Waspada, JUmat 25 Februari 2011

Page 28

Mimbar Jumat

WASPADA Jumat 25 Februari 2011

Tata Cara Sujud Sahwi (2) Hadits lain, dari Abu Hurairah r.a bahwasanya Nabi SAW shalat zuhur atau ashar bersama para sahabat. Beliau salam setelah shalat dua rakaat, kemudian orang-orang yang bergegas keluar dari pintu masjid berkata,‘Shalat telah diqashar (dikurangi)?’ Nabi pun berdiri untuk bersandar pada sebuah kayu, sepertinya beliau marah. Kemudian berdirilah seorang laki-laki dan bertanya kepadanya,‘Wahai Rasulullah, apakah Anda lupa atau memang shalat telah diqashar?.’ Nabi berkata,‘Aku tidak lupa dan shalat pun tidak diqashar.’ Laki-laki itu kembali berkata, ‘Kalau begitu Anda memang lupa wahai Rasulullah.’ Nabi SAW bertanya kepada para sahabat, ‘Benarkah apa yang dikatakannya?’. Mereka pun mengatakan, ‘Benar.’ Maka majulah Nabi SAW selanjutnya beliau shalat untuk melengkapi kekurangan tadi, kemudian salam, lalu sujud dua kali, dan salam lagi.” (Muttafaq ‘alaih). Dari Abdullah bin Buhainah r.a bahwa Rasulullah SAW shalat zuhur bersama mereka, beliau langsung berdiri setelah dua rakaat pertama dan tidak duduk. Para jamaah pun tetap mengikuti beliau sampai be-liau selesai menyempurnakan shalat, orang-orang pun menunggu salam beliau, akan tetapi beliau malah bertakbir padahal beliau dalam keadaan duduk (tasyahhud akhir), kemudian beliau sujud dua kali sebelum salam, lalu salam.” Dari Abdullah Ibnu Mas’ud r.a bahwasanya Nabi SAW bersabda, ‘Apabila salah seorang dari kamu ada yang ragu-ragu dalam shalatnya, maka hendaklah lebih memilih kepada yang paling mendekati kebenaran, kemudian menyempurnakan shalatnya, lalu melakukan salam, selanjutnya sujud dua kali’. Di beberapa kitab, ada yang menyebutkan, jika kita menjadi imam lalu diingatkan ketika shalat, maka sujud sahwi dilakukan segera sebelum mengucap salam. Oleh karena itu, tata cara sujud sahwi perlu dilakukan bila: 1. kelebihan rakaat, 2.bila kekurangan rakaat, teruskan/selesaikan dahulu rakaat tersisa, lalu di ujung shalatnya, baru sujud sahwi,3. ada keraguan dalam shalat, 4. lupa tasyahud awal. Pada saat sujud sahwi tidak ada bacaan khusus. Namun ada juga yang membaca “Subhaana man laa yanaamu wa laa yashuu” artinya “Maha Suci Dzat yang tidak tidur dan tidak lupa”. Akan tetapi, ada juga ulama yg mengatakan bacaannya sama dengan bacaan sujud biasa, “Subhana Rabbiayal A’la” atau “Subhanakallahumma Wa Bihamdika Allahummaghfirli.” (Disarikan dari bukuTarbiyah, Fiqh, Hadits of the Day, Seri Kesalahan-kesalahan, Hadits, Shalat & sumber lain).

