Waspada, Jumat 1 Oktober 2010

Page 17

Mimbar Jumat

WASPADA Jumat 1 Oktober 2010

Bertalbiyah Semaksimal Mungkin Talbiyah hukumnya sunat, kecuali menurut Maliki. Mashab ini memandang wajib. Sedangkan mashab Hanafi dinilai sebagai syarat sehingga siapa yang meninggalkan talbiyah ini diwajibkan membayar dam. Talbiyah hendaknya harus terus digemakan/ dilapaskan selama jamaah masih dalam keadaan ihram. Talbiyah juga disunatkan dibaca sewaktu berpapasan dengan rombongan jamaah lain atau ketika menjalani perubahan keadaan, misalnya ketika naik gunung atau turun dari bukit, naik atau turun dari kendaraan, bertemu kawan atau seusai shalat. Dan bagi pria disunatkan mengeraskan bacaan talbiyahnya, sedangkan bagi perempuan cukup didengar sendiri dan yang berada di sampingnya. Membaca keras talbiyah ini didasarkan atas hadits Nabi yang berbunyi: ’’Jibril telah datang kepadaku, lalu ia berkata: Hai Muhammad! Suruhlah sahabat-sahabatmu itu untuk mengeraskan suara talbiyahnya, sebab talbiyah itu salah satu dari syiar haji.’’ (HR Ashmad dan Ibnu Majah). ’’ Bacaan yang dianjurkan secara ’’terus-menerus’’ dilapaskan saat menunaikan ibadah haji adalah talbiyah, tentu sesuai dengan kemampuan masing-masing jamaah. Talbiyah dimulai setelah berihram dari miqat dan berhenti membaca talbiyah apabila sudah mulai tawaf untuk ibadah umrah atau sesudah ’tahallul awal’ bagi ibadah haji.Adapun teks talbiyah sbb: ’’Laabbaik Allahumma Laabbaik, Laabbaik Laa Syarikalaka Laabbaik, Innal Hamda Wannikmata Lakawal-mulk, Laa Syarikalaka.’’ (Artinya: ’’Aku datang ya Allah, aku penuhi panggilanMu! Kusambut panggilanMu, yang tiada sekutu bagiMu, kusambut panggilanMu. Sesungguhnya segala puji dan nikmat dan kerajaan adalah milikMu, tiada sekutu bagiMu.’’ Bertalbiyahlah semaksimal mungkin, termasuk di dalam bus. Jangan diam saja seakan sedang wisata. [Dikutip dari berbagai sumber].

