Waspada, Rabu 15 Mei 2013

Page 26

Aceh

B12

WASPADA Rabu 15 Mei 2013

Madrasah Tsanawiyah Swasta Tiro, Siapa Yang Mau Peduli ? SABTU, (11/5) lonceng berbunyi kuat di komplek MTs Tgk Chik Dayah Cut, Tiro, Kabupaten Pidie mengisyaratkan istirahat belajar bagi siswa. Dalam sekejab ratusan murid sekolah madrasah itu dengan berpakaian seragam warna coklat berhamburan keluar. Mereka lalu, menuju ke tempat jajanan di tepi jalan. Bangunan sekolah peninggalan kolonial Belanda itu terletak di tepi jalan lintas Tiro-Beureunuen. Pemandangan bangunan sekolah MTs itu sangat mencolok bila dibanding gedunggedung sekolah lain. Gedung itu kusam dan kumuh dan dipenuhi kayu-kayu patah dan lapuk. Pemandangan sekolah madrasah ini memang cukup memprihatinkan, bila dibandingkan bangunan sekolahsekolah lain yang sarananya cukup mentereng, rapi dan bersih serta fasilitasnya lengkap. Sehingga malanglah bagi anak-anak yang menimba ilmu di lokasi komplek Mesjid Tgk Chik Dayah Cut, Kecamatan Tiro, Pidie tersebut.

Ada sembilan ruang kelas yang dimiliki sekolah MTs itu, namun hanya tiga yang bisa dikategorikan layak huni, karena bangunannya permanen. Meskipun begitu lantainya berlubang dan dinding yang terbut dari tembok retak-retak serta hampir seluruh bangunan sekolah itu atapnya dari seng telah bocor. Langit-langit (loteng-red) terbuat dari papan triplek sudah terkelupas. Sedangkan beberapa ruang kelas terbuat dari kontruksi kayu sudah ditambaltambal. Tak hanya kondisi gedung sekolah yang memprihatinkan. Anak-anak dan guru duduk di kursi dan menulis di atas meja yang kakinya terbuat dari kayu dengan kondisi patah-patah. Pemandangan ini sangat ironis, karena Aceh yang memiliki sumber dana pendidikan lumayan banyak, semisal dana Otonomi Khusus (Otsus) tetapi masih ada lembaga pendidikan yang gedungnya buruk dan mobilernya tak layak pakai. Selain itu dalam komplek sekolah tersebut tidak ada bangunan rumah dinas guru. Begitupun dengan sarana MCK, tidak dimiliki sekolah itu, se-

Waspada/Muhammad Riza

SISWA MTs Tgk Chik Dayah Cut, Tiro, belajar di ruang kelas yang tidak layak dengan kondisi meja sudah patah-patah. Foto direkam, Sabtu (11/5) hingga para murid dan guru harus menumpang ke MCK milik masjid setempat. Padahal sarana itu dibutuh-

kan oleh anak berusia 12 tahun seumuran Rahmawati. Rahmawati, 12 yang merupakan siswa MTs Tgk Chik

Dayah Cut, Tiro besar harapannya dapat belajar di gedung sekolah yang mentereng seperti di Kota Sigli. Ia dan kawan-ka-

wanya ingin sekolahnya bersih, indah, nyaman dan tentram serta tidak harus pindah ruang bila tiba musim hujan karena

atap gedungnya bocor. Yusniar, Wakil Kepala MTSS Chik Dayah Cut, Tiro, mengungkapkan gedung sekolah MTs itu merupakan peninggalan diniyah. Selanjutnya pada 2001 masyarakat setempat mendirikan MTs Chik Dayah Cut, Tiro sampai sekarang. Saat ini sekolah itu memiliki 35 guru dan lima di antaranya sudah PNS, sisanya masih tenaga bakti dan honorer. Minat masyarakat Tiro untuk mendidik anak-anaknya setiap tahun sangat tinggi di sekolah madrasah, mencapai 251 siswa. Namun pihaknya selalu mengalami kesulitan karena jumlah ruang yang sedikit serta sarana dan prasarana yang terbatas dan tidak mendukung. “Kami tidak memiliki laboratorium, gedung rusak dan bocor serta mobilernya hanya tiga persen yang layak pakai,” katanya. Persoalan lain pada tanah dan gedung yang digunakan masih menumpang pada milik yayasan. Masyarakat ada mengusulkan memberikan tanah untuk dibangun gedung, namun letaknya jauh dekat tempat latihan militer di kawasan Pintu Satu, Tiro. “Kami mengharap-