Modal Keluhuran Oleh H. Syarifuddin Elhayat Firman Allah: Sungguh pada diri Rasulullah itu ada suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan (mengharap datangnya) hari kiamat dan bagi orang-orang yang banyak mengingat Allah (QS Al Ahzab 21). Rasul bersabda:”Sesungguhnya aku di utus (kedunia ini menjadi rasul) untuk menyempurnakan akhlaq (HR.Bukhori Muslim) . Sepenggal Ayat dan hadis diatas, merupakan ‘modal’ bagi para muballigh,da’I dan ustadz-ustazd ana dalam menyampaikan tabllighnya di depan jamaah saat-saat diundang ceramah pada peringatan Maulid seperti hari-hari di bulan Rabiul Awal ini. Salah satu tugas Rasulullah Saw diutus Allah menjadi Rasul ke permukaan bumi ini adalah untuk memperbaiki Akhlak umat manusia.Rasulpun memulainya dengan keteladanan berbekal lisanul amal yakni dengan ungkapan karya nyata dan lisanul akhlak menampilkan akhlak yang agung. Bagi Muhammad saw,akhlak merupakan cermin, alat penilai dan pengukur.Akhlak adalah pakaian dan penutup aurat,bahkan manusia akan ‘telanjang bulat’ kalau dia tidak memakai akhlak, sebab akhlak ada tali temali katanya dengan kata Kholik dan makhluk. Akhlak, kata guru ana,Al ‘allamah Isa Anshari, tidak hanya bicara soal pergaulan dan hubungan manusia dengan manusia,tapi juga bicara tentang hubungan makhluk dengan khaliknya. Dulu,ada seorang musyrik dari bangsa arab, namanya Tsamamah bin Itsal dari kabilah Al Yamamah berangkat ke Madinah dengan tujuan hanya ingin membunuh Nabi Muhammad saw.Begitu sampai di Madinah, Tsamamahpun pergi ke majelis Rasulullah saw. Umar dengan feelingnya yang tajam itu mencium gelagat sang tamu yang berada dalam majelis itu.Umar menghampirinya dan bertanya,” Apa tujuanmu datang ke Madinah dan bukankah engkau seorang musyrik,” . Hanya satu,kata Tsamamah, aku datang hanya ingin membunuh Muhammad. Mendengar pengakuan itu, Umar segera meringkus tangkap orang itu,melucuti pedangnya, kemudian mengikatnya di salah satu tiang masjid. Umarpun segera melaporkan kejadian itu kepada rasul sekaligus minta untuk di eksekusi. Rasul cepatcepat keluar dari rumahnya menuju majelis dan menemui orang yang hendak membunuhnya. Dia amati wajah Tsamamah dengan cermat,- sementara Umar sudah tidak sabar menunggu perintah untuk memenggal leher orang yang dianggap durjana itu. Kepada para sahabatnya rasul malah bertanya, ”Apakah diantara kalian ada yang sudah memberinya (Tsamamah) makan,” Mendengar pertanyaan itu, Umar ‘bergumam’, kita hanya menunggu perintah bunuh,tapi malah yang ditanya memberi makan.”Makanan apa yang baginda maksudkanYa Rasulullah,” kata Umar. “Ya makanan apa yang akan dia makan,” jawab Rasul. “Ya Rasulullah, dia (Tsamamah) datang kesini bukan mau masuk islam tapi sebagai pembunuh yang akan membunuhmu,” kata Umar. Rasul bagaikan tidak menghiraukan Umar bahkan menyuruh Umar ke rumah rasul,” Tolong ambil segelas susu dari rumahku dan buka tali pengikat dia,” begitu kata Rasul pada Umar dan bukan main marah Umar kepada Tsamamah.Sesudah diberi minum, dengan penuh kesantunan Rasulullahpun meminta kepada Tsamamah mengucapkan syahadatain.”Aku