Haji Yang Tak Haji Oleh H. Syarifuddin Elhayat Firman Allah “Dan (telah diwajibkan) oleh Allah bagi manusia melakukan ibadah haji ke Baitullah karena Allah,terhadap siapa yang mampu (kuasa) melaksanakan perjalanannya.(QS Ali Imran 97). Insya Allah hanya dalam bilangan hari dan dalam hitungan jari, kafilah dhuyufurrahmanpun akan bermusafir menuju Haromain bertemu dan bertamu ke dua tanah haram itu dan mereka semua,—Insya Allah,— akan menjadi tamu-tamu Allah, setelah menyahuti dengan kalimat sakral dan syhadu yang jadi “paspor” itu,—Labbaika Allahumma Labbaik,—Labbaika La Syariika Laka Labbaik…… (Ya Allah uku datang memenuhi panggilanMU,Ya Allah aku datang padaMu Tuhan yang tidak ada sekutu bagiMu,ya Tuhan yang aku datangtemui)... Berangkatlah tuaan…lakukanlah perjalanan ruhani dari rumah-rumah tempat tinggal yang selama ini mengungkung kita, menuju rumah Tuhan dan ‘rumah’ umat. Tinggalkan dan tanggalkan seluruh baju kebesaran dan status sosial yang Ncek pakai selama ini untuk kemudian (untuk sementara) pakailah Ihram yang sama sekali tak berbentuk itu kecuali dia hanya kain putih bagaikan kafan. Bertawaf berkelilinglah di Baitullah alharam bersama jutaan saudara kita yang tidak lebih dari kita, mendekat bahkan mendekaplah di Ka’bah yang menjadi hadapan sholatkita bertahun bahkan berpuluh tahun dari jauh, sa’i dan berlari-lari kecillah antara shofa dan marwa dan kenanglah perjuangan ibu untuk anaknya (hajar dan Ismail), tahallul guntinglah rambut sebagai lambang kitapun dah bisa melepaslan ihram untuk beraktifitas dalam ibadah sambil menungguh puncak haji, berwukuflah berhenti dari segenap kegiatan kecuali untuk ‘merenung, siapa aku, dari mana aku, sedang dimana aku dan akan kemana aku selanjutnya setelah ini. Lemparlah jumroh sekaligus lemparkanlah seluruh sifat dan sikap setan dari diri kita Untuk semua itu kata-kanlah,”Allaahu Akbar,—Ana shoghir Ya Robb,—Allaah Engkaulah Yang Maha Besar sedangkan Aku adalah Hamba yang Kecil bagaikan sejarrah debu diantara yang lainnya. Kalau dah dijaga ‘pantang larangnya,dan dikerjakan seluruh atur tertib rukun dan wajibnya,—Insyaallah Nceek dah Hajilah itu dah.— Mabrur juga Insyaallah,sebab mabrurnya haji bukan diukur dari cara memperoleh bekal,tidak juga dari tempat tinggalnya atau tingkat kepayahan dalam mengerjakan ibadah haji,tapi haji yang mabrur, begitu yang ana kutip dari Dr Jalaluddin Rahmat,adalah haji yang berhasil mencampakkan sifat-sifat hewaniah dari dirinya dan mampu pula menyerap sifat-sifat rubbaniyah (ketuhanan). Takutlah kita dengan sinyalir Sinyalir Rasulullah tentang situasi ibadah haji di akhir zaman,-Iman Al-Ghazali meriwayatkan dalam kitab Ihya Ul Ulumuddinnya, menulikkan, Sabda Rasul,”Nanti diakhir zaman akan ada empat macam ( motivasi) orang melaksana-kan haji dari empat golongan (tipe) dalam masyarakat, Mereka adalah penguasa yang berhaji hanya ingin pesiar (jalan-jalan tour) saja, Pedagang, berhaji hanya tujuan bisnis (dagang-cari keuntungan materi saja), Masakiin (dhuafa) berangkat haji hanya untuk meminta-minta (mengemis saja dengan alasan sabiilillah) dan para Ulamanya, berangkat haji hanya untuk memperoleh popularitas dan agar dikenal orang banyak sebagai orang yang alim.”-Alllah kariim,Na’udzu Billah tsumma Na’-udzu Billaah—jangan sempat tuan,—sio-siooolah kito.— Afwan tuan, sedangkan bagus-baguspun kita buat, kadang kala karena tekad dan niat kita ku-rang ‘pas’ bisa juge haji kita jadi tak Ash-Sholihin Jl. Badak Lingk. I Kel. Bandar Utama Al-Amin Jl. Aman Kel. Deblod Sundoro/Bagelen Al-Hidayah Lingk. 03 Kel. Tanjung Marulak Hilir Al-Hidayah Jl. Jend. Ahmad Yani No. 50 Kel. Durian Al-Hasanah Jl. Kartini No. 16-A Al-Mukhlis Jl. A. Yani/Sakti Lubis Al-Muthmainnah Lingk. I Kel. D.Sundoro Al-Maryam Jl. Darat Lingk. VIII Kel. Rambung Al-Muttaqin Jl. Sofyan Zakaria Lingk. 2 Al-Haq Kel. Deblot Sundoro Kec. Padang Hilir Darul Jannah Jl. Bhakti LKMD Lingk. I Kel. Lalang Jami’ Jl. Batu Bara Kel. Satria Jamik Kel. Rambung Kec. Tebing Tinggi Kota Lembaga Pemasyarakatan Jl. Pusara Pejuang No. 3 Raya Kota Tebing Tinggi Deli Syuhada Jl. Iskandar Muda No. 70 Taqwa Jl. Bakti Kota Tebing Tinggi INDRAPURA Jami’ Indrapura KISARAN Agung Jl. Imam Bonjol No. 182 Abrarul Haq Haji Kasim Jl. Budi Utomo Kel. S.Baru An-Nur RSU Ibu Kartini PT. BSP Tbk Ar-Rasyidin Jl. Sei Asahan No. 42 Kel. Tegal Sari Al-Bakar PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk Asment Al-Hidayah Jl. Cokroaminoto Al-Huda Jl. K.H. Ahmad Dahlan No. 1 Al-Husna Jl. Arwana Kel. Sidomukti Al-Husna Simpang 6 Kel. Kisaran Barat Al-Jihad Jl. Dr. Setia Budi No. 54 Kel. Selawan Al-Muttaqin Jl. Ir. H. Juanda Kel. Karang Anyer

