Waspada, Jumat 21 Januari 2011

Page 26

Mimbar Jumat

C8

Thailand Belajar Islamic Microfinance Ke Bank Muamalat MAJUNYA perkembangan perbankan syariah di Indonesia— membuat negara lain seperti Thailand ingin memelajarinya untuk meningkatkan ekonomi masyarakatnya. Apalagi Thaiand secara demografis memiliki penduduk mayoritas muslim yang tinggal di Thailand Selatan. Dengan mengembangkan lembaga keuangan syariah (LKS) mereka berharap, bisa menjadi solusi terhadap perdamaian serta ketertinggalan kesejahteraan dibandingkan dengan wilayah Thailand lainya. Hal itulah yang mendorong, Ketua Dewan Penasehat Perdamaian SBPAC Aziz Benzawan Deputi Sekjen SBPAC Pramuk Lamul, kemarin datang ke Bank Muamalat Indonesia (BMI) Jakarta, untuk menjalin kerjasama dalam mempelajari Islamic Microfinance dengan me-

ngirimkan 30 delegasi Southern Borders Provinces Administration Center (SBPAC). Dalam kunjungan ke BMI, para rombongan negara Gajah Putih itu diterima langsung oleh, Direktur Finance and Operations Bank Muamalat Hendiarto, Direktur International Banking and Financial Institution Bank Muamalat Farouk A. Alwyni. Pada sambutannya Aziz Benzawan berharap kerjasama dengan Bank Muamalat kedepan diharapkan mampu memberikan peruba-

Bursa Saham Bombay Perkenalkan Hukum Syariah

Perlahan-lahan ekonomi syariah mulai diterapkan di berbagai negara. Tak hanya negara-negara Eropa, India yang memiliki warga negara muslim ratusan juta jiwa juga mulai menerapkan ekonomi syariah. Komunitas pelaku saham India akhirnya memberikan solusi pada jutaan penduduk Muslim negara tersebut yang hendak memasuki bursa saham. Mereka memperkenalkan indeks saham dengan unsur-unsur hukum ekonomi syariah. Bursa Saham Bombay telah membuka indeks perusahaan baru yang sesuai dengan hukum legal dalam Islam. Hal ini terkait banyaknya komunitas Muslim di negara tersebut yang mencoba peruntungan di bursa saham, mencapai 140 juta jiwa, meski hukum syariah melarang untuk melakukan perdagangan surat berharga di perusahaan yang menjual alkohol atau tembakau, yang banyak terdapat di bursa negara tersebut. Sebagaimana yang dikutip dari Guardian, bursa saham telah bekerja sama dengan Tasis, sebuah perusahaan finansial Islam di Mumbai, untuk menciptakan Bursa Saham Bombay Tasis Syariah Indeks 50. Sejumlah perusahaan disinyalir telah bergabung dengan ini, mulai dari perusahaan minyak, gas hingga industri makanan. Menurut Madhu Kamma, Direktur Eksekutif, Bursa Saham Bombay langkah ini akan memberi umat Muslim kejelasan aturan dalam memainkan roda ekonomi di India, di mana mereka menanamkan modalnya.‘’ Bursa Saham Tasis Syaria indeks 50 akan memberi unsur Islam dan tanggung jawab sosial lainnya ke investor untuk mengakses pasar di India sehingga mampu menarik modal, baik dari Timur Tengah, Eropa maupun Asia Tenggara,’’ ujarnya akhir Desember lalu.(gc/m20)

