Waspada, Jumat 19 April 2013

Page 29

WASPADA Jumat 19 April 2013

Mimbar Jumat

C7

Ekonomi Syariah Untuk Kemakmuran Tak Seorang Pun Tahun Kapan Ajal Tiba Tapi Tanda-tandanya Bisa Kita Ketahui (2) Apakah itu? tanya malaikat maut. Jika ajalku telah dekat, beri tahu aku. Malaikat maut berkata, Baik aku akan memenuhi permintaanmu, aku tidak hanya akan mengirim satu utusanku, namun aku akan mengirim dua atau tiga utusanku. Setelah mereka bersepakat, mereka kemudian berpisah. Setelah beberapa lama, malaikat maut kembali menemui Nabi Ya’kub. Kemudian, Nabi Ya’kub bertanya, Wahai sahabatku, apakah engkau datang untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku? Aku datang untuk mencabut nyawamu. Jawab malaikat maut. Lalu, mana ketiga utusanmu? tanya Nabi Ya’kub. Sudah kukirim. Jawab malaikat, Putihnya rambutmu setelah hitamnya, lemahnya tubuhmu setelah kekarnya, dan bungkuknya badanmu setelah tegapnya. Wahai Ya’kub, itulah utusanku sebagai tanda-tanda kematian untuk setiap bani Adam. Kisah tersebut di atas mengingatkan tentang tiga tanda kematian yang akan selalu menemui kita, yaitu memutihnya rambut; melemahnya fisik, dan bungkuknya badan. Jika ketiga atau salah satunya sudah ada pada diri kita, itu berarti malaikat maut telah mengirimkan utusannya. Karena itu, setiap Muslim hendaknya senantiasa mempersiapkan diri untuk menghadapi utusan tersebut.Kematian adalah kepastian yang akan dialami oleh setiap manusia sebagaimana yang telah ditegaskan dalam firman Allah SWT, Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. (QS Ali Imran 185). (Sumber: Quran dan hadis shahih/Rep).

Jihad Seorang Ibu Oleh Ahmad Muttaqin Nasution Ketua Jam’iyatul Muallimin Sumatera Utara