mabrur tak berterima disisi Allah. Maka jadilah kita “Haji yang tak haji”tuaaan. Ahhh, apa ada haji yang tak haji ? Ternyata ada jugo NceekAna sangat sayang pada dhuyufurrahman,-karena itu ana nikilkan dengan ikhlas cerita ini. Satu kali ketika seorang ulama Abu Bashir terpesona mendengar gemuruh dzikir ummat yang sedang tawaf. Ja’far shodiq ahlul bait keluarga Rasul mengusap wajah Abu Bashir. Alangkah terkejutnya Bashir ketika kemudian dia menyaksikan banyak sekali hewan (dalam pandangannya saat itu) di sekitar Baitullah. Abu Bashir lantas sadar bahwa dzikir yang tidak disertai ‘hati’ tak cukup sebagai bekal memuji Tuhan. Diperlukan transformasi spiritual,—kata Guru ana Jalaluddin Rahmat. Tak sekadar itu, Zainal Abidin sufi besar cucu nabi kita itu pernah bertanya kepada sahabatnya, Asy Syibli yang baru saja menunaikan ibadah haji. “Ketika engkau telah sampai di miqot dan engkau menanggalkan pakaian berjahit ,apakah engkau juga sudah berniat menanggalkan pakaian ‘ma’siat’ untuk kemudian memakai ‘busana’ ke thoatan. Apakah engaku meninggalkan sifat riya, ujub, takabbur dan hasad, kemunafikan dan syubhat?,begitu kata Zainal Abidin memulai pertanyaannya. Ketika engkau telah berihram,apakah engkau telah bertekad akan mengharamkan atas dirimu seluruh apa yang diharamkan Allah. Ketika engkau akan menuju makkah, apakah engkau berniat untuk berjalan menuju Allah?. Ketika engkau memasuki masjidil harom, apakah engkau berniat akan menghormati hak-hak orang lain, tidak menggunjing, mengadu domba orang lain dan tidak akan memfitnah sesame umatb islam.Ketika engkau Sa’i, apakah engkau sudah merasa sedang berlari menuju kasih sayangnya Tuhan diantara harap dan cemas.(Begitu juga), ketika engkau wukuf di Arafah apakah engkau merasakan dan menyadari bahwa Allah mengetahui seluruh dosa dan segala kesalahan yang engkau perbuat dan engkau sembunyikan selama ini dalam hatimu.Ketika engkau berada di Mina,apakah engkau juga bertekad untuk tidak mengganggu orang lain dengan lidahmu,dengan tanganmu dengan tindakan bahkan dengan hatimu? Dan ketika engkau melempar Jumroh (jamarat) apakah engkau berniat tekad untuk memerangi iblis sela sisa hidupmu ya Syibli. Saat mendengar seluruh ucapan dan untuk semua pertanyaan itu Nceek, Asy Syibli menjawab hanya satu kata singkat,—‘La ‘ Tidak”. Mendengar jawaban Asy Syibli, lantas Zainal Abidinpun berkata,”Ah tuaan, kalau begitu, engkau belum miqot, belum ihrom,belum thawaf, belum sa’i, Wukuf dan belum sampai ke Mina serta belum jamaot. Mendengar itu semua, Asy syibli menangis.Pada tahun berikutnya konon menurut tarikh diapun berangkat ke Haromain merevisi (menyempurnakan) manasik hajinya. Subhanallah,— Haji yang belum haji menurut kaji ulama Sufi Zainal Abidin keluarga nabi itu. Itulah yang ana maksud dengan “Haji yang Tak Haji,” tuaan.Mudah-mudahan kita tidak begitu tuan ,—jadi pesan ana, cermatilah cerita dan taushiah Tuan Zainal Abidin yang abid itu, hingga dengan demikian kita akan jadi haji yang hakiki dalam pandangan Allah dan kitapun akan mendapatkan balasan sorga karena kita bagaikan bayi putih yang tak berdosa. Al Hajjul Mabruur laisa lahu Jazaa a Illal Jannah,—Haji yang mabrur tak ada balasan (yang pantas) kecuali sorga. Bukan haji yang tak haji,arang habis besi binasa,tukang tempa lelah saja. Afwan tuaaan, afwan Nceek,kalau ambe salah-salah kate. Doakan kami agar bisa menyusul tahun di muka. Ahlan.. ahlan Wa sahlan ya Dhuyufurrahman. M. Kasim, Ry Sofyan, MS, S.Pd.I Drs. Ridwan Syam H. Ardhubilli Asnawi M. Alam S., S.HI Drs. Zulfahri Sugianto, S.Ag Drs. Abd. Khalik, M.AP H. Sujarno Alamsyah, S.Ag Ismail, S.Pd.I Drs. Burhan Faisal M. Yusnan Harahap Ahmad Faisal, S.Ag Drs. H.M. Syukri Yusuf Supardi Zulkifli, S.Pd. Syamsuddin Harahap