han bagi masyarakat Thailand Selatan yang dilanda ekskalasi konflik. Menurutnya Islamic Microfinane bisa dijadikan alat bagi mereka untuk mengembangkan perekonomian masyarakat Thailand Selatan yang saat ini memiliki jurang kesenjangan yang sangat besar. “Kami datang kemari karena Indonesia sangat sukses dalam mengembangkan keuangan mikro syariah dan terbukti hingga kini banyak pelaku UKM,”paparnya. Syariah Mandiri-XL Sementara itu PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT XL Axiata Tbk. (XL), menandatangani perjanjian kerjasama terkait produk jasa pengiriman uang bagi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Produk kerjasama ini diberi nama Transfer Instan. Penandatanganan dilakukan Direktur Utama BSM Yuslam Fauzi, Presiden Direktur XL Hasnul Suhaimi serta Presiden Direktur PT Eka Bakti Amerta Yoga Sejahtera Eddy Hadiyanto Presiden Direktur XL Hasnul Suhaimi mengatakan gembira kerjasama dengan BSM dan PT EBAYS yang cukup strategis ini dalam pengembangan layanan XL Transfer Instan. Sejak diluncurkan pada 2008 silam, layanan XL Transfer Instan terus berkembang secara menggembirakan baik dari sisi bisnis maupun sosial. Layanan ini terbukti telah mampu mempermudah cara pengiriman uang dari luar negeri ke Indonesia dengan biaya yang murah sehingga cukup membantu terutama saudara-saudara kita

TKI di Malaysia, Hong Kong, dan Timur Tengah. Sementara Direktur Utama BSM, Yuslam Fauzi berharap kerjasama ini memberi kontribusi bagi perekonomian Indonesia. “Kami juga menyambut gembira sinergi yang strategis ini dan berharap masyarakat dapat menerima produk Transfer Instan dengan baik.” Transfer Instan adalah jasa pengiriman uang yang disediakan oleh XL selaku Operator dan BSM selaku Mitra Utama. Transfer Instan memungkinkan pelanggan XL di Tanah Air menerima dana secara langsung dari Malaysia, Hongkong, Timur Tengah, Eropa, dan Amerika. Untuk tahap awal, dana tersebut dapat diterima secara tunai oleh keluarga TKI di Indonesia melalui outlet-outlet kantor Pos di seluruh Indonesia. Program ini akan memudahkan TKI yang berada di Malaysia, Hong Kong, Timur Tengah, Eropa dan Amerika mengirimkan dana untuk keluarga di tanah air. Adapun jenis pengiriman uang ada dua cara yakni cash to cash dan cash to account. Namun untuk tahap pertama aplikasinya diprioritaskan pada cash to cash. Untuk cara atau mekanisme transfer bisa dilakukan secara walk in. Dengan kerjasama ini, BSM berharap bisa meningkatkan pelayanan kepada nasabah, khususnya masyarakat Indonesia yang berada di luar negeri. BSM sejak 2008 telah memiliki produk remittance dengan nama transfer DUIT (dana untuk Indonesia tercinta). Pengiriman dana remittansi melalui produk transfer DUIT terus meningkat sejak pertama kali diluncurkan. Tahun 2010, transaksi transfer DUIT di BSM telah mencapai di atas 400.000 transaksi. Transfer DUIT memiliki fitur Cepat (uang diterima pada hari yang sama), mudah (dapat diambil di lebih dari 30.000 ATM), aman (dikirim secara elektronik) dan murah (biaya ringan).(m06)

Silaturahim Dan Konsolidasi Warga MTA 5 Provinsi

Suasana pengajian Majlis Tafsir Alquran (MTA) Sumatera Utara di MTA Perwakilan Deliserdang, Selasa (18/1).

