Waspada, Jumat 3 Februari 2012

Page 22

Ekonomi & Bisnis

B8

WASPADA Jumat, 3 Februari 2012

LPS : Bank Sakit Tawarkan Bunga Deposito Tinggi JAKARTA (Waspada): Pemberian tingkat suku bunga deposito yang tinggi sebenarnya tidak selalu menguntungkan nasabah. Pasalnya, di balik bunga deposito yang tinggi, nasabah harus menanggung risiko karena dana tersebut tidak dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Dewan Komisioner LPS C Heru Budiargo menjelaskan pemberian suku bunga deposito yang tinggi di atas suku bunga penjaminan (LPS rate) menyebabkan pergeseran dana dari bank sehat ke bank yang kurang sehat. “LPS melihat pemberian suku bunga yang lebih tinggi ini menyebabkan bergulirnya dana dari bank sehat ke bank yang kurang sehat,” ungkapnya dalam konferensi pers di Kantor LPS, Jakarta, Kamis (2/2).

Lebih lanjut dia menjelaskan, bank yang kurang sehat (sakit) biasanya menawarkan suku bunga deposito yang lebih tinggi. LPS sendiri telah menetapkan LPS rate untuk mengurangi moral hazard di industri perbankan, melalui penetapan suku bunga deposito yang tinggi. “Bunga yang tinggi ini membuat nasabah yang diuntungkan secara tidak wajar, jadi tidak layak bayar saat bank bermasalah dan dilikuidasi,” tukasnya. Dari data LPS, tercatat dari sekira Rp1 triliun dana simpanan masyarakat di 46 bank yang dilikuidasi sejak 2006, tercatat sebanyak Rp670 miliar layak bayar, dan sebanyak Rp445

miliar masuk kategori tidak layak bayar. “Dari yang tidak layak bayar, sebesar Rp220 miliar karena saldonya melebihi saldo maksimal yang masuk penjaminan LPS. Sisa Rp225 miliar lagi, sampai 91 persen penyebab utamanya karena nasabah memperoleh hasil bunga di atas penjaminan LPS,” pungkasnya. Sebagai informasi saat ini LPS rate ditetapkan sebesar 6,5 persen untuk bank umum, dan 9,5 persen untuk Bank Perkreditan Rakyat. Adapun, rekening nasabah yang akan dijamin LPS adalah yang nilainya tidak melampaui Rp2 miliar dan masuk dalam suku bunga penjaminan tersebut. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga mengatakan sebanyak 136.890 rekening di bank umum tidak memperoleh kategori penjaminan penuh karena nilai saldo melebihi batas penjaminan yang ditetapkan

maksimal sebesar Rp2 miliar. Dari data disajikan LPS rekening yang tidak termasuk dalam penjaminan penuh tersebut mempunyai total saldo Rp1.436,45 triliun. Jika dibandingkan, dana tersebut lebih dari setengah total dana simpanan perbankan yang dicatat LPS sebesar Rp2.830,32 triliun, dengan jumlah rekening mencapai 101.366.680 rekening per 31 Desember 2011. “Jadi total dana simpanan yang memperoleh penjaminan mencapai Rp1.667,66 triliun. Termasuk rekening yang nilainya di atas Rp2 miliar, karena tetap menerima penjaminan Rp2 miliar,” ungkap Kepala Eksekutif LPS Firdaus Djaelani. Adapun dalam pemberian penjaminan untuk menentukan layak bayar atau tidak, selain melihat maksimal saldo simpanan, LPS juga melihat tingkat suku bunga deposito yang diterima nasabah. (okz)

Bumiputera Targetkan 1,5 Juta Polis Baru JAKARTA (Waspada): Seabad Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera menargetkan tambahan 1,5 juta polis baru dengan jumlah premi mencapai Rp7 triliun. Hingga saat ini aset AJB Bumiputera mencapai Rp20 triliun dengan jumlah polis mencapai lima juta orang Target tersebut optimis bisa dicapai karena tahun ini Bumiputera banyak produk akan dikeluarkan serta layanan baru kepada nasabah. Adapun layanan baru yang dihadirkan Bumiputera adalah pembayaran premi via ATM Bank Mandiri, website dan informasi melalui pesan singkat “Target kami tahun ini bisa mendapatkan 1,5 juta polis baru dengan jumlah premi mencapai