tidak mau mengucapkannya,” kata Tsamamah. Rasul meminta lagi agar Tsamamah bersyahadat,tapi Tsamamah tetap bersikeras untuk menyatakan tidak.Rasul memutuskan untuk membe-baskan orang itu.”Bebaskan dia agar dia pulang ke negerinya,” kata Rasul. Setelah dibebaskan, musyrik itupun bangkit dan meninggalkan masjid. Akan tetapi belum jauh dia melangkah,Tsamamah kembali masuk masjid dan menghadap Rasul seraya berkata, ”Asyhadu An Lailaha Illallah,Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah,— Mendengar Tsamamah bersyahadat, Rasul Saw bertanya,”Kenapa engkau tidak mengucapkannya ketika aku menyuruhmu untuk bersyahadat,”. Tadi, kata Tsamamah,aku tidak mau mengucapkannya karena aku masih belum engkau bebaskan, aku takut kalau-kalau ada orang yang menganggapku masuk islam kerena takut kepadamu saja, akan tetapi begitu aku engkau bebaskan ya rasulullah,maka akupun bebas untuk masuk islam semata-mata karena panggilan iman dan mengharap redho Allah semata,”. Tsamamahpun menjadi muslim dan mukmin yang thoat.Pada satu kesempatan,Tsamamah Bin Itsal berkomentar,”Saat aku meninggalkan negeriku dan begitu pula memasuki kota Madinah,tak seorangpun yang paling aku bencii lebih dari Muhammad,tapi sesudah aku meninggalkan kota ini,tak seorangpun di muka bumi ini yang lebih kucintai selain Muhammad Saw,”… Allaah, Allaah, Allah karim, itulah kemuliaan akhlak tuan, itulah keteduhan hati, itulah akhlakul karimah tingkah laku dan kepribadian yang dikendalikan iman dan takwa, Itulah Muhammad yang dengan akhlakul karimahnya, pembunuhan bisa dia ubah menjadi persaudaraan seiman. itulah tema sentral, dasar sentral dan sentral tujuan bagi seorang muslim. Salamun Alaika Rasulallah. Akhlak Ncek, akhlak ocik, akhlak tuan dan puanku.Itulah nilai seorang muslim.Nilai seseorang,nilai keluarga, masyarakat bahkan nilai suatu bangsa terletak pada akhlak. Akhlak menentukan harga dan mutu suatu bangsa. Itulah modal keluhuran tuan. Kendati enta punya pangkat,kedudukan dan kekuasaan tinggi, kalau tidak didasarkan pada akhlakul karimah, maka pangkat, kedudukan dan kekuasaan itu untuk menzalimi umat saja. ”Gedung besar dengan tingkat berpuluh, hanyalah akan merupakan susunan batu dan benda mati yang tak berpenghuni,jikalau akhlak pemiliknya merosot rendah ketingkat yang paling bawah,” begitu kata KH.Isa Anshari. Setiap tahun, sekolah dan Perguruan Tinggi menghasilkan para pemuda,remaja dan sarjana,tapi dibalik itu, setiap tahun pula ibu pertiwi ini ‘menangis’ kehilangan anak, karena generasinya hanyalah pemuda dan sarjana yang berisi otaknya tapi kosong hatinya karena tak ada nilai akhlakulkarimah. Afwan tuan, kalaulah kita hendak jujur menilai hari ini, kegalauan yang terjadi di kolong langit ini, karena banyak orang dah meninggalkan dan menanggalkan ‘pakaian’ akhlak dari dirinya. Krisis akhlak ada dimana-mana Ncek,dikalangan anak-anak kita, generasi muda,laki dan perempuan, dikalangan orang tua,masyarakat, zuama, umara, bahkan diantara sementara kalangan ulama.Untuk mengembalikan itu semua,mari kita kembali meletakkan nilai-nilai akhlak itu dalam diri kita masing-masing,agar kitapun ‘diutus’ hidup di atas dunnia ini,ikut memperbaiki akhlak.Lantas dengan apa,—Yaa dengan modal keluhuran, ya keluhuran akhlak tentunya.

STABAT Ar-Raudah Dusun VII Masjid Desa Kebun Balok Aiyub, AMa Al-Furqan Lingkungan I Kel. Kwala Bingai H. Danial Rokan Istiqomah Pasar Baru Stabat H. T.M. Nasir TEBING TINGGI Amal Muslimin Kp. Rao Amaliyah Jl. K.F. Tandean No.344 Lingk. V Kel. B.Sakti An-Namirah Jl. Gunung Papandayan Lingk. II At-Taufiq Jl. Jend. Sudirman Kel. Sri Padang At-Taqwa Jl. Dr. Kumpulan Pane No. 58 Al-Hidayah Lingk. 03 Jl. Kunyit Kel. Tg. Marulak Hilir Al-Ikhlas Jl. H.S. Beringin Lingk. 6 Al-Ikhlas Lingk. 03 Kel. Tanjung Marulak Al-Ihsan Simp. Dolok Kel. Sri Padang Kec. Rambutan Al-Jihad Jl. Gunung Arjuna Lk. 01 Kel. Mekar Sentosa Al-Muttaqin Jl. Sofyan Zakaria Lingk. 2 Al-Mukhlis Jl. Ahmad Yani Al-Maryam Jl. Darat Lingk. VIII Kel. Rambung Al-Muthmainnah Lingk. I Kel. D.Sundoro Al-Haq Kel. Deblot Sundoro Kec. Padang Hilir Darul Jannah Jl. Bhakti LKMD Lingk. 01 Kel. Lalang Farida Jl. H. Ahmad Bilal Lingk. V Kel. Damar Sari Hikmah Jl. Lengkuas Lingk. II Kel. Bandar Sakti Jami’ Jl. Batu Bara Kel. Satria Nurul Ikhwan Rumah Sakit Sri Pamela Raya Nur Addin Jl. R. Suprapto No. 126 Syuhada Jl. Iskandar Muda No. 70