S

iang hari yang cukup panas di minggu pertama RaApabila ia melahirkan anak, maka keluarlah madhan 1434 H, sebuah ia dari dosa-dosanya seperti keadaannya mobil pick up yang penuh muatan pasir berhenti di pinggir jalan. pada hari ia dilahirkan ibunya dan apabila Dari mobil itu tampak keluar tiga ia meninggal, tidaklah ia meninggalkan orang laki-laki dan langsung bergegas menuju pohon yang ada di dunia ini dalam keadaan berdosa sedikitpun, pinggir jalan itu untuk berteduh. dan akan didapatinya kuburnya menjadi Penulis mengenal salah satunya adalah seorang anak muda yang sebuah taman dari taman-taman surga. yang berusia sekitar dua puluh lima tahun. Bersama dua temanTuntutan kemajuan dan tuntutan kehidupan hari nya yang lain mereka menjadi pekerja sebuah pangini memaksa banyak wanita harus berjihad di luar long yang hari-harinya memuat, mengantar dan rumahnya. Tentu saja hal ini diharapkan tidak sampai menurunkan bahan-bahan bangunan. berakibat terabaikannya kegigihan berjihad dalam Saat itu mereka sedang mengantarkan pasir keluarga. Karena walau bagaimanapun sentuhan kasih pesanan. Penulis sengaja mendekati lalu bertanya, sayang dan kelembutan serta ketabahan seorang wanita ”Mengapa tidak langsung diturunin pasirnya Wan” (ibu) sangat dibutuhkan dalam rangka memelihara ke(bukan nama sebenarnya). “Istirahat sebentar Pak, harmonisan rumah tangga. capek kali rasanya, mulai tadi pagi sampai sore nanti Rasulullah SAW suatu saat mendapati putri kanterus mengantarkan bahan”, katanya. Penulis kembali dungnya Fatimah Azzahra, istri dari Ali bin Abi Thalib bertanya,”Iwan puasa?”. “Alhamdulillah, puasa Pak”. sedang menangis sambil menggiling syair (sejenis padi“Udah ada tinggal puasanya?”. “Sampai hari ini, padian) dengan menggunakan penggilingan tangan dari Alhamdulillah belum ada Pak”, jawabnya. batu. Melihat itu Rasul pun lalu menanyakan apa yang Tentu saja jawaban itu membuat penulis merasa menyebabkan anandanya menangis. Ternyata menggikagum. Betapa tidak, dengan beban kerja yang seling dan urusan-urusan rumah tanggalah yang menjadi demikian berat ditambah suhu udara yang mencapai penyebabnya. Mengetahui itu, Rasul pun lalu duduk 36 derajat celcius, dia mampu memelihara ibadah puadisamping anandanya sambil menyampaikan kabar sa. Padahal setiap hari dia berbaur dengan rekan kerja gembira yang tentu saja membangkitkan kembali yang tidak berpuasa, dia juga tinggal di sebuah gang kecil ketabahan berjihad Fatimah Azzahra. bersama para tetangganya yang kebanyakan Dalam tulisan singkat ini akan diketehampir tidak bisa membedakan ngahkan sebagian untaian kalimat penyeRamadhan dengan bulan biasa. juk yang disampaikan Rasulullah SAW Sepengetahuan penulis, dia bukepada putri kandungnya itu. Mukanlah lulusan pesantren atau dah-mudahan juga mampu memadrasah bahkan tidak sempat nyejukkan serta membangkit-kan mengecap pendidikan di SMP semangat jihad bagi para ibu karena ketiadaan dana. Itu pula dalam melaksanakan pengabyang membuat penulis sesaat diannya sebagai Almadrasatul berpikir, “apa rahasianya?”. Ula (sekolah yang pertama) bagi Tapi kemudian pertanyaan itu putra-putrinya. segera terjawab setelah penulis Rasul bersabda,”...Ya Fatiingat kalau sang anak muda ini mah, perempuan mana yang memiliki ibu yang luar biasa. menggiling tepung untuk suaminya Seorang ibu yang rela menjadi dan anak-anaknya, maka Allah SWT buruh cuci di rumah-rumah orang akan menuliskan untuknya dari setiap berada demi membantu atau lebih biji gandum itusuatu kebaikan dan mengangkatnya tepatnya menafkahi keluarganya. Dia satu derajat. Ya Fatimah, perempuan mana yang memang bukan seorang muallimah, tapi ia cukup gigih meminyaki rambut anak-anaknya dan menyisir rambut menjaga agamanya dan membimbing agama anakmereka dan mencuci pakaian mereka, maka Allah akan anaknya. Atas bimbingannya pula, sang anak muda mencatatkan baginya ganjaran pahala orang yang yang belum beruntung mengecap pendidikan memadai memberi makan kepada seribu orang yang lapar dan itu pun dengan rela hati membantu pendidikan adikmemberi pakaian kepada seribu orang yang bertelanjang. adiknya sehingga dapat melanjutkan ke sekolah yang Ya Fatimah, yang lebih utama dari semua itu adalah cukup bonafit di kota Medan. keridhaan suami terhadaap istrinya. Jikalau suamimu Manusia yang paling besar jasanya dalam kehidupan tidak ridha denganmu, tidaklah aku akan mendoakanmu. seorang anak manusia adalah ibu. Karena itu bakti anak Tidakkah engkau ketahui wahai Fatimah bahwa ridha terhadap ibu adalah bakti yang paling tinggi nilainya. suami itu adalah dari Allah SWT dan kemarahannya itu Seorang sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, dari kemarahan Allah SWT? Ya Fatimah, apabila seorang “Ya Rasulullah, kepada siapakah aku harus lebih berbuat perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka baik?” Nabi menjawab,”Ibumu”. “Kemudian kepada siapa beristighfarlah para malaikat untuknya dan Allah SWT lagi?” Ibumu”. “Kemudian ke-pada siapa lagi?”. “Ibumu”. akan mencatatkan baginya tiap-tiap hari seribu kebaikan “kemudian kepada siapa lagi?”. “Ayahmu”. (al hadits) dan menghapuskan darinya seribu kejahatan. Apabila ia Riwayat diatas menyebutkan kata “ibu” tiga kali, mulai sakit hendak melahirkan, maka Allah SWT menbaru kemudian menyebutkan kata “ayah”. Hal ini memcatatkan untuknya pahala orang-orang yang berjihad perlihatkan nilai lebih dari seorang ibu, dan itu sangat pada jalan Allah, yakni perang sabil. Apabila ia melahirkan dimaklumi. Mengandung, melahirkan, menyusui, anak, maka keluarlah ia dari dosa-dosanya seperti mengasuh dan membesarkan adalah perjuangan yang keadaannya pada hari ia dilahirkan ibunya dan apabila selalu melekat bagi para ibu. Itu pula yang menjadi ia meninggal, tidaklah ia meninggalkan dunia ini dalam alasan, secara emosional anak-anak cenderung lebih keadaan berdosa sedikitpun, dan akan didapatinya dekat kepada ibunya. Kedekatan itu pula yang membuat kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman para ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam surga, dan Allah akan mengaruniakan kepadanya pahala membentuk karakter putra-putrinya. Agaknya, inilah seribu haji dan seribu umrah serta beristighfarlah makna dari ucapan Rasulullah SAW, “Ibu adalah untuknya seribu malaikat hingga hari kiamat. Madrasatul Ula (sekolah yang pertama)”. Perempuan mana yang melayani suaminya dalam Ketika seorang utusan dari kelompok para wanita sehari semalam dengan baik dan ikhlas serta niat yang datang menjumpai Rasulullah, meminta agar mereka benar, maka Allah SWT akan mengampuni semua dosajuga turut dilibatkan secara langsung dalam sebuah dosanya dan Allah SWT akan memakaikan kepadanya peperangan yang sedang dipersiapkan, maka Rasululah sepersalinan pakaian yang hijau dan dicatatkan pun menjawab bahwa jihadnya seorang wanita buuntuknya dari setiap helai bulu dan rambut yang ada kanlah di medan perang, tapi di dalam rumah tangpada tubuhnya seribu kebaikan dan dikaruniakan Alganya. Dengan jihad ini diharapkan terciptalah rumah lah untuknya seribu pahala haji dan umrah.Ya Fatimah, tangga yang kokoh dan harmonis, lahirlah anak-anak perempuan mana yang tersenyum di hadapan yang istiqamah dan kaya wawasan dan pada gilirannya suaminya, maka Allah akan memandangnya dengan akan menghasilkan pejuang-pejuang tanggung yang pandangan rahmat...” . (Al hadits). Wallahu a’lam. siap membela dan mempertahankan kebenaran.