MAJLIS Tafsir Alquran (MTA) Sumatera Utara, melaksanakan kegiatan pengajian akbar sekaligus konsolidasi seluruh warga MTA yang ada di Sumatera. Kegiatan ini dipusatkan di Majlis Tafsir Alquran (MTA) Perwakilan Deliserdang, Selasa (18/1). Kegiatan dihadiri oleh utusan warga Majlis Tafsir Alquran sekitar 3000 orang yang berasal dari 4 provinsi di luar Sumatera Utara yakni Provinsi Jambi (Kota Jambi, Kab. Sarolangun, Kab, Tebo), Provinsi Sumatera Barat (Kab. Damas Raya) Padang (solok), Provinsi Riau (Bekinang, Pekan Baru, Kandis, Siak), Provinsi Aceh (Banda Aceh dan Aceh Utara) dan Sumatera Utara selaku panitia penyelenggara dengan beberapa Kabupaten/Kota yakni Tapanuli Utara, Batubara, Labuhanbatu/Rantauprapat, Simalungun, Langkat, Karo, Binjai, Deliserdang, dan Kota Medan. “Tujuan kegiatan ini adalah untuk konsolidasi umat serta menyegarkan kembali semangat mempelajari Alquran dan sunnah dalam kehidupan, karena dengan kembali kepada Alquran dan sunnah akan kembali kepada kejayaan. Apabila manusia berpegang pada Alquran maka Allah akan meninggikan derajat manusia, dan sebaliknnya apabila manusia meninggalkan Alquran dan sunnah maka Allah akan menghinakan manusia. Kejayaan umat hanya akan dapat terwujud kembali dengan kebersamaan dan persatuan, serta kembali kepada Alquran dan Sunnah,’’ ujar Ustadz Sarijo, SAg. Pimpinan Wilayah MTA Sumatera Utara. Lebih lanjut menurutnya, agenda utama dari kegiatan ini adalah ceramah dan pengarahan dari Al-Ustadz Drs Ahmad Sukina selaku Pimpinan Pusat MTA. Kemudian dilanjutkan silaturahim ke beberapa cabang MTA yang ada di wilayah Sumatera Utara. Sementara itu pada acara pokok kegiatan ini yakni tausiyah dan pengarahan Al-ustad Drs Ahmad Sukina. Dalam tausyiahnya dikatakan agar umat Islam berpegang teguh kepada agama Allah yang lurus yakni yang berdasarkan Alquran dan Sunnah serta tetap menjaga persatuan, karena umat Islam yang satu dengan yang lainnya adalah kaljasatun wahid (umat yang satu.(m07)