M. Syukur Muqqorabin Abrar, S.Pd.I Drs. H.M. Ghazali Saragih Drs. Ngatiran, MBA Zulkarnain, S.Ag, MA Drs. Ridwan Syam Zuhril Lubis Drs. H. Zainul Arifin, SH Fahrisyam, S.Pd.I Ridho Syaputra, S.Pd.I Usman Amin, S.Ag H. Jaffaroni Drs. Daulat P. Sibarani H.M. Syamsi Syamsuddin Harahap Darwis Purba Drs. H. Agushu Khoir Yusnul Adhary, SE H. Ishak Ibrahim H.Muslih Lubis T. Azmi, S.Sos.I Drs. Abdul Khalik, M.AP

C7

Mafia Tanah Menurut Pandangan Islam Oleh H.M. Nasir Lc, MA D

i dalam kamus besar Bahasa Indonesia mafia diartikan sebuah perkumpulan rahasia yang bergerak di bidang kesehatan (Kriminal) bila dihubungkan dengan tanah, berarti suatu perkumpulan yang berkaitan dalam masalah pertanahan, baik penguasaan tanah secara illegal maupun dalam bentuk pemalsuan surat – menyurat kepemilikan. Mafia dapat dikelompokkan dengan pengkhianatan karena keduanya mempunyai titik persamaan yaitu tipu daya yang dilakukan dengan cara sembunyi, untuk memperoleh keuntungan sesaat, tanpa menghiraukan akibatnya. Jadi, mafia dapat dikatakan sebuah organisasi terselubung untuk melakukan suatu kejahatan yang tidak dapat dilakukan oleh perorangan melainkan dilakukan oleh sekelompok orang yang telah terorganisirdengan seperangkat manajemen, yang rapi dan tersembunyi. Islam tidak mentelorir kejahatan sekecil apapun, apalagi suatu kejahatan yang tersusun rapi yang dilakukan oleh sekelompok orang, oleh karenanya Allah SWT mewajibkan amar ma’ruf nahi munkar baik secara perorangan (Fardi) maupun kolektif (Jamai’). Allah SWT melaknat Bani Israil di saat mereka berdiam diri terhadap kemungkaran di hadapan mata mereka sendiri. Allah SWT berfirman: Dikutuk oleh orang – orang yang kafir dari Bani Israil melalui lisan Nabi Daud dan Nabi Isa bin Maryam, demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas, karena mereka tidak mau saling mencegah dari kemungkaran yang mereka lakukan, sungguh buruk sekali apa yang mereka kerjakan. (QS. AlMaidah : 77 – 78). Akan halnya mafia tanah termasuk salah satu bentuk kemungkaran yang terjadi di muka bumi ini. Kemungkaran tersebut dapat dilihat dari sisi tumpang tindihnya surat keterangan hak milik pada sebidang tanah yang boleh jadi dimiliki lebih dari satu orang, atau boleh jadi sekelompok orang mengklaim sebidang tanah milik ahli warisnya, padahal tanah tersebut telah diganti rugi oleh pihak tertentu.

