Radar Banyuwangi 16 April 2013

Page 4

KESEHATAN

32

Selasa 16 April 2013

Puskesmas Songgon

Bentuk Pemantau Kasus Gizi Kurang ISTIMEWA

BERSINERGI: (Ki-ka) Bupati Anas, Amin Said Husni, M.Z.A. Djalal, Dr Hj Faida MMR, Sjahrazad Masdar, dan Dadang Wigiarto.

Lima Kepala Daerah Terima Penghargaan JEMBER - Wujud kepedulian para pemimpin daerah terlihat saat penutupan Sinergi Aksi Kemanusiaan Operasi Gratis 1.000 Duafa yang dipusatkan di Rumah Sakit Bina Sehat Jember, sejak Kamis (10/4) lalu. Terbukti, lima bupati di wilayah Tapal Kuda berkumpul jadi satu menghadiri penutupan aksi kemanusiaan yang ditutup Danpusterad Mayor Jenderal TNI Indra Hidayat itu. Lima bupati yang kemarin (15/4) juga mendapat penghargaan atas dukungannya dalam aksi kemanusiaan tersebut adalah Bupati Banyuwangi Drs. H Abdullah Azwar Anas MSi, Bupati Bondowoso Drs H Amin Said Husni, Bupati Lumajang Dr H Sjahrazad Masdar MA, Bupati Jember Ir. M.Z.A. Djalal, dan Bupati Situbondo H Dadang Wigiarto SH. Bupati Banyuwangi Drs. H Abdullah Azwar Anas dalam sambutannya menyampaikan kebanggaannya kepada semua pihak yang telah menyukseskan aksi sosial tersebut. “Saya sangat bangga dengan kegiatan seperti ini. Kedatangan saya ke Jember ini sebagai

ucapan terima kasih kepada penggerak aksi kemanusiaan ini, yang telah peduli pada kesehatan rakyat kecil. Jika diperkenankan, tahun depan Banyuwangi siap memfasilitasi acara serupa,” ungkapnya. Sementara itu, Direktur RS Bina Sehat Dr Hj Faida MMR menyambut gembira hadirnya lima bupati dalam acara penutupan aksi sosial. “Kehadiran dan kepedulian lima bupati dalam acara penutupan aksi sosial sebagai bukti kebesaran hati para pemimpin untuk menolong sesama. Ini adalah bukti kekuatan cinta, the power of love, yang mampu menembus batasbatas wilayah kekuasaan dan menanggalkan berbagai kepentingan. semuanya melebur jadi satu melalui kekuatan Sinergi Aksi Kemanusiaan,” ujarnya. Dijelaskan, apa yang telah dilakukan kali ini masih akan dilanjutkan dalam aksi-aksi kemanusiaan berikutnya. “Ini baru halaman pertama, masih ada halaman-halaman berikutnya, yang akan kita tulis bersama-sama,’’ pungkas CEO RS Al Huda Genteng, Banyuwangi, ini. (*als)

ISTIMEWA

ISTIMEWA

SADAR GIZI: Untuk melakukan pemantauan dan pendampingan pada kasus gizi kurang, Puskesmas Songgon membentuk Tim Manggisku. Tujuannya, menghindarkan anak-anak dari kasus gizi buruk.

SONGGON - Guna memantau perkembangan gizi pada bayi dan anak-anak usia dini, Puskesmas Songgon membentuk Tim Manggisku (peMANtau GIZi KUrang). Tim ini bertugas melakukan pemantauan dan pendampingan terhadap bayi dan anak-anak kurang gizi. Dalam kerjanya, Tim Manggisku dipimpin oleh sepasang mitra. Yaitu mitra dokter dan mitra nutrisionis. Penbentukan Tim Manggisku ini berawal dari kasus kurang gizi yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Songgon sebelumnya. Beberapa waktu lalu, sempat ditemukan bayi yang mengalami kelainan pertumbuhan. Pada usia tujuh bulan, berat badan si bayi seharusnya 7 kilogram. Namun, hanya mencapai 3,9 kg. Setelah diperiksa, ternyata si bayi menderita infeksi saluran nafas akut (ISPA) dan Malnutrisi. Sehingga, perlu mendapat perawatan intensif. Setelah mendapat pelayanan dari Puskesmas Songgon dan pihak-pihak terkait, akhirnya kondisi si bayi berangsur-angsur membaik. “Diharapkan, dengan adanya Tim Manggisku ini, dapat mengantisipasi kasus gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Songgon. Sehingga para bayi dan anak-anak tidak jatuh menjadi gizi buruk,” harap Kepala Puskesmas Songgon, Bambang Sudiarto, S.Kep, MMKes. (*/als)