Ribuan Jamaah Hadiri Zikir Di Masjid Raya DOSEN USU Al-Ustadz Drs H Amhar Nasution MA menegaskan, berbagai upaya dilakukan AS agar generasi muda Islam di Indonesia lalai dalam menjalankan ajaran agamanya. Salah satunya melalui jejaring sosial berupa internet. “Orang-orang AS memang menyukai internet. Tapi, Indonesia merupakan negara paling banyak menggunakan internet dengan mengakses situs porno di dalamnya,” katanya dalam taushiyahnya pada Zikir Akbar Majelis Zikir Angkatan Muda Tazkira Sumut di Masjid Raya AlMashun Medan, Minggu pagi (16/1), dihadiri sedikitnya 3.000 peserta dari kalangan siswa-siswi, remaja masjid dan mahasiswa se-Kota Medan. Selain Zikir Akbar, juga dibaiat/dikukuhkan kepengurusan Majelis Zikir Angkatan Muda Tazkira Sumut diketuai H Ibnul Mubarrak S Sos I dilakukan Ketua Dewan Penasihat Majelis Zikir Angkatan Muda Tazkira Sumut yang juga Ketua Umum dan pendiri Majelis Zikir Tazkira Sumut Buya KH Amiruddin MS. Hadir dalam acara itu, Kadisdiksu diwakili Kabid Dikdasmen Ilyas Sitorus SE MPd serta para sekolah, guru dan orangtua siswa-siswi. Acara diawali pembacaan ayat suci Alquranulkarim oleh H Mudawali SPdI. Dilanjutkan Zikir Asmaul Husna dipimpin H Bambang Suprapto SE MBA serta zikir, tahlil dan doa oleh H Ibnul Mubarrak S sos I Menurut H Amhar Nasution, saat ini AS terus berusaha mencekoki generasi muda Indonesia, khususnya generasi muda Islam dengan berbagai informasi yang melalaikan mereka untuk menjalankan ajaran agamanya berupa perbuatan yang tidak benar. Bahkan, lanjutnya, AS membiarkan kaum muslim melaksanakan ibadahnya seperti shalat, zakat dan sebagainya, tetapi umat Islam tidak boleh bersatu. Karena itu, melalui zikir yang dilaksanakan Majelis Zikir Angkatan Muda Tazkira Sumut ini sangat besar manfaatya bagi generasi muda dalam membentengi dirinya dari pengaruh negatif yang datangnya dari luar. Tiga Harapan Ketua Dewan Penasihat Majelis Zikir Angkatan Muda Tazkira Sumut yang juga Ketua Umum Majelis Zikir Tazkira Sumut Buya KH Amiruddin MS menyampaikan 3 harapannya dalam kegiatan itu. Pertama, majelis zikir ini sebagai wadah agar angkatan muda Islam berusia 12-40 tahun untuk mengikuti zikir pada Ahad ketiga setiap bulan. Kedua, melalui zikir ini diharapkan sebagai jawaban terhadap tantangan bagi orangtua yang selama ini tidak tahu kemana anakanaknya berada. Karena itu, zikir sebagai sarana pembinaan keagamaan bagi kalangan generasi muda. Sedangkan ketiga, diharapkan kepada para orangtua yang memiliki putraputri berusia 12-40 tahun agar dapat mendorong anak-anaknya untuk mengikuti Zikir Akbar ini. Begitu pula kepada para kepala sekolah dan Dewan Guru. Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Majelis Zikir Angkatan Muda Tazkira Sumut H Bambang Suprapto SE MBA mengatakan rasa syukurnya kepada Allah SWT, karena masih ada orangtua dan ulama di Sumut dan Medan memikirkan masa depan generasi muda Islam. Sehingga bergabung ke dalam majelis zikir ini. Dengan berzikir, kita akan memiliki mental yang kuat. Sehingga, kuat juga dalam menghadapi cobaan dan tantangan yang dihadapinya, sebutnya. Sedangkan Kadisdiksu diwakili Kabid Dikdasmen Ilyas Sitorus menyambut baik dan sangat mendukung kegiatan Zikir Akbar bagi kalangan angkatan muda yang sangat luar biasa ini. Jika melihat kondisi sekarang ini,

sambungnya, betapa hancurnya pelajar dan generasi muda kita yang lebih banyak bermain-main diWarnet dengan membuka situs internet yang tidak mendidik. Begitu juga memakai Ponsel untuk melihat hal yang negatif dan kurang bermanfaat. Remaja muda kita kurang mau ke masjid mengikuti majelis ta’lim, tetapi lebih cenderung mengunjungi mal dan tempat hiburan. “Sekarang, kita sedang berupaya bagaimana dapat meningkatkan pendidikan agama di kalangan pelajar di Sumut. Kita akan berupaya membantu dan memfasilitasi melalui sekolah-sekolah yang dananya kita ambil dari APBD Disdiksu agar kegiatan ini dapat terlaksana secara terus-menerus dan lancar secara baik,” katanya. Ketua Umum Majelis Zikir Angkatan Muda Tazkira Sumut H Ibnul Mubarrak S Sos. mengajak kepada remaja Islam untuk senantiasa bersamasama hadir di Masjid Raya Al-Mashun pada Ahad ketiga tiap bulan berzikir bersama agar kita bisa terus mendekatkan diri kepada Allah SWT,” sebutnya. Susunan pengurus Majelis Zikir Angkatan Muda Tazkira Sumut, Dewan Penasihat diketuai Buya KH Amiruddin MS dibantu anggota KH Zulfiqar Hajar Lc, T Hamdy Othman Delikhan Al-Hajj (gelar Tuan Raja Muda), Drs H Amhar Nasution MA, Drs H Amiruddin, H Mahmuddin Lubis, H Abdul Rahim, H Sudarno, dan H Harsurbakti. Dewan Pembina, Ketua H Bambang Suprapto SE MBA dengan anggota H Bambang Asmoko, Imam Syahbudi, Drs H Fadhlan Zainuddin, Drs H Tuah Sirait MA, AKBP drg Hj Etty D Lamurty, Ir Hj SH Hastuty Rima dan Drs Jamaluddin. Pengurus Harian, Ketua Umum H Ibnul Mubarrak S Sos I, Ketua Harian H Mudawali SPdI, Wakil Ketua I-III Syahrial P, Lilis Suprianti dan Mhd Dhuha Sholihin SE. Sekretaris Umum Dody Syahputra, Wakil Sekretaris I-III Muhajjah Babna, M Rahim SPdI dan M Sazeli SPdI. Bendahara Umum Muslim SPdI, Wakil Bendahara I-III Diko Rizki Suprapto, Mhd Zaki Ihsan dan Mhd Syafrin. Kepengurusan dilengkapi bidang usaha dan ekonomi, komunikasi dan publikasi. (h01)