Rp7 triliun,” kata Direktur Utama AJB Bumiputera 1912, Dirman Pardosi dalam rilisnya sambut logo baru AJB Bumiputera di Jakarta, kemarin. Mengenai logo baru, Dirman mengatakan, perubahan tersebut dilakukan bertepatan peringatan 100 tahun AJB Bumiputera beroperasi di Indonesia. “Penggantian logo ini bertepatan dengan peringatan satu abad perusahaan ini,” paparnya. Perubahan tersebut dimaksudkan untuk menyesuaikan diri dengan dinamika perusahaan asuransi di Indonesia dengan falsafah semangat sinergi, empati, moral, aktif, nasionalis, gigih, apresiatif dan teladan. Logo baru Bumiputera menggambarkan sebuah mah-

kota dan aksesori tradisional yang terdiri dari tiga figur manusia. Logo baru ini mewakili kesatuan dan kebersamaan seluruh rakyat Indonesia dengan menggunakan warna biru. “Logo baru melambangkan kedaulatan, martabat dan kekuatan dalam arti yang modern inklusif serta mencerminkan karakter tradisional Indonesia yang menyimbolkan pertumbuhan dan pembaruan,” jelas Dirman. Logo yang dinamakan sebagai‘Trisula Sancaya Bumiputera’ (tiga kekuatan terhimpun) mewakili simbol tiga orang guru yang merupakan pendiri AJB Bumiputera yakni M Ng Dwidjosewojo, MKH Soebroto, dan M Adimidjojo

Dikatakan, salah satu strategi pihaknya dalam menghadapi persaingan atas maraknya perusahaan asuransi asing di Indonesia adalah meningkatkan fokus pada produk serta sistem layanan. Membuat strategi dan program transformasi, yang akan membuat Bumiputera mampu melayani segmen menengah atas. Layanan baru yang akan memberi kemudahan bagi masyarakat antara lain website, pembayaran via ATM Bank Mandiri, informasimelalui SMS dan Call Center Bumiputera. “Dengan bertambahnya usia ini, kami berharap tetap arif dan tidak surut dalam memperbaharui diri agar semakin baik,” tuturnya. (j03)

Pedagang Telantarkan Pasar Lamgapang BANDA ACEH (Waspada): Karena dagangannya tidak laku, puluhan pedagang di Pasar Lamgapang Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh terpaksa hengkang. Hengkangnya pedagang dari pusat pasar baru terletak di Jalan Lamgapang itu terjadi secara berangsur-angsur, sejak tiga bulan terakhir. Para pedagang kebanyakan menjadi pedagang emperan di kaki lima pertokoan dan pinggir jalan bahkan di halaman Masjid Baitussalihin, Ulee Kareng. Dinas terkait di kota itu, tidak mampu mempertahankan aktivitas perdagangan di Pasar Lamgapang. Dinas dinilai tidak mampu membendung semakin suburnya aktivitas perdagangan kaki lima di emperan pertokoan dan pinggir Jalan Ulee Kareng yang semakin padat kendaraan dan pembeli, kata Mukhtar, warga Ulee Kareng ke Waspada, Sabtu (28/1).

“Kalau dinas terkait tidak membenarkan adanya pedagang di emperan pertokoan dan pinggir jalan Pasar Ulee Kareng, dipastikan pembeli tetap mau ke Pasar Lamgapang yang hanya berjarak sekira 200 meter dari Pasar Ulee Kareng,” sebut Aminah, seorang pedagang sayur yang terpaksa hengkang dari Pasar Lamgapang dan kembali berjualan di emperan pertokoan Ulee Kareng karena dagangannya tidak laku. Pemko Banda Aceh yang sejak awal akan membenahi dan menertibkan PKL di Pasar Ulee Kareng untuk menempati di Pasar Lamgapang, ternyata sampai akhir Januari 2012 tak terealisasi. Pasar Baru Lamgapang terbengkalai karena letaknya tidak strategis, sehingga pedagang enggan berjualan di pasar yang menelan anggaran miliaran rupiah. “Para pedagang sangat me-