Cegah AIDS, Ubah Gaya Hidup CLURING - AIDS adalah penyakit yang paling sering didengar belakangan ini. Ketakutan orang tentang AIDS sangat besar. Karena sejauh ini masih belum dapat disembuhkan. Semua orang bisa saja terkena AIDS. Di Indonesia sudah ada bayi maupun orang dewasa yang terkena AIDS. Karena itu, kita mesti waspada terhadap bahaya penularan AIDS. Catatan penting tentang AIDS tidak bisa dilihat dari apakah seseorang sudah tertular HIV (bibit penyakit AIDS) hanya berdasarkan penampilannya. AIDS baru bisa tampak beberapa tahun setelah orang terkena. Jadi, meski pasangan pilihan kita tampak sehat, bisa saja dia sudah tertular HIV. Dan biarpun tampak sehat, dia sudah bisa menularkan penyakitnya kepada kita. Data penderita HIV/AIDS di Banyuwangi hingga Maret 2013 adalah berjumlah 1.416 jiwa. Jumlah ini tentu saja membuat miris banyak kalangan. Terutama Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi dan jajarannya. Tugas berat ada di pundak semua tenaja

kesehatan untuk bisa mengendalikan penularan penyakit mematikan tersebut. Hal itu pula yang membuat Puskesmas Tampo bergerak berperan aktif dalam pengendalian HIV/AIDS di wilayah kerjanya. Purksemas yang dipimpinan H. Sudarawan, SKM. M.MKes itu rutin melakukan pengenalan dan penyuluhan akan bahaya HIV/AIDS. Penyuluhan dilakukan di kalangan siswa sekolah menengah, masyarakat umum, dan pembinaan di lokalisasi. Saat ini, Puskesmas Tampo mempunyai satu lokalisasi binaan. Pembinaan yang dilakukan Puskesmas Tampo adalah dengan melakukan pemeriksaan rutin setiap bulan terhadap semua WPS. Serta setiap empat bulan bekerjasama dengan Dinkes dan VCT Genteng melakukan pemeriksaan Siphilis dan HIV/AIDS. Menurut Kepala Puskesmas Tampo, Sudarmawan, AIDS adalah kumpulan gejala penyakit yang didapat yang menyerang manusia karena penurunan kekebalan tubuh disebabkan virus HIV. HIV/AIDS ditularkan melalui

SERIUS: Peserta penyuluhan HIV/AIDS tampak menyimak penjelasan dari narasumber yang digelar Puskesmas Tampo. ISTIMEWA

hubungan seks yang tidak aman. Yaitu berganti-ganti pasangan, tidak memakai kondom bagi yang beresiko, juga melalui darah yang terkontaminasi virus HIV. Seperti transfusi yang tidak aman, memakai jarum suntik bergantian pada pemakai narkoba suntik, dan terinfeksinya ke janin dari ibu, serta melalui ASI. “Sedangkan pencegahan penularan HIV/AIDS adalah tidak melakukan hubungan seks pranikah, setia kepada pasangan, memakai kondom

bagi yang beresiko, hindari narkoba terutama narkoba suntik, dan edukasi kepada masyarakat tentang HIV/ AIDS. Yang tidak kalah pentingnya HIV/AIDS tidak bisa ditularkan melalui kontak sosial seperti cium pipi, berpelukan, bersalaman, memakai kamar mandi/WC bersama, dll,” kata Sudarmawan. Jadi, pengendalian HIV/AIDS tidak hanya ada di pundak tenaga kesehatan, tapi juga menjadi tanggung jawab semua pihak. (*/als)

BERBEDA: Tata ruang RSI Fatimah didesain dengan gaya modern.

Serasa Tidak di Rumah Sakit BANYUWANGI - Sebagai rumah sakit berkonsep tata ruang modern, Rumah Sakit Islam (RSI) Fatimah memberikan pelayanan pasien melalui poli. Fasilitas apa saja yang bisa dinikmati? Klien atau pasien akan merasakan suasana berbeda saat memasuki RSI Fatimah Selain disuguhi lingkungan RS yang bersih dan asri, area parkir yang luas dan selalu terjaga dapat menambah rasa aman bagi pasien dan keluarga maupun pengunjung. Memasuki ruang pelayanan poli, suasana di dalam sebuah RS tidak serasa sama sekali. Karena di sebelah gedung bagian selatan RS ini, kini telah didesain dengan warna ceria nan harmonis. Televisi dan dinginnya suhu ruangan melengkapi suasana poli yang rapi dan bersih.

