Waspada, Rabu 28 Oktober 2009

Page 12

Medan Metropolitan

10 Dua Mayat Ditemukan Di Sungai Belawan BELAWAN (Waspada): Masyarakat di bantaran sungai Belawan, Dusun 4, Desa Hamparan Perak, Kecamatan Hamparan Perak, Deli Serdang, Selasa (27/10), dihebohkan dengan penemuan dua sosok mayat pada waktu yang bersamaan. Informasi diperoleh Waspada di lapangan, dua mayat yang ditemukan tersebut yakni bayi laki-laki dan seorang bocah berusia tujuh tahun. Bocah tersebut diidentifikasi sebagai Govinda Oktovinda penduduk Jln. Sei Mencirim Dusun I, Paya Geli, Deli Serdang. Mayat tersebut ditemukan warga setempat yang hendak turun di sungai. Petugas Polsek Hamparan Perak yang menerima laporan adanya penemuan

mayat tersebut, segera turun ke lapangan dan mengevakuasinya ke Instalasi Jenazah RSU Dr. Pirngadi Medan. Kapolsek Hamparan Perak AKP Azuar, SH menjelaskan, sebelumnya Govinda dilaporkan hanyut ketika mandi di Sungai Sunggal bersama temantemannya, Sabtu (24/10). “Pada tubuh korban tidak ditemui tanda-tanda kekerasan,” katanya. Sementara itu, Kanit Reskrim Polsek Hamparan Perak,

Pemerintah Menaruh Harapan Besar Terhadap Pemuda MEDAN (Waspada): Pemerintah tetap menaruh harapan besar dan masih membutuhkan peran pemuda untuk membangun bangsa ini. Untuk itu dibutuhkan pemuda-pemuda yang cerdas, trampil dan berwasasan. Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Sumatera Utara, Parlautan Sibarani, menegaskan hal itu kepada Waspada di kantornya Jalan KH.Wahid Hasyim Medan, Selasa (27/10), menanggapi pandangan pemerintah terhadap pemuda, berkaitan Peringatan Hari Sumpah Pemuda Ke-81 yang jatuh pada 28 Oktober 2009 hari ini. “Untuk mewujudkan pemuda yang cerdas, trampil dan berwasasan kebangsaan, Dinas Pemuda dan Olahraga tetap konsern berkewajiban melakukan pembinaan, baik formal dan non formal,” ujarnya. Kata Sibarani, pembinaan formal antara lain menggelar berbagai kegiatan ketrampilan. Kepemimpinan (leadership) agar memiliki wawasan dan peka disertai iman dan taqwa. Sedangkan non formal dengan memberikan dukungan dan bantuan-bantuan terhadap Organisasi Kemasyarakat Pemuda (OKP) di lintas strategis. Menjawab pertanyaan, bagaimana pemerintah dalam memberdayakan pemuda kita yang makin kritis, Sibarani mengatakan pemuda yang kritis adalah harapan bangsa. Pemuda harus bersikap kritis dalam menilai dalam upaya pengawasan segala bidang. Pemerintah, lanjutnya, tetap konsern terhadap keberadaan OKP yang diharapkan dapat semakin mencerdaskan pemuda dan menyadari akan tanggungjawab terhadap masa depan bangsa. Maka pemuda harus mengerti berorganisasi sehingga semakin pintar dan cerdas. Sibarani membantah rasa nasionalisme pemuda menipis rasa nasionalismenya. Katanya, pemuda tetap peka dan peduli terhadap situasi baik dalam maupun luar negeri. Seperti kasus Ambalat dan pulau-pulau terluar. Pemuda juga tanggap terhadap tindak pidana korupsi maupun ketidakadilan yang menjadi topik pembicaraan di negara kita. “Sifat nasional pemuda kita karena Pemerintah lahir sifat nasional. Namun cara penyampaiannya berbeda karena saat ini era reformasi. Selain pemuda tetap memegang Sumpah Pemuda, yaitu mengaku tumpah darah satu, tanah air Indonesia, mengaku berbangsa satu bangsa Indonesia dan menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia.(m25)