Oleh Azhari Akmal Tarigan Staf Pengajar Fakultas Syari’ah IAIN.SU Medan

D

i tengah kemajuan pesat yang telah dicapai ilmu ekonomi dalam kurun waktu satu abad terakhir, ilmu ekonomi di mata ekonom Umer Chapra, dihadapkan kepada sebuah pertanyaan krusial: Sejauh mana disiplin ilmu ini berhasil memainkan peran kuncinya dalam mewujudkan kesejahteraan dan meningkatkan kualitas hidup bagi seluruh umat manusia? Dalam konteks inilah, kita semestinya menyepakati bahwa tolok ukur untuk menilai keberhasilan atau kegagalan setiap cabang ilmu adalah sejauh mana kontribusi langsung atau tidak langsungnya dalam mewujudkan kesejahteraan umat manusia. Dalam perspektif ekonomi Islam, hal ini berkorelasi dengan seuntai doa yang diwariskan Ra-sulullah SAW melalui lisannya yang suci,Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu pengetahuan yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu, dari jiwa yang tidak pernah puas dan dari doa yang tidak dikabulkan. Kemelut Sejarah Diskursus di atas mengingatkan kita pada permasalahan epistemologi disiplin ilmu ekonomi dalam upayanya mencari nisbah antara etika dan ilmu ekonomi (M. Dawam Raharjo, 1981). Apa yang menjadi keyakinan para ekonom aliran mainstream bahwa ilmu ekonomi ber-sifat wertfrei alias bebasnilai - adalah salah alamat. Karena, konsekuensi logis dari semua ini adalah ilmu ekonomi telah ditampilkan hanya menjadi serangkaian persamaan dan parameter matematika, time series, regresi dan ekonometri sehingga lahirlah wajah ilmu ekonomi yang kering dari nilai-nilai kemanusiaan (Boulding, 1970). Sebagaimana ditulis dengan tajam oleh Khursid Ahmad (2001) bahwa paradigma ekonomi konvensional yang muncul saat ini bercirikan pada paradigma yang berupaya melepaskan ilmu ekonomi dari