Adee Meureudu Mulai Dilirik Konsumen Jakarta BANDA ACEH (Waspada): Permintaan kue sejenis Adee (bikang-red) produk Meureudu (adee Meureudu), Kabupaten Pidie Jaya, yang terbuat dari ubi dan tepung terigu akhir-akhir ini meningkat drastis. Akibat semakin meningkatnya permintaan kue tradisional Aceh khususnya buatan Meureudu itu, sehingga para penjaja kue tumbuh bagaikan jamur di musim hujan. Seperti di sepanjang Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) Banda Aceh-Medan di kawasan Meureudu dan Meurah Dua, Pidie Jaya telah bermunculan puluhan penjaja kue Adee itu. Setiap hari kue Adee Meureudu itu ada saja yang beli terutama pelintas Jalinsum, baik yang hendak ke Medan maupun Banda Aceh. Mereka tetap singgah di kios penjaja kue adee itu, kata Nurma, pedagang kue Adee Meureudu di Pasar Simpang Empat, Kecamatan Meurah Dua, Pidie Jaya kepada Waspada, Selasa (31/1). Nurma mengaku, setiap hari bisa menghabiskan Adee Meureudu itu berkisar antara 200 hingga 250 kotak dengan harga bevariasi mulai Rp15.000 hingga Rp30.000 per kotak tergantung ukuran dan jenis, misalnya yang terbuat dari tepung atau ubi jalar. Keterangan yang diperoleh Waspada juga menyebutkan, sekarang ini untuk memperoleh Adee Meureudu itu tidak lagi harus datang ke Meureudu. Sudah ada di mana-mana seperti di Provinsi Aceh (Banda Aceh), Bireuen, Langsa dan Lhokseumawe. Bahkan sekarang ini

mulai dilirik konsumen Jakarta. Kue tradisional Aceh yang kini sudah dimodernisasi, selain diburu (diminati) masyarakat lokal di Provinsi Aceh, juga diminati warga Jakarta dan Medan, Sumatera Utara (Sumut) sebagai oleh-oleh dari Tanah Rencong setiap mereka berkunjung ke Bumi Teuku Umar. Asal muasalnya dulu diracik (diproduksi) dua warga Dayah Kleng dan Meunasah Balek, Kecamatan Meureudu yang diminati dan dikenal masyarakat lokal di Pidie Jaya serta Pidie. Namun, dalam beberapa tahun terakhir mulai dikenal luas hingga Banda Aceh dan Aceh Besar. Sejalan dengan pengembangan pemasarannya, kue itu terus berkembang sehingga dalam setahun mulai dikenal dan diminati warga luar Aceh, seperti Medan dan Jakarta. Yang dibuktikan meningkatnya alias semakin tingginya angka penjualan. Karena tinggi minat pembeli membuat kewalahan bagi para produsen. Dan sejalan dengan itu pula sekaligus peracik kue Adee itu pun semakin bertambah banyak, jika dulu hanya diproduksi warga Dayah Kleng dan Balek. Tapi sekarang diproduksi warga Meuraksa. Seperti dikenal dengan Adee Mutia, Adee Kak La, Adee Kak Mah, Adee Kak Nah, Adee Kak Jamilah, dan beberapa peracik lainnya. Beberapa konsumen yang sempat ditanya Waspada menyebutkan ketagihan rasa lezat di kue itu sangat berbeda dengan yang lain.(b09)

nyayangkan proyek pembangunan yang dilaksanakan Pemko Banda Aceh kini kondisinya terbengkalai. Padahal menghabiskan anggaran miliaran rupiah, tapi masyarakat tidak mendapat manfaat,” kata Musriadi. Pasar Baru Lamgapang saat ini terlihat sangat memprihatinkan dan sudah mulai rusak. “Pembangunan dilakukan sepertinya hanya sebatas ambisi mengejar proyek semata, tapi kurang mempertimbangkan azas manfaat,” ujarnya. Pasar letaknya tidak strategis sehingga banyak pedagang enggan berjualan di pasar tersebut karena tidak ada pembeli, bahkan pasar sering juga menjadi kandang kambing dan lembu. Para pedagang meminta kepada pemerintah untuk mencari alternatif agar mengalihkan fungsi pasar tersebut ke tempat lain agar mereka mendapat kenyamanan berjualan.

