Buletin Sidogiri Edisi 66

Page 68

“likulli syai’in zakâtun, wazakâtulilmi atta’lîm...” (segala sesuatu pasti ada zakatnya, sedangkan zakatnya ilmu adalah dengan mengajarkannya)

66

umum, beliaulah yang mendatangi mereka. Masyarakat umum yang dimaksud berada di berbagai tempat, seperti di Probolinggo kota, Leces, Pacet (Mojokerto), Blitar, Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Banyuwangi, Kepanjen (Malang), perumahan River Side di Arjosari, dan Malang kota. Semua ini adalah kegiatan ta’lîm rutin beliau selain di Pesantren Ilmu al-Qur’an (PIQ) yang beliau asuh. Selain itu masih ada banyak kegiatan ta’lîm yang bersifat insidentil, seperti undangan-undangan untuk mengajarkan tilawah al-Qur’an baik untuk masyarakat umum maupun santri pondok pesantren. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, beliau lalu membuat rekaman video pembelajaran tilawah alQur’an. Kenyataan ta’lîm di atas menunjukkan betapa gigihnya beliau dalam mengajarkan tilawah al-Qur’an. Meski usianya sudah sepuh (84 tahun atau 87 dalam hitungan Qomariyah), beliau masih terus melakukan aktivitas ini yang belum tentu sanggup dilaksanakan oleh orang lain yang lebih muda. Kegiatan ta’lîm al-Qur’an seolah menjadi tirakat beliau, meski sebetulnya, ta’lîm beliau tidak sebatas al-Qur’an. Beliau juga mengajarkan ilmu agama yang lain. Mengenai hal ini, beliau memiliki prinsip, “likulli syai’in zakâtun, wazakâtul-ilmi at-ta’lîm...” (segala sesuatu pasti ada zakatnya, sedangkan zakatnya ilmu adalah dengan mengajarkannya), sebuah prinsip yang beliau dapat dari KH Dimyati, gurunya.

BULETIN SIDOGIRI.EDISI 66.SHAFAR.1433

Karier al-Qur’an Beliau termasuk salah satu pendiri organisasi para qari’ dan penghafal al-Qur’an, Jam’iyatul Qura’ wal-Huffadz (JQH), sekaligus salah satu pencetus ide Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat internasional pada Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA) tahun 1964. Beliau juga termasuk penggagas MTQ tingkat nasional. Tak jarang beliau menjadi juri MTQ baik di tingkat propinsi, tingkat nasional maupun di tingkat internasional. Terakhir beliau menjadi juri MTQ tingkat internasional yang dilaksanakan di Jakarta 2003 lalu. Sebelumnya beliau juga dipercaya menjadi juri MTQ tingkat internasional di Mesir (1998) dan Brunei Darussalam (1985). 1965, bersama dua qari’ nasional lainnya, Ustadz Abdul Aziz Muslim dan Fuad Zain, beliau pernah diundang untuk membaca al-Qur’an di 11 negara Asia Afrika (Arab Saudi, Pakistan, Irak, Iran, Siria, Lebanon, Mesir, Palestina, Aljazair, dan Libya). Demikianlah biografi singkat dari Kiai Basori, sang kiblat tilawah Indonesia khususnya di Jawa Timur. *** Saat ditanyai tentang siapa yang akan menjadi penggantinya di PIQ seandainya beliau meninggal dunia, beliau menjawab, “Saya urut dari yang tertua ya…: Anas Basori, Rif’at Basori, Lutfi Basori, dan Abdullah Murtado.” Yang disebutkan terakhir adalah cucu Kiai Basori dari putrinya yang bernama Hani’. A. Fadoil Khalik/BS


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.