PD Washliyah Didesak Usung Kader Di Pilkada MEDAN (Waspada): Generasi Muda Al Washliyah (GM AW) yang terdiri dari Gerakan Pemuda Alwashliyah (GPA) Ikatan Putera Puteri Al Washliyah (IPA) dan Himpunan Mahasiswa Al Washliyah (HIMMAH) mendesak Pimpinan Daerah AlWashliyah Kota Medan untuk segera menentukan sikap dengan mengusung kader sendiri pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Medan 2010 mendatang. Hal ini harus segera dilakukan mengingat pelaksanaan Pilkada sudah semakin dekat. Demikian disampaikan Ketua GPA Kota Medan, Mahrizal, SE, Ketua IPA Kota Medan Dedi Suhairi dan Ketua HIMMAH Kota Medan, Abdul Rahim Lubis kepada wartawan, Senin (26/10). Menurut Mahrizal, Al Washliyah sebagai ormas Islam terbesar di Kota Medan sudah selayaknya tampil mengajukan kader sendri pada Pilkada mendatang mengingat peluang calon independen terbuka lebar. Kendati demikian, koalisi terhadap partai politik juga bisa dilakukan selama platfon partai tersebut sesuai dengan khittah dan arah perjuangan Al Washliyah yang didirikan oleh para ulama. “Berdasarkan perhitungan yang matang serta dialog yang dilakukan secara intensif, kami generasi muda washliyah sepakat kalau Al Washliyah harus mengusung kadernya sendiri untuk menjadi calon pada Pilkada Kota Medan mendatang. Langkah ini harus segera diambil sebelum adanya keputusan calon tetap dari KPU.Jika itu dilakukan, maka sama saja Al Washliyah menjadi pengikut dan korban politik orang lain,” ujar Mahrizal. Hal senada juga dikatakan Dedi Suhairi. Menurutnya, Al Washliyah tidak pernah kekurangan kader yang berkompeten untuk memimpin Kota Medan. Banyak nama yang bisa diajukan dan diterima ditengah-tengah masyarakat, apalagi lanjut Dedi, nama tersebut kompak diusung secara institusi. (m10)

Pedagang Pagaruyung Harus Ciptakan Kebersihan MEDAN (Waspada): Pedagang kuliner Pagaruyung Kota Medan gelar gotong royong bersihkan drainase. Bahkan, para pedagang tersebut sekarang sedang mencari sponsor untuk penyeragaman tenda, sebab pedagang sedang menyiapkan grand desain Pagaruyung. Puluhan pedagang Pagaruyung sepakat melakukan kebersihan dan akan membuat jadwal tetap untuk pembersihan. Bahkan para pedagang memiliki komitmen bersama melakukan kebersihan. Demikian dikatakan, Rahmadsyah, koordinator pedagang Pagaruyung kepada wartawan, Minggu (25/10), saat melakukan gotong royong yang dihadiri Pj Walikota Medan, Rahudman Harahap dan anggota DPRD Kota Medan dari Fraksi PKS, Surianda Lubis bersama Hasyim dari Fraksi PDIP. Dikatakan Rahmadsyah, para pedagang sempat terkejut ketika diminta bongkar ikon wisata kuliner Kota Medan itu. Tapi setelah bertemu dengan camat, maka dibuat kesimpulannya pedagang harus menyeragamkan tenda dan menjaga kebersihan. “Setiap minggu kami akan jadwalkan menjaga kebersihan, khususnya menjaga drainase agar tak tersumbat,” ucapnya. Ditambahkannya, pihaknya sudah mendesain penataan Pagaruyung mulai dari keseragaman tenda sampai ke perlengkapan dagangan. Hal ini setelah adanya koordinasi dengan Camat Medan Petisah, minggu lalu. “Kami juga membuat peraturan dan tata tertib berdagang di sini,” paparnya. Sementara itu, Pj Walikota Medan, Rahudman Harahap yang hadir pada gotong royong tersebut meminta kepada pedagang agar tetap menjaga kebersihan dan terus melakukan penataan Pagaruyung. “Saya sangat tertarik dengan kawasan Pagaruyung, pastinya lokasi ini menguntungkan bila dijadikan wisata kuliner Kota Medan, makanya harus lakukan penataan sebaik-baiknya,” katanya. Demikian juga dikatakan, Surianda Lubis, anggota DPRD Medan. Dia mengharapkan pedagang harus mampu menjaga kebersihan lokasi tersebut, kerana ikon wisata kuliner harus menjadi garda terdepan untuk ciri khas kuliner di Kota Medan. “Desain dan tatatertib berdagang harus sebaik-baiknya, sehingga Pagaruyung lebih bagus dipandang mata, dan benar tercipta wisata kulinernya,” paparnya. (h10)