K

ata wasit yang kita gunakan dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Arab, wasaþa, berarti penengah, pendamai, dan perantara. Kendatipun, kamus bahasa Indonesia memuat makna kata wasit sebagai penengah, pada praktiknya, kita cenderung memakai dan memaknainya (dalam bahasa Indonesia) secara terbatas (penyempitan arti) untuk menunjukkan pimpinan atau juri dalam pertandingan olahraga. Memang, pimpinan pertandingan adalah penengah (wasit) dua kubu yang bertarung. Lalu, apa kaitan kata wasit dengan umat Islam? Atau dengan pertanyaan lain, mengapa umat Islam dapat disebut sebagai umat wasit? Untuk menjawab soal itu, kita dapat mengutip ayat Al-Quran surah Al-Baqarah/2 ayat 143. Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.(Qs. Al-Baqarah/2: 143). Terjemahan kata wasaþan dalam tafsir Departemen Agama Republik Indonesia di atas ialah adil dan pilihan. Maksudnya, bahwa umat Islam menjadi saksi atas perbuatan orang menyimpang dari kebenaran, baik di dunia maupun di akhirat. Ahli tafsir berbahasa Inggris, ‘Abdullah Yusuf ‘Ali, menyebut kata ummatan wasaþan; ummah justly balanced (umat yang adil dan

Taqwa Jl. Prof. H.M. Yamin SH, Kampung Keling

Sebagai contoh kasus dari ratusan bahkan ribuan kasus tanah di Indonesia, adalah tanah umat Al Washliyah Sumatera Utara yang terletak di Desa Helvetia, Kec. Labuhan Deli Kab. Deli Serdang yang telah diganti rugi oleh pemimpim Al Washliyah, kepada PTPN 2. Tahun 2004, dimana sekelompok orang yang mengatasnamakan masyarakat telah berjibaku berjuang. Allah SWT berfirman: Janganlah kamu makan (ambil) harta diantara kamu dengan cara yang salah dan kamu (paksakan) membawa persoalan itu ke Pengadilan (hakim) supaya kamu bisa memakan (mengambil) harta orang lain dengan melakukan dosa sedangkan kamu orang – orang mengetahui (QS. Al Baqarah : 188). Ayat diatas di turunkan kepada Imruul Qais bin Abbas Al Kindi, dan Abdan bin Asywa’ Alhadrami, keduanya bertengkar soal sebidang tanah dan melaporkan halnya kepada Nabi SAW. Imruul Qais adalah pada pihak terdakwa sedangkan abdan bin asywa’ Alhadrami sebagai penggugat, maka turunlah ayat di atas memenangkan gugatan abdan bin asywa’ Alhadrami, dan melarang pihak terdakwa untuk bersumpah dan menggunakan bukti – bukti palsu. Ayat diatas di perkuat oleh keputusan Nabi Saw terhadap dua orang yang bertengkar soal harta dan tanah warisan, maka Nabi Saw bersabda, Hanya saja saya ini manusia biasa, kalian mengangkat pertengkaran kalian sampai kepada saya, berangkali diantara kalian lebih cerdik mengemukakan alasan dari pada yang lain (dengan

Umat Islam Itu Wasit Oleh Abdul Hakim Siregar, MSI seimbang) dalam tafsirnya, The Holy Qur’an Original Arabic Text. Makna lain, dikemukakan oleh Muhammad Marmaduke Pickthall dalam tafsirnya, The Holy Qur’aan, kata ummatan wasaþan berarti a middle nation (bangsa penengah). Selanjutnya, marilah kita lihat uraian M. Quraish Shihab dalam tafsirnya Al-Misbah, ihwal kata ummatan wasathan yang terdapat pada surah Al-Baqarah ayat 143. Menurutnya, ummatan wasathan berarti pertengahan. Posisi pertegahan itu menjadikan manusia tidak memihak ke kiri dan ke kanan, suatu hal, yang mengantarkan manusia berlaku adil. Posisi pertengahan juga menjadikan manusia dilihat dari segala penjuru serta menjadi teladan bagi semua pihak. Walhasil, posisi pertengahan itu agar umat Islam menjadi saksi atas perbuatan umat lain sebagaimana diteladankan Rasulullah Saw. Masih menurut Quraish Shihab, ada yang memahami ummatan wasathan dalam arti pertengahan dalam pandangan tentang Tuhan dan dunia. Pandangan Islam mengenai ketuhanan adalah Tuhan Mahawujud dan Maha Esa. Demikian juga dengan dunia, Islam mengajarkan umatnya meraih materi/kemewahan dunia, tetapi dunia bukanlah segalanya, karena masih ada kehidupan akhirat. Pendeknya, ada banyak/aneka isme, tetapi pada akhirnya ummatan wasathan inilah yang dijadikan rujukan dan saksi kebenaran dan kekeliruan pandangan mengenai isme-isme itu. Sehubungan dengan itu, Yusuf Qardhawi menegaskan wasathiyah (pertengahan) salah satu karakte-