Camat Ulee Kareng, Kota Banda Aceh Aulia R dalam Rapat Kerja (Raker) Pemko Banda Aceh beberapa hari lalu di Balai Kota Banda Aceh, di hadapan Wali Kota Banda Aceh Mawardy Nurdin, Wakil Wali Kota, Sekdako, unsur Muspika, dan seluruh kepala SKPK mengusulkan bangunan Pasar Lamgapang yang sudah kosong melompong sejak November 2011 dialihfungsikan saja menjadi Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas). Sedangkan Puskesmas yang berada di Pasar Ulee Kareng dijadikan pasar. “Jika tidak cepat dilakukan relokasi, bangunan pasar dibangun tahun 2010 itu akan terus terbengkalai. Para pedagang enggan menempati Pasar Lamgapang karena sepi pembeli. Saya rasa Puskesmas Ulee Kareng lebih layak dijadikan pasar dan sebaliknya Pasar Lamgapang dijadikan sebagai Puskesmas,” ungkap Aulia.(b09)

Harga Pisang Di Bireuen Melonjak Empat Kali Lipat BIREUEN ( Waspada): Puluhan hektar tanaman pisang di kawasan pedalaman Gandapura di antaranya milik warga Desa Pante Sikumbong, Blang Guron, Damakawan, Moen Jeurijak, Tanjong Raya, dan di Tanjung Mesjid, diserang hama aneh. Sehingga tanamannya mati dan sekarang pisang menjadi langka dan harganya melambung empat kali lipat dari harga sebelumnya. Informasi yang diperoleh Waspada dari sejumlah warga Desa Blang Guron, warga Damakawan, tanaman pisang di kemukiman Buket Rata dan milik warga yang berdomisili di Kemukiman Buket Antara, Gandapura diserang sekitar enam bulan lalu, namun sampai sekarang belum dapat diatasi, sehingga banyak tanaman pisang mati secara perlahan dan meluas di kawasan itu. Mereka pernah berusaha mengatasinya, namun tidak berhasil bahkan semakin meluas. Saat ini, khususnya pisang jenis Barangan hampir bisa dikatakan tidak ada lagi dan harganyapun kian melonjak dari sebelumnya. “Kami tinggal di kawasan ini yang biasanya agak mudah pisang sekarang harus kita beli dengan harga yang tinggi, kalau sebelumnya kami beli pisang jenis barengan hanya Rp1.000 satu sisir, sekarang Rp5.000 satu sisir, walaupun mahal warga kami yang butuh terpaksa dibeli juga, teruma yang ada bayi,” kata Zakiah warga Desa Blang Guron, kemarin. M Ta h e r, w a rg a De s a

Damakawan Jumat (27/1) mengatakan banyak petani terpaksa memotong tanaman pisanganya diserang penyakit yang dianggap aneh itu. “Tanaman pisang yang diserang hama, langsung mati dan kalau kita belah batang dan buahnya di dalamnya berwarna merah kehitam-hitaman, kami belum tahu jenis penyakit hama yang menyerang tanaman pisang kami itu. Kami harap pihak terkait membantu sehingga tanaman pisang selamat atau kalaupun kami tanam lagi tidak lagi diserang hama,” harapnya. Kadis Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Bireuen, Alie Basyah yang ditanya terpisah mengenai penyakit pisang di kawasan pedalaman Gandapura tersebut mengatakan, hama yang menyerang tanaman pisang warga tersebut belum diketahui jenis penyakitnya dan belum ditemukan obat untuk membasminya. Dia menyarankan bila tanaman pisang diserang penyakit aneh itu, seluruh tanaman pisang di sekitarnya harus segera ditebang supaya tidak menular ke tanaman pisang lain. “Hama itu sejenis virus dapat mematikan pisang dan sangat cepat menyebar, makanya petani yang memiliki pisang bila mengetahui tanaman pisang seperti itu, segeralah ditebang supaya tidak menjalar ke tanaman pisang lain disekitarnya, setelah itu, para petani, jangan dulu menanam pisang lain, sebelum ditemukan penangkalnya,” imbaunya. (cb02)

Waspada/Zulkifli Darwis

PELABUHAN Peti Kemas Perawang, yang diabadikan pekan lalu menjadi pendukung perekonomian Riau dan perbatasan Sumut.