B7

Esensi Silaturrahim Via SMS, Terwujudkah ? S

ilaturrahim berasal dari dua kata shilat dan rahim, shilat berarti menyambung, menghimpun yang berserak, sedangkan rahim berarti kasih sayang yang pada mulanya digunakan untuk kandungan atau peranakan yang sangat membutuhkan kasih sayang dan makna tersebut menjadi berkembang menjadi terminologi tersendiri bagi umat Islam khususnya bagi masyarakat Indonesia umumnya, dan nama lain dari silaturrahim tersebut kita kenal dengan halal bihalal yang momentnya dilaksanakan pasca Ramadhan tepatnya pada bulan Syawal sembari merayakan Idul Fitri sebagai wujud kegembiraan bagi mereka yang melaksanakan ibadah puasa. Silaturrahim bukan saja bahagian dari tradisi ke-Indonesiaan kita, akan tetapi ia menjadi sesuatu yang teramat penting dalam muamalah sesama manusia karena ia merupakan bagian dari keimanan bahkan menjadi tolok ukur keberimanan kita, karena Allah Swt berfirman: Apakah kamu kira jika kamu telah berkuasa lalu kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan kamu akan memutuskan silaturrahim? Mereka itulah yang dilaknat oleh Allah dan tulikan pendengarannya dan dibutakan penglihatannya. (QS. Muham-mad : 22-23). Silaturrahim tidak akan terwujud esensinya dalam bentuk kata-kata, sms, face book dan basa basi, atau dalam membalas kunjungan dan pemberian, karena esensi dari silaturrahim adalah menyambung ikatan hati yang telah terputus atau membuka lembaran baru dalam berinteraksi sesama manusia. Rasulullah Saw bersabda : Bukanlah silaturrahim orang yang hanya membalas kunjungan dan saling membalas pemberian akan tetapi silaturahim menyambung kembali yang terputus. (HR.Bukhori). Silaturrahim dalam pengertian yang sebenarnya masih banyak yang terabaikan karena pengaruh dominan dari praktik silaturrahim yang cenderung dilaksanakan dalam bentuk upacara/ seremonial belaka, dan moment yang digunakan selalu terikat dengan Idul Fitri, pada hal inti dari silaturrahim adalah membuka pintu hati untuk memaafkan orang