Ipda Ade Haryono mengatakan, saat ditemukan jarak antara kedua mayat itu sekitar 50 meter. Tidak ditemukan petunjuk kalau kedua mayat itu saling berkaitan. “Tali pusat bayi itu masih lengket dan kebetulan saja mayat keduanya ditemukan bersamaan,” tambahnya. Di tempat terpisah, tim forensik RSU Dr. Pirngadi Medan yang melakukan identifikasi

memperkirakan bahwa mayat bayi laki-laki tersebut adalah korban aborsi dan sengaja dibuang di sungai. Sedangkan pada mayat Govinda tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan. Sebelumnya, Dayat, 25, tetangga Govinda, mengatakan kepada wartawan, awalnya bocah tersebut terlihat mandi sungai bersama teman-teman-

kan orang-orang mapan secara ekonomi. Tanpa disadari harga manusia saat ini lebih murah dari hewan, karena dengan Rp50 ribu suara manusia sudah dapat dibeli,” sebutnya. Sementara itu para pemuda yang memiliki kualitas, kapabilitas, dan kapasitas yang tepat, tidak akan diberikan kesempatan oleh masyarakat karena mereka telah memilih yang memberikan uang. Untuk itu pemuda harus menunjukan kepeloporannya secara lebih keras lagi diberbagai lini sesuai tingkatan pengabdiannya, agar dapat bersaing dan menggeser kaum tua yang hanya mengandalkan kemapanan secara materi, sambungnya. Yasir menuturkan, kiprah pemuda dalam pembangunan telah terjadi pergeseran nilai nyata dari bentuk seremonial dan sebagai pendukung kekuasaan saat orde baru menjadi pelaku utama yang ikut berperan nyata di era reformasi. Diantaranya banyak kaum muda yang duduk di lembaga eksekutif dan legislatif sehingga berperan besar dalam pengambil keputusan berbagai program

dan kebijakan pemerintah dalam pembangunan. Ketika disinggung kurang semaraknya perayaan Sumpah Pemuda pada tiga tahun terakhir, Yasir menyebutkan hal itu terjadi akibat bergesernya peran pemuda dari bentuk seremonial ke arah yang lebih nyata dalam pembangunan. Penegakkan supremasi hukum khususnya di era reformasi sudah berjalan sangat baik, hingga saat ini terjadi peningkatan kualitas pengawasan yang dilakukan legislatif, masyarakat, pemuda dan penegak hukum terhadap jalannya pembangunan. Pemuda juga ikut serta menciptakan keamanan dan kenyamanan di tengah masyarakat dengan bersikap taat hukum dan peraturan pemerintah, dan tidak ada organisasi kepemudaan yang memerintahkan kadernya melanggar hukum, pungkasnya. Untuk itu pemuda diimbau tetap bersatu dalam kesatuan NKRI dengan berbahasa satu dan berpedoman kepada Pancasila dan UUD 1945 serta melestarikan nilai-nilai perjuangan bangsa.(m40)