semua kaitan transedental dan kepedulian etika, agama, dan nilai-nilai moral. Pendekatan yang sangat sekuler dan berorientasi duniawi, positivistik dan pragmatis. Lebih dari itu, ilmu ekonomi berkembang sebagai sebuah disiplin yang semata-mata mengitari pusat kepentingan diri, usaha pribadi, mekanis-me pasar dan motif mencari keuntungan... Semua ini pada akhirnya bermuara pada kemelut sejarah ilmu ekonomi konvensional saat ia tercerabut dari matrik budaya dan nilai-nilai dalam menganalisis dan menggagas pemecahan berbagai persoalan ekonomi. Alhasil, apa yang selanjutnya kita temui adalah pertumbuhan dan pengembangan ilmu ekonomi dengan pilar penyangga teori yang rapuh. Seperti dinyatakan oleh Robert Heibronner (1976), para ekonom mulai menyadari bahwa mereka telah membangun sebuah bangunan yang canggih di atas landasan sempit yang rapuh. Kesimpulan serupa ditunjukkan oleh Chapra, menurutnya, peristiwa depresi hebat telah memperlihatkan secara jelas kelemahan logika Hukum Say dan konsep laissez faire.Ini dibuktikan oleh ekonomi pasar yang hampir tidak mampu secara konstan menggapai tingkat full employment dan kemakmuran. Ironisnya, di balik kemajuan ilmu ekonomi yang begitu pesat, penuh inovasi, dilengkapi dengan metodologi yang semakin tajam, modelmodel matematis dan ekonometri yang semakin luas untuk melakukan evaluasi dan prediksi, ternyata ilmu ekonomi tetap memiliki keterbatasan untuk menggambarkan, menganalisis maupun memproyeksikan kecenderungan tingkah laku ekonomi dalam perspektif waktu jangka pendek. Dengan kata lain, ilmu ekonomi bekerja dengan asumsiasumsi ceteris paribus. Variabel-

Krisis ekonomi 1930, 1970, 1980, 1999, dan 2001 - paling tidak membuktikan bahwa sistem ekonomi kapitalis maupun sosialis (yang mendasarkan diri pada filsafat materialismesekulerisme) telah gagal menjawab dan menyajikan solusi atas persoalan ekonomi dan kemanusiaan. variabel yang justru mempengaruhi kecenderungan jangka panjang termasuk faktor nonekonomi diasumsikan konstan. Hal ini tidaklah mengherankan, bila kita mengingat apa yang pernah dikatakan oleh Keynes, Dalam jangka panjang kita semua toh akan mati. Sayangnya, kita seperti terkungkung dan kehabisan energi dalam perangkap teori dan implementasi ilmu ekonomi konvensional yang ternyata tetap saja mandul untuk melakukan terobosan mendasar guna menjawab pertanyaan-pertanya an di atas. Lingkaran Kezaliman Dalam bingkai kesejarahan inilah kita dapat memotret wajah buram ilmu ekonomi konvensional dalam mencapai tujuan-tujuannya. Maka krisis demi krisis ekonomi yang terus berulang — untuk menyebut antara lain krisis ekonomi 1930, 1970, 1980, 1999, dan 2001 - paling tidak membuktikan bahwa sistem ekonomi kapitalis maupun sosialis (yang mendasarkan diri pada filsafat materialisme- sekulerisme) telah gagal menjawab dan menyajikan solusi atas persoalan ekonomi dan kemanusiaan. Maka yang selanjutnya kita saksikan adalah lingkaran-lingkaran kezaliman yang mengiringi hilang timbulnya siklus krisis dalam sejarah panjang kehidupan perekonomian bangsabangsa di muka bumi ini. Karenanya, keadilan ekonomi macam