kan perhatian masyarakat terhadap sekolah ini lebih tinggi lagi. Kalau bisa tanah yang diberikan untuk pembangunan sekolah ini sekitar komplek ini, biar anak-anak juga mudah dan dekat untuk bersekolah,” kata Yusniar. Imran, Kasi Mapenda Kantor Kementerian Agama Pidie Imran, mengakui kondisi sekolah MTs Tgk Chik Day a h Cu t s a n g a t m e m prihatinkan. Namun pihaknya tidak bisa berbuat banyak, karena keterbatasan dana dari pusat. Sebenarnya kata Imran, sekolah MTs itu sudah sering diusulkan untuk dinegerikan. Namun sampai sekarang belum turun surat dari Kemenag pusat. “MTs itu kepala sekolah dan wakilnya PNS dan juga ada beberapa guru lainnya yang sudah PNS. Jadi sebenarnya masih butuh waktu untuk dinegerikan. Karena itu kami sangat mengharapkan perhatian dari tokoh masyarakat setempat,” katanya. Muhammad Riza

Guru Tidak Bisa Menolak Ditempatkan Di Desa BANDA ACEH (Waspada): Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, T. Setia Budi mengatakan tidak ada alasan bagi guru dan tenaga kependidikan, untuk tidak mau ditempatkan di berbagai daerah di pedesaan di Aceh. “Tidak ada alasan lagi bagi guru untuk tidak mau ditempat-

kan di pedesaan,” ujar T Setia Budi, Sekda Aceh pada rapat

koordinasi program pendidikan se-Aceh, Senin (13/5) malam di Banda Aceh. Dikatakan, Pemerintah Aceh akan mendukung sepenuhnya program-program pemerataan distribusi guru yang akan dilakukan Dinas Pendi-

dikan Aceh dan Dinas Pendidikan kabupaten/kota. “Sudah sepatutnya anakanak di desa menikmati pendidikan yang layak dan bermutu seperti anak-anak di kota. Jika tidak, kita telah mengabaikan hak asasi bagi seorang manusia

untuk mendapatkan pendidikan,” tandasnya. Tugas itu, katanya, harus menjadi tanggung jawab dan fokus semua pihak untuk menata kembali sebaran guru di Aceh, sehingga tidak terjadi ketimpangan mutu pendidikan

diperkotaan dan dipedesaan. Menurut Sekda, selama ini guru umumnya lebih banyak berada di perkotaan dibandingkan di daerah perdesaan atau terpencil. “Kita memiliki tanggung jawab mencerdaskan anak-anak, baik yang ada di

desa maupun di kota, di pesisir pantai ataupun di lembah gunung.” Sementara itu, Kadis Pendidikan Aceh, Anas M. Adam pada kesempatan itu menyampaikan berbagai program yang dilakukan Disdik terkait dengan

peningkatan mutu pendidikan dan guru. “Berbagai pelatihan untuk guru dan tenaga kependidikan kita programkan dalam anggaran tahun 2013 ini, dalam upaya meningkatkan kapasitas dan kompetensi guru,” cetus Anas. (b06)

Honor Minim Picu Ketidakharmonisan

Waspada/Sudarmansyah

KONDISI sekolah di Aceh Barat Daya pasca banjir sangat memprihatinkan. Kegiatan belajar mengajar lumpuh, sejumlah aset sekolah juga rusak parah. Sekolah di Abdya membutuhkan penanganan Pemda serta bantuan buku belajar para siswa di sekolah. Foto direkam Senin (13/5) di SD Negeri Cot Mane, Kecamatan Jeumpa.