FOTO BERSAMA: Buya KH Amiruddin MS bersama unsur Dewan Penasihat dan Pembina foto bersama pengurus Majelis Zikir Angkatan Muda Tazkira Sumatera Utara di Masjid Raya Al-Mashun, Minggu pagi (16/1) baru-baru ini. (foto: ist).

WASPADA Jumat 21 Januari 2011

Jaminan Ekonomi Sistem Kekerabatan Islam Oleh Mustafa Kamal Rokan SUATU kali dalam suasana yang santai, penulis berdiskusi dengan seorang ustadz kampung tentang hubungan sistem kekerabatan dan jaminan ekonomi (economics and social security). Ustadz tersebut bercerita tentang pengalamannya dalam menghadapi pertanyaan umat yang terkait dengan jaminan hidup (terutama ekonomi) dalam Islam. Seorang teman yang bersuku Karo di kampungnya bertanya tentang siapa yang bertanggungjawab atas kelangsungan hidup seorang perempuan dan anakanak yang ditinggalkan oleh suami yang meninggal dunia. Lebih lanjut, ia bercerita betapa banyak janda-janda serta anak-anaknya tidak terayomi setelah suaminya meninggal dunia. Sang istri harus berjuang sendiri untuk dapat menghidupi diri dan anak-anaknya. Benarkan ustadz? Katanya untuk meyakinkan. Walau pertanyaan tersebut terkesan sederhana saja, namun ustadz tersebut sedikit agak bingung dan terperanjat atas pertanyaan tersebut, sebab harus diakui bahwa dalam kenyataan yang sering terlihat memang demikian adanya. Dengan sedikit agak bingung ustadz tersebut menjawab secara normatif saja, betapa secara konseptual Islam mewajibkan umat Islam untuk saling tolong menolong antara yang satu dengan lainnya. Tentu jawaban yang normatif tersebut tidak memuaskan sang temannya tadi, sebab konsep Islam tersebut berbeda jauh dari pelaksanaannya. Seorang perempuan yang ditinggal suami biasanya lebih mengandalkan hidup sendiri, kalaupun ada bantuan dari sanak famili hanyalah bersifat sukarela. Lebih lanjut, sang teman yang bersuku Karo tadi menjelaskan bahwa dalam hukum adatnya, jaminan hidup bagi seorang janda telah diatur secara baik sekaligus “ketat”. Seorang perempuan yang ditinggal oleh suami, maka istri dan anak-anaknya secara tegas menjadi tanggungjawab apa yang disebut dengan Kalimbubu. Kalimbulu terdiri dari ayah, saudara ayah dan lainnya yang bertanggungjawab atas kelangsungan hidup sang janda dan anaknya secara layak. Dan lebih dari itu, hukum adat Karo membuat sistem pengawasan yang rapi, dimana jika Kalimbubu tidak bertanggungjawab mengurus janda tersebut, maka hal itu menjadi aib besar dihadapan anak beru (yang merupakan keluarga almarhum suami yang meninggal). Diskusi keduanyapun berjalan alot dan semakin “panas”, sang ustadzpun kesulitan menjawab pertanyaan jika persoalan itu dihubungkan dengan realitas yang terjadi di tengah-tengah umat. Betapa sebagian besar umat Islam tidak memahami sekaligus menyadari sistem jaminan ekonomi dan sosial dalam lingkup yang kecil saja semisal seorang perempuan yang ditinggal suami. Sistem Jaminan Ekonomi Dan Sosial Dari dialog singkat penulis dengan ustad kampung paling tidak terdapat dua (2) hal yang fundamental dari persoalan di atas. Pertama, bagaimana sistem jaminan ekonomi dan sosial dalam sistem kekerabatan Islam? Lebih dari itu, bagaimana sistem jaminan ekonomi dan sosial dalam lingkup yang lebih luas seperti keterlibatan negara? Kedua, bagaimana tingkat kesadaran umat Islam (termasuk pada ahli agama) tentang jaminan ekonomi dan sosial dalam Islam? Menjawab persoalan yang pertama, sungguh bahwa Islam mempunyai sistem jaminan ekonomi dan sosial yang lengkap. Hukum perdata Islam yang didalamnya terdapat sistem kekerabatan telah secara detail dan lengkap mengatur sistem jaminan ekonomi dan sosial. Lebih dari itu, sistem jaminan ekonomi dan sosial telah diatur dalam hukum publik yang melibatkan peran negara di dalamnya melalui instrumen zakat, infak dan sedekah. Dari segi hukum keluarga, Islam telah mengatur

