Waspada, Jumat 3 Desember 2010

Page 29

Mimbar Jumat

WASPADA Jumat 3 Desember 2010

C7

Kado Untuk Wisudawan UNIVA Medan Awas Hadits Dhaif Haji (4) Menghajikan orang tua yang sudah meninggal dunia dibenarkan dalam syariat Islam. Namun kita harus mewaspadai bunyi hadits yang sifatnya melebih-lebihkan, seperti bunyi hadits berikut ini: “Siapa yang menghajikan kedua orang tuanya setelah keduanya wafat maka Allah akan menetapkan dia dibebaskan dari api neraka.’’ Begitu juga terkait dengan orang yang dihajikan akan memperoleh pahala haji yang sempurna tanpa mengurangi pahala orang yang menghajikan sedikitpun. (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini mungkar, diriwayatkan oleh Abul Qasim Al-Ashbahani dalam At-Targhib. Lihat Adh-Dha’ifah no. 5677). Sama halnya dengan hadits ini: “Apabila seseorang menghajikan kedua orang tuanya maka akan diterima amalan itu darinya dan dari kedua orang tuanya, dan diberi kabar gembira ruh keduanya di langit dan ia (si anak) dicatat di sisi Allah sebagai anak yang berbakti (berbuat baik kepada orang tua).” (Al-Imam Al-Albani rahimahullah menyatakan hadits ini dhaif, diriwayatkan oleh Ad-Daraquthni dalam, As-Sunan, 272, Ibnu Syahin dalam At-Targhib, 299/1 dan Abu Bakr Al-Azdi Al-Mushili dalam Hadits-nya. Lihat Adh-Dha’ifah no. 1434). Justru itu, jangan mudah tergiur dengan hadits dhaif, maudhu dll yang tidak jelas perawinya. (Dikutip dari berbagai sumber).

Tempurung Oleh H. Syarifuddin Elhayat Firman Allah,”Dan carilah apa yang telah dikaruniakan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berubuat kerusakan.(QS 28: 77). Dulu, ada seorang guru ana Allahyarham Hakam Zakaria Fakih Sulaiman ghofarallahu lahu,ketika belajar pelajaran akhlak ,guru saya itu kerap berpesan kepada kami,— pesan itu singkat dan sedikit lucu.”Anak-anaaak, nanti jika dah besar jangan kalian macam jadi tempurung ya?” begitu kata ustadz yang gemar pake sarung dan baju teluk belanga itu.Kami hanya mengaminkannya,dengan kalimat,—Yaa”, tanpa tau ma’na dan filosofi yang ada di dalamnya, lantas kamipun pulang. Setelah berlama-lama,anapun kembali ingat dengan “tempurung,—atau Tampukhung,— dalam bahasa kami dikampong,-yang juga dikenal dengan sebutan Batok kelapa. Ketika ada satu masa pertemuan, anapun tanya apa sebenarnya arti tempurung yang dia maksudkan hingga diapun kerap berpesan dan melarang kami untuk tidak jadi tempurung. Kata sang ustadz ini,seluruh kehidupan pohon kelapa sangat banyak guna dan manfaatnya buat kehidupan. Uratnya yang serabut itu bisa buat obat penghilang alergi, batangnya bermanfaat buat titi, broti bahkan papan, lihat pula pelepahnya bisa jadi katu, daunnya buat janur dan pembungkus ketupat,—lidinya bisa jadi penyapu, buahnya yang sangat muda (kelongkong) bisa buat pengenak gulai , begitu besar kelapa yang muda jadi santapan penambah energy, sabutnya juga bermanfaat buat keset kaki dan lainnya—. Isi kelapa tua dijadikan orang menjadi minyak makan hingga “tahi minyaknya” dijadikan jadi panganan.Wal hasil, Kelapa tak ada yang tidak bermanfaat. “Jadi pohon kelapa boleh tapi jadi tempurung jangan” begitu kata ustadz.Nah tampukhung,- (tempurung),— “Ananda, walaupun tampukhung (tempurung alias batok tu), ada manfaatnya,tapi lebih banyak sifat tak eloknya,— Cobalah lihat tempurung tu,dia diasuh oleh kulit buah kelapa (sebuatan ustaz kalambekh),hingga diapun menjadi keras dengan bentuknya sendiri untuk melekatnya isi dan air yang ada di dalamnya.Begitu dia dah jadi tempu-rung bisa juga dijadikan orang sebagai ‘gayung’ danjadi senduk nasi dirumah makan.,—sifanya berubah dari pelindung,—jadi “fi’el” (baca sifat) yang tak baek. Sifatnya nak mengena saja (mendapat sesuatu saja). Kenapa,— lihat sajalah sifat tempurung,— telentang menampung,telungkup mengaut (mengkaut), semua yang ada dia harus dapatan dari itu tempurung tak pernah rugi ”Itu tak elok, makanya ustadz ingatkan kalian jangan jadi tempurung,” begitu kata Ustazd. Allah kariiim,singkat tapi padat dan filosofinya dalam tuaan, sedalam air di tengah laut samudera. Setelah ana renungkan dan ana lihat keliling keadaan dan realita kehidupan, ana kait-kaitkan dengan tempurung,—iya pulaaa,— ada kebenarannya. Betapa Ash-Sholihin Jl. Badak Lingk. I Kel. Bandar Utama Al-Amin Jl. Aman Kel. Deblod Sundoro/Bagelen Al-Hidayah Lingk. 03 Kel. Tanjung Marulak Hilir Al-Hidayah Jl. Jend. Ahmad Yani No. 50 Kel. Durian Al-Hasanah Jl. Kartini No. 16-A Al-Mukhlis Jl. A. Yani/Sakti Lubis Al-Muthmainnah Lingk. I Kel. D.Sundoro Al-Maryam Jl. Darat Lingk. VIII Kel. Rambung Al-Muttaqin Jl. Sofyan Zakaria Lingk. 2 Al-Haq Kel. Deblot Sundoro Kec. Padang Hilir Darul Jannah Jl. Bhakti LKMD Lingk. I Kel. Lalang Jami’ Jl. Batu Bara Kel. Satria Jamik Kel. Rambung Kec. Tebing Tinggi Kota Lembaga Pemasyarakatan Jl. Pusara Pejuang No. 3 Raya Kota Tebing Tinggi Deli Syuhada Jl. Iskandar Muda No. 70 Taqwa Jl. Bakti Kota Tebing Tinggi