Oleh H.M. Nasir, Lc, MA

lain dan itu dapat dilakukan di waktu kapanpun tidak mesti pada Idul Fitri. Orang terbaik diantara itu adalah orang memulai memberi kemaafan tanpa dipinta dan ditunda-tunda, ibaratkan seseorang yang sedang kehausan meminta minuman tentu yang terbaik adalah memberikannya di saat dia membutuhkannya, bila diberikan setelah puas dari dahaga nilainya tidaklah sama dengan memberikannya ketika orang sedang membutuhkannya. Lebih dari itu, silaturrahim bukan hanya sekedar “open house” (membuka pintu selebar lebarnya) pada hari-hari di bulan Syawal dengan memberikan sedikit THR kepada karyawan, kaum kerabat, kaum duafa dan kaum kerabat, akan tetapi shilaturrahim benar-benar diwujudkan dalam bentuk membuka pintu hati dalam melapangkan dan mempermudah urusan orang lain sebagai bukti kasih sayang antara sesama, apakah dapat dikatakan bersilaturrahim jika seremonial open house setahun sekali, mengirim SMS dan sebagainya di bulan Syawal ini, sementara pasca Syawal nanti kembali orang yang di THR kan tempo hari kembali menjerit kesusahan, semua urusan kembali sulit seperti semula, harga sembako melonjak, dan layanan publik lainnya kembali semeraut, hari-hari diinformasikan kepada kita ledakan gas di rumah-rumah penduduk, sementara para pejabatnya mena-

ri-nari di atas penderitaan rakyat ? Sungguh terlalu sempit kita memaknai silaturrahim. Rasulullah Saw bersabda : Sayangilah orang yang di bumi niscaya kamu akan disayangi oleh yang dilangit. Silaturrahim yang hanya mengedepankan tradisi, upacaraupacara, mengirimkan untaian kata-kata indah via SMS belum sepenuhnya disebut shilaturrahim praktik seperti ini hanya layak disebut “shilat” (menyambung), menghubungkan sebagai muqaddimah atau langkah awal dari silaturrahim. Oleh sebab itu Allah Swt meminjamkan namanya “Arrahim” dan menghubungkannya dengan kata “shilat” untuk dipergunakan oleh hamba-Nya dalam membina kasih sayang sesama manusia secara mendalam tidak hanya sebagai lift service belaka. Bahkan lebih dari itu Allah Swt menempatkan takut kepada Zat-Nya dengan takut kepada shilaturrahim pada posisi yang sama. Allah Swt berfirman: Takutlah kamu kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu meminta-minta, dan takut pulalah kepada silaturrahim (agar tidak diputuskan). (QS An-Nisa : 1) Silaturrahim tidak cukup dengan memberikan maaf atau meminta maaf lahir batin, akan tetapi diiringi dengan berjabat tangan, seperti yang dianjurkan di dalam Alquran : Dan maafkannlah mereka dan berjabat tangan, sesungguhnya Allah mencintai orang yang berbuat baik. (QS. AlMaidah: 13). Berjabat tangan bukan hanya sebagai tradisi atau sebagai pelengkap dari pemberian maaf, akan tetapi merupakan sunnah Nabi Saw, sebagaimana disebutkan dalam berbagai riwayat bahwa dua orang muslim yang bertemu dan berjabat tangan dosanya akan berjatuhan selama kedua tangan mereka belum dilepas, terkecuali berjabat tangan dengan perempuan, Rasulullah Saw memberikan contoh kepada ummat bahwa beliau tidak pernah