secara rapi dan rinci sistem jaminan ekonomi dan sosial dalam aturan perwalian dan pewarisan. Sistem perwalian dan pewarisan tidak hanya dipahami dalam lingkup yang dangkal yang hanya mengatur “siapa menikahkan siapa”, dan “urusan bagi-bagi harta”. Aturan perwalian dan pewarisan perlu tafsir yang progresif untuk menjadikan hukum Islam sampai pada maksudnya (maqashid syariah). Sistem perwalian yang didasarkan atas hubungan kekerabatan hanya dibolehkan pada laki-laki menunjukkan bahwa perwalian juga sangat terkait dengan tanggungjawab wali terhadap kerabatnya. Laki-laki adalah simbol dari gender yang memiliki kemampuan akan kekuatan fisik dan akses ekonomi. Sehingga laki-laki pantas disandarkan tugas kewalian tersebut. Karenanya, fungsi perwalian bukan hanya sebatas tanggung jawab nikah-menikahkan, namun jauh lebih luas dari itu, bahwa wali juga bertanggungjawab atas ekonomi dan sosial terhadap kerabat yang berada di bawah perwalian. Ibnu Hazm mengatakan kewajiban memberi nafkah dibebankan kepada kedua orang tua, kakek ataupun nenek. Selain itu, setiap anak, baik laki-laki maupun perempuan berhak memperoleh nafkah dari saudara-saudara laki-laki ayahnya, saudara perempuan ayahnya serta istri ayahnya. Mereka semua memiliki kewajiban yang sama dalam hal nafkah dan tidak ada prioritas antara yang satu dengan yang lainnya, dan tidak ada pihak yang lebih dibebani lebih sedikit atau lebih banyak dari yang lainnya setelah ayahnya meninggal. Mereka semua dianggap sama dalam hal nafkah. Tidak hanya sampai disitu, sistem nafkah dalam sistem kekerabatan Islam sungguh lengkap hingga sampai mempertimbangkan seseorang yang sakitsakitan dan seterusnya. (Salahuddin Sultan: 2008). Demikian juga halnya dalam sistem kewarisan Islam yang lebih memberikan porsi laki-laki mendapatkan harta lebih besar dari perempuan (walau tidak dalam semua hal), seyogyanya paralel dengan tanggungjawabnya terhadap pewaris dan keluarganya. Pemberian atau hak yang besar bagi ahli waris laki-laki berbanding lurus dengan kewajibannya sebagai laki-laki yang bertanggung-gungjawab terhadap perempuan (atau warisnya). Disinilah prinsip keseimbangan dalam perwalian dan pewarisan menjadi relevan untuk diterapkan. Kesadaran Beragama Secara Kaffah Pertanyaan jama’ah suku Karo dalam kisah awal di atas sungguh tidak hanya menggelitik kita dalam melihat tanggungjawab ekonomi dalam lingkup konsep, namun juga sangat menggelitik alam fikiran kita terhadap kesadaran beragama yang tidak hanya ditujukan kepada umat (masyarakat awam) namun juga kepada para ulama, ustadz dan ahli agama. Harus diakui tanggungjawab ekonomi dan sosial kepada janda lebih dikesankan kepada tindakan sukarela sang wali dan ahli warisnya, bukan sebuah keharusan yang harus dipenuhi. Maka tidaklah mengherankan jika kemiskinan yang melanda umat Islam masih menjadi pemandangan yang belum berakhir. Sebab, jangankan untuk membicarakan tanggungjawab ekonomi dan sosial secara lebih luas melalui instrumen zakat, infak, sedekah, tanggungjawab ekonomi dan sosial dalam lingkup kecil dalam hubungan kekerabatan saja sering terabaikan. Andai saja, masing-masing wali (perwalian) dan ahli waris memahami kewajibannya untuk bertanggungjawab terhadap kerabat yang berada dalam perwalian dan kewarisannya, maka sekian persen dari umat Islam telah bebas dari derita kemiskinan. Bahkan, ke depan, perlu kajian progresif untuk menyatakan hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban dalam kewarisan dan perwalian. � Penulis adalah Dosen Hukum Bisnis Fak. Syariah IAIN Sumatera Utara, editor Tafsir AlQuranul Karim karya Ulama Tiga Serangkai .