banyak orang jadi ‘tempurung’ dalam kehidupan. Orang heboh dengan makelar pajak, ada “Gayus” yang “dayus” , ada tulang Cyrus yaqng jadi ‘virus’ dalam menggerogoti kebenaran hukum. Yang kita amat-amati, orang-orang inipun beruntung dua ‘nokang’, dalam arti yang dia urus dia dapat,dan dari instansi yang dia mendapat tugas masih dapat bagian. Ah..pegawai dan penegak hukum Tempurung Afwan,—sekadar missal. Ana renung-renung tuaan,—tidak sedikit terdapat ‘tempurung’ dalam lingkungan , dan itu hampir melilit semua elemen dan status sosial. Ana tak bisa menjabarkannya lebih luas, kecuali tuanlah itu, karena aku tau apa yang ada dihatimu,Ku tau apa yang kau mau dan katakan sejujurnya hingga tak ada dusta diantara kita. Sifat tempurung ini bisa ana terjemahkan dengan calo dan percaloan,—tempurung bisa menjadi saudagar langit tuan. Dengan berbagai atiribut yang dia sandang diapun datang kepada kita yang butuh dengan menjanji menawarkan sesuatu, dan setelah itu diapun menawarkan kepada orangorang tertentu untuk mendapatkan sesuatu dengan iming sesuatu. Jika berhasil diapun mendapatkan dua bagian sekaligus.—Begitulah dia berkelindan, berputar sama dengan roda kenderaaannya—Tempurung tuan, tempurung, telentang menampung dan telungkup mengaut. Dulu ada istilah Ustaz H. Anwar Kalimantan yang populer dizamannya dengan sebutan,”Ustadz Kapundung”, tebal muka, ambil muka, singkut kanan dan kiri, tidak perdulu apakah ada orang lain atau tidak, yang bpenting dia langsung ke depan, meskipun dia datang terlambat dan tega ‘menggeser’ duduk orang yang lebih awal dan yang penting lulus keinginannya,meskipun itu bukan ‘kaplingnya’. Ana pikir,orang yang seperti itu juga tak lebih dari,—afwan, shohib, afwan, itu adalah Tem-purung. Ketika ana membaca berita, melihat media, tidak sedikit orang yang dihukum karena perca-loan,mafia dan itu ada hampir di semua lembaga dan lini kemasyarakatan kan Nceek, baik itu legisla-tif, eksekutif dan yudikatif. Ada Tempurung.—Kalau sempatlah itu menimpa para tokoh agama,wah,—sekalilagi tuaan, ampuun, tuan itu ana sebut “tokoh tempurung”. Islam menganjurkan kepada kita untuk memikirkan keadaan dan nasib hidup kita di dunia, setelah mencari anugerah Allah untuk akhirat. Islam tidak melarang kita untuk mencari hidup yang mulia dan baik , berharkat martabat, karena memang islam agama sejahtera dan bermarwah bermartabat,tapi islam juga mencela orang yang tidak bermartabat dalam mencari kesejahteraan.Kata Ibnu Athaillah,”Istirahatkan jiwa dan dirimu dari kerisauan mengatur kebutuhan duniamu,karena apa yang sudah dijamin (diatur) selesaikan oleh selain kamu (Allah),tidak usah kau sibuk memikirkannya. Tenang sajalah tuaan, tak usah harus cari title dan gelar “Tempurung” di depan nama kita. Yakinlah, kata Rum filosuf kenamaan itu, sebab Dia (Allah) mengerti perkataan anak yang gagap,sebagaimana seorang ibu memahaminya. Allah kariim, Tem-purung Ncek, jangan jadi tempurung,karena itu bukan tipe seorang mus-lim apalagi mukmin. Afwan tuan,ampun Ncek kalau ada yang dalam memori pikiran kita Tempurung… Ntah entah kita.— Drs. Jakfarroni, SH Ibnu Khasim, S.Pd.I Drs. Ahmad Sahir Mahmud Drs. Abd. Khalik, M.AP Ramadhansyah Lubis H. Ishak Mahyuddin, BA Syahwan Lubis, S.Pd.I H. Amir H:asan, BA Mahmud Lubis Syahwan Lubis, S.Pd.I H. Amir Hasan BA Drs. H. Hamdani H. Syaiful Arjuna Ramadhansyah Lubis Zulkifli, S.Pd Drs. H.Agushul Khoir