Soal Kecurigaan Bantuan Asing

MUI Sumut Dukung Ulama Sumbar MEDAN (Waspada): Majelis Ulama Indonesia Sumatera Utara memberikan dukungan penuh terhadap ulama dan elemen masyarakat di Sumatera Barat, terutama kalangan pemuda dan mahasiswa muslim untuk membantu menjadi tim sosialisasi kepada masyarakat agar tidak goyah imannya karena bantuan material dari negara asing. “Terhadap pemberi bantuan, seharusnya menekankan pada prinsip kemanusiaan dan tidak ada embel-embel lain atas bantuan itu apalagi menyangkut akidah,” kata Sekjen MUI

Sumut Hasan Bakti Nasution, Selasa (27/10) terkait kekhawatiran MUI Sumbar atas bantuan Israel ke daerah itu. Menurut Nasution, kekhawatiran itu pastilah beralasan dan umumnya pernah terjadi di kawasan yang mendapat bantuan dari asing. Sistem yang dilakukan umumnya menyisipkan pemahaman agama lain dengan apa yang mereka kirimkan. Hal itu, lanjutnya, menyinggung perasaan orang beragama. Karenanya, ujar Nasution, tindakan ulama untuk segera memberikan ultimatum agar pemberian bantuan harus

murni kemanusiaan harus disahuti oleh masyarakat luas. Di samping itu, segera memberitahukan kepada para tokoh adat dan agama apa yang mereka rasa janggal dari pemberian negara asing. “Banyak sekali bantuan diberikan secara langsung karenanya pemerintah setempat tidak bisa melakukan sortir atau filter terhadap bantuan yang diterima,” katanya seraya menambahkan untuk kawasan lain perlu memberikan masukan ide serta saran agar persoalan bantuan asing ini tidak menjadi persoalan baru. (m36)

Karya Ilmiah Dosen Perlu Disampaikan Melalui Media MEDAN (Waspada): Sudah saatnya dosen mampu menuangkan pemikirannya maupun karya ilmiahnya dalam sebuah karya tulis melalui media massa, karena karya ilmiah maupun pemikiran dosen juga perlu disampaikan kepada masyarakat, selain kepada mahasiswa. Rektor Unimed diwakili Pembantu Rektor III, Biner Ambarita mengatakan, oleh karena itu pihaknya menggelar ‘Pelatihan Jurnalistik dan Kehumasan’ yang kedua kalinya dengan peserta 40 orang terdiri dari dosen dan pegawai kehumasan Unimed, Selasa (27/10). Biner Ambarita menyebutkan, pada pelatihan pertama sudah ada 5 orang dosen yang bisa membuat tulisan ke beberapa media massa di medan dan diharapkan setelah mengikuti pelatihan yang kedua ini, akan banyak lagi dosen-dosen yang bisa menulis karya ilmiahnya ke media. Sementara itu Ketua Panitia, Aulia Andri menyebutkan, kegiatan tersebut untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah para dosen yang selama ini. Banyak para dosen menulis

karya ilmiah dan pemikirannya, namun gaya penulisan mereka berbeda dengan gaya penulisan yang ada di media massa. Dia berharap, dengan pelatihan ini, para dosen dapat menuangkan karya ilmiahnya dalam bentuk gaya tulisan jurnalistik dan dapat diterbitkan di media. Sehingga hasil penelitian dan pemikiran pada dosen dapat disebarluaskan dan dimanfaatkan dengan baik dalam rangka mengembangkan pembangunan di tengah-tengah masyarakat. Dalam pelatihan jurnalistik dan kehumasan yang dilaksanakan di lantai-3 gedung Biro Rektor Unimed tersebut, diisi dengan para narasumber dari beberapa media massa cetak di Medan seperti Muhammad Zeini Zen, selaku Redaktur Harian Waspada, Hartono Tugiman dari Harian Sumut Pos dan Deddy Ardiansyah dari Harian Global. Muhammad Zeini Zen dalam pemaparannya menyebutkan, tujuan menulis ada empat hal, pertama menyampaikan informasi, kedua, memperluas wawasan dan pengetahuan pembaca, ketiga menyalurkan aspirasi, kata hati, pendapat dan

