebih dahulu dapat menanggulangi penyakit menyerang tanaman jeruk manis tersebut. Pudun,40, warga Sibanggor Tonga mengatakan,masyarakat sudah berulangkali melaporkannya kepada instansi berwenang, namun respon pemerintah terkesan lamban dan ditanggapi tidak serius. Karena tanaman jeruk manis hanya tinggal nama akibat

Harga Emas Di Medan Jenis

Kadar

Valuta Asing Di Medan

Harga

London Murni

99%

Rp340.000

London

97%

Rp326.000

24 Karat

90 s/d 93%

Rp306.000

Emas Putih

75 %

Rp255.000

22 Karat

70%

Rp238.000

Suasa

20 s/d 35%

Rp170.000

diserang hama jamur api, para petani di kawasan Sibanggor telah mengalihkan lahannya ke tanaman lain bisa menopang hidup keluarga utamanya untuk membiayai anak-anak untuk bersekolah. Di beberapa kawasan desa di daerah itu,kini telah dialihkan ke tanaman keras seperti karet dan kakao.”Alih fungsi lahan ke tanaman lain, belum juga menunjukkan hasil maksimal apabila dibandingkan dengan tanaman jeruk manis,” lanjutnya. Sebagian warga mengalihkan lahannya untuk pengembangan tanaman cabai, tomat dan lainnya, namun nasib sial juga menghantui mereka, karena tanaman cabai mereka juga diserang hama penyakit daun keriting, sehingga banyak membiarkannya begitu saja. Agar kembali bisa menanam jeruk sebagai sumber utama penghasilan keluarga, Pudun bersama warga lainnya berharap agar pemerintah daerah dapat melakukan program dan langkah nyata guna mendulang kembali kejayaan jeruk Sibanggor, karena selain hasilnya lumayan,mutunya juga sangat baik. (a24)

(m40)

Mata Uang

Jual

Beli

Dolar AS Dolar Australia Franc Swiss Poundsterling Inggris Dolar Hongkong Yen Jepang Dolar Singapura Euro Ringgit Malaysia

9.080 8.226 8.620 14.068 1.169 104,50 6.679 11.825 2.870

8.930 8.054 8.454 13.783 1.148 101,50 6.445 11.063 2.800


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.