Almaya Andika Hasym Rusli

Al-Ikhlas Jl. Nagur Kel. Martoba Al-Qodar Jl. Terpisang Mata Atas

Muchtar, AM Samantio Sinaga, S.Pd.I

RANTAU PRAPAT

H.M. Yunus Tanjung Muhammad Redho, S.Pd.

BATU BARA Jami’ Al Mukhlisin PT. Moeis Nurul Huda Desa Tanah Tinggi Kec. Air Putih Quba Tanjung Kubah Kec. Air Putih

� Penulis adalah Guru PAI Pada MTsN 2, MTsS YPKS, SMAS NI, Dosen PERTINU & AKBID Darmais Padangsidimpuan.

Syuhada Sukaraja Jl. Raya Medan-Kisaran Km. 108

Drs. H. Abd. Rasyid Drs. Saimin Drs. Abd. Rasyid Malkan Harahap, MA M. Ramli Hasibuan Abd. Hakim Lubis H. Syamsul Qodri, Lc H. Salman Tanjung, MA, Lc Drs. Hotma Horas Harahap Dahmul Daulay, S.Ag H. Azhari Lubis H. Salman Tanjung Sulaiman, S.Ag

LABUHAN BATU An-Nur Desa Kuala Bangka Baiturrahman Kec. Kualuh Hilir

ristik Islam yang menonjol. Wasathiyah Islam adalah sikap tengah dan seimbang ajaran dan umat Islam antara kutub yang sering dipertentangkan, seperti rabbaniyah (ketuhanan) versus insaniyah (kemanusiaan), spiritualisme versus materialisme, individualisme versus sosialisme, realisme versus idealisme, keakhiratan versus keduniaan, wahyu versus akal, proyeksi masa lalu versus prospek masa depan, dan keteguhan prinsip versus perubahan. Dalam sejarah Islam, peran wasit selalu dipraktikkan umat Muslim. Rasulullah Saw terkenal kewasitan dan kejujuran kesaksiannya. Misalnya, Rasulullah Saw masyhur dengan kewasitannya menjadi penengah/pendamai/juru runding kaum Quraisy yang bertikai dalam peletakan Hajarul Aswad (batu hitam yang menempel di dinding Ka’bah). Demikian halnya, setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah Saw membuat perjanjian yang terkenal dengan sebutan Piagam Madinah. Demikian juga, Nabi Muhammad Saw menyetujui perundingan, penjanjian Hudaibiyah (gencatan senjata) gagasan tokoh Quraiys Makkah kendatipun jika dilihat isi/teks perjanjian lebih menguntungkan pihak Quraisy dibanding kaum Muslim. Tetapi, Nabi Saw tetap menerima perjanjian itu, karena secara tersyirat menguntungkan kaum Muslim untuk membangun kekuatan masyarakat Muslim. Praktik umat wasit itulah yang ditiru sahabat/tabiin dan umat Islam hingga kini, sehingga dalam