apakah yang hendak kita wujudkan bila tata ekonomi dunia baru saat ini ternyata melahirkan tragedi kemiskinan dan kelaparan; kesenjangan negara kaya dan negara miskin; serta perangkap utang luar negeri (debt trap) dan hegemoni ekonomi global. Untuk menyebut satu contoh saja, lihatlah laporan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT ) Pangan Setelah Lima Tahun Kemudian (World Food Summit: Five Years Later) di Roma, 10-13 Juni 2002 yang memaparkan bahwa sebanyak 815 juta manusia di negara berkembang masih menghadapi kelaparan, 300 juta di antaranya adalah anakanak yang bergulat dengan kelaparan dan setiap saat selalu berhadapan dengan monster pencabut nyawa bernama rawan gizi (Kompas, 10/7/2002). Dalam konteks krisis ekonomi Indonesia, apa yang tersisa dari krisis yang terus mendera negeri kita ini? Paling tidak kita mencatat sejumlah permasalahan mendasar dari perekonomian kita akibat akumulasi kezaliman ekonomi selama ini berupa: kemiskinan struktural yang parah, angka pengangguran yang meledak, ketimpangan distribusi pendapatan, ketimpangan pembangunan antar daerah, konsentrasi kepemilikan aset produktif di tangan konglomerat, beban utang luar negeri dan penjajahan ekonomi nasional oleh kekuatan asing.

4 Wanita Istimewa Di Muka Bumi Oleh Hj. Siti Nazariah Zam Pemerhati Masalah Keagamaan

D

alam kitab Ihya, Al-Ghazali diutarakan ada 4 wanita istimewa sejak dari jaman Nabi Musa a.s sampai ke masa Nabi Muhammad SAW yakni ; Asiyah isteri Fir’aun, Maryam ibunda Isa Almasih, Khadijah binti Khuwalid dan Fatimah. Keempat wanita tersebut menggoreskan sejarah yang penuh arti dimuka bumi ini. 1.Asiyah, isteri Fir’aun (Ramses) Raja Mesir yang kaya raya tapi kejam dan bengis. Isterinya Asiyah adalah wanita beriman yang senantiasa berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa memohon kepada Tuhan “Wahai Tuhanku Bangunkanlah untukku sebuah Istana di dalam Surga dan selamatkanlah daku dari kekejaman Fir’aun dan perbuatannya, juga selamatkanlah daku dari kaum yang bersalah (Surah 66 Ayat 11). Pada suatu sore Asiyah sedang duduk santai di belakang istananya yang mewah dan megah sayupsayup terlihat olehnya tabut (peti kecil) sedang terapung-apung diatas air sungai Nil yang panjangnya 6695 km yang mengalir sepanjang 9 Negeri ; Ethiopia, Zaire, Kenya, Uganda, Tanzania, Rwanda, Sudan dan Mesir. Karena sesuatu yang aneh dan jarang terjadi iapun menyuruh pembantunya untuk mengambil benda tersebut dan membawakan padanya. Setelah tabut dihadapannya ia bersama suaminya (Fir’aun) membuka tabut tersebut. Mereka sangat terkejut karena isinya adalah seorang bayi laki-laki berusia tiga bulan dan segar bugar. Sambil memandang suaminya ia berkata: “Saya suka bayi ini, kita peliharalah untuk menjadi anak kita sendiri sebagai cahaya malaikat dan cahaya mataku dan matamu”. Kebetulan anaknya hanya satu saja seorang putri, Fir’aun menyetujuinya, ia lupa akan undang-undang yang baru dikeluarkannya untuk menyembelih bayi laki-laki yang baru lahir. Namun Hati Fira’un Raja Mesir itu luluh mendengar ucapan isterinya, maka selamatlah Musa dari korban undang-undang Fir’aun itu. Masa barjalan terus Musa pun telah dewasa setelah menjalankan berbagai peristiwa yang dialaminya. Pada suatu malam yang dingin, ia pun pergi mencari api untuk memanasi isterinya (puteri Nabi Syuaib) yang sedang berjalan menuju Mesir dari rumah mertuanya. Rupanya terdengar olehnya (kalam Allah) yang mengangkatnya menjadi Rasul dan memberikan mukjizat kepadanya untuk menyerang Fir’aun karena dia mendakwakan dirinya sebagai Tuhan. Setelah Nabi Musa wafat tabut yang berisi Musa bayi itu yang diambil Asiyah menjadi peti wasiat yang keramat dan