Peti Kemas Padati Pelabuhan Perawang PROVINSI Riau dikenal sebagai daerah minyak kini mulai memasuki era industrialisasi. Perkembangan perekonomian Riau dapat dilihat dengan padatnya arus bongkar muat di pelabuhan, karena peranan kepelabuhan memiliki andil esensial sebagai pendukung memajukan perekonomian. Salah satu pintu gerbang ekonomi yang kini merasakan geliat industri dialami Perawang. Pelabuhan di bawah operasional Pelindo I Cabang Pekan Baru berjarak 75 KM dari kota Pekan Baru. PT Pelabuhan Indonesia I (Pelindo) sebagai BUMN penyedia jasa kepelabuhanan dan logistik berkualitas yang memiliki peran penting memberikan nilai tambah dalam memajukan perekonomian suatu derah kini sedang fokus mengembangkan dermaga peti kemas di kawasan ini. General Manajer Pelabuhan Cabang Pekan Baru Pratono

kepada rombongan wartawan Medan, pekan lalu membenarkan perkembangan industri dan perekenomian yang terus meningkat di kawasan Riau ini membuat sarana kepelabuhanan harus terus pula ditingkatkan, baik dari segi pelayanan operasional maupun kemampuan dalam menampung arus barang. Pelabuhan Perawang memang sangat sesuai dikembangkan melayani arus peti kemas yang hingga kini belum ada di Riau sebagai daerah yang telah mengalami peningkatan investasi industri dan perkebunan. Menyadari kebutuhan ini, Pelabuhan Cabang Pekan Baru kini melakukan investasi penambahan infrastruktur hingga alat operasional kepelabuhanan yang merupakan bagian dari kebijakan investasi Rp1, 3 triliun kantor pusat Pelindo I di Medan. 3.500 Boks Praptono didampingi Humas Zulkifli menjelaskan bukti mulai mengeliatnya dunia industri di kawasan ini terlihat naiknya volume bongkar muat

barang, antar pulau maupun ekspor dan impor di pelabuhan dibawah operasional Pelabuhan Pekan Baru yakni Pelabuhan Pasar Bawah, Rengat. Khusus di terminal peti kemas Perawang sejak Oktober 2011 bongkar muat peti kemas sudah mencapai rata-rata 3.500 peti kemas per hari. Mengantisipasi lonjakan ini, dilakukan pembangunan dermaga peti kemas sepanjang 220 meter untuk mendukung dermaga yang telah ada sebelumnya sepanjang 88 meter dan 308 meter. Pembangunan dermaga sepanjang 220 meter rampung November 2011. Selanjutnya dermaga ini disinergikan dengan lapangan penumpukan (container yard) seluas 14.000 m2 dengan kemampuan daya tampung 42.075 teus per tahun. Selain penambahan dermaga ujar Praptono, Pelindo I Cabang Pekan Baru juga akan menambah luas lapangan penumpukan peti kemas (CY) di Perawang mencapai 5.000 meter, serta penambahan alat bongkar muat berupa 2 unit

shore crane berkapasitas 150 ton dan 180 ton serta penambahan 2 unit reach staker berkapasitas 45 ton dan didukung dengan 4 unit head truck. Dengan penambahan alat ini kemampuan produktivitas bongkar muat bisa mencapai 12 boks per crane per jam, dari sebelumnya di bawah 3.000 boks per bulan, dari jumlah volume bongkar muat peti kemas di TPK Perawang 2011 sebanyak 28.500 boks per bulan, jumlah ini naik dibanding tahun 2010 yang jumlahnya 22.000 boks per bulan. Dengan penambahan alat bongkar muat aktivitas bongkar muat mampu menembus angka 3.500 per bulan, karena membongkar 300 boks peti kemas paling lama 1,5 etmal. K i n i Pe r a w a n g t e l a h membuktikan meningkatkan pelayanan yang semakin baik sehingga akan mengurangi biaya tinggi. “Tahun ini kita optimis, bongkar muat peti kemas di TPK Perawang bisa mencapai 40.000 boks per bulan,” jelas Pratono. � Zulkifli Darwis