Waspada/Sugiarto

Narasumber pelatihan Jurnalistik dan Kehumasan di Unimed, Deddy Ardiansyah memaparkan materi tentang pembuatan karya jurnalistik di hadapan dosen Unimed.

Rabu 28 Oktober 2009

nya pada Sabtu (24/10) sekira pukul 14:30. Setahu bagaimana, Govinda terpeleset dan jatuh ke sungai. Hingga saat ini Polisi belum mengetahui siapa pelaku yang telah membuang mayat bayi laki- laki tersebut ke sungai. Sedangkan pihak keluarga Govinda telah mendatangi RSU Dr. Pirngadi untuk menjemputnya jenazahnya. (cre/m26)

Pemuda Harus Tunjukkan Kepeloporan MEDAN (Waspada): Para pemuda bangsa ini harus lebih berani menunjukkan kepeloporan dengan mengusung nilai-nilai nyata di tengah beratnya tantangan zaman yang dihadapi setelah terjadinya degradasi moral di era reformasi. Demikian dikatakan Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sumut, Ir Ahmad Yasir Ridho Loebis, Selasa (27/ 10), sehubungan peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober (hari ini, red). Para pemuda dituntut harus lebih keras menunjukkan kepeloporannya di berbagai lini dan bidang yang digelutinya secara profesional sehingga dapat lebih berperan dalam pembangunan dibanding kaum tua, ujarnya. Namun, untuk melakukan hal tersebut diakuinya tidak mudah. Di era reformasi telah terjadi degradasi moral di tengah masyarakat ke arah materialistis, sehingga dalam menilai personal masyarakat mengenyampingkan kualitas, kapasitas dan kapabilitas. “Kualitas, kapasitas dan kapabilitas saat ini diukur masyarakat dengan uang yang diberi-

WASPADA

sebagainya, dan keempat melakukan kontrol sosial. Agar tulisan mencapai tujuan tersebut, lanjutnya, ada empat cara yang perlu dilakukan, pertama eksposisi yaitu menjelaskan, membeberkan, menerangkan. Kedua argumentasi yaitu meyakinkan orang lain dengan disertai bukti atau alasan yang memengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk menerima suatu kebenaran dengan mengajukan bukti mengenai objek yang diargumentasikan. Ketiga, Deskripsi yaitu menggambarkan, memaparkan, menjelaskan dengan kata-kata secara jelas dan rinci yang tujuannya menyajikan suatu objek atau peristiwa, sehingga seolah-olah pembaca melihat, mendengar dan merasakan sendiri hal itu. Keempat Narasi yaitu menuturkan, menceritakan atau mengisahkan yang tujuan utamanya menceritakan suatu peristiwa, mengisahkan apa yang terjadi dan bagaimana kejadian itu berlangsung. Sementara itu, Hartono Tugiman menyebutkan, setidaknya terdapat dua poin penting dalam penulisan artikel dan keduanya menjadi barometer baik tidaknya sebuah artikel. Pertama, bagaimana si penulis mampu mendapatkan ide dan bahan-bahan yang akan ditulisnya. Kedua, bagaimana si penulis mampu menuangkan bahan-bahan yang sudah ada dalam bentuk tulisan yang menarik komprehensif dan berstruktur. Sedangkan Deddy Ardiansyah mengatakan, menurut seorang tokoh jurnalis Indonesia, Ashari Siregar, untuk menghasilkan sebuah karya tulis yang menarik dan hebat hanya dibutuhkan 20 persen keterampilan teknis menulis, selebihnya atau 80 persen sangat tergantung kepada kekuatan pikiran dan wawasan penulis yang bersumber dari pengalaman hidupnya. (m41)