berjabat tangan dengan perempuan. Beliau Saw bersabda: Sesungguhnya saya tidak bersalaman dengan perempuan dan baiat ku kepada seorang perempuan sama dengan jumlah banyak. Hadis ini dipahami oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwa nya pada tahun 2000 M, bahwa berjabat tangan dengan perempuan yang bukan mahram hukumnya haram apabila dengan syahwat. Silaturrahim yang diiringi dengan jabat tangan kepada lakilaki dan perempuan yang bukan mahram telah dicontohkan oleh Nabi Saw dengan lebih dahulu beliau Saw mengulurkan tangan kepada sahabatnya, bahkan suatu ketika pernah Nabi Saw mencium tangan sahabatnya yang kasar karena bekerja berat sembari mengatakan ini adalah tangan ahli surga, dan tradisi mencium tangan dibenarkan dalam Islam karena Rasul Saw qublatul yadi minal mushafahah/ mencium tangan digolongkan kepada berjabat tangan. Adapun cipikacipiki (cium pipi kanan dan cium pipi kiri) semata-mata merupakan tradisi di suatu negeri seperti yang berlaku di negeri ini dan sebagian negara Arab dan Islam. Silaturrahim dalam makna yang lebih luas tidak hanya sekadar memaafkan dan menghapus kesalahan orang lain, mengirim SMS, membalas kunjungan dan pemberian akan tetapi lebih dari itu membuka lembaran baru sejalan dengan makna yang terkandung dalam kata shafhah berasal dari kata shafhah/lembaran, halaman. Biasanya mengahapus secara manual masih meninggal-kan bekas dan jika bekas tersebut masih terlihat maka sebaiknya mempergunakan lembaran yang baru, demikian esensi dari shilaturrahim semoga dapat diwujudkan. Amin ! Wallahua’lam. ●Penulis adalah : - Pimp. Pondok Pesantren TahfizAlquran Al Mukhlisin Batubara. - Pembantu Rektor IV Universitas Al Washliyah (UNIVA) Medan. - Ketua Majelis Zikir Ulul Albab Sumatera Utara. - Direktur PT. GADIKA EXPRES SINDO UMROH & HAJI PLUS Cabang Sumatera Utara.

Mengendalikan Kecenderungan Hawa Nafsu Menuju Kesempurnaan Insani

M

anusia diciptakan Allah SWT. sebagai makhluk palingsempurna. Kesempurnaan tersebut karena manusia memiliki dua potensi, yaitu potensi akal dan potensi hawa nafsu. Potensi akal mampu menjadikan manusia sebagai orang bertakwa yang akhirnya disebut insan paripurna. Sedangkan potensi hawa nafsu dapat menjadikan manusia menjadi ingkar yang akhirnya disebut sebagai insan paling merugi dan paling hina dari makhluk lainnya. Konkritnya, kedua potensi tersebut memiliki peran dalam diri manusia dalam mengantarkan seorang manusia kepada kesempurnaan yang seutuhnya. Tulisan ini bermaksud untuk menggugah kesadaran kita, agar senantiasa mawas diri dalam memanfaatkan kedua potensi yang telah diberikan Allah SWT. kepada manusia. Karena manusia yang awalnya dijadikan Allah dalam keadaan fitrah dan suci, sering kali menodai kesuciannya itu dengan sikap inkonsistensinya dalam menjalankan ajaran Allah, sehingga kesempurnaan tersebut tidak dapat terwujud dalam dirinya sendiri. Fitrah dan kesucian sebagai dasar kehidupan sering kali tereduksi sehingga menjadi kelam. Hal itu terjadi karena tabiat manusia yang senantiasa mengedepankan keinginan hawa nafsu dari pada akalnya. Profil Dan Kecenderungan Manusia Secara umum, profil manusia dapat dikategorikan kepada dua golongan, yakni manusia yang baik (bertaqwa) dan manusia yang jahat (ingkar). Alquran secara lebih detail membagi tegas tipikal manusia ke-

Ikhwaniyah Kel. Gambir Baru Kel. Kisaran Timur Nuur-Ashshiyam Jl. F.L. Tobing Kel. Lestari Nurul Iman Kel. Lestari Kec. Kota Kisaran Timur Nurul Yaqin Jl. K.H. Agus Salim Pasar Lama Nurul Huda Jl. Malik Ibrahim No. 37 Siti Zubaidah Jl. Budi Utomo No. 285