Amar Ma’ruf Nahi Mungkar TANPA amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh kebaikan dan mencegah kemunkaran), agama ibarat tubuh tanpa kepala. Untuk itu kritik tokoh agama kepada pemerintah yang zalim, terutama Islam, mendapat landasan dari Quran dan Hadits. Imam Ali berkata, agama yang hanya sholat berkali-kali, haji dan umrah bolak-balik, tapi tidak menegakkan amar maruf nahi munkar, ibarat badan tanpa kepala. Tanpa kepala tidak bisa dise-but badan, kata pembina Sekolah Tinggi Agama Islam Madinatul Ilmi (STAIMI), Hasan Dalil, kepada Rakyat Merdeka Online, baru-baru ini. Menurut ulama yang dikenal baik oleh Syiah dan kelompok Sunni Indonesia ini, kritik terhadap pemerintah juga mendapat landasan dari sisi hukum dan sejarah Islam. Hukum Islam selalu dimulai dari bab thoharah atau bersuci. Suci tidak hanya fisik tapi juga mental. Mental yang kotor dari penguasa harus dibersihkan. Begitu juga dari sisi sejarah. Setelah 50 tahun Nabi Muhammad SAW meninggal, penguasa sangat zalim, menganggap harta negara sebagaimana harta pribadinya, maka

muncullah Imam Husein cucu Nabi untuk melawan. Bersama 18 keluarga Nabi dan 54 sahabat setia, Imam Husein melawan hingga syahid dan terbunuh. Kenapa Imam Husein? Kotor yang sedikit cukup dibersihkan oleh pencuci sedikit. Kotor yang banyak perlu dibersihkan oleh orang-orang yang luar biasa. Maka sangat tepat sikap para tokoh lintas agama yang membeberkan kebohongan pemerintah. Sebab diperlukan orang luar biasa, seperti ulama dan rohaniawan untuk membongkar kebohongan ini. Imam memang terbunuh, tapi rakyat jadi melek dan sadar bahwa rezim ini bohong, kata Hasan. Hasan Dalil juga mengingatkan agar mengkritik pemerintah bukan hanya dengan himbauan maupun puisi, tapi harus bergerak dengan sikap. Sebagaimana kata dia juga dalam puisi sebelumnya, bahwa diskusi adalah selemah-lemah iman perjuangan. Maka harus bergerak menumbangkan rezim yang zalim dan bertentangan dengan sila-sila Pancasila. Sebagaimana dalam satu sila, kerakyatatan yang dipimpin hikmat kebijaksaan. Bukan oleh koalisi partai untuk saling menutupi kebohongan, demikian Hasan.(gc/m20)