Waspada/ME Ginting

MENINJAU: Pj Walikota Medan, Rahudman Harahap (tengah depan) meninjau Jalan Bulan Lingkungan II, Kelurahan Pusat Pasar, Kec. Medan Kota yang baru diperbaiki Pemko Medan, Senin (26/10) malam. Sebelumnya jalan itu kondisinya seperti kubangan kerbau, kini sudah mulus untuk dilalui para pengendara kendaraan.

DPRD Medan Curigai Dinkes Selewengkan Dana JPKMS MEDAN (Waspada): Pelaksanaan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Medan Sehat (JPKMS) tahun 2009 dinilai anggota DPRD berantakan. Ada indikasi dana yang dialokasikan untuk program ini diselewengkan. Anggota Komisi B DPRD Medan T. Bahrumsyah berbicara kepada Waspada di gedung dewan, Selasa (27/10). Bahrum mengaku berpengalaman mendampingi rakyat miskin yang merasa kecewa dengan program ini. Setidaknya ada tiga hal yang menjadi pertanyan besar dalam pelaksanaan JPKMS ini seperti, tentang data peserta JPKMS, hubungan dengan program pusat Jamkesmas dan keberadaan rumah sakit yang melayani peserta JPKMS. Disebutkan, Dinas Kesehatan sebagai penyelenggara program ini tidak memperlakukan peserta JPKMS dengan baik. Banyak peserta yang telah masuk dalam database, tapi tidak memperoleh pelayanan masyarakat yang sakit. Dinas Kesehatan dengan gampangnya menolak

masyarakat dengan alasan tidak tertampung lagi. Pemko Medan tahun 2009 ini mengalokasikan dana Rp18,5 miliar untuk JPKMS. Masyarakat yang ditanggung mencapai 500.000 orang. Setiap peserta seharusnya mendapat kartu kepesertaan JPKMS. Namun, menurut Bahrumsyah, karena bobroknya manajemen kerja Dinas Kesehatan, mereka tidak mampu melengkapi seluruh peserta dengan kartu. Mereka membuat lagi kebijakan yang merugikan peserta, yakni masyarakat yang tidak punya kartu baru dapat dilayani bila ada rekomendasi dari Dinas Kesehatan. Syaratnya, masyarakat tersebut harus sudah terdaftar dalam database. Namun kebijakan ini, menurut Bahrumsyah, juga tidak berjalan. Sudah satu minggu ini, Dinas Kesehatan, tidak mengeluarkan lagi rekomendasi. Alasannya, dana JPKMS sudah habis. Hal lain dari masalah JPKMS ini adalah tentang indikasi manipulasi data oleh Dinas Kesehatan berkaitan dengan

program Departemen Kesehatan, yakni Jamkesmas. Menurut Bahrumsyah, lewat program Jamkesmas, masyarakat miskin di Kota Medan yang ditampung 412.000 orang lebih. Bila masih ada yang tidak terlayani akan ditampung dalam program JPKMS. ‘’Bayangkan, berapa sebenarnya masyarakat miskin kita. Dari dua program ini saja sudah hampir 1 juta orang tercover,’’ ujarnya. Kemudian yang dikeluhkan lagi dari program ini adalah keberadaan rumah sakit tempat melayani masyarakat. Bahrumsyah, menduga ada kolusi didalamnya. Karena standar rumah sakit yang ditunjuk tidak jelas. Kata Bahrum, ada rumah sakit yang tidak memiliki fasilitas apapun ditunjuk untuk menampung masyarakat miskin. Akibatnya, banyak peserta JPKMS yang harus dirujuk lagi ke rumah sakit lain. ‘’Semua pertanyaan ini harus dijawab oleh Dinas Kesehatan. Komisi B menduga sangat banyak permainan di sana,’’ ujarnya. (m17)