Belajar Mengajar Di Abdya ‘Lumpuh’ Total BLANGPIDIE (Waspada) : Para siswa sekolah dasar negeri (SDN) Cot Mane di Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Aceh Barat Daya mulai mengumpulkan kembali buku-buku panduan belajar yang terendam banjir pada Senin (6/5) lalu. Pasca rendaman air yang mencapai satu meter dan disertai endapan lumpur membuat mereka harus meliburkan aktivitas belajar mengajar. Pasalnya, semua buku panduan belajar, ruang belajar dan aset sekolah lain ikut terendam banjir dan tidak bisa digunakan lagi. Kepala SDN Cot Mane, Sudirman, Senin (13/5) menuturkan, selama sepekan lebih kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut lumpuh total. Para guru dan siswa sibuk membersihkan ruang belajar, kantor, perpustakaan hingga halaman sekolah dari endapan lumpur yang mencapai 10 hingga 20

centimeter. “Sekolah ini sebenarnya sebagai titik satu pelaksanaan USBN di Kecamatan Jeumpa, namun karena kondisi sekolah masih terendam air dan lumpur, jadi lokasi ujian dialihkan ke SDN Ladang Neubok. Kita juga telah melaporkan hal ini ke Dinas Pendidikan, namun hingga sepakan terakhir belum ada respon,” ujar Sudirman. Nurmalis, guru SDN Cot Mane mengatakan, selama sepekan lebih kondisi sekolah masih berlumpur dan tidak bisa digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Banjir tersebut karena tidak tersedianya saluran pembuang air, selain itu warga yang membangun bangunan di sekitar lokasi sekolah juga menutup rapat saluran air. “Kami berharap dinas terkait memberikan bantuan, agar para siswa tetap belajar, apalagi ujian kenaikan kelas sudahsangatdekat,jadiparasiswa

butuh persiapan,” harap-nya. Kadis Pendidikan Abdya Yusnaidi mengatakan, pihaknya akan segera mencarikan bantuan buku sementara agar para siswa tetap belajar sebagaimana mestinya. Pihaknya juga telah mengutus perwakilan dari dinas terkait untukmelihatkondisisekolahdan menampung apa saja yang menjadi keluhan para guru dan siswa. Staf Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Abdya, Muzakir yang temui di lapangan mengatakan, pihaknya akan mencarikan buku panduan belajar dari sekolah-sekolah lain, guna mencukupi kebutuhan buku panduan belajar bagi para siswa SDN Cot Mane. (cb05)

IDI (Waspada): Minimnya honor Kepala Desa (Kades) kerap memicu ketidakharmonisan dalam bekerja di desa dengan Sekretaris Desa (Sekdes) yang gajinya lebih tinggi, karena ratarata Sekdes di desa (gampong—red) telah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan pangkat/golongan sesuai dengan ijazah terakhir yang dimiliki. “Honor keuchik kita harap disesuaikan kerja selaku orang nomor satu di desa, karena jabatan keuchik merupakan jabatan yang diberikan oleh masyarakat melalui Pilkades, sama seperti jabatan bupati,” kata Antoni, Sekdes Bukit Tualang Idi Cut dalam penyam-paian Pesan - Pesan Penutupan Diklat Kompetensi Sekdes se Aceh Timur di Aula SKB Aceh Timur di Idi, Selasa (14/ 5). Antoni mewakili puluhan Sekdes lainnya mengatakan, tingginya gaji Sekdes PNS membuat ketidakseriusan para Kades yang dalam melaksanakan tugasnya selaku aparatur desa, bahkan selama ini banyak pekerjaan yang bisa dikerjakan Kades dilimpahkan juga ke Sekdes, padahal Sekdes mengurusi administrasi desa. “Oleh karenanya kami harap petinggi Aceh Timur berupaya meningkatkan kesejahteraan Kades, termasuk honor dinaikkan, sehingga kesejahteraan lebih terjamin,” kata Antoni menambahkan. Sementara itu, Bupati Aceh Timur Hasballah M.Thaib melalui Asisten II Setdakab Aceh Timur M Ihsan Akhyat dalam sambutan penutupan Diklat Kompetensi Sekdes 2013 meminta, para Sekde untuk menerapkan ilmu yang didapatkan selama diklat di kalangan masyarakat, sehingga pelayanan lebih meningkat dan lebih baik. “Mari kita ubah wujud pelayanan mulai dari desa sejak dini, karena jika kita siapa lagi dan jika bukan sekarang kapan lagi,” ujarnya. (b24)