Oleh Fadhilah M. Batubara, Spd

pada beberapa golongan, antara lain adalah: muttaqin, mukmin, muslim, kafir, munafik, musyrik, fasiq dan lain-lain. Meskipun golongan-golongan yang telah disebutkan memiliki kecenderungan yang berbeda-beda, namun semua itu tetap saja mengacu kepada kategorisasi baik dan jahat. Profil kedua golongan ini memiliki karekteristik yang saling bertentangan dan terus berlomba-lomba untuk menguasai diri manusia itu sendiri. Jika potensi akal dan rohani lebih mendominasi seseorang, maka orang itu akan menjadi orang bertakwa, selalu qonaah (merasa cukup) dengan pemberian Allah dan selamat dari rayuan jahat nafsu sahwatnya. Sebaliknya, jika potensi hawa nafsu yang mengendalikan seseorang, maka orang itu akan memperturutkan kemauan hawa nafsu yang selalu cenderung kepada perbuatan jahat, merasa tidak pernah puas dengan pemberian Allah, sehingga akhirnya meng-

Thamrin Simatupang H.A. Qosim Marpaung Drs. H. Rael Panjaitan Drs. H. Nummat Adam Nasution H. Usman Darus Drs. Bob Yuswardi

LABUHAN BATU An-Nur Desa Kuala Bangka Baiturrahman Kec. Kualuh Hilir BATU BARA

Drs. Zulkifli Tanjung H.A. Fauzi Hasibuan

Abd. Azis Nur

Al-Munawwarah Desa Dipare-pare Kec. Air Putih Al-Musyawarah Dsn V Desa Sipare-pare Kec. Air Putih Jami’ Al Mukhlisin PT. Moeis Kec. Sungai Suka Deras Nurul Huda Desa Tanah Tinggi Kec. Air Putih Nurul Iman Dusun V Pasar Lapar Kec. Air Putih Syuhada Sukaraja Desa Sukaraja Kec. Air Putih Quba Tanjung Kubah Kec. Air Putih

Azhari Yasir Siregar Suparman, S.Pd. H. Muslim Ismail Rahmat Bawor Azwan Lubis H. Gazali Syafii, S.Ag Ghozali Ahmad

Abd. Rahman Rivai, S.Ag Drs. Mukhlisin Sulaiman Nasution Drs. H. Sya’ban Nasution Drs. Sulaiman Nasution H. Usman Efendi, Lc Drs. Nazibar Akmal Drs. H.Nummat Adham Nst., SH, MA Abd. Hakim Lubis Drs. H. Nummad Adham Nst., SH, MA H. Syawal, DM

PEMATANGSIANTAR Al-Ikhlas Jl. Nagur Kel. Martoba

H. Zulkarnain Nasution, S.Ag

RANTAU PRAPAT Al-Qodar Jl. Terpisang Mata Atas S I B O L GA Al-Munawar Sibolga Jl. Tapian No. 10-A BIREUEN Masjid Agung Bireuen Masjid Besar Kutablang

Muhammad Sabri, S.Ag Apit Marekan, S.Ag Tgk Nasrudin Yuddun Tgk Mansur

halalkan segala cara. Orientasi Jangka Panjang Manusia Manusia sempurna adalah manusia visioner yang mempunyai pandangan jauh ke depan. Ia tidak hanya berpikir hidup hari ini, tetapi ia juga memikirkan kehidupan di masa yang akan datang. Bahkan seorang yang beriman itu harus memikirkan kehidupannya di akhirat nanti. Itulah orientasi jangka panjang manusia. Sebagaimana dikatakan Allah: “Dan Kepada Tuhanmu akhir-nya kau akan kembali.” (QS. An Najm/ 53: 42). Tahu atau tidak tahu, sadar atau tidak sadar, mau atau tidak mau, isi ayat di ataslah yang men-jadi jawaban konkret terhadap perjalanan hidup manusia di atas bumi ini. Kesadaran yang tinggi terhadap “hari kemudian” akan mendorong seorang muslim untuk berbuat kebaikan di muka bumi ini. Proyeksi hari kemudian merupakan bahagian dari siklus kehidupan yang akan dilalui manusia setelah melalui beberapa siklus kehidupan lainnya, seperti masa kandungan, bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, tua sampai akhir hayat. Siklus ini seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi manusia dalam menapaki kehidupannya. Kesadaran akan adanya “hari kemudian” adalah pusat dari segala integritas sekaligus pemenuhan akan dahaga bathi-niah. Suatu kesadaran bahwa segala tindakan dan hasilnya kelak dirancang untuk tidak ber-