Tunggakan Rekening Listrik Rp50 M MEDAN (Waspada) : Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero tidak akan dapat bekerja maksimal didalam menyuplai listrik jika tidak didukung oleh beberapa aspek. Yang pertama dana, SDM dan masyarakat. Gubernur Sumatera Utara, Syamsul Arifin, pada peringatan Hari Listrik Nasional (HLN) ke64 di kantor wilayah PLN, Selasa (27/10) menyatakan, adanya kendala didalam mengakomodir kebutuhan listrik dikarenakan kurangnya dana didalam pembangunan pembangkit, sumber daya manusia (SDM) yang handal, dan masyarakat. “Sehingga perlu ada sikap untuk memperbaiki tiga aspek tersebut, yang pertama adalah dengan mengundang investor luar dan lokal untuk berinvestasi, kemudian pengembangan SDM, dan ketiga adalah adanya kerjasama dari masyarakat,” ujarnya. Untuk tahap awal, lanjutnya, masyarakat adalah hal utama didalam mendukung pengembangan listrik di Sumatera Utara dengan tidak melakukan pencurian. Dengan demikian, hal ini akan membantu kondisi kelistrikan di Sumut. “Jika hal ini berhasil, otomatis investasi ke daerah akan semakin baik dan hal ini berdam-

pak terhadap pendapatan masyarakat didalamnya khususnya perkapita Sumatera Utara,” ujarnya. Secara nasional, lanjutnya kembali, pemerintah menargetkan penambahan daya listrik 10.000 MW. Sumut akan merebut daya itu sebesar-besarnya bahkan dapat menyumbang daya. “Dan kita cukup senang, karena PLN lebih mengutamakan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) karena ramah lingkungan,” ujarnya. Pemimpin PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, Manerep Pasaribu mengakui, bahwa mereka kesulitan di dalam dana karena dana tunggakan rekening listrik sampai Oktober 2009 telah mencapai Rp50 miliar. “Untuk itu kita berusaha bekerjasama dengan berbagai pihak kususnya kejaksaan untuk pelanggan yang melakukan tunggakan listrik. Hampir 80 persen merupakan pelanggan umum dan hanya sebagian kecil saja yang perusahaan,” ujarnya. Kadis Pertambangan Sumut, Washington Tambunan menambahkan, dari 10.000 MW secara nasional maka Sumut dapat jatah 1000 MW. Kini sedang tahap persiapan

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara 2 x 200 MW di Pangkalan Susu milik PLN yang diharapkan tiga tahun lagi atau tahun 2012 bisa masuk sistem. “Kita berharap, PLTA Asahan I masuk sistem Januari 2010. Sedangkan soal PLTP Sarulla belum bisa tahu kapan masuk sistem karena negosiasi harga jual antara PLN dengan Sarulla Operation Limited (SOL) belum jelas. Harga jual 7 sen dolar AS per Kwh belum rampung dibahas oleh pemerintah pusat. Cuma sekarang banyak pembangkit-pembangkit kecil yang justru membantu kelistrikan di Sumut dan memberikan nilai tambah bagi masyarakat,” ujarnya. Pada peringatan HLN ke64 itu dihadiri Gubsu H Syamsul Arifin, SE, Pemimpin PT PLN (Persero) Pikitring Sumut-AcehRiau (Suar) Bintatar Hutabarat, Pemimpin PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumbagut Misbachul Munir, Kadis Pertambangan Sumut Washington Tambunan, Deputi Manager Hukum dan Humas PT PLN (Persero) Wilayah Sumut Raidir Sigalingging dan Deputi Manager PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumbagut Marojahan Batubara dan ribuan karyawan PLN di daerah ini. (m38)