Para pasien dan keluarganya akan disambut senyuman petugas administrasi. Pasien cukup memberikan data yang dibutuhkan dan poli yang dituju. Selanjutnya, bisa menunggu panggilan dari masing-masing petugas poli yang ada. Tidak sulit dan tidak ribet. Itulah pelayanan yang diberikan poli RSI Fatimah. Poli Umum, Poli Anak, Poli Gigi, Poli Bedah, Poli Kandungan, dan Poli Saraf tersedia di RSI Fatimah. Dengan dokter jaga yang tidak menggunakan sistem “On Call”, artinya dokter yang profesional yang bekerja di RSI Fatimah. “Sistem On Call bisa mengurangi pelayanan kepada klien. Karena pasien harus lebih lama menunggu,” ujar dr Ruzdi Dziban, SpB, FINACS, direktur RSI Fatimah. (*/als)

Puskesmas Tegaldlimo

Sosialisasi Gosok Gigi yang Benar

ISTIMEWA

JEMPUT BOLA: Siswa TK diajari tata cara menggosok gigi dengan baik dan benar.

TEGALDLIMO - Di antara gangguan pada gigi adalah kelainan jaringan penyangga gigi (periodontal disease) dan karies gigi. Kedua penyakit tersebut menganggu fungsi kunyah yang dapat menyebabkan gangguan penyerapan dan pencernaan serta gigi gangrean (gigi busuk). Hal ini merupakan vocal infeksi yang menimbulkan penyakit pada organ tubuh lainnya. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Puskesmas Tegaldlimo melakukan sosialiasasi tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi sejak dini. Melalui program usaha kesehatan gigi sekolah (UKGS), puskesmas yang dipimpin dr. Rudi Hartawan itu mencoba melakukan tindakan preventif atau pencegahan terhadap gangguan pada gigi. Sosialisasi itu dilakukan dengan cara mendatangi TK dan SD yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tegaldlimo.

“Pelayanan kesehatan gigi dan mulut ini sebagai salah satu program puskesmas yang ditujukan kepada anak usia dini dan usia sekolah. Yang pelaksanaannya di luar gedung Puskesmas Tegaldlimo. Petugas Puskesmas Tegaldlimo menjemput bola dalam pelaksanaan UKGS terkhusus pada kesehatan gigi usia dini dan anak usia sekolah,” terang dr, Rudi Hartawan, Kepala Puskesmas Tegaldlimo. Keuntungan dari menjemput bola dalam sosialisasi UKGS ini adalah memberikan pengetahuan sejak dini tentang kesehatan gigi dan memberikan contoh dengan benar, bagaimana cara menggosok gigi dengan baik dan benar terhadap anak usia dini. “Pemberian materi secara komprehensif sesuai dengan tingkatan umur. Sehingga memudahkan pendataan dan pemberian materi secara berkesinambungan,” imbuh Rudi. (*/als)

Remaja Dominasi Pasien Baru HIV/AIDS JUDUL artikel di atas adalah judul berita di halaman depan koran Jawa Pos edisi Kamis 4 April 2013 lalu. Sebuah judul berita yang menarik untuk dibaca dan dicermati sekaligus direnungkan. Dikatakan, bahwa saat ini secara nasional penemuan pasien baru HIV/AIDS didominasi kalangan remaja. Bahkan sampai 70 persen. Sebuah berita yang membuat kita miris. Bagaimana dengan Banyuwangi? Setali tiga uang, sama saja. Sejak ditemukan pertama kali tahun 1999, sampai saat ini di Banyuwangi sudah menyentuh angka 1.400 orang. Dominasi juga dipegang oleh remaja. Rata-rata perbulan ditemukan 25 sampai 30 orang yang terinfeksi. Banyuwangi masih juga tetap menyandang gelar juara ketiga terbanyak di Jawa Timur setelah Surabaya dan Malang. Yang membedakan dengan nasional adalah cara penularannya. Secara nasional penularan lewat hubungan seks adalah 58,7 persen. Sedangkan di Banyuwangi dengan jalan penularan yang sama adalah 75 persen lebih. Artinya, perilaku seks menyimpang (selingkuh) sangat tinggi. Terutama

di kalangan remaja. Seperti yang pernah saya tulis di koran ini sebelumnya, bahwa dalam ilmu epidemiologi setiap satu penderita HIV/AIDS yang terdeteksi mewakili 100 sampai 200 orang yang tidak terdeteksi (WHO memberi patokan 1 orang mewakili 100 orang). Ini biasa disebut dengan fenomena gunung es. Mari kita hitung sekarang. Di Banyuwangi sekarang ditemukan penderita HIV/ AIDS 1.400 dikalikan 100, hasilnya adalah 140.000 orang. Maka, secara teori epidemiologi saat ini di Banyuwangi terdapat 140.000 orang yang terinfeksi virus HIV. Jumlah yang lumayan banyak dari 1,6 jutaan penduduk Banyuwangi. Hampir 10 persennya.. Really? Benarkah? Percaya atau tidak, itu terserah pembaca tercinta. Tetapi ini adalah teori yang shaheh. Pembaca tercinta, sejenak kita tengok perilaku seks warga kita, Di Banyuwangi saat ini terdapat 11 lokalisasi yang masih selalu ramai pengunjungnya. Ada beberapa yang telah ”ditutup” oleh pemkab. Tapi belakangan yang tutup hanya ”pintu depan” saja (untuk mengelabuhi