lintasan sejarah, Islam dengan cepat berkembang. Termasuk di dalamnya perkembangan ilmu pengetahuan yang gemilang karena kewasitan umat Islam, pengantara ilmu Yunani ke Barat. Namun, kini peran umat wasit itu seakan-akan redup. Apalagi ada pandangan sterotip (gambaran yang bersifat mengejek) dan fobia (ketakutan) terhadap Islam, bahkan dituduh terorisme. Akhirnya, citra Muslim sebagai wasit disyak-i (diragukan). Di tambah lagi, dengan beberapa kenyataan negara yang mayoritas berpenduduk Muslim dilanda konflik, seperti Afganistan, Irak, Palestina, Libanon, Sudan, dan Pakistan. Gejolak yang terkini di Tunisia dan Mesir. Khas Indonesia, ada kasus Ahmadiyah di Cikeusik, PandeglangBanten. Sumber ketegang-an itu kadang hanyalah perbedaan mazhab berujung pada pertikaian antarkelompok Muslim yang menelan korban semisal kaum Sunni dan Syi’ah di Irak dan Pakistan. Jika demikian, agak sulitlah kita menjadi wasit di dunia internasional, karena kita sendiri umat Islam rentan konflik, yang menyebabkan kita sukar menjadi wasit di negara kita sendiri, sekalipun? Oleh karena itu, umat Islam perlu menyadari fungsi dan hakikatnya sebagai umat wasit, yang mengantarkan umat pada kesatuan dan kekuatan kiblat; kiblat ibadah; kiblat ilmu pengetahuan; kiblat pendidikan; kiblat ekonomi; kiblat politik; dan kiblat hukum. Walhasil, umat Islam menjadi pengatur (saksi) jalannya permainan dunia dengan adil sebagaimana halnya wasit yang adil dalam mengatur jalannya pertandingan olahraga.

PEMATANGSIANTAR

INDRAPURA Jami’ Indrapura KISARAN Agung Jl. Imam Bonjol No. 182 Abrarul Haq Haji Kasim Jl. Budi Utomo Kel. S.Baru An-Nur RSU Ibu Kartini PT. BSP Tbk Al-Hidayah Jl. Cokroaminoto Al-Husna Jl. Arwana Kel. Sidomukti Al-Husna Simpang 6 Kel. Kisaran Barat Al-Jihad Jl. Dr. Setia Budi No. 54 Kel. Selawan Al-Muttaqin Jl. Ir. H. Juanda Kel. Karang Anyer Ikhwaniyah Kel. Gambir Baru Kel. Kisaran Timur Jami’ Baiturrahim Kel. Kisaran Naga Jami’ Lingk. I Kel. Bunut Nurul Yaqin Kantor Direksi - Kisaran Siti Zubaidah Jl. Budi Utomo No. 285

memperlihatkan bukti – bukti palsu) maka saya hanya menghukum (memutuskan) berdasar apa yang saya dengar maka siapa saja yang saya menangkan ia tidak boleh mengambil haknya, sesungguhnya bahagian yang saya tetapkan adalah bahan bakar Api Neraka, maka kedua pihak yang bertengkar menangis dihadapan Nabi Saw, dan salah satunya berkata aku halalkan hak ku kepada saudaraku, dan Nabi Saw bersabda: berdamailah kalian! rajutlah persaudaraan! (gunakanlah hati nurani)! Kemudian kedua belah pihak saling menghalalkan dan berbagi secara adil. (Lihat Tafsir Al Munir Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaily, Juz 1. Hal 165). Persoalan mafia tanah tidaklah berdiri sendiri, kejahatan ini merupakan kemungkaran gabungan yang terdiri dari sindikat atau gabungan dari para ahli kejahatan di bidang nya masing – masing. Dapat dipastikan sebagai otak pelakunya adalah aktor intelektual yang ahli dalam bidang mengolah kepalsuan dan kebohongan, data – data, yang erat hubungannya dengan masyarakat dan pengadilan atau Badan Pertanahan Nasional (BPN). Boleh jadi sekelomok masyarakat di ajak berbondong –bondong untuk mengaku sebagai ahli waris pemilik tanah dengan memberikan kesaksian palsu atau data – data palsu di depan pengadilan. Dan dalam hal ini dibutuhkan kearifan seorang hakim untuk mengambil sebuah keputusan, tidak tertutup kemungkinan pengadilan juga ikut dalam sindikat kemungkaran ini, karena di tangan seorang hakim ada “ palu keadilan” dan ada pula “palu kemungkaran”. Oleh sebab itu Nabi Muhammad Saw dalam menyelesaikan sengketa tanah yang dihadapi masyarakat pada zamannya hanya berhukum pada fakta dan data yang ada, karena itulah yang dapat di lihat dan di dengar, namun boleh jadi salah satu dari kelompok yang bersengketa lebih cerdik dan lebih licik dari yang lain, maka Rasulullah Saw meng-