Mewaspadai Bahaya Komunisme MEDAN (Waspada): Alih generasi fisik dalam kehidupan manusia ditandai oleh pertukaran aktor, dari bapak ke anak. Dari anak ke cucu dan seterusnya. Demikian dikatakan Antropolog Universitas Negeri Medan, Prof. Dr. Usman Pelly, MA pada saresahan Angkatan 66 Peduli Bangsa dalam konteks Komunis Dalam Sejarah Bangsa, di Hotel Dharma Deli Medan, Sabtu (24/10), dibuka oleh ketua Komisi II DPR-RI Drs. H. Burhanuddin Napitupulu. Tetapi alih generasi dalam kehidupan politik ditandai oleh pertukaran ideologi pemerintahan atau penguasa. Setiap generasi fisik dan politik disamping tampil dengan nilai dan struktur kehidupan budaya yang baru, tapi juga memperlihatkan kesinambungandari generasi lama. Karena itu, kata Usman, setiap generasi baru akan tampil beda, walaupun masih memiliki kesamaan-kesamaan dari pendahulunya. Berbeda dengan alih generasi fisik, pada alih generasi politik yang bertukar bukan aktornya, tetapi ideologinya atau paradigma politiknya. Pertukaran atau alih generasi fisik tidak selalu berimpit (coincide) dengan alih generasi politik. Seperti Cina dengan ideologi komunisnya sejak generasi Mao Tse-tung sampai sekarang, telah berganti aktor

penguasanya, tetapi ideologi negara mereka masih tetap komunisme, walaupun aktor penguasanya telah berganti. Republik Indonesia telah memiliki empat alih generasi politik, (1) Demokrasi Liberal 1945-1959 (Kabinet Presidentil dan Parlementer: Sukarno, Syahrir, Hatta s/d Juanda). (2) Demokrasi Terpimpin 19591967 (Kabinet Presidentil Sukarno), (3) Demokrasi Pancasila 1967-1998 (Kabinet Suharto), dan (4) Demokrasi Reformasi 1998 sampai sekarang (Kabinet Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati dan SBY-I). Dijelaskannya, walaupun keempat ideologi politik diatas memiliki simbol-simbol bersamaan, yaitu demokrasi dan Pancasila, tetapi secara esensial terutama pada tataran praksisnya, masing-masing telah mempratekkan ideologi politik yang berbeda. Karena itu pada setiap pergantian (suksesi) kekuasaan politik pemerintahan diawali dan diakhiri oleh konflik terbuka yang berdarah-darah (bloody succession). Depounding father Penggagas Saresahan Angkatan 66 Peduli Bangsa dengan thema bahasan NKRI, Komunis, Generasi Bangsa M. Yusuf Pardamean Nasution dan Drs. H. Amran YS (ketua Yayasan Pembangunan Pemuda Indonesia Angkatan 66 Sumut) serta Rid-

wan Matondang mengatakan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dimerdekakan pada 17 Agustus 1945, diproklamirkan oleh depounding father bangsa Indonesia, dengan semboyan “merdeka atau mati”. Dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia, kita sekarang ini berada pada era reformasi, Angkatan 66 tidak menaruh keberatan adanya transparansi dan kebebasan, sepanjang transparansi dan kebebasan tersebut untuk tegaknya Pancasila dan UUD 1945 serta kebersamaan kita tetap kondusif didalam Bhineka Tunggal Ika, dan sang saka merah putih tetap berkibar sebagaimana mestinya. “Setiap musuh Pancasila adalah musuh bangsa Indonesia, tidak terkecuali komunisme yang sangat biadab terhadap NKRI. Maka untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya laten komunis, marxisme dan leninisme, sudah sewajarnya para penggerak dan pelaku Angkatan 66 serta generasi penerusnya bertatap muka untuk kelestarian perjuangan sehingga semua bentuk berbau komunis, marxisme, leninisme, harus disingkirkan dan dicegah dari bumi Nusantara ini,” tegas Yusuf menambahkan komunisme, marxisme, leninisme musuh bangsa Indonesia, musuh Pancasila. (m25)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.