menjadi rebutan. Namun Malaikat mengambilnya dan membawakan kepada Thalut sebagai bukti ia akan menjadi raja. 2.Maryam (Ibu Isa Almasih) adalah seorang gadis yang saleh dan takwa. Ketika ia lahir ayahnya Imran (Ali Imran surat 3) telah terlebih dahulu menemui khaliqnya. ia tidak dapat melihat putrinya lahir. Padahal didambakannya sejak muda sampai hari tuanya berusia 70 tahun. Untuk memenuhi nazar janda Imran, pada suatu hari diam-diam dibungkusnya putri kecilnya itu dibawanya ke rumah suci (Baithil Maqdis) disitu ditemukannya banyak pendeta-pendeta sebagai pengawal rumah suci tersebut. Janda Imran itu mengatakan: Ini anak perempuanku akan kuserahkan kepada tuan-tuan karena saya sudah bernazar untuk menyerahkan anakku untuk menjadi abdi rumah suci ini. Pendeta-pendeta tersebut semua ingin memeliharanya; untuk menghindari pertikaian mereka membuat undian, Nabi Zakaria lah yang menang dan memang dia pun belum memiliki anak di usianya yang telah 90 tahun, sehingga ia senantiasa berdoa, “Wahai Tuhanku janganlah Engkau biarkan aku sendirian, dan engkau penerima pusaka yang lebih baik (surat 2: 89). Maryam pun dipelihara oleh Zakaria, dididiknya dan diajarkannya segala isi Taurat yang berisi hukum Allah, maka pada usia remaja jadilah ia gadis yang berilmu dan dimulyakan oleh masyarakatnya. Pada suatu hari Zakaria datang menjumpai ke kamarnya yang tangganya didalam mihrab Zakaria, ia sangat terkejut melihat sebuah hidangan yang lengkap dengan makanan, Zakaria pun bertanya; “Wahai Maryam bagaimana engkau mendapatkan ini? Sedangkan pintu semua tertutup dan tangga diruang mihrab.” Maryam menjawab: Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendakinya (Surat 3: 37). Tak lama kemudian datang pula dua orang lelaki ke kamarnya dan mengatakan “Wahai Maryam engkau akan memiliki seorang putra.” Lalu orang itu hilang dalam sekejap mata, rupanya itu adalah Malaikat. Berita itu membuatnya takut dan cemas karena dia tak pernah bersentuhan dengan lelaki dan dekatpun tak pernah. Tak lama kemudian ia pun hamil, dan ketika sudah dekat melahirkan karena takut malu pada masyarakat ia pun berangkat ke sebuah bukit yang sepi, dia bersandar di bawah pohon kurma yang sudah kering kerontang, di situ dia menyendiri tiada teman,

Khadijah adalah tempat sandaran Rasulullah bila ia membutuhkan finansial untuk mensyiarkan Alquran yang berisi ajaran Tauhid atas perintah Allah. tidak ada bidan, tabib maupun dokter, yang ada hanya iman dan takwa. Ia pun melahirkan seorang anak laki-laki yaitu Isa Ruhil Qudus. Pohon kurma yang tadinya kering kini berbuah jatuh keharibaannya untuk makanannya, dengan tiba-tiba sebuah sungai pun mengalir di sisinya. Setelah melahirkan, masyarakat bertanya dengan keheranan, bayi itu pun diletakkan Maryam ke dalam buaian dan tiba tiba si Bayi Isa berbicara: “Sesungguhnya aku ini seorang hamba Allah, akan diberinya kepadaku sebuah kitab Injil dan dijadikannya aku seorang Nabi yang berguna bagi masyarakat”. 3.Khadijah binti Khuwalid adalah seorang janda yang rupawan, hartawan dan dermawan. Pada usia 40 tahun ia menikah dengan Muhammad bin Abdullah yang tampan juga rupawan dan dia berusia 25 tahun. Ketika Khadijah membutuhkan seorang pembantu yang jujur untuk menjalankan perdagangannya. Muhammad yang lagi menggembala kambing didatangi seseorang yang mengatakan ada pekerjaan yang lebih baik dari pada ini. Maka untuk menambah isi sakunya ia pun bersedia bekerja pada usaha Khadijah. Khadijah sangat percaya pada Muhammad atas kejujurannya. Dagangannya pun semakin berkembang saja selama Muhammad ikut menjalankannya. Tak berapa lama kemudian keluarga kedua belah pihak ingin mempersatukannya dengan ikatan pernikahan. Muhammad pun menikah dengan Khadijah dan inilah isteri Muhammad yang pertama. Dari perkawinan Khadijah dengan Muhammad memperoleh 6 orang anak yaitu 1. Al Qasim 2. At Thaher 3.Zainab 4.Rukaiyah, 5. Ummu Kalthum, 6.Fatimah, dan yang No.7 dari Maria Al Gibti dari Islamabad dapat seorang anak bernama Ibrahim. Pada waktu melewati masa muda dan perdagangannya pun berjalan mulus, Muhammad sering menyendiri ke gua Hira pada masa itulah Muhammad pertama sekali menerima Wahyu. Dan di saat pertama Rasul menerima wahyu ia sangat ketakutan dan cemas lalu berlari pulang menemui istrinya Khadijah dengan badannya bergetar menceritakan tentang peristiwa besar yang baru dialaminya. Khadijah pun menjawab ; “Wahai anak pamanku janganlah khawatir dan

cemas, hendaklah engkau bergembira. Demi Allah Tuhan tidak melimpahkan kehinaan pada engkau untuk selamanya karena engkau senantiasa mempererat tali kekeluargaan, bersilaturrahmi, berkasih sayang, berkata benar, memuliakan tamu, menolong orang karena korban mempertahankan kebenaran. (Sahih Bukhari 1846). Bukan itu saja, Khadijah adalah tempat sandaran Rasulullah bila ia membutuhkan finansial untuk mensyiarkan Alquran yang berisi ajaran Tauhid atas perintah Allah dan juga untuk membasmi kemusyrikan yang menyembah berhala. Dan Khadijah adalah wanita pertama masuk Islam dan kedua adalah Ali Bin Abu Thalib dalam usia masih remaja. 4.Fatimah Az Zuhra adalah Putri Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah. Pada suatu hari terjadi sebuah malapetaka yaitu seorang pandir Quraish yang berhati iblis melempar nabi SAW dengan tanah kotor, sekujur kepalanya berlumuran tanah. Fatimah datang melihat ayahnya sedemikian rupa merasa pilu, walau dengan perasaan hati yang hancur dibersihkannya kepala ayahnya sambil menangis tersendu sendu. Tak ada yang lebih pilu rasanya dari hati seorang ayah mendengar anaknya menangis apalagi seorang perempuan : “Jangan menangis anak-ku Tuhan akan melindungi ayahmu,” kata Rasul kepada putrinya. Pada masa berikutnya tatkala Nabi sakit keras, melihat Fatimah datang beliaupun berkata “Selamat datang putriku” lalu didudukkannya di sampingnya dan Nabi membisikkan sesuatu. Kelihatan Fatimah menangis terisak isak dan tak lama kelihatan pula Fatimah tertawa gembira. Sesudah Rasul wafat Aisyah bertanya tentang hal yang dibisikkan ayahnya, fatimah menjawab bahwa ayahnya akan meninggal karena sakitnya itu hanya sekali ini. Maka saya menangis, kemudian ayah berkata bahwa Fatimahlah dari keluarga yang pertama sekali menyusul ayah meninggal. Itulah sebabnya saya tertawa. Maka habislah keturunan Nabi Muhammad SAW dari darah dagingnya. Adapun cucu Nabi Hasan dan Husin adalah putra dari Fatimah dan pada masa itu juga sudah lebih dahulu meninggal.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.