70 Persen Siswa SD Tak Ikut UN Susulan LHOKSEUMAWE (Waspada): Dari 12.754 peserta ujian nasional (UN) untuk SD/MI di Kabupaten Aceh Utara, sebanyak 93 pelajar absen dengan alasan yang tidak jelas. Kepada mereka diberikan kesempatan untuk mengikuti ujian susulan. Pada saat ujian susulan dilaksanakan, hanya 30 persen yang berhadir, 70 persen absen dan dipastikan mereka gagal pada UN kali ini. Ujian susulan untuk SD/MI telah mulai dilaksanakan sejak 12 hingga 14 Mei. “Kita sudah memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengikuti ujian susulan, namun mereka banyak yang tidak datang pada ujian susulan, karena itu mereka kita anggap gugur,” kata Mawardi, Ketua Panitia UN, kepada Waspada, Selasa (14/5) seraya menambahkan, agar mereka memperoleh ijazah SD/MI harus kembali mengulang tahun depan di kelas 6. (b18)

Siswa MTs Swasta Gampong Beusa Belajar Di Kantin PEUREULAK (Waspada): Siswa Sekolah Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTs) Swasta Gampong Beusa, Kecamatan Peureulak Barat, Kabupaten Aceh Timur saat ini membutuhkan tambahan ruangan belajar. Pasalnya, siswa sekolah itu terpaksa menggunakan bangunan kantin (warung-red) untuk ruang kelas belajar. Pengamatan di lapangan, Selasa (14/5), ruang kelas bekas bangunan kantin berkonstruksi papan yang digunakan sebagai ruang belajar siswa ini kondisinya juga sudah tidak layak lagi, hal itu dikarenakan ruangannya kecil dan sangat sempit serta

kurang nyaman ketika proses belajar mengajar berlangsung. Kepala Sekolah MTs Swasta Gampong Beusa Drs Ishak Ismail didampingi Komite Sekolah H Anwar menjelaskan, menyusul kekurangan ruang belajar pihaknya sudah mengajukan bantuan ke Kementerian Agama RI di Jakarta, namun belum ada kejelasannya. “Siswa sekolah ini sekarang sudah berjumlah 244 orang sementara ruang belajar tidak mendukung,” ujarnya. Selain itu, Ishak Ismail juga meminta kepada Kemenag RI dan dukungan dari Kemenag Aceh Timur serta Kemenag Pro-

vinsi Aceh agar sekolah ini bisa dilakukan penegriannya. Jika dilihat dari usia MTs swasta ini yangtelahberdiriselama30tahun sudahlayakuntukdialihstatusnya menjadi sekolah negeri. Ditegaskan, di samping persoalan sarana dan prasarana yang belum memadai, masalah lainnya adalah para guru honorer dari MTs swasta yang diusulkan untuk rekrutmen Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kategori II tidak ada yang keluar namanya. “Seharusnya, jangan ada pilih kasih antara guru swasta dengan guru yang bekerja pada sekolah negeri,” harap Ishak Ismail.(cri)

KPPBC Langsa Musnahkan 33 Ton Bawang Merah

NGO Muslim Aid Indonesia Latihan Penyelamatan Di Air PEUREULAK (Waspada): NGO Muslim Aid Indonesia bersama dengan SAR Aceh Timur menggelar pelatihan penyelamatan di air kepada kelompok masyarakat penanggulangan bencana (KMPB) Gampong Leuge, Kecamatan Peureulak Kota, Aceh Timur, Selasa (14/5). Aceh Program Coordinator dari NGO Muslim Aid Indonesia TeukuYouvan kepada wartawan mengatakan, program pelatihan ini merupakan salah satu dari serangkaian program pengurangan risiko bencana dan perubahan iklim yang dilakukan pihaknya dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas anggota kelompok masyarakat dalam penanggulangan bencana di Gampong Leuge. “Pelatihan ini tidak lain adalah untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi bencana dan mampu melakukan penyelamatan di air dengan teknik yang benar,” ujar Teuku Youvan sembari menyebutkan, program latihan itu melibatkan 27 orang pemuda yang dilatih langsung oleh SAR dengan tujuan agar mampu meng-gunakan rubber boat yang dibekali dengan mesin. Dalam waktu dekat Muslim Aid Indonesia bersama dengan Dinas Kehutanan, BPDAS, dan Dinas Sosial juga akan melakukan program penanaman 14.000 mangrove dengan partisipasi dari masyarakat sekitar. “Penanaman mangrove tersebut rencananya akan ditanam pada Kamis (16/5) besok di kawasan perairan gampong Leuge,”. terangnya.(cri)