Pembangunan Pasar Komoditi Di Aceh Utara Butuh Waktu 30 Tahun KUTAMAKMUR ( Waspada): Pemerintah Kabupaten Aceh Utara pada 2010 telah mulai melaksanakan pembangunan pasar komoditi di Gampong Blang Adoe, Kecamatan Kuta Makmur, di atas lahan 12 hektar. Pasar dibangun untuk mengontrol harga produksi pertanian masyarakat, termasuk untuk mengontrol kebutuhan barang di dalam dan luar negeri. Arifin Hamid, Kepala Dinas Cipta Karya Aceh Utara ketika dikonfirmasi Waspada, Selasa (31/1) siang, di Lhokseumawe mengatakan, untuk membangun pasar komoditi hingga 100 persen membutuhkan anggaran Rp30 miliar. Sumber dana untuk pembangunan mega proyek itu berasal dari dana Migas. Pada 2010 jumlah dana Rp2,5 miliar, tahun 2011 Rp1,5 miliar. Sedangkan 2012 telah diusul lebih kurang sebanyak Rp2 miliar. Jika setiap tahun dana yang diberikan antara Rp1,5 miliar hingga Rp2,5 miliar, maka pembangunan pasar komoditi baru dapat digunakan oleh masyarakat 25 tahun mendatang. Beberapa pembangunan

yang telah berhasil dilaksanakan yaitu gudang, tempat wudhu, tempat parkir, pagar keliling, pengaman pipa gas, air bersih dan MCK. Sementara gedung utama masih dalam tahap pembangunan. “Saya fikir, masyarakat sangat membutuhkan pasar komoditi, karena di sana terdapat daftar harga barang termasuk data barang yang dibutuhkan di dalam dan luar negeri. Dengan seperti itu, petani tidak kesulitan dalam memasarkan hasil produksi. Apalagi, pasar itu juga menjamin hargaharga, sehingga tidak terpengaruh dengan banyak atau tidak produksi pertanian,” kata Arifin Hamid. Selama ini, banyak hasil pertanian masyarakat yang terjual dengan harga yang relatif murah, tak jarang hasil produksi petani terbuang sia-sia. Contoh, beberapa waktu lalu, ada beberapa petani menanam kates, ketika panen, petani kesulitan untuk memasarkan kates tersebut. Pada akhirnya, pepaya membusuk di kebun petani masing-masing. “Hal ini tidak akan terjadi jika pasar komoditi telah ada.

74.600 Ton Beras Vietnam Masuk Krueng Geukueh LHOKSEUMAWE ( Waspada): Sebanyak 74.600 ton beras asal Vietnam masuk melalui Pelabuhan Umum Krueng Geukueh, Aceh Utara. Kendati kawasan Aceh Utara dan sekitarnya dikenal penghasil gabah, namun beras untuk masyarakat masih didatangkan dari luar negeri. Manajer Usaha PT Pelabuhan Umum Indonesia Cabang Lhokseumawe Fattah Yasin, SE kepada Waspada, Selasa (31/1) mengakui, selain semen curah dan pupuk, beras dari luar negeri juga sering masuk melakukan PU Krueng Geukueh. “Yang sedang dibongkar sekarang beras Bulog dariVietnam sebanyak 74.600 ton,” jelas Fattah Yasin yang didampingi Humas Mufti. P a n t a u a n Wa s p a d a , kesibukan pembongkaran beras bermerek Bulog terlihat sejak dua hari lalu. Beras dari kapal Truong Loc 16 berbeda Vietnam diangkut dengan menggunakan truk tronton ke gudang Bulog di

Blang Mangat, Kota Lhokseumawe. Ketua Tani dan Nelayan Andalan Lhokseumawe Rusli mengatakan seharusnya Bulog lebih memprioritaskan beras lokal. “Hasil gabah kita banyak dijual ke luar daerah, mengapa beras harus didatangkan dari luar negeri,” tanya Rusli. Menurutnya, beras Aceh lebih berkualitas dibandingkan dengan beras dari Vietnam. Rusli, menambahkan seharusnya Bulog Lhokseumawe bekerjasama dengan para petugas peyuluh pertanian untuk bisa mengumpulkan beras dari masyarakat. “Penyuluh, pasti mengetahui kawasan mana saja yang sedang panen. Jadi Bulog bisa membeli beras dari masyarakat,” ujarnya lagi. Selama ini beras dari para petani di Aceh Utara, Bireuen dan sekitarnya banyak dijual ke luar daerah. Sehingga, menurut Rusli, masyarakat terpaksa konsumsi beras luar negeri yang kualitasnya rendah.(b15)

Pasar komoditi mampu memantau daerah mana yang membutuhkan pepaya pada saat itu. Makanya saya katakan, pasar komoditi mutlak diperlukan,” kata Arifin Hamid. Bukan hanya hasil produksi perkebunan yang dapat dipasarkan di sana, petugas juga memasarkan dan memantau kebutuhan barang berupa hasil produksi petani tambak, baik ikan, udang dan hasil produksi lainnya. Dijamin, pasar komoditi mampu mensejahterakan masyarakat petani. Agar mimpi ini cepat terwujud, Dinas Cipta Karya Aceh Utara membutuhkan dukungan dana dari semua pihak, terutama dari sektor Migas.