gunakan kearifan yang lebih tinggi dan pada hukum itu sendiri, yaitu kembali kepada hati nurani masing – masing karena keputusan seorang hakim hanya berdasarkan data, fakta, saksi, sumpah dan sebagainya. Dan semuanya itu dapat diolah dan dipalsukan. Sementara hati nurani boleh jadi berkata lain, karena hati nurani tidak pernah berbohong. Oleh sebab itu ketika Nabi Saw memutuskan untuk kembali kepada hati nurani. Meskipun salah seorang dari dua kelompok bertikai dimenangkan oleh Nabi Saw, namun sebelum Nabi mengeksekusi tanah tersebut, Beliau mengingatkan “siapa saja yang saya menangkan” maka kedua belah pihak tetap saja mengambil haknya sebagai bagian dari Api Neraka”. Artinya tidak ada keputusan yang lebih tinggi selain dari kembali kepada hati nurani. Oleh sebab itulah, Islam sebagai Agama yang sempurna juga turut serta mengatur hal – hal yang berkaitan dengan persoalan tanah terlantar, tanah negara, tanah sengketa sehingga tidak ada peluang bagi mafia – mafia tanah untuk bertindak sendiri, memperkaya diri sendiri dan merugikan orang banyak. Para ahli Fiqih Islam (Fukaha) telah membahas substansi tersendiri dalam kitab – kitab Fiqih, yang berkaitan dengan persoalan tanah, dalam bab yang diberi Judul “Bab Ihyaul amwat” (Bab menghidupkan tanah mati). Dengan demikian, tidak ada peluang bagi mafia tanah untuk bersindikat dengan masyarakat, pengadilan, jika kembali kepada hukum yang telah di tetapkan didalam syariat Islam, terlebih – lebih lagi jika kembali kepada hati nurani, dan takut dengan azab Allah, tidakkah para mafia tanah dan sindikatnya tau bahwa: “Tanah yang diambil dengan cara Bathil akan di kalungkan di leher mereka masing – masing di akhirat nanti? (QS. Al-Imran : 180). Wallahua’lam bil ash-shawab Penulis adalah: - Pimp. Pondok Pesantren Tahfiz Alquran Al Mukhlisin Batu Bara - Pembantu Rektor IV Universitas Al Washliyah (UNIVA) Medan - Ketua Majelis Ta’lim & Zikir Ulul Albab Sumut.

Awaluddin Wasis H. Lukman Yanis, HS Sugianto

Drs. H. Ridwan Hasibuan

SIBOLGA Al-Munawar Sibolga Jl. Tapian No. 10-A

Abdul Ghani Nasution

BIREUEN Masjid Agung Bireuen Masjid Taqwa Kec Gandapura Masjid Besar Kec Makmur Masjid Besar Kutablang Masjid Besar Peusangan Masjid Besar Kec Peusangan Siblah Krueng Masjid Besar Peusangan Selatan Masjid Besar Al-Furqan Kec Kota Juang Masjid Gedong-Geudong Kota Juang Masjid Besar Kec. Kuala Masjid Besar Peulimbang Masjid Besar Juli Masjid Baitunnur Peudada Masjid Al-Mabrur Kec Pandrah Masjid Besar Kec Simpang Mamplam Masjid Besar Samalanga

Tgk Anwar Syamaun Tgk H Salman S.Ag M.Ag Tgk Isa Husen Tgk M Ali Usman Tgk Syafruddin Tgk Fauzi Murtadha Tgk Dhiauddin Alamsyah Tgk Saifuddin Tgk Tgk Erizal Tgk Iskandar Tgk Syarbaini Tgk Hanafiah Krueng Simpoe Tgk Fauzi Abdullah Tgk Islahuddin Tgk jafar TBE Tgk Abubakar


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.