Waspada/Yusri

KEPALA MTs Swasta Gampong Beusa, Kec. Peureulak Barat, Kab. Aceh Timur swasta Ishak Ismail didampingi Komite Sekolah H. Anwar saat memberikan bimbingan kepada siswanya di ruang belajar bangunan bekas kantin yang tidak layak pakai lagi, Selasa (14/5).

Waspada/Dede

WARGA Kuala Langsa mencoba mengambil kesempatan membersihkan bawang merah yang sudah busuk dan menebar bau yang tak sedap, sebelum dilakukan pemusnahan yang dilakukan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Tipe Pratama Kuala Langsa di kawasan Pelabuhan Kuala Langsa, Selasa (14/5).

LANGSA (Waspada): Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Tipe Pratama Kuala Langsa musnakan barang hasil penindakan berupa bawang merah asal impor lebih kurang 33 ton dan barang milik negara berupa mi instan sebanyak 503 karton di kawasan Pelabuhan Kuala Langsa, Selasa (14/5). Hadir saat itu Kasatpol Air Polres Langsa, AKP Kasnap, staf ahli Wali Kota Langsa, TM Tarkun, Kasi Penyidikan Kanwil Bea Cukai Banda Aceh, Ubaid Salimi, Danyon 111 KB, Mayor Inf Hasandi Lubis, Pasiter Kodim 0104 Aceh Timur, Letu Inf Arief Bima Tejo, Kasie Pidum Kejari Langsa, Putra Masduri. Kasi Penyidikan Kanwil Bea Cukai Banda Aceh, Ubaid Salimi mengatakan, bawang merah tersebut hasil penindakan petugas KPPBC Tipe Pratama Kuala Langsa pada, 26 Maret 2013 sekitar pukul 02:00 yang dibawa menggunakan kapal KM Antasena dari Malaysia. Di mana,

kapal tersebut di tengah saat sedang melakukan pembongkaran di daerah Lubuk Damar Aceh Tamiang. “Puluhan ton bawang merah tersebut dimusnahkan karena kondisinya yang sudah membusuk dan bau, sehingga diduga sudah berpenyakit dan keberadaanya saat ini sangat mengganggu masyarakat di sekitar gudang tempat penyimpanan,” katanya. Lanjutnya, untuk mi instan ditindak oleh petugas KPPBS Tipe Pratama Kuala Langsa pada 2 November 2010 yang diangkut menggunakan kapal KM Sumber Abadi Indah dari Malaysia, di Desa Merandeh Kecamatan Manyak Payed, Aceh Tamiang. Di mana barang tersebut kemudian dinyatakan sebagai barang yang dikuasai negara berdasarkan Keputusan Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe B Kuala Langsa Nomor: KEP-01/

WBC.01/KPP.05/2012 tanggal 30 Januari 2012. Kemudian, barang dilanjutkan menjadi barang menjadi negara sesuai dengan surat Keputusan Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Nomor : KEP-02/WBC. 01/KPP.05/2012 tanggal 2 Maret 2013. Dan, berdasarkan persetujuan Menteri Keuangan Nomor S-720/MK.6/2012 tanggal 28 Desember 2012 hal persetujuan penjualan dan pemusnahan barang yang menjadi milik negara, maka barang hasil penindakan tersebut dilakukan pemusnahan. Wali Kota Langsa diwakili staf ahli Tarkun meminta kepada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Tipe Pratama Kuala Langsa ke depan agar secepatnya melakukan pemusnahan barang hasil penindakan agar tidak terindikasi hal-hal negatif dan kondisinya rusak yang bisa mengakibatkan penyakit. (m43)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.