Jailani Ishak, 48, salah seorang petani tambak dari Kecamatan Seunuddon ketika dikonfirmasi Waspada mengaku butuh dengan pasar komoditi itu. Akibat tidak adanya pengontrol harga dan jumlah barang yang dibutuhkan, petani selalu dalam kondisi merugi, karena banyak tengkulak yang datang keliling kampung membeli barang petani dengan harga miring. Pemerintah diharapkan fokus dalam pembangunan pasar komoditi. Anggota dewan diminta untuk membantu menyelesaikan pembangunan pasar itu, demi untuk kesejahteraan dan kemakmuran petani di Kabupaten Aceh Utara. (b18)

HIPMI Diajak Berperan Aktif Kembangkan Dunia Usaha MEDAN (Waspada): Pangdam I/ BB, Mayjen TNI Lodewijk F Paulus mengajak Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sumatera Utara berperan aktif dalam mengembangkan dunia usaha dan memperluas networking (jaringan), sehingga memberi dampak positif bagi peningkatan perekonomian masyarakat Sumatera Utara. Hal itu dikatakan Pangdam I/ BB kepada rombongan BPD HIPMI Sumut dipimpin Ketua Umum Firsal Ferial ‘Dida’ Mutyara dalam kunjungan silaturahmi dan Perkenalan Pengurus HIPMI periode 2011-2014, di Makodam I/ BB Jalan Gatot Subroto Km. 7,5 Medan, Senin (30/1). Pangdam didampingi Asrendam I/BB Kol. Inf Zukhriadi, Asintel Kasdam I/BB Kol. Arh Andi Sumangerukka, SE, Asops Kasdam I/BB Kol. Kav Yotanabey, Aspers Kasdam I/BB Letkol Inf Abdul Rahman, Aslog Kasdam I/BB Letkol Czi Denny Herman, Kapendam I/BB Kolonel Kav Halilintar dan staf ahli Kol Inf Marwan Saragih. Sedangkan rombongan BPD HIPMI Sumut tampak hadir, Ketua II Amsar Ramzie, Ketua IX Irfan Anwar, Bendahara Umum Dian Arry Permana Harahap, Wasekum Yudha Johansyah, Helmi Rizany dan Kompartemen Organisasi HIPMI Sumut JE Melky Purba. Dalam kesempatan itu, Pangdam mengemukakan program penghijauan Toba Go

Green yang dilakukan TNI, sangat penting untuk pelestarian lingkungan. Sedangkan penanaman pohon itu diharapkan dapat menjadi nilai tambah bagi masyarakat sekitar Danau Toba yang ada di tujuh kabupaten/ kota. Pangdam menekankan pentingnya keterlibatan semua pihak khususnya para pengusaha muda, untuk bersinergi melakukan perubahan mendasar terhadap lingkungan sekaligus memberi nilai ekonomis bagi masyarakat melalui program penanaman 1 juta pohon yang dicanangkan dalam program itu. Dalam program Toba Go Green, TNI memfokuskan tanaman yang dapat menambah penghasilan masyarakat secara berkelanjutan atau sustainable, misalnya menanam pohon kemiri dan kemenyan, yang hasilnya dapat terus dimanfaatkan warga tanpa menebang pohonnya. Untuk itupula, Pangdam mengimbau pengusaha HIPMI dapat memanfaatkan setiap peluang yang ada, apalagi Sumut bakal menjadi ‘pintu gerbang’ wilayah Barat dalam bidang pengembangan perekonomiannya. Ketua Umum HIPMI Sumut, Firsal Mutyara mengharapkan seluruh elemen pengusaha di Sumatera Utara khususnya anggota HIPMI turut memberikan dukungan terhadap berbagai program pembangunan pemerintah.(m39)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.