Masjid Besar Peusangan Masjid Besar Peusangan Selatan Masjid Ridha Kec. Jeumpa Masjid Besar Ke. Kuala Masjid Besar Juli Masjid Baitunnur Peudada Masjid Besar Peulimbang Masjid Baiturrahim Jeunieb Masjid Al Mabrur Kec. Pandrah Masjid Besar Kec Simpang Mamplam Masjid Besar Samalanga

henti hingga di dunia saja, tetapi juga hingga “hari keadilan tiba”. Dan itulah orientasi jangka panjang setiap manusia. Menuju Kesempurnaan Kesempurnaan yang diharapkan tentu bukan hanya sempurna fisik berupa kelengkapan anggota tubuh. Kesempurnaan yang diharapkan adalah kesempurnaan jasmani dan rohani. Bahkan aspek terakhir ini lebih penting diwujudkan karena pengaruhnya lebih signifikan dalam membentuk manusia yang lebih utuh. Oleh karenanya, kata kunci untuk menuju kesempurnaan yang hakiki adalah memperhatikan, memelihara dan mencerdaskan rohaniah dengan semangat religiositas. Karena manusia yang utuh adalah manusia yang tercerahkan rohaninya dengan nilainilai ketauhidan. Ketika manusia sudah tercerahkan hatinya, maka manusia akan tampil sebagai khalifah yang memiliki keteladanan dan mampu memberikan pengaruh bagi manusia lainnya. Itulah yang dapat membuktikan bahwa kita adalah ciptaan Allah yang sempurna (ahsanit taqwim). Kesadaran kritis yang harus kita bangun dan tegakkan adalah “madat” besar yang diberikan Allah kepada kita untuk mengelola alam semesta ini secara teratur dan sempurna. Keteraturan dan kesempurnaan pengelolaan untuk kemaslahatan dan kemakmuran orang –orang beriman merupakan indikator sejauhmana kita dapat memerankan peran kita sebagai khalifah itu. ● Penulis adalah Guru MAN Pematang Siantar dan Ibu Rumah Tangga. Tgk Ismail S.Ag Tgk Nazaruddin Drs Tgk Maiyusri Tgk Tarmizi Tgk H Abubakar Bintang Drs Tgk H Zulhelmi A Rahman M.Ag Tgk Khalili Tgk Mukhtar Tgk Azharia Tgk M Nasir Tgk Ridwan Kuta Krueng

LHOKSEUMAWE Islamic Centre Lhokseumawe Baiturrahman Lhokseumawe Syuhada Mon Geudong Baiturrahim Uteun Bayi Al-Muchlisin Tumpok Teungoh At-Taqwa Kp. Jawa Baru Syuhada Kp. Jawa Lama Al-Azhar Pusong Al-Falah Keude Aceh Al-Hikmah Cunda Babut Taqwa Polres Al-Mabrur Meunasah Mesjid Babul Huda Panggoi At-Taqwa Paloh Istiqamah PT. Arun Al-Bayaan Kampus Politeknik Ubudiah Punteut At-Taqwa Meuraksa Raudhatul Jannah Alue Awe

Tgk. Junaidi Sulaiman Tgk. H. Amirullah M.Diah Lc, M.Ag Tgk. Bukhari Kaoy Tgk. H. M. Yahya Umar Tgk. Adlan Ali Tgk. Arifin Tgk. Razali Tgk. Basyaruddin Tgk. H. Salman Arifin, S.Pd, M.Ag Tgk. H. Mukhtariza Tgk. H. Mustafa Ahmad Tgk. Fitriadi Tgk. Muhammad Sufi Tgk. Hasanuddin Umar Tgk. H. Nasrullah, M.Ag Tgk. M. Jafar M.Eak Tgk. H. M. Isa Ahmadi Tgk. Syarbaini Tgk. Fajri, S.Pd.I


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.