INDRAPURA Jami’ Indrapura

H. Lukman Yanis

KISARAN Agung Jl. Imam Bonjol No. 182 Abrarul Haq Haji Kasim Jl. Budi Utomo Kel. S.Baru An-Nur RSU Ibu Kartini PT. BSP Tbk

Drs. H. Ibrahim Margolang H. Salman Abd.Tanjung, Lc, MA Lahmuddin Tanjung

P

ada hari Sabtu tanggal 11 Desember 2010 yang akan datang, Universitas Al Washliyah (UNIVA) Medan akan melaksanakan Wisuda Sarjana. Adapun wisudawan yang akan diwisuda sebanyak 200 orang dari beberapa fakultas yang ada di lingkungan UNIVA. Wisuda kali ini akan membawa Tema “Menjaga Identitas UNIVA dengan Penguasaan Keilmuan Integral yang didasari Moral Akademik yang Universal”. Berangkat dari tema ini, para wisudawan dituntut untuk mampu mempertanggungjawabkan gelar kesarjanaannya sesuai dengan bidang keilmuan masingmasing. Selain pertanggungjawaban keilmuan, para wisudawan juga harus senantiasa menjaga identitas UNIVA melalui penegakan moral akademik di manapun dan kapanpun para wisudawan nantinya mendarmabaktikan ilmunya kepada masyarakat, khususnya masyarakat Islam. Sebagai bentuk rasa cinta kepada para wisudawan, kami persembahkan “Kado” yang bermanfaat bagi keberlangsungan pengabdian di tengah masyarakat, manakala “Kado” tersebut selalu dijaga dengan jiwa istiqamah dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan. Dahulu ketika di pesantren, ustadz atau muallim sering memberikan nasehat kepada para santri tentang penguasaan keilmuan dengan penyampaiannya “wahai anak-anakku, kamu tidak akan menguasai suatu bidang keilmuan, selain dibarengi dengan 6 hal: kecerdasan, kecintaan pada ilmu, kesabaran, bekal biaya, petunjuk guru, dan masa yang lama”. Dengan kata lain, bahwa untuk mampu mempertanggungjawabkan gelar kesarjanaannya dan menjaga identitas UNIVA, maka para wisudawan harus mampu mengimbangi dengan 6 (enam) prasyarat penguasaan keilmuan. 1. Kecerdasan Kecerdasan merupakan prasyarat mutlak dimiliki para wisudawan jika ingin berkecimpung di tengah-tengah masyarakat. Apalagi masyarakat banyak juga yang sudah cerdas dalam penguasaan keilmuan. Bahkan tidak sedikit masyarakat yang otodidak lebih cerdas dari para wisudawan yang secara formil telah menimba

M

Oleh H.M. Nasir Lc, MA

ilmu di bangku perkuliahan minimal 5 tahun. Kecerdasan ini harus menjadi prioritas utama, sebab para pemimpin Al Washliyah saat ini dipimpin ulama yang cerdas. 2. Kecintaan pada Ilmu Banyak sarjana yang setelah diwisuda tidak mampu mendarmabaktikan ilmu yang telah dipelajarinya, malahan banyak dari mereka yang menganggur. Pengangguran merupakan momok bagi perguruan tinggi, sebab sarjana yang menganggur bisa merusak nama baik perguruan tinggi tempat dimana ia menuntut ilmu selama beberapa tahun lamanya. 3. Kesabaran Salah satu prasyarat yang harus dimiliki para wisudawan baik sebelum menamatkan terlebih lagi setelah menjadi alumni adalah jiwa kesabaran. Kesabaran dimaksud adalah kemampuan menghadapi berbagai persoalan, baik persoalan individual terutama lagi persoalan komunal. Jiwa kesabaran ini amat penting bagi mereka yang diamanahkan untuk mengabdi di daerah yang terpencil. Jiwa kesabaran selain berimplikasi positif kepada para pengabdi juga akan menambah kredit point bagi almamaternya. 4. Bekal Biaya Berbicara tentang bekal biaya tidak hanya bidang alumni Fakultas Ekonomi unsich, tetapi juga bidang fakultas-fakultas yang lainnya. Biaya lazimnya dimaknai dengan bentuk duit atau uang. Selain itu biaya juga dimaknai dengan ilmu yang dikuasai oleh para alumni. Namun bagi mereka, terutama yang akan mengabdikan diri di masyarakat harus memi-

liki keduanya. Sebab alumni tidak bisa hanya mengandalkan milyaran uang yang ada di kantong bajunya tanpa penguasaan ilmu, terutama ilmu yang sesuai dengan bidangnya. 5. Petunjuk Guru Mayoritas alumni yang sukses senantiasa meminta kontribusi keilmuan dan wawasan kepada gurunya. Bahkan Imam Syafi’i salah seorang ulama fikih terkenal juga meminta masukan kepada gurunya yang bernama Waki’. Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu bentuk sifat tawadhu’ (rendah hati) dan wajib dimiliki para alumni. Sebab tidak sedikit alumni yang yang menjadi bahan cemoohan masyarakat kendatipun mereka menguasai berbagai disiplin keilmuan. Hal itu mereka alami karena mereka tidak mau meminta kontribusi keilmuan dari gurunya, mereka berpandangan bahwa apa yang mereka peroleh sudah lebih dari cukup, sehingga tidak perlu meminta masukan dari gurunya. 6. Masa yang Lama Rasulullah Saw telah mengingatkan kita melalui sabdanya “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat”. Berdasarkan hadis ini terlihat jelas bahwa perintah menuntut ilmu tidak dibatasi waktu dan keadaan. Kendatipun ada slogan “Wajib Belajar Sembilan Tahun”. Slogan ini oleh sebagian orang disalah artikan bahwa kewajiban untuk belajar hanya sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan lain sebagainya. Padahal slogan itu harus dimaknai bahwa minimal siswa harus belajar di tingkat SMP dan MTs, maksimal sesuai dengan kemampuannya untuk meraih gelar sebanyak-banyaknya. Selain penguasaan keilmuan, para alumni juga harus mampu menjadi penegak moral akademik baik di kampus maupun di luar kampus. Berkaitan dengan penegakan moral akademik, setidaknya ada 6 (enam) hal yang harus dilakukan para wisudawan ketika sudah menamatkan studinya di perguruan tinggi.

1. Para wisudawan harus memiliki kedekatan kepada Allah. Para wisudawan harus menjadikan Allah sebagai “pengawas” dalam kehidupannya. Kalau hal ini dilakukan para wisudawan, maka di manapun dan kemanapun mereka tidak akan melanggar aturanaturan Tuhan. 2. Para wisudawan harus memiliki sifat zuhud dan menghin-dari diri dari kekayaan material yang berlebihan. 3. Para wisudawan tidak menjadikan ilmu sebagai alat untuk mencapai tujuan duniawi. 4. Para wisudawan harus terhindar dari sifat tercela baik agama maupun adat istiadat. Ajaran agama dan adat, di satu sisi dipisahkan namun disisi lain juga dipadukan. Para wisudawan harus mampu menegakkan moral akademik berkenaan tentang keduanya. 5. Para wisudawan harus menjadi teladan terhadap lingkungannya. Selama ini banyak para alumni yang tidak menjadi teladan bagi lingkungannya. Mereka lebih semangat dalam orasi daripada aksi, sehingga berbagai pidato dan ceramahnya dianggap angin lalu. 6. Para wisudawan tidak boleh segan dalam belajar dengan orang yang berada di bawahnya dalam aspek keilmuan. Dalam hal ini, penulis teringat dengan Ulama Al Washliyah Prof. Dr. H. Lahmuddin Nasution, MA (alm), ketika beliau diminta menjadi khatib di kampungnya beliau tidak bersedia karena menurut beliau tidak layak menjadi khatib di depan gurunya, bahkan beliau tidak segan meminta masukan keilmuan dari gurunya. Inilah dua bentuk “Kado Persembahan” bagi para wisudawan untuk menjalani pengabdian di masyarakat. Kedua “Kado Persembahan” ini sebenarnya sudah terintegrasi pada diri ulama Al Washliyah baik yang dahulu maupun sekarang. Ulama Al Washliyah yang sekarang menjabat sebagai ketua Umum PB Al Washliyah pernah menyampaikan” perlu bagi kader Al Washliyah dan mahasiswa UNIVA mengintegrasikan keilmuan agama dan umum, namun harus didasari akhlakul karimah. Wallahua’lam. ●Penulis adalah: Pimpianan Pondok Pesantren Tahfiz Alquran Al Mukhlisin Batubara, Pembantu Rektor IV Universitas Al Washliyah (UNIVA) Medan.

Memahami Makna Hijrah Setelah Penaklukan Makkah

emasuki tahun baru 1432 hijrah hendaklah kita sebagai muslim melakukan instrospeksi diri. Terlebih lagi bila melihat silih bergantinya bencana yang melanda negeri ini umat Islam harus mengkoreksi diri apakah bencana dan musibah yang datang seakan tidak ingin berhenti itu sebagai tanda murkanya Allah dan azab yang ditimpakan kepada manusia karena Allah sudah bosan melihat tingkah laku manusia yang senang berbuat dosa dan cenderung pada kemungkaran serta kemaksiatan. Karena itu jika dalam sejarah perjuangan Rasulullah mengembangkan Islam terdapat peristiwa hijrahnya umat Islam dari Makkah ke Madinah sebagai upaya meng-hindari kekejaman orang-orang kafir Makkah dan untuk mengembangkan dakwah Islam, namun sekarang kita harus instropeksi diri hijrah dari dosa-dosa yang kita lakukan kepada kebaikan dan amal sholih melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangannya agar Allah menahan segala musibah dan bencana yang sudah ditetapkannya dan menurunkan rahmat dan karunianya dari segala penjuru demi kesejahteraan dan kemakmuran manusia. Tidak ada hijrah setelah fathu (penaklukan) Makkah. Ini dapat dipahami secara rasional karena Makkah telah berubah menjadi negara Islam setelah kemenangan umat Islam mengembangkan agama Allah ini. Maka setelah penaklukan Makkah, sejak itu tidak ada lagi hijrah dari negara Islam menuju negara Islam lainnya. Adapun hijrah yang sebenarnya adalah dari negara kufur menuju negara Islam (daar al- Islam). Hal ini terjadi sebelum penaklukan Makkah karena orang-orang mukmin telah memperoleh kebebasannya dalam dakwah dan syiar Islam serta menjalankan syariat Islam

Oleh Nurhayati Baheramsyah

setelah sebelumnya mendapat tekanan dan ancaman dari orangorang kafir yang menentang dakwah Rasulullah. Imam At-Tirmidzi meriwayatkan dalam sanadnya dari Ibnu Abbas ra, ia berkata, Rasulullah SAW mengatakan, “Tidak ada hijrah setelah fathu Makkah, tetapi hanya jihad dan niat.” Dalam Islam dikenal ada dua macam hijrah, yaitu hijrah secara umum. Ini adalah wajib bagi setiap muslim. Hijrah ini dikenal dengan hijrahnya hati dan badan. Kita hijrah kepada Allah dengan mengerjakan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan. Dari keburukan menuju ke kebaikan. Dari kebodohan kepada ilmu pengetahuan. Dari kesesatan kepada petunjuk. Dari kegelapan kepada cahaya. Dari penyembahan kepada sesama kepada Allah semata. Untuk melakukan hijrah ini hendaklah melakukan hijrah dengan seluruh anggota badan yaitu lisan, mata, hidung, telinga, tangan, kaki dan hati. Kita menghijrahkan lisan dari dusta, ghibah, mengadu domba, bersaksi palsu, berkata kotor, mencaci dan memaki. Sebalik-

Ar-Rasyidin Jl. Sei Asahan No. 42 Kel. Tegal Sari Al-Bakar PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk Asment Al-Hidayah Jl. Cokroaminoto Al-Huda Jl. K.H. Ahmad Dahlan No. 1 Al-Husna Jl. Arwana Kel. Sidomukti Al-Husna Simpang 6 Kel. Kisaran Barat Al-Jihad Jl. Dr. Setia Budi No. 54 Kel. Selawan Al-Muttaqin Jl. Ir. H. Juanda Kel. Karang Anyer Ikhwaniyah Kel. Gambir Baru Kel. Kisaran Timur Nuur-Ashshiyam Jl. F.L. Tobing Kel. Lestari Nurul Iman Kel. Lestari Kec. Kota Kisaran Timur Nurul Yaqin Jl. K.H. Agus Salim Pasar Lama Nurul Huda Jl. Malik Ibrahim No. 37 Siti Zubaidah Jl. Budi Utomo No. 285

Drs. H. Mohd. Haji, SH Drs. Sulaiman Nasution H. Usman Effendi, Lc Drs. Nazibar Akmal Drs. H. Salamat Nasution M. Nasir, S.Pd.I H. Ikhwan Bangun Rambe Drs. A.R. Rivai Thamrin Simatupang H.A. Qosim Marpaung Drs. H. Rael Panjaitan H.A. Qosim Marpaung Drs. M. Iqbal Sirait Masriadi

LABUHAN BATU An-Nur Desa Kuala Bangka Baiturrahman Kec. Kualuh Hilir

H. F.A. Harahap Al Asyir Saragih

BATU BARA Al-Munawwarah Desa Dipare-pare Kec. Air Putih Al-Musyawarah Dsn V Desa Sipare-pare Kec. Air Putih Jami’ Al Mukhlisin PT. Moeis Kec. Sungai Suka Deras Nurul Huda Desa Tanah Tinggi Kec. Air Putih Nurul Iman Dusun V Pasar Lapar Kec. Air Putih Syuhada Sukaraja Desa Sukaraja Kec. Air Putih

H.M. Amin Elhusaini, Lc Amir Hasan, S.Pd.I H. Muslim Ismail Ratno Sahlan H. Nahar Syam

nya kita berani berkata jujur, membela kebenaran, mendamaikan orang yang berselisih dan memerintahkan dengan ma’ruf dan mencegah yang mungkar. Kita menghijrahkan mata dari melihat yang diharamkan, menghijrahkan hidung dari menikmati aroma yang diharamkan dan juga menggunakan panca indera kita untuk taat kepada Allah dan mencari ridhanya. Kita menghijrahkan telinga dari mendengar ghibah, adu domba dan semua ucapan atau perbuatan yang bisa menyakiti orang lain. Kemudian menggantikannya dengan mendengarkan ucapan baik dan bermanfaat. Kita menghijrahkan tangan dari menyakiti orang lain dan menimpakan keburukan kepadanya. Kemudian menggunakannya untuk menolong orang lain dan memberikan pelajaran kepada mereka yang melanggar peraturan Allah. Kita menghijrahkan hati dari cenderung melakukan kemungkaran kepada melakukan kebaikan dan amal sholih. Selain hijrah diatas terdapat hijrah secara khusus atau hijrah tanah air yaitu berpindah dari negara kufur kepada negara Islam. Hijrah ini tidak akan diterima kecuali dengan niat yang ikhlas karena Allah. Rasulullahbersabda sesung-guhnya sah atau tidaknya suatu amal tergantung kepada niat. Dan setiap orang akan memperolah sesuai dengana apa yang diniatkannya. Maka barangsiapa yang berhijrah (mengungsi dari daerah kafir menuju daerah Islam) semata-mata karena taat kepada Allah dan Rasulnya , maka hijrahnya diterima oleh Allah dan Rasulnya. Dan barang-

siapa hijrahnya karena mencari keuntu-ngan dunia yang dikejarnya, maka hijrahnya hanya akan sampai pada apa yang diniatkannya. Hijrahnya hati dan anggota badan hendaknya dilakukan lebih dulu dari badan itu sendiri. Bahkan tidak diperkenankan bagi seorang muslim berjihad kecuali setelah melakukan hijrah. Ibnu Qayyim AlJauziyah mengatakan dalam bukunya ‘Zadul Ma’ad’ bahwa jihad tidak sempurna kecuali dengan hijrah. Tidak ada hijrah dan jihad kecuali dengan iman. Orang-orang yang mengharap rahmat Allah, merekalah yang memenuhi tiga hal tersebut. Allah berfirman, “ Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Baqrah 218). Sebagaimana keimanan adalah kewajiban bagi setiap orang, maka kedua hijrah diatas juga merupakan kewajiban. Seorang muslim harus selalu berhijrah kepada Allah dengan penuh tauhid, ikhlas, inabah, tawakal, rasa takut, harap dan taubat. Hijrah kepada Rasulullah dengan senantiasa mengikuti , menaati perintahnya dan membenarkan berita yang dibawanya dan mendahulukan segala perintahnya dari perintah selainnya. Kita juga diwajibkan untuk selalu memerangi hawa nafsu dan godaan setan seba-gai simbol hijrah kita yang sempurna dari kemungkaran menuju kebaikan guna mendapatkan rahmat dan karunia Allah sebagai bekal kehidupan abadi di akhirat kelak nanti dan menahan murkanya Allah agar tidak menurunkan bencana dan kesengsaraan selama hidup di dunia ini. ● Penulis adalah: Pengamat Sosial.

Quba Tanjung Kubah Kec. Air Putih

Burhanuddin Lubis, S.Pd

PEMATANGSIANTAR Al-Ikhlas Jl. Nagur Kel. Martoba

H. Zulkarnain Nasution, S.Ag

RANTAU PRAPAT Al-Qodar Jl. Terpisang Mata Atas

Hasanuddin Hasibuan

S I B O L GA Al-Munawar Sibolga Jl. Tapian No. 10-A

Suwanto, S.Ag

BIREUEAN Masjid Agung Bireuen Masjid Besar Kec Makmur Masjid Besar Peusangan Masjid Besar Kec Peusangan Siblah Krueng Masjid Besar Peusangan Selatan Masjid Besar Al-Furqan Kec Kota Juang Masjid Ridha Kec. Jeumpa Masjid Besar Kec. Kuala Masjid Besar Juli Masjid Baitunnur Peudada Masjid Besar Peulimbang Masjid Baiturrahim Kec Jeunieb Masjid Besar Kec Simpang Mamplam

DrsTgk H Djamaluddin Idris MBA Tgk H Bukhari Tgk H M Isa Tgk Nurdin Abdul Rahman Tgk Ramli Usman Tgk M Salem Tgk Mansur Drs Tgk H Umar Budiman Ust M Arifin Tgk H M A Majid Yakub Tgk Lukman Hakim Tgk Syeh Jazuki Tgk Fadli


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.