petugas). Pintu samppenggerebekan. ing dan pintu belakang Satu hal yang tetap masih dibuka, meski tibelum bisa berubah dari dak dibuka lebar-lebar. perilaku seks mereka. Untuk yang tidak ditutup, Yaitu keengganan memeski jumlah pekerja makai alat pengaman seksnya sudah dibatasi untuk menghindarkan oleh pemkab, tetap saja diri dari penularan pejumlah mereka lebih benyakit. Dari perilaku sar dari “kuota” yang inilah, jumlah pendtelah ditetapkan. erita HIV/AIDS yang Di luar lokalisasi, ada penularannya lewat banyak tempat hiburan hubungan seks tetap yang tumbuh subur. Ada mendominasi. OLEH: banyak kafé maupun Kembali ke masalah tempat-tempat karaoke Mujito, SKM, M.Mkes remaja yang mendoyang tumbuh subur pula. minasi penderita HIV/ Di tempat itu, sering kali sebagai AIDS. Perekonomian Banyuwangi tempat mangkal para remaja. Seke- sekarang sudah berkembang pesat. dar menemani menyanyi atau seka- Banyuwangi menempati urutan lian menemani lainnya. ke delapan kabupaten terkaya di Di samping itu, di sini juga lagi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi menjamur tempat kos-kosan. Banyuwangi tahun 2012 sebesar Kos kosan bebas. Begitu mereka 7,17 persen. Melebihi pertumbuhan menyebutnya. Di tempat ini tidak nasional yang hanya 6,4 persen. ada pengawasan dari pemiliknya. Pertumbuhan tinggi ekonomi ini Siapapun bebas keluar masuk tentu akan mencetak banyak OKB dan tidur di dalamnya. Sehingga (orang kaya baru). OKB ini biasanya ditengarahi sebagai tempat yang mempunyai kebiasaan baru pula. nyaman untuk transaksi seks, se- Satu di antaranya adalah selingkuh mentara di hotel sering dilakukan atau seks bebas. Mereka biasanya

mencari remaja, daun muda, untuk menyalurkan kebiasaan barunya ini. Di luar banyak tersedia banyak ”daun muda” yang siap pakai. Banyak di antaranya masih usia sekolah. Hal ini yang memperparah keadaan. Perilaku seks bebas di kalangan remaja saat ini sudah masuk fase mengkawatirkan. Selain mereka yang memang sudah ”berjualan” banyak juga di antara mereka yang melakukan hanya untuk have fun alias hanya untuk bersenang senang saja. Atau, awalnya hanya untuk bersenang-senang, lama lama berjualan juga. Saat pemeriksaan HP di sekolahan, banyak ditemukan video dewasa di sana. Pernah juga ditemukan SMS yang isinya kurang lebih begini, “Isun gelem wes. Pokok e ojo digilir karo konco-koncomu koyok bengen iko”. Sebuah SMS yang menjelaskan perilaku seksnya dan teman-temannya. Banyak lagi kejadian-kejadian yang menggambarkan perilaku remaja kita sudah sangat mengkawatirkan. Terakhir adalah sebuah video dengan judul Rogojampi Bergoyang yang baru saja tersebar dan masih hangat-hangatnya. Pemainnya ma-

sih menggunakan seragam sekolah. Dominasi remaja pada penemuan penderita HIV/AIDS adalah persoalan serius. Masalah ini harus diatasi secara komprehensif. Banyak pihak yang harus dilibatkan, Dinas Kesehatan tidak bisa bekerja sendirian. Harus didukung oleh dinas-dinas lain, terutama Dinas Pendidikan. Melihat kompleksnya permasalahan, tokoh agama dan tokoh masyarakat, serta LSM, juga harus diajak duduk bersama untuk mencari solusi. Solusi tidak boleh hanya manis di meja dan hebat di tataran wacana. Solusi harus yang manjur. Yang langsung bisa diimplementasikan dan berdampak nyata. Remaja kita adalah aset kita. Jangan biarkan mereka menjadi beban kita. Jangan biarkan mereka terinfeksi dan mati muda. Banyuwangi masih membutuhkan pemikir-pemikir dan tenaga muda untuk membantu Kang Anas membawa Banyuwangi menjadi lebih baik. I love Banyuwangi. (*) *) Penulis adalah Kepala Puskesmas Wonosobo, Kecamatan Srono.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.