PP Muhammadiyah Imam Dan Khatib Shalat Jumat Perdana Masjid Taqwa Salam PIMPINAN Pusat Muhammadiyah Drs. H. Syukrianto AR, M.Hum imam dan khatib pada Shalat Jumat perdana di Masjid Taqwa Muhammadiyah Salam Jl. Bromo Gg. Salam No. 20 Medan, Jumat (14/1). Syukrianto dalam khutbahnya berpesan kepada Pimpinan Ranting Muhammadiyah Salam untuk selalu mengajak kaum muslimin dan muslimat untuk mendalami ajaran Islam dan dapat membuktikan keislamannya dalam kehidupan sehari-harinya. Beliau juga berharap agar Masjid Taqwa Salam dapat difungsikan seperti Masjid Quba yang dibangun Nabi Muhammad SAW yang dijadikan sebagai salah satu pusat kegiatan dakwah. Ketua Pembangunan Masjid Muhmud Yunus Daulay dalam laporan menyampaikan untuk pembebasan tanah dan pembangunan masjid sampai hari ini sudah menghabiskan dana Rp750.000. Hal itu dapat terwujud karena kemurahan hati dermawan memberikan zakat, infaq dan sadakahnya kepada panitia, yang tidak kalah pentingnya kerja keras dari segenap panitia dan jamaah yang ikhlas dan tidak mengenal lelah untuk menyelesaikan pembangunan masjid ini. Untuk kelanjutan pembangunan masjid, khususnya lantai II diperkirakan

akan menghabiskan Rp 300 juta. Pimpinan Ranting Muhammadiyah Salam Sapri, MA menjelaskan, tujuan dari pembangunan Masjid Taqwa itu untuk syiar agama Islam dengan menghidupkan shalat berjamaah dan mengadakan kajian keislaman setiap Selasa malam Rabu. Ke depan direncanakan akan mendirikan Taman Pendidikan Al Quran sebagai salah satu sarana pendidikan dan penanaman nilai-nilai keislaman pada generasi yang akan datang. Sementara itu mubaligh kondang Drs. H. Hisyam Dalimunthe dalam tausiyahnya mengajak umat Islam untuk tetap mempertahankan akidah

menguatkan ibadah dan menjaga akhlak di tengah-tengah banyaknya tantangan yang kita hadapi dalam kehidupan jahiliyah modern saat ini. Turut hadir dalam acara itu dermawan H. Zulman, Hj. Jusmiati, Hj. Aminah Siregar serta tokoh agama/masyarakat Drs. Zulkifli, Drs. Zainuddin, Arman Tanjung, Ramli Jambak, Khaidir Tanjung, Suardi Koto dan Azhar Tanjung. Acara diakhiri dengan Gerakan Amal Shaleh (GAS) dipandu Al Ustadz Irwansyah Putra, MA, dari jamaah yang hadir dapat dikumpulkan dana sebanyak Rp 15.510.000.(m43)

FOTO BERSAMA: KEtua PP Muhammadiyah Drs. H. Syukrianto AR. M.Hum (tengah) foto bersama dengan panitia tabligh akbar dan Shalat Jumat perdana dari kiri Ramli Tanjung, I. Zulkifli AM, Sapri, MA, H. Zulman, M. Yunus Daulat, MA, Irwansyah Putra, MA, Faisal Isnur, BSc dan Ujang di Masjid Taqwa Salam, belum lama ini